Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia..
kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar. Banyaknya
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan
pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas
masyarakat.maka pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan
program KB (Keluarga Berencana)
Program KB sudah terbukti dapat menurunkan angka kelahiran di Indonesia
sejak tahun 1991. Catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di
Indonesia berhasil diturunkan dari 2,6 anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4
anak per wanita pada 2017. Penurunan ini sejalan beriringan dengan semakin
meningkatnya jumlah pemakaian alat kontrasepsi (alat KB) dari 62% pada tahun
2012 menjadi 66 persen hingga 2017.
Program keluarga berencana tidak hanya untuk memenuhi target pemerintah
saja tetapi juga sebagai usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu. Dengan ber KB dapat mengendalikan jumlah dan Jarak kehamilan yang
terlalu dekat sehingga memungkinkan anak untuk tmendapatkan kasih sayang
dan asupan gizi yang cukup agar terhindar dari kejadian stunting yaitu kekurangan
energi kronik yang sedang marak terjadi dikalangan masyarakat
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang
stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan
terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan
fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu Di Indonesia,diperkirakan
7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan

1
oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara
dengan jumlah anak yang mengalami stunting. Dengan adanya progam Kb dapat
menentukan kualitas keluarga,meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, memudahkan
remaja dalam mangambil keputusan untuk merencanakan kesehatan
reproduksinya yang nantinya sebagai persiapan untuk kehamilan dan tumbuh
kembang bayi yamg optimal.
Dari Hasil Survey di Desa Cot tufah dari 379 kk dan 1279 jiwa banyak
ditemukan Masyarakat yang mempunyai anak lebih dari 2 dan kurangnya asupan
gizi yang beresiko menyebabkan stunting pada balita, hal itu dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang KB dan status gizi yang buruk,adapun masalah
lain yang terjadi adalah mengenai kesehatan lingkungan, ekonomi penduduk yang
rendah dan pendidikan yang rendah, sehingga kami ingin melakukan kegiatan di
tentang Sosialisasi KB untuk meminimalisir kejadian stunting di desa Cot tufah
kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen oleh Mahasiswi AKBID munawarah
Bireuen pada kegiatan PBL. Praktek Belajar Lapangan (PBL) itu sendiri
merupakan bentuk pembelajaran klinik dengan menerapkan materi yang telah
didapat dibangku kuliah terutama mata kuliah kebidanan kemunitas pada
keluarga, dimana mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata tentang peran dan
fungsi bidan di masyarakat dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bekerja dengan individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kebidanan
serta dapat mengembangkan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga dengan
menggunakan manajemen kebidanan dan pengorganisasisan masyarakat.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan memberikan asuhan kebidanan mengenai Penerapan KB
untuk meminimalisir kejadian Stunting, diharapakan dapat Mendapatkan
pengalaman nyata dalam peran fungsi dan tugas bidan serta dapat
mengembangkan sikap etis, nasionalisme dan profesionalisme dalam
melaksanakan praktek kebidanan
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswi mampu :
a. Melakukan pengkajian data mengenai Penerapan KB untuk
meminimalisir kejadian Stunting
b. Melakukan interpretasi data dasar
c. Melakukan Perumusan Masalah
d. Menyusun Prioritas Masalah
e. melakukan perencanaan dan tindakan

1.3 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman langsung dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan komunitas selama PBL di Desa Cot tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen.
2. Bagi Instansi Pelayanan
Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait khususnya Desa Cot
tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen dalam Sosialisasi KB
untuk meminimalisir kejadian stunting
3. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan asuhan dan tambahan kepustakaan dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan
4. Bagi keluarga
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan yang ada pada masyarakat

3
1.4 Metode
Metode yang digunakan selama PBL di Desa Cot tufah kecamatan Gandapura
kabupaten Bireuen adalah dengan menggunakan beberapa metode antara lain :
a. Observasi, yaitu melihat langsung kelapangan bagaimana status kesehatan
keluarga
b. Wawancara, yaitu tehnik dalam mengumpulkan data yang aktual dengan
melaksanakan komunikasi langsung dengan keluarga.
c. Diskusi, yaitu melakukan diskusi dengan masyarakat tentang masalah
yang ditemui dan masalah yang dirasakan oleh keluarga.
d. Ceramah, yaitu metode yang digunakan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
e. MMD, yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
melalui musyawarah dalam keluarga.

1.5 Langkah kerja


Langkah kerja yang dilakukan pada saat PBL di Desa Cot tufah kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen dari tanggal 04 November s/d 24 November 2019.
a. Melapor kepada Kepala desa
b. Melapor kepada Bidan desa
c. Melakukan pendataan kerumah penduduk.
d. Menemukan masalah yang ada di Desa Cot tufah
e. Melakukan lokmin atau penyuluhan mengenai permasalahan di Desa
tersebut
f. Memberikan penyuluhan kepada keluarga Binaan.

4
1.6 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek belajar lapangan ini adalah kesehatan ibu dan anak
dengan sasaran :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas
d. Ibu menyusui
e. Bayi dan Balita
f. Remaja
g. Pasangan usia subur (PUS)
h. Wanita usia subur (WUS)
i. Meunopose
j. Lansia

1.7 Lokasi dan Data Demografi


1. Lokasi
Lokasi PBL di Desa Punjot kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen dari
tanggal 04 November s/d 24 November 2019
 Desa : Cot tufah
 Kecamatan : Gandapura
 Kabupaten : Bireuen
2. Data Demografi
 Jumlah Penduduk : 1239 jiwa
 Jumlah KK : 379 KK
 Tipe Masyarakat : Petani, Pedagang, Wiraswasta, PNS, Buruh,
Honorer, Tentara, Dokter,Perawat, Sopir
 Status Pemerintah : Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen

5
 Organisasi Sosial Masyarakat : PKK, Kader, Pengajian
 Pelayanan Kesehatan dan Sosial Ekonomi
 Pelayanan Kesehatan : Puskesmas
 Fasilitas Ibadah : Meunasah dan Masjid
 Pembagian Wilayah
 Jumlah Desa : 1 Desa
 Jumlah Dusun : 4 Dusun (Dusun Tgk.Dikrueng
Tgk.Dilubue,Panglima Razak
Perdamaian).

BAB II

6
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana


1. Definisi Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga
yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.

2. Tujuan Keluarga Berencana


Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan
anak telah cukup.
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
c. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

7
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
d. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
e. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
f. Menurunnya angka kelahiran bayi

3. Manfaat Keluarga Berencana


a. Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka sehingga
dapat memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil dan memiliki
anak. Wanita dapat mengambil jeda kehamilan selama sedikitnya dua
tahun setelah melahirkan, yang memberikan banyak manfaat bagi
perempuan dan bayi mereka.
b. Wanita yang hamil segera setelah melahirkan berisiko memiliki
kehamilan yang buruk. Mereka lebih mungkin menderita kondisi
medis yang serius atau meninggal selama kehamilan. Bayi mereka juga
lebih cenderung memiliki masalah kesehatan (misalnya lahir dengan
berat badan rendah). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa secara global, 100.000 kematian ibu dapat
dicegah setiap tahun, jika semua wanita yang tidak ingin anak lagi
mampu menghindari kehamilan. Kematian ini terjadi sebagian besar di
negara berkembang di mana cakupan kontrasepsi rendah.
c. Wanita lebih dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mencari
pekerjaan dan meraih pendidikan ketika mereka menggunakan alat
kontrasepsi dan tidak berisiko hamil. Karena kegiatan ini umumnya
meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, kontrasepsi secara
tidak langsung mempromosikan hak-hak dan status perempuan.
d. Memberikan manfaat kesehatan non-reproduksi. Metode kontrasepsi
hormonal gabungan (yaitu estrogen dan progesteron) dapat

8
menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Injeksi
progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap
fibroid rahim. Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti
mengurangi risiko penyakit radang panggul.
e. Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan
dan mengurangi aborsi.
f. Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan wanita
untuk lebih mengontrol aspek lain dari kehidupan mereka, misalnya
memutuskan kapan dan mengapa mereka menikah. Sejak kontrasepsi
tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan telah berubah.
Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia yang lebih
matang dan rata-rata memiliki anak lebih sedikit. Perubahan
demografis cenderung telah mengurangi beban emosional dan
ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang biasanya
memiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber daya
keuangan sebelum kelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih kecil
juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan sumber
daya yang diberikan per anak.

4. Ruang Lingkup Program KB


a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

9
5. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi
dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.

6. Jenis - Jenis Kontrasepsi


1) kontrasepsi Alami
a. Metode kalender
Metode kalender menggunakan prinsip berkala yaitu tidak
melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan
masa subur istri digunakan tiga patokan, yaitu :
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
ejakulasi
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Nampaknya cara ini mudah dilaksanakan , tetapi dalam
praktiknya sukar untuk menetukan saat ovulasi dengan tepat,
karena hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur,
dan juga dapat terjadi variasi terutama pascapersalinan dan pada
tahun-tahun menjelang menopause.

10
b. Metode pantang berkala
Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual pada masa
subur. Patokan masa subur adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
ejakulasi
3. Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi
c. Metode Suhu Basal
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal
tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih
tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat
digunakan untuk menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat
dengan teliti setiap hari. Suhu basal diukur waktu pagi segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas.
a) Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi.
Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet
vagina saat berhubungan.
b) Daya guna
Gana guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100
wanita per tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pola cara rintangan, misalnya kondom atau
spermisida disamping pantang berkala.
d. Metode lendir serviks
Validasi metode ini dilakukan dengan menghubungkan
pengawasan terhadap perubahan lender servik wanita yang dapat
dideteksi di vulva dan peningkatan jumlah estrogen pada fase
folikuler siklus menstruasi.

11
Perubahan lender serviks selama siklus menstruasi adalah sebagai
berikut :
a) Pada bagan terdapat beberapa hari setelah menstruasi dimana
wanita memiliki pola kering pada vulva yang tidak berubah.
b) Selanjutnya fase praovulasi
c) Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari keempat
setelah masa puncak dan berlanjut sampai menstruasi.
e. MAL
MAL merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan
pemberian ASI pada bayinya. Akan tetap mempunyai efek
kontrasepstif apabila menyusukan secara penuh (eksklusif), belum
haid dan usia bayi kurang dari 6 bulan. Mal berfungsi efektif
hingga 6 bulan, dan bila tetap belum ingin hamil, kombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan.

2) Kontrasepsi Hormone
a. Pil KB kombinasi progestin dan estrogen
a) Kelebihan:
 Mengurangi perdarahan saat menstruasi.
 Mengurangi gejala PMS.
 Membuat siklus haid lebih teratur.
 Meningkatkan kepadatan tulang.
 Mengurangi risiko penyakit kanker ovarium dan
endometrium, stroke, salphingitis, dan rematik.
b) Kekurangan:
 Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
 Dapat mengganggu produksi ASI
 Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual

12
c) Pil KB progestin
Kelebihan:
 Tidak menimbulkan efek samping hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
Kekurangan:
 Berat badan bisa naik.
 Siklus menstruasi tidak teratur.
 Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
b. Kontrasepsi suntikan
a) Suntikan progestin saja (depopvera 3 bulan)
Keuntungan
 Sangat efektif
 Tidak mempengaruhi Asi
 Efek samping sedikit
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Kerugian :
 Sering ditemukan gangguan haid
 Pada waktu tertentu harus kembal untuk suntikan
 Peningkatan berat badan
b) Suntikan kombinasi( Cylopem 1 Bulan)
Keuntungan
 Resiko terhadap kesehatan kecil
 Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
 Jangka panjang
 Sangat Efektif
Kerugian :
 Haid tidak teratur
 Mual, sakit kepala, nyeri pada payudara

13
 Penigkatan berat badan
c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi jenis ini merupakan penanaman sebuah benda kecil
seukuran batang korek api yang dimasukkan ke bagian bawah
kulit, umumnya pada lengan bagian atas. Implan termasuk dalam
kategori KB temporer, dengan jangka waktu pencegahan
kehamilan selama 3 tahun.
Keuntungan :
 Memberikan perlindungan jangka panjang
 Tidak perlu melakukan pemeriksaan dalam
 Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut
 Daya guna tinggi
Kerugian :
 Nyeri kepala.pusing
 Nyeri payudara
 Peningkatan/penurunan berat badan
 Perubahan mod/ kegelisahan
d. Alat kontrasepsi dalam Rahim
IUD (Intra Uterine Device) atau yang sering dikenal dengan
kontrasepsi spiral ini, merupakan salah satu alat kontrasepsi yang
cukup diminati oleh banyak pasangan di Indonesia. Selain karena
jangka waktu pencegahan kehamilan yang cukup lama, tidak
memerlukan perawatan rumit, juga tingkat kegagalannya rendah.
IUD biasa diletakkan di dalam rahim untuk menghadang sel
sperma menembus sel telur. Terdapat 2 jenis IUD yaitu yang
terbuat dari tembaga dan dapat bertahan selama 10 tahun, atau
yang mengandung hormon dan bertahan selama 5 tahun.
Keuntungan :
 Dapat digunakan semua wanita usia subur
 Tidak ada intraksi dengan obat obatan

14
 Menngkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut
hamil
Kerugian :
 Kemungkinan AKDR keluar sendiri
 Perubahan siklus haid, haid lebih banyak/sedikit
 Tidak baik digunakan bagi wanita bergonta ganti pasangan

3) Kontrasepsi Penghalang Fisik


a. Kondom
Kondom bisa digunakan pada pria dan wanita. Efektivitas kondom
dalam mencegah kehamilan meningkat terutama setelah
ditambahkan lubrikan spermisida di kondom.
Kelebihan:
 Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
 Praktis dan mudah digunakan
Kekurangan:
 pada beberapa orang, dapat timbul alergi karena bahan
pembuat kondom
 Hanya dapat digunakan sekali
 Pemakaian harus tepat karena dapat timbul risiko terlepas
b. Spermisida
Spermisida adalah zat kimia yang dapat merusak sperma.
Spermisida dapat berbentuk krim, jeli, busa atau supositori.
Kelebihan:
 Alternatif bagi wanita yang menginginkan proteksi sementara.
 Bisa didapatkan dengan mudah.
Kekurangan:
 Masa perlindungan yang singkat, efektivitasnya berkurang
apabila melebihi  satu jam pemakaian.
 Tidak mencegah penularan penyakit kelamin.

15
c. Diafragma
Diafragma biasanya terbuat dari lateks atau silikon, berbentuk
melingkar seperti kubah dan berfungsi mencegah sperma masuk
ke dalam rahim.
Kelebihan:
 Dapat digunakan dengan spermisida untuk meningkatkan
efektivitasnya.
 Bisa dipakai berulang kali.
Kekurangan:
 Diafragma yang terlalu besar bisa membuat rasa yang tidak
nyaman, sedangkan yang terlalu kecil bisa berisiko lepas atau
pindah posisi.
 Dapat menimbulkan iritasi.

4) Metode Operasi
a. Vasektomi adalah tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan
aliran sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria.
Hal ini memerlukan tindakan medis atau operasi dan bersifat
permanen.
Efek samping vasektomi:
 Bisa terdapat darah di dalam air mani
 Memar pada testis beberapa bulan pasca operasi
 Pendarahan atau pembekuan darah pada area testis
 Infeksi pasca operasi
 Perasaan tidak nyaman pasca operasi
b. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan KB permanent atau sterilisasi pada
perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup
tuba falopi sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus
menghalangi sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi

16
Efek samping tubektomi:
 Nyeri pada panggul atau perut
 Infeksi pasca operasi
 Pendarahan
 Komplikasi
 Beberapa orang juga dapat mengalami hamil ektopik
Setiap alat kontrasepsi ataupun tindakan pencegahan kehamilan
memang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Efek
sampingnya pun akan berbeda-beda setiap orang, ada orang yang
mungkin akan mengalaminya, tapi ada pula yang tidak akan
merasakannya.

2.2 Stunting

17
1. Definisi Balita pendek (Stunting)
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun).
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan
sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang
atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri
tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa
individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual
akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002).
2. Tanda dan gejala stunting
a. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat
bayi lahir rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya
tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.
b. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah
5cm/tahun desimal.
c. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada
kelainan hormonal.
d. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
e. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.

3. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

18
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi
stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam
dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu
mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia
enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua
tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka
panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak
dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung
lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa
yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan
anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted
adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan
tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted
mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan
rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah
keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang

19
hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa
remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.

4. Penyebab Stunting
a. Asupan Zat Gizi
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di
kalangan balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat
kekurangan konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat
gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang
tersedia pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang
digunakan oleh tubuh sebagai pembangun yang berfungsi
memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat gizi pada disebabkan
karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan badan atau adanya ketidakseimbangan antara
konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun
kualitatif (Irianton A, 2015).
Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab
langsung terjadinya stunting pada balita. Kurangnya asupan energi
dan protein menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak diketahui.
Kurangnya beberapa mikronutrien juga berpengaruh terhadap
terjadinya retardasi pertumbuhan linear. Kekurangan mikronutrien
dapat terjadi karena rendahnya asupan bahan makanan sumber
mikronutrien tersebut dalam konsumsi balita sehari-hari serta
disebabkan karena bioavailabilitas yang rendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu :

20
a) Daya Beli Keluarga
Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan
keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian
besar pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan orang orang tidak
mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan. Anak
yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan
terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan yang
paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan
pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi keadaan gizi
b) Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang
ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makan
keluarga, serta pengasuhaan dan perawatan anak. Bagi keluarga
dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi,
sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari- hari (Depkes RI, 2015).
b. Riwayat Kehamilan
a) Usia Ibu Hamil
Usia ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir,
pada usia ibu yang masih muda, perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu
emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada
saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menghadapi
kehamilannya secara sempurna, dan sering terjadi komplikasi-
komplikasi. Telah dibuktikan pula bahwa angka kejadian
persalinan kurang bulan akan tinggi pada usia dibawah 20 tahun
dan kejadian paling rendah pada usia 26–35 tahun, semakin
muda usia ibu maka yang dilahirkan akan semakin ringan.
Risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan

21
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya
dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR. Usia ibu yang
beresiko akan berpotensi untuk melahirkan bayi BBLR, bayi
yang BBLR akan berpotensi untuk menjadi stunting (Depkes RI,
2013)
b) Hamil dengan KEK (Kurang Energi Kronis)
Kurang energi kronis merupakan keadaan di mana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu (Depkes RI 2012). Kekurangan energi kronik dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(bumil). Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
(dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi
kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu, antara lain anemia, perdarahan,
mempersulit persalinan sehingga terjadi persalinan lama,
prematuritas, perdarahan setelah persalinan, bahkan kematian
ibu (Muliarini, 2010). Ibu hamil yang menderita KEK dan
anemia berisiko mengalami Intrauterine Growth Retardation
(IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, dan bayi yang
dilahirkan mempunyai BBLR (Depkes RI, 2010).
c) Kadar Hb (Hemoglobin)
Masa kehamilan sering sekali terjadi kekurangan zat besi dalam
tubuh. Zat besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan
untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu
mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk
mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot) , kolagen
(protein yang terdapat ditulang, tulang rawan, dan jaringan

22
penyambung) serta enzim zat besi juga berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh (Dewi, 2013). Saat hamil kebutuhan zat besi
meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini
terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat sampai
50% sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin.Volume darah meningkat disebabkan karena terjadi
pengenceran darah, kebutuhan pembentukan plasenta, dan
pertumbuhan janin. Hemoglobin (sel darah merah) yang
disingkat dengan Hb adalah metaloprotein atau protein yang
mengandung zat besi dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru–paru ke seluruh tubuh. Selain itu
hemoglobin juga memainkan peran penting dalam menjaga
bentuk sel darah merah. Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan selama kehamilan bertujuan untuk menelusuri hal-
hal yang sekecil kecilnya mengenai segala sesuatu yang
mungkin dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya
(Oswari E, 2008). Antenatal care adalah perawatan yang
diberikan kepada ibu hamil, selama kehamilan secara berkala
yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang
ditemukan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang
ditentukan. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal
atau mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan,
sehingga kesehatan selama masa kehamilan dapat dipelihara dan
yang terpenting adalah ibu dan berada dalam keadaan sebaik
mungkin pada saat persalinan.

c. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah

23
Secara individual, BBLR merupakan prediktor penting dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Bila bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badannya kurang dari seharusnya desebut
dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa kehamilan.
Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan
organ organ tubuhnya, dan semakin rendah berat badannya saat
lahir dan semakin tinggi risikonya mengalami berbagai komplikasi
berbahaya. Dampak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat erat
kaitannya dengan mortalitas janin. Keadaan ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap
penyakit kronis di kemudian hari. Secara individual, BBLR
merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan
hidup bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi
pada kematian bayi dan anak (WHO, 2017). Dampak lanjutan dari
BBLR dapat berupa gagal tumbuh (growth faltering), penelitian
Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa bayi BBLR memiliki
potensi menjadi pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR,
pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko malnutrisi.
d. ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6
bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk
gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-
anak. Hal ini disebabkan adanya antibody penting yang ada dalam
kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi
bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan
tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum
(Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009

e. Infeksi

24
Infeksi adalah invasi (masuk ke dalam tubuh) dan multiplikasi
(pertumbuhan dan perkembangan) mikroorganisme patogen
dibagian tubuh atau jaringan, yang dapat menghasilkan cedera
jaringan berikutnya dan kemajuan untuk terbuka penyakit melalui
berbagai mekanisme seluler atau beracun (Notoadmojo, 2010).
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi enterik
seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh
infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan
akibat serangan infeksi, dan inflamasi. Konsumsi diet yang cukup
tidak menjamin pertumbuhan fisik yang normal karena kejadian
penyakit lain, seperti infeksi akut atau kronis, dapat mempengaruhi
proses yang kompleks terhadap terjadinya atau pemeliharaan defisit
pertumbuhan pada (Anisa, 2012

5. Penilaian Stunting secara Antropometri 


Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara
pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada
anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan    ukuran dari
tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari
beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan
protein dan energi. Antropometri dilakukan untuk pengukuran
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).

6. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan  tidak dapat melanjutkan
sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara
pekerjaan  menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik,
yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis)
dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang

25
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya
kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu
dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.Stunting yang
terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang
rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya
dan sulit diperbaiki.Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan
gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga
beberapa zat gizi mikro.

7. Cara Mencegah Stunting


Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani
masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih
harus bekerja keras untuk menurunkan prevalensi balita pendek
sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak
pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita. peluang besar
untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur
(WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita
yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin
berat
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin
dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat
gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan
makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet
Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya

26
mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6
bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah
dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga
diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendetek
dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi
lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga
terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga
meningkatkan akses  keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya
berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi
keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang
baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan
penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara
yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2.3 Hubungan KB dan Stunting

27
Program keluarga berencana bukan hanya sekedar program pemerintah yang
bertujuan untuk menekan pertumbuhan masyarakat yang ada di Indonesia, namun
program ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan perempuan, anak, maupun
keluarga. Program KB ikut andil dalam penurunan angka stunting, banyak
program BKKBN yang menyasar pada pencegahan stunting, bahkan dimulai
dari sebelum 1.000 hari pertama kehidupan. Intervensi stunting bukan hanya
intervensi sensitif gizi dari sektor kesehatan, tapi juga intervensi spesifik mulai
dari mempersiapkan calon ibunya sejak remaja. program KB fokus pada
kesehatan reproduksi perempuan. Seorang ibu disarankan untuk merencanakan
dan mengatur jarak kehamilannya dengan baik
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan
sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak
buruk bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satunya yaitu gangguan tumbuh
kembang pada bayi sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi kronik atau
juga disebut dengan stunting. Maka pentingnya mengataur jarak kehamilan yaitu
dengan menggunakan KB. pengaturan jarak ini juga dapat mencegah risiko
kematian ibu dan bayi. Dengan begitu anak yang dikandung dan dilahirkan pun
sehat dan kecil risiko menderita stunting serta memungkinkan anak untuk
mendapatkan asupan gizi dan kasih sayang yang cukup. Mama juga dapat
mempersiapkan tubuhnya kembali untuk terjadinya kehamilan, dengan status gizi
yang baik, tidak kekurangan zat gizi apapun yang dapat mempengaruhi
kehamilan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi setiap pasangan untuk
melakukan program keluarga berencana. 

BAB III

28
HASIL PENDATAAN

3.1 Pengkajian Data


TABEL 3.1.1
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PENDUDUK PER KK
BERADASARKAN JENIS KELAMIN DI DESA COT TUFAH
KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04
NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019

Jumlah
No Jenis Kelamin
F %

1 Laki-laki 571 46

2 Perempuan 668 54

Jumlah 1239 100

Sumber Data :
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk dari 379 KK di Desa
Cot tufah Kabupaten Bireuen berdasarkan jenis kelamin mayoritas ialah
perempuan dengan jumlah 668 jiwa (54%) dan minoritas ialah laki-laki
dengan jumlah 571 jiwa (46%)

29
TABEL 3.1.2
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN TINGKATAN UMUR DI DESA COT TUFAH
KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04
NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019

Jenis Kelamin
Jumlah
Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan

F % F % F %

0-11 bulan 8 0,64 12 0,96 20 1,6

1-5 tahun 23 2 27 2,1 50 4,1

6-9 tahun 68 5,4 57 4,6 125 10

10-19 tahun 92 7,4 111 9 203 16,4

20-44 tahun 242 19,5 276 22,2 518 42

>45 tahun 141 11,3 182 15 323 26,3

Jumlah 574 46 66 665 54 1239 100

Sumber Data :

30
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan
tingkatan umur di Desa Cot tufah adalah 1239 dengan mayoritas
perempuan umur 20-44 tahun berjumlah 276 jiwa (22,2 %) dan
minoritasnya Laki laki umur 0-11 bulan berjumlah 8 jiwa (0,64%)

TABEL 3.1.3
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PEMBERIAN IMUNISASI DI DI
DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019

Jumlah
No
Pemberian Imunisasi F %

1 Lengkap 6 10

2 Tidak lengkap 34 50

3 Belum lengkap 13 30

4 Tidak diimunisasi 17 10

Jumlah 70 100

Sumber Data :

31
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 bayi di Desa Cot tufah
yang mendapat imunisasi lengkap berjumlah 2 orang (10%), yang tidak
lengkap berjumlah 10 orang (50%), belum lengkap berjumlah 6 orang
(30%), dan yang tidak mendapat imunisasi berjumlah 2 orang (10%)

TABEL 3.1.4
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019

Jumlah
No Pemberian Asi
F %

1 Ada 4 14,3

2 Tidak ada 24 85,7

Jumlah 28 100

Sumber Data :

32
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
 Dari table di atas dapat diketahui bahwa dari 28 bayi di Desa Cot tufah
mayoritas tidak mendapat ASI Ekskusif berjumlah 24 bayi (85,7%), dan
minoritas adalah yang mendapatkan Asi Eksklusif berjumlah 4 bayi
(14,3%).

TABEL 3.1.5
DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH AKSEPTOR KONTRASEPSI
DIDESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019

JUMLAH
NO Aseptor KB
F %

1 Pil 69 30,3

2 Suntik 47 20,7

3 Implant 5 2,2

4 AKDR 3 1,3

5 Tubektomi 1 0,4

33
6 Kondom 4 1,7

7 Tidak berKB 98 43,1

Jumlah 227 100

Sumber Data : Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan


Munawarah Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen.
Analisa Data : Dari Data diatas dapat diketahui bahwa dari 227 Akseptor KB di
Desa Cot tufah mayoritas menggunakan pil untuk berKB dengan
jumlah 69 jiwa (30,3%)

TABEL 3.1.6
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PENDUDUK BERDASARKAN
PEKERJAAN DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA
KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER
2019

Jumlah
No Pekerjaan
F %

1 Wiraswata 128 24,9

2 Honorer 5 0,9

3 PNS 24 4,6

4 Dokter 2 0,38

34
5 Perawat 1 0,19

6 Petani 179 34,8

7 Pedagang 10 1,9

8 Nelayan 1 0,19

9 IRT 155 30,2

10 sopir 2 0,38

11 Tentara 1 0,19

12 Tukang Kayu 1 0,19

13 Tukang Jahit 2 0,38

14 Buruh 2 0,38

Jumlah 513 100

Sumber Data :
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :

35
 Dari table di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Cot tufah
Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen pekerjaan Mayoritas ialah
Petani dengan jumlah 179 jiwa (34,8%) minoritas ialah Perawat, Nelayan,
Tukang kayu dan Tentara dengan jumlah 1 jiwa (0,19%)

TABEL 3.1.7
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PENDUDUK BERDASARKAN
PENDIDIKAN DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA
KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER
2019

36
No Tingkat pendidikan Jumlah Jumlah

Laki-laki Perempuan

F % F % F %

1 Belum Sekolah 50 4,0 37 3 87 7

2 SD 219 17,6 179 14,4 398 32

3 SMP 156 12,5 223 18 379 30,4

5 SMA 121 9,7 169 14 290 23,7

6 Diploma 18 1,4 37 3 55 4,4

7 Sarjana 7 0,5 23 2 30 2,5

Jumlah 571 45,7 668 54,4 1239 100%

:
Sumber Data :
 Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Desa Cot Tufah Kecamatan Gandapura
Kabupaten Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019`````
Analisa Data :
 Dari table di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Cot Tufah
kecamatan gandapura Kabupaten Bireuen tingkat pendidikan mayoritas
ialah laki-laki tamat SD dengan jumlah 219 jiwa (17,6%) dan minoritas
Laki-laki pendidikan Sarjana dengan jumlah 7 jiwa (0,6%).

37
3.2 Analisa Data
Berdasarkan pengkajian data di atas masalah yang ditemukan masalah pada
masyarakat Desa Cot tufah adalah mayoritas tidak Menggunakan KB yaitu 98
jiwa atau (43,1%) .

3.3 Perumusan Masalah


1. Kurangnya pemahaman tentang Keluarga baerencana
2. Kurangnya pemahaman tentang KB dapat meminimalisir kejadian
Stunting
3. Status ekonomi rendah
4. Tingkat pendidikan rendah

3.4 Prioritas masalah


PUS tidak mengetahui apa itu KB, Manfaat KB, Jenis – jenis KB, Bahaya
hamil terlalu tua dan terlalu dekat terhadap kejadian stunting

3.4 Perencanaan
1. Bina hubungan baik dengan keluarga binaan
2. Lakukan asuhan kebidanan kepada keluarga binaan
3. Lakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi dan stunting

3.5 Pelaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan keluarga binaan
2. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga binaan
3. Melakukan Penyuluhan tentang alat kontrasepsi dan stunting

3.6 Evaluasi
a. Hubungan baik dengan masyarakat sudah terjalin
b. Masyarakat mengerti dengan penyuluhan yang diberikan atau disampaika

38
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Program KB sudah terbukti dapat menurunkan angka kelahiran di Indonesia


sejak tahun 1991. Catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di
Indonesia berhasil diturunkan dari 2,6 anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4
anak per wanita pada 2017. Penurunan ini sejalan beriringan dengan semakin
meningkatnya jumlah pemakaian alat kontrasepsi (alat KB) dari 62% pada tahun
2012 menjadi 66 persen hingga 2017. Program keluarga berencana tidak hanya
untuk memenuhi target pemerintah saja tetapi juga sebagai usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. Dengan ber kb dapat
mengendalikan jumlah dan Jarak kehamilan yang terlalu dekat sehingga
memungkinkan anak untuk tmendapatkan kasih sayang dan asupan gizi yang
cukup agar terhindar dari kejadian stunting yaitu kekurangan energi kronik yang
sedang marak terjadi dikalangan masyarakat
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan
sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak
buruk bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satunya yaitu gangguan tumbuh
kembang pada bayi sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi kronik atau
juga disebut dengan stunting. Maka pentingnya mengataur jarak kehamilan yaitu
dengan menggunakan KB. pengaturan jarak ini juga dapat mencegah risiko
kematian ibu dan bayi. Dengan begitu anak yang dikandung dan dilahirkan pun
sehat dan kecil risiko menderita stunting serta memungkinkan anak untuk
mendapatkan asupan gizi dan kasih sayang yang cukup

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO) keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan    terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan
sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak
buruk bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satunya yaitu gangguan tumbuh
kembang pada bayi sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi kronik atau
juga disebut dengan stunting. Maka pentingnya mengataur jarak kehamilan yaitu
dengan menggunakan KB. pengaturan jarak ini juga dapat mencegah risiko
kematian ibu dan bayi. Dengan begitu anak yang dikandung dan dilahirkan pun
sehat dan kecil risiko menderita stunting serta memungkinkan anak untuk
mendapatkan asupan gizi dan kasih sayang yang cukup
Data penduduk di Desa Uteuen Reutoh kecamatan kota juang kabupaten
Bireuen :
 Jumlah KK : 379 KK

40
 Jumlah Masyarakat : 1239 Jiwa
 Jumlah penduduk laki-laki : 571 orang
 Jumlah penduduk perempuan : 668 orang
 Jumlah Bayi : 20 orang
 Jumlah Balita : 50 orang
 Jumlah Akseptor KB : 129 orang
 Jumlah ibu hamil : 6 orang
 Jumlah Ibu Nifas : 2 orang

5.2 Saran
Agar kesejahteraan kesehatan ibu dan anak dapat terjamin maka perlu
diadakan sosialisasi KB untuk meminimalisir kejadian stunting, karena banyak
para orang tua yang belum paham tentang besarnya keuntungan ber KB untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

41
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Pokok Pembahasan : Sosialisasi KB untuk meminimalisir


kejadian stunting
2. Sub Pokok pembahasan
 Pengertian KB dan Stunting
 Manfaat KB
 Jenis - jenis Kontrasepsi
 Penyebanb dan pencegahan Stunting
3. Waktu : 2 Jam
4. Hari dan Tanggal : Selasa, 18 November 2019
5. Tempat : Kantor serba guna Desa Cot tufah
6.Sasaran : PUS dan Balita
7. Tujuan Penyuluhan
 Tujuan Umum
Setelah memberikan penyuluhan ini diharapkan PUS dapat mengerti dan
mengetahui pentingnya berKB untuk meminimalisir kejadian stunting
 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan PUS dapat menjelaskan tentang pengertian
KB dan stunting, Manfaat KB, Jenis kontrasepsi, serta menyampaikan
penyebab dan pencegahan stunting.
8. Metode
 Ceramah
 Diskusi

42
9. Kegiatan Penyuluhan

Agenda Waktu Kegiatan


1. Mengucapkan salam
Pembukaan 30 menit
2. Kata-kata sambutan dari ketua kelompok
3. Kata-kata sambutan dari dosen pembimbing
4. Kata-kata sambutan dari pak keuchik desa Cot
tufah
1. Menjelaskan tentang hasil tabulasi data di desa
Pengkajian 45 menit
Cot tufah
2. Presentasi mengenai sosialisasi KB unuk
meminimalisir kejadian stunting
1. Memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
Tanya Jawab 25 menit
bertanya.
2. Merespon pertanyaan yang diberikan oleh
masyarakat.
1. Menyimpulkan materi
Penutup 20 menit
2. Penyerahan Cendra mata
3. Memberikan salam penutup.
10. Evaluasi
Masyarakat mengerti apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan yang
diberikan oleh mahaiswi dan akan mencoba untuk melaksanakannya.

DAFTAR PUSTAKA

43
artanto, hanafi. 2004. ”Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”. Jakarta : Muliasar
Prawirihardjo,Sarwono. 2010. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono
Abd ar-Rahim ‘Umran. 1997. Islam dan KB. Jakarta: Lentera
Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Masjfuk Zuhdi. 1991. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung

44

Anda mungkin juga menyukai