Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

Tinjauan Teoritis

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Defenisi

Ketoasidosis diabetes (DKA) disebabkan oleh tidak adanya atau sangat minimnya
jumlah insulin yang dihasilkan. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.

Ketoasidosis diabetikum adalah penyakit kritis yang ditandai dengan hiperglikemia berat,
asidosis metabolik dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. DKA merupakan akibat dari
defisiensi insulin yang menyebabkan gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak (
Patricia, 2011).

2.1.2 Etiologi

Tiga ciri utama` DKA adalah

 Hiperglikemia akibat menurun nya penggunaan glukosa oleh sel dan meningkatnya
produksi glukosa oleh hati;
 Dehidrasi dan kehilangan elektrolit akibat poliuria, disertai kehilangan 6,5 L air dan
hampir 400-500 mEq natrium, kalium, dan klorida selama 24 jam dan;
 Asidosis, akibat penghancuran lemak menjadi asam lemak secara besar-besaran dan
produksi benda keton, yang juga bersifat asam.

Tiga penyebab utama DKA adalah kurangnya atau terlewatinya pemberian dosis insulin,
penyakit atau infeksi dan manifestasi awal diabetes yang tidak terdiagnosis atau tidak
tertangani.

Faktor pencetus lain meliputi penyakit berat ( cerebrovaskular accident/CVA), infark


miokardium, pankreatitis, penyalahgunaan alkohol, trauma dan obat-obatan.

2.1.3 Manifestasi Klinis

 Poliuria dan polidipsia (rasa haus meningkat)


 Pandangan kabur, kelemahan dan sakit kepala
 Hipotensi ortostatik pada pasien dengan deplesi volume
 Hipotensi sejati disertai nadi yang lemah dan cepat
 Gejala GI, seperti anoreksia, mual/muntah, dan nyeri andomen
 Nafas berbau aseton/ berbau “buah”
 Hiperglikemia
 Hiperosmolalitas
 Glikosuria adalah kondisi di mana terjadi peningkatan pengeluaran glukosa atau gula
darah melalui urine (air kemih)
 Penurunan pH (<7,4)
 Penurunan bikarbonat (<10 mEq/l)
 Pernafasan kussmaul: hiperventilasi, pernafasan sangat dalam tetapi tidak sulit.
 Status mental setiap pasien sangat bervariasi (sadar hingga letargi atau koma).

2.1.4 Penatalaksanaan Medis

a) Rehidrasi
Pasien mungkin membutuhkan 6 sampai 10 L cairan IV (salin normal 0,9% yang
diinfuskan dalam kecepatan tinggi 0,5 sampai 1L/jam selama 2 sampai 3 jam) untuk
menggantikan cairan yang hilang akibat poliuria, hiperventilasi, diare dan muntah.
Larutan NS hipotonik (0,45%) yang dapat digunakan untuk kasus hipertensi atau
hipernatremia dan untuk mereka yang beresiko tinggi mengalami gagal jantung.
Larutan tersebut merupakan cairan pilihan (200 sampai 500 mL/jam untuk beberapa
jam lagi). Apabila kadar glukosa darah mencapai 300 mg/dl atau kurang, larutan IV
dapat diganti dengan dekstrosa 5% untuk mencegah penurunan kadar gula darah.
b) Mengembalikan elektrolit
Kalium adalah elektrolit utama dalam menangani DKA. Penggantian kalium yang
dilakukan dengan hati-hati namun pada waktu yang tepat sangat penting untuk
mencegah disritmia jantung yang menyertai hipokalemia.
c) Membalikkan kondisi asidos
Kondisi asidosis DKA dibalikkan dengan insulin, yang menghambat pemecahan
lemak. Insulin diinfuskan dengan kecepatan lambat secara kontinu (mis, 5 ui/jam).
Larutan cairan IV dengan konsentrasi glukosa yang lebih tinggi, seperti NS
(mis,D5NS) diberikan ketika kadar glukosa darah mencapai 250 hingga 300 mg/dl,
agar kadar glukosa darah tidak anjlok terlalu cepat. Insulin IV harus terus diinfuskan
sampai kadar bikarbonat serum meningkat dan pasien dapat makan.

Anda mungkin juga menyukai