PENDAHULUAN
1
J.A. Dhanu Koesbyanto, Firman Adi Yuwono Pencerahan, suatu Pencarian Makna
Hidup dalam Zen Budhisme, (Yogyakarta : Kanisius, 1997), hlm. 9
1
2
2
Huston Smith, Agama-agama Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm.
164
3
Ryuko Okawa, Hakikat Ajaran Buddha Jalan menuju Pencerahan, Saujana,
(Yogyakarta : 2004, hlm. 124)
3
4
"Asli" itu berarti "langsung" dari ucapan sang Buddha Shakyamoeni sendiri pada
dasarnya tidak ada ajaran Buddhisme yang "asli langsung", karena pada masa hidupnya sang
Buddha mengajarkan Buddhisme secara lesan dengan bahasa Magadhi pencatat dan penerjemah ke
Sutra Pali dilakukan sekitar 400 tahun, dan Kesutta Sansekerta pada abad 1 M setelah sang
Buddha wafat. Ivan Taniputera, Ehipassika Theravada-Mahayana, (Yogyakarta : Suwung, 2003),
hlm. v-vi
5
Abdurrahman dalam Djam'anuri (ed), Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta : IAIN
Sunan Kalijaga Press, 1988), hlm. 144
6
Ibid., hlm. 145
4
Lain dulu lain sekarang Jawa Tengah yang pada zaman Mataram Kuno
era Wangsa Syailendra bisa dikatakan merupakan "Budhis-Centre" aliran
Utara (Mahayana) satu-satunya di Indonesia. Setidaknya dibagian Selatan
sekarang aliran Mahayana tidak begitu besar jumlah penganutnya, dibanding
pengikut aliran Theravada. Mungkin ini disebabkan "kesamarannya" karena
umat Buddhisme Mahayana lebih suka "menginduk" ke Tri Dharma sebagai
kepercayaan tertua di Cina.
Salah satu bentuk aliran Buddha Mahayana yang berkembang dan
menemukan tempatnya yang tepat di Jepang adalah Zen. Zen merupakan salah
satu hasil pemikiran Cina setelah bertemu dengan pemikiran India. Karena
kata Zen adalah logat Jepang yang berasal dari perkataan Cina, ch'an dan
merupakan terjemahan lebih lanjut bahasa Sansekerta Dhyana. Dalam bahasa
Jepang disebut sebagai Zenna. Istilah tersebut berarti meditasi yang
menghasilkan wawasan yang mendalam.7
Menurut pandangan umum ajaran-ajaran Zen tampak absurd.
Pandangan ini tidak seluruhnya benar. Dibalik absurditas ajaran Zen
menyimpan segi praktis dan kedekatan dengan aktivitas sehari-hari. Zen dapat
dipandang kosong tetapi sekaligus berisi. Dalam pengertian ini, Zen tidak
melawan kontradiksi-kontradiksi logis seperti menyatakan "ya" dan "tidak"
pada saat yang bersamaan. Bagi penganut Zen, akal manusia tidak mampu
mengatasi kontradiksi-kontradiksi itu. Selama akal masih ikut serta, manusia
tidak akan pernah menemukan esensi Zen kontradiksi-kontradiksi logis tidak
menjadi pokok permasalahan yang harus dipahami Zen Budhisme.
Dalam Zen Buddhisme dikenal istilah Satori, yang dianggap sebagai
esensi Zen Satori bagi para penganut Zen hanya dapat dipahami melalui
pengalaman langsung. Tanpa pengalaman ini yang tidak akan tahu
sepenuhnya apa itu Zen. Dalam pengertian orang Jepang, Satori dipahami pula
sebagai ajaran tentang pencerahan atau penerangan pencapaian pencerahan
adalah pencapaian seperti yang dilalui oleh Sang Buddha Gautama. Oleh
kebanyakan orang pencapaian pencerahan atau satori dalam Zen sering
7
Huston Smith, op.cit., hlm. 165
5
B. Pokok Masalah
Berdasarkan dari selayang pandang deskripsi di atas agar sesuai
dengan tema atau judul dari kegiatan penulisan skripsi ini. Maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan Zen Budhisme di Vihara
Mahavira Graha Kota Semarang?
2. Bagaimanakah ajaran pokok Zen Budhisme di Vihara Mahavira Graha
Kota Semarang?
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai salah satu upaya mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama di Kota Semarang dan sekitarnya lewat karya tulis ilmiah
yang dapat dijadikan tambahan referensi bagi kalangan akademisi
maupun masyarakat lain yang membutuhkannya.
b. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan sekaligus
satu bentuk implementasi dari ilmu-ilmu yang telah didapat pada
Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
Semarang.
c. Sebagai kepuasan intelektual.
D. Tinjauan Pustaka
Hal ini sengaja penulis angkat dengan melihat fenomena yang ada,
langkanya buku-buku ataupun karya-karya ilmiah yang mengetengahkan
perkembangan Zen Buddhisme Mahayana di Kota Semarang mendorong niat
penulis untuk mengadakan kegiatan penelitian ini. Setidaknya dari beberapa
karya-karya ilmiah terdahulu yang telah penulis baca dan dijadikan bahan
rujukan, karya-karya tersebut adalah :
• J.A. Dhanu Koesbyanto, Firman Adi Yuwono, Pencerahan suatu
Pencarian Makna Hidup dalam Zen Budhisme, Kanisius Yogyakarta,
1997. Zen Buddhisme banyak dibicarakan dalam buku ini mulai dari
perkembangannya di Jepang pada masa dinasti Kamakura (1185-1333).
Suatu faham Buddhisme yang dibawa dari Cina. Seperti faham-faham
Buddhisme lainnya tetapi penekanan pada praktek meditasi untuk
mencapai "pencerahan" sesuai dengan paham awal Buddha, Zen
Buddhisme berusaha memperoleh kesadaran penuh kenyataan.
• Jo Priastana, Pokok-pokok Dasar Mahayana, Yasodhana Puteri Jakarta,
Cet. V, 2004. Buku ini menguraikan sejarah dan perkembangan
Buddhisme Mahayana di Nusantara beserta kedalaman ajaran-ajaran
"versi" aliran ini bagian akhir buku ini, mencoba mengingat "memory"
pembaca akan adanya "jejak" Mahayana dalam relief Candi Borobudur.
7
E. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis field research yaitu data yang
diperoleh secara langsung di lapangan.8 Yaitu melalui usaha memperoleh data
dengan cara penulis mengadakan penelitian langsung di Vihara Mahavira
Graha kota Semarang untuk mendapatkan sebuah hasil laporan yang valid dan
8
Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.
22
8
9
Ibid, hlm. 84.
10
Ibid, hlm. 85
11
H. Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1995, hlm. 69
9
12
P. Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, Cet. I,
1991, hlm. 39.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 1997, hlm. 234.
14
Sumadi Surya Brata, Op.,cit, hlm. 18.
10
b. Interpretasi
Hasil analisis bisa dikatakan masih faktual dan ini harus diberi
arti oleh peneliti. Hasil ini bisa dibandingkan dengan hipotesis (sesuatu
yang dianggap benar meskipun kebenarannya belum dapat dibuktikan,
anggapan sementara, anggapan dasar) penelitian, dideskripsikan atau
dibahas dan kemudian akhirnya diberi kesimpulan.15 Kesimpulan ini
termasuk interpretasi dari peneliti itu sendiri yang menggambarkan
hasil penelitiannya, supaya hasil penelitiannya tersebut tahan uji dan
bisa dipertanggungjawabkan, yang penting adalah peneliti memberikan
keterangan atau alasan yang jelas dan kuat mengenai hasil penelitian
tersebut.
c. Analisis Kritis
Adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang
diteliti atau penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan
cara memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lain,
untuk sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya. Jadi, dalam hal
ini orang akan memperoleh pengetahuan yang sifatnya baru sama
sekali dan biasanya ini diterapkan pada pengertian yang sifatnya
apriori atau hanya mengambil keputusan dan pengertian yang sesuai
dengan yang diinginkan oleh penulis.16
Metode ini peneliti gunakan untuk menganalisis terhadap data
yang telah diinterpretasikan dan dikritisi sehingga ditemukan suatu
kesimpulan yang lebih komprehensif atas keberadaan Zen Budhisme di
Vihara Mahavira Kota Semarang tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh
serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain, serta untuk
15
Ibid, hlm. 87.
16
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
59.
11