PENDAHULUAN
1
oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara
dengan jumlah anak yang mengalami stunting. Dengan adanya progam Kb dapat
menentukan kualitas keluarga,meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran, memudahkan
remaja dalam mangambil keputusan untuk merencanakan kesehatan
reproduksinya yang nantinya sebagai persiapan untuk kehamilan dan tumbuh
kembang bayi yamg optimal.
Dari Hasil Survey di Desa Cot tufah dari 379 kk dan 1279 jiwa banyak
ditemukan Masyarakat yang mempunyai anak lebih dari 2 dan kurangnya asupan
gizi yang beresiko menyebabkan stunting pada balita, hal itu dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang KB dan status gizi yang buruk,adapun masalah
lain yang terjadi adalah mengenai kesehatan lingkungan, ekonomi penduduk yang
rendah dan pendidikan yang rendah, sehingga kami ingin melakukan kegiatan di
tentang Sosialisasi KB untuk meminimalisir kejadian stunting di desa Cot tufah
kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen oleh Mahasiswi AKBID munawarah
Bireuen pada kegiatan PBL. Praktek Belajar Lapangan (PBL) itu sendiri
merupakan bentuk pembelajaran klinik dengan menerapkan materi yang telah
didapat dibangku kuliah terutama mata kuliah kebidanan kemunitas pada
keluarga, dimana mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata tentang peran dan
fungsi bidan di masyarakat dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bekerja dengan individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kebidanan
serta dapat mengembangkan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga dengan
menggunakan manajemen kebidanan dan pengorganisasisan masyarakat.
2
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan memberikan asuhan kebidanan mengenai Penerapan KB
untuk meminimalisir kejadian Stunting, diharapakan dapat Mendapatkan
pengalaman nyata dalam peran fungsi dan tugas bidan serta dapat
mengembangkan sikap etis, nasionalisme dan profesionalisme dalam
melaksanakan praktek kebidanan
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswi mampu :
a. Melakukan pengkajian data mengenai Penerapan KB untuk
meminimalisir kejadian Stunting
b. Melakukan interpretasi data dasar
c. Melakukan Perumusan Masalah
d. Menyusun Prioritas Masalah
e. melakukan perencanaan dan tindakan
1.3 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman langsung dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan komunitas selama PBL di Desa Cot tufah Kecamatan
Gandapura Kabupaten Bireuen.
2. Bagi Instansi Pelayanan
Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait khususnya Desa Cot
tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen dalam Sosialisasi KB
untuk meminimalisir kejadian stunting
3. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan asuhan dan tambahan kepustakaan dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan
4. Bagi keluarga
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan yang ada pada masyarakat
3
1.4 Metode
Metode yang digunakan selama PBL di Desa Cot tufah kecamatan Gandapura
kabupaten Bireuen adalah dengan menggunakan beberapa metode antara lain :
a. Observasi, yaitu melihat langsung kelapangan bagaimana status kesehatan
keluarga
b. Wawancara, yaitu tehnik dalam mengumpulkan data yang aktual dengan
melaksanakan komunikasi langsung dengan keluarga.
c. Diskusi, yaitu melakukan diskusi dengan masyarakat tentang masalah
yang ditemui dan masalah yang dirasakan oleh keluarga.
d. Ceramah, yaitu metode yang digunakan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
e. MMD, yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
melalui musyawarah dalam keluarga.
4
1.6 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktek belajar lapangan ini adalah kesehatan ibu dan anak
dengan sasaran :
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas
d. Ibu menyusui
e. Bayi dan Balita
f. Remaja
g. Pasangan usia subur (PUS)
h. Wanita usia subur (WUS)
i. Meunopose
j. Lansia
5
Organisasi Sosial Masyarakat : PKK, Kader, Pengajian
Pelayanan Kesehatan dan Sosial Ekonomi
Pelayanan Kesehatan : Puskesmas
Fasilitas Ibadah : Meunasah dan Masjid
Pembagian Wilayah
Jumlah Desa : 1 Desa
Jumlah Dusun : 4 Dusun (Dusun Tgk.Dikrueng
Tgk.Dilubue,Panglima Razak
Perdamaian).
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
d. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
e. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
f. Menurunnya angka kelahiran bayi
8
menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Injeksi
progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap
fibroid rahim. Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti
mengurangi risiko penyakit radang panggul.
e. Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan
dan mengurangi aborsi.
f. Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan wanita
untuk lebih mengontrol aspek lain dari kehidupan mereka, misalnya
memutuskan kapan dan mengapa mereka menikah. Sejak kontrasepsi
tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan telah berubah.
Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia yang lebih
matang dan rata-rata memiliki anak lebih sedikit. Perubahan
demografis cenderung telah mengurangi beban emosional dan
ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang biasanya
memiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber daya
keuangan sebelum kelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih kecil
juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan sumber
daya yang diberikan per anak.
9
5. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi
dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
10
b. Metode pantang berkala
Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual pada masa
subur. Patokan masa subur adalah sebagai berikut :
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
ejakulasi
3. Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi
c. Metode Suhu Basal
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal
tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih
tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat
digunakan untuk menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat
dengan teliti setiap hari. Suhu basal diukur waktu pagi segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas.
a) Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi.
Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet
vagina saat berhubungan.
b) Daya guna
Gana guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per
tahun. Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100
wanita per tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan
menggunakan pola cara rintangan, misalnya kondom atau
spermisida disamping pantang berkala.
d. Metode lendir serviks
Validasi metode ini dilakukan dengan menghubungkan
pengawasan terhadap perubahan lender servik wanita yang dapat
dideteksi di vulva dan peningkatan jumlah estrogen pada fase
folikuler siklus menstruasi.
11
Perubahan lender serviks selama siklus menstruasi adalah sebagai
berikut :
a) Pada bagan terdapat beberapa hari setelah menstruasi dimana
wanita memiliki pola kering pada vulva yang tidak berubah.
b) Selanjutnya fase praovulasi
c) Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari keempat
setelah masa puncak dan berlanjut sampai menstruasi.
e. MAL
MAL merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan
pemberian ASI pada bayinya. Akan tetap mempunyai efek
kontrasepstif apabila menyusukan secara penuh (eksklusif), belum
haid dan usia bayi kurang dari 6 bulan. Mal berfungsi efektif
hingga 6 bulan, dan bila tetap belum ingin hamil, kombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan.
2) Kontrasepsi Hormone
a. Pil KB kombinasi progestin dan estrogen
a) Kelebihan:
Mengurangi perdarahan saat menstruasi.
Mengurangi gejala PMS.
Membuat siklus haid lebih teratur.
Meningkatkan kepadatan tulang.
Mengurangi risiko penyakit kanker ovarium dan
endometrium, stroke, salphingitis, dan rematik.
b) Kekurangan:
Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
Dapat mengganggu produksi ASI
Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
12
c) Pil KB progestin
Kelebihan:
Tidak menimbulkan efek samping hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
Tidak mengganggu produksi ASI.
Kekurangan:
Berat badan bisa naik.
Siklus menstruasi tidak teratur.
Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
b. Kontrasepsi suntikan
a) Suntikan progestin saja (depopvera 3 bulan)
Keuntungan
Sangat efektif
Tidak mempengaruhi Asi
Efek samping sedikit
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Kerugian :
Sering ditemukan gangguan haid
Pada waktu tertentu harus kembal untuk suntikan
Peningkatan berat badan
b) Suntikan kombinasi( Cylopem 1 Bulan)
Keuntungan
Resiko terhadap kesehatan kecil
Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
Jangka panjang
Sangat Efektif
Kerugian :
Haid tidak teratur
Mual, sakit kepala, nyeri pada payudara
13
Penigkatan berat badan
c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi jenis ini merupakan penanaman sebuah benda kecil
seukuran batang korek api yang dimasukkan ke bagian bawah
kulit, umumnya pada lengan bagian atas. Implan termasuk dalam
kategori KB temporer, dengan jangka waktu pencegahan
kehamilan selama 3 tahun.
Keuntungan :
Memberikan perlindungan jangka panjang
Tidak perlu melakukan pemeriksaan dalam
Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut
Daya guna tinggi
Kerugian :
Nyeri kepala.pusing
Nyeri payudara
Peningkatan/penurunan berat badan
Perubahan mod/ kegelisahan
d. Alat kontrasepsi dalam Rahim
IUD (Intra Uterine Device) atau yang sering dikenal dengan
kontrasepsi spiral ini, merupakan salah satu alat kontrasepsi yang
cukup diminati oleh banyak pasangan di Indonesia. Selain karena
jangka waktu pencegahan kehamilan yang cukup lama, tidak
memerlukan perawatan rumit, juga tingkat kegagalannya rendah.
IUD biasa diletakkan di dalam rahim untuk menghadang sel
sperma menembus sel telur. Terdapat 2 jenis IUD yaitu yang
terbuat dari tembaga dan dapat bertahan selama 10 tahun, atau
yang mengandung hormon dan bertahan selama 5 tahun.
Keuntungan :
Dapat digunakan semua wanita usia subur
Tidak ada intraksi dengan obat obatan
14
Menngkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut
hamil
Kerugian :
Kemungkinan AKDR keluar sendiri
Perubahan siklus haid, haid lebih banyak/sedikit
Tidak baik digunakan bagi wanita bergonta ganti pasangan
15
c. Diafragma
Diafragma biasanya terbuat dari lateks atau silikon, berbentuk
melingkar seperti kubah dan berfungsi mencegah sperma masuk
ke dalam rahim.
Kelebihan:
Dapat digunakan dengan spermisida untuk meningkatkan
efektivitasnya.
Bisa dipakai berulang kali.
Kekurangan:
Diafragma yang terlalu besar bisa membuat rasa yang tidak
nyaman, sedangkan yang terlalu kecil bisa berisiko lepas atau
pindah posisi.
Dapat menimbulkan iritasi.
4) Metode Operasi
a. Vasektomi adalah tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan
aliran sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria.
Hal ini memerlukan tindakan medis atau operasi dan bersifat
permanen.
Efek samping vasektomi:
Bisa terdapat darah di dalam air mani
Memar pada testis beberapa bulan pasca operasi
Pendarahan atau pembekuan darah pada area testis
Infeksi pasca operasi
Perasaan tidak nyaman pasca operasi
b. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan KB permanent atau sterilisasi pada
perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup
tuba falopi sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus
menghalangi sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi
16
Efek samping tubektomi:
Nyeri pada panggul atau perut
Infeksi pasca operasi
Pendarahan
Komplikasi
Beberapa orang juga dapat mengalami hamil ektopik
Setiap alat kontrasepsi ataupun tindakan pencegahan kehamilan
memang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Efek
sampingnya pun akan berbeda-beda setiap orang, ada orang yang
mungkin akan mengalaminya, tapi ada pula yang tidak akan
merasakannya.
2.2 Stunting
17
1. Definisi Balita pendek (Stunting)
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun).
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan
sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang
atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri
tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa
individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual
akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002).
2. Tanda dan gejala stunting
a. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat
bayi lahir rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya
tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.
b. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah
5cm/tahun desimal.
c. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada
kelainan hormonal.
d. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
e. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.
18
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi
stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam
dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu
mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia
enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua
tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka
panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak
dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung
lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa
yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan
anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted
adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan
tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted
mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan
rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah
keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang
19
hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa
remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan
mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.
4. Penyebab Stunting
a. Asupan Zat Gizi
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di
kalangan balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat
kekurangan konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat
gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang
tersedia pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang
digunakan oleh tubuh sebagai pembangun yang berfungsi
memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat gizi pada disebabkan
karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan badan atau adanya ketidakseimbangan antara
konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun
kualitatif (Irianton A, 2015).
Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab
langsung terjadinya stunting pada balita. Kurangnya asupan energi
dan protein menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak diketahui.
Kurangnya beberapa mikronutrien juga berpengaruh terhadap
terjadinya retardasi pertumbuhan linear. Kekurangan mikronutrien
dapat terjadi karena rendahnya asupan bahan makanan sumber
mikronutrien tersebut dalam konsumsi balita sehari-hari serta
disebabkan karena bioavailabilitas yang rendah.
20
a) Daya Beli Keluarga
Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan
keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian
besar pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan orang orang tidak
mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan. Anak
yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan
terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan yang
paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan
pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi keadaan gizi
b) Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang
ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makan
keluarga, serta pengasuhaan dan perawatan anak. Bagi keluarga
dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi,
sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari- hari (Depkes RI, 2015).
b. Riwayat Kehamilan
a) Usia Ibu Hamil
Usia ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir,
pada usia ibu yang masih muda, perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu
emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada
saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menghadapi
kehamilannya secara sempurna, dan sering terjadi komplikasi-
komplikasi. Telah dibuktikan pula bahwa angka kejadian
persalinan kurang bulan akan tinggi pada usia dibawah 20 tahun
dan kejadian paling rendah pada usia 26–35 tahun, semakin
muda usia ibu maka yang dilahirkan akan semakin ringan.
Risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan
21
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya
dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR. Usia ibu yang
beresiko akan berpotensi untuk melahirkan bayi BBLR, bayi
yang BBLR akan berpotensi untuk menjadi stunting (Depkes RI,
2013)
b) Hamil dengan KEK (Kurang Energi Kronis)
Kurang energi kronis merupakan keadaan di mana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu (Depkes RI 2012). Kekurangan energi kronik dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(bumil). Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
(dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan)
muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi
kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu, antara lain anemia, perdarahan,
mempersulit persalinan sehingga terjadi persalinan lama,
prematuritas, perdarahan setelah persalinan, bahkan kematian
ibu (Muliarini, 2010). Ibu hamil yang menderita KEK dan
anemia berisiko mengalami Intrauterine Growth Retardation
(IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, dan bayi yang
dilahirkan mempunyai BBLR (Depkes RI, 2010).
c) Kadar Hb (Hemoglobin)
Masa kehamilan sering sekali terjadi kekurangan zat besi dalam
tubuh. Zat besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan
untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu
mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk
mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot) , kolagen
(protein yang terdapat ditulang, tulang rawan, dan jaringan
22
penyambung) serta enzim zat besi juga berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh (Dewi, 2013). Saat hamil kebutuhan zat besi
meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini
terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat sampai
50% sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk
hemoglobin.Volume darah meningkat disebabkan karena terjadi
pengenceran darah, kebutuhan pembentukan plasenta, dan
pertumbuhan janin. Hemoglobin (sel darah merah) yang
disingkat dengan Hb adalah metaloprotein atau protein yang
mengandung zat besi dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru–paru ke seluruh tubuh. Selain itu
hemoglobin juga memainkan peran penting dalam menjaga
bentuk sel darah merah. Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan selama kehamilan bertujuan untuk menelusuri hal-
hal yang sekecil kecilnya mengenai segala sesuatu yang
mungkin dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya
(Oswari E, 2008). Antenatal care adalah perawatan yang
diberikan kepada ibu hamil, selama kehamilan secara berkala
yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang
ditemukan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang
ditentukan. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal
atau mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan,
sehingga kesehatan selama masa kehamilan dapat dipelihara dan
yang terpenting adalah ibu dan berada dalam keadaan sebaik
mungkin pada saat persalinan.
23
Secara individual, BBLR merupakan prediktor penting dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. Bila bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badannya kurang dari seharusnya desebut
dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa kehamilan.
Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan
organ organ tubuhnya, dan semakin rendah berat badannya saat
lahir dan semakin tinggi risikonya mengalami berbagai komplikasi
berbahaya. Dampak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat erat
kaitannya dengan mortalitas janin. Keadaan ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap
penyakit kronis di kemudian hari. Secara individual, BBLR
merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan
hidup bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi
pada kematian bayi dan anak (WHO, 2017). Dampak lanjutan dari
BBLR dapat berupa gagal tumbuh (growth faltering), penelitian
Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa bayi BBLR memiliki
potensi menjadi pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR,
pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko malnutrisi.
d. ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6
bulan akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk
gangguan lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-
anak. Hal ini disebabkan adanya antibody penting yang ada dalam
kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi
bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan
tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum
(Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009
e. Infeksi
24
Infeksi adalah invasi (masuk ke dalam tubuh) dan multiplikasi
(pertumbuhan dan perkembangan) mikroorganisme patogen
dibagian tubuh atau jaringan, yang dapat menghasilkan cedera
jaringan berikutnya dan kemajuan untuk terbuka penyakit melalui
berbagai mekanisme seluler atau beracun (Notoadmojo, 2010).
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi enterik
seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh
infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan
akibat serangan infeksi, dan inflamasi. Konsumsi diet yang cukup
tidak menjamin pertumbuhan fisik yang normal karena kejadian
penyakit lain, seperti infeksi akut atau kronis, dapat mempengaruhi
proses yang kompleks terhadap terjadinya atau pemeliharaan defisit
pertumbuhan pada (Anisa, 2012
6. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan
sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara
pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik,
yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis)
dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang
25
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya
kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu
dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.Stunting yang
terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang
rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya
dan sulit diperbaiki.Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan
gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga
beberapa zat gizi mikro.
26
mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6
bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah
dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga
diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat
dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendetek
dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi
lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga
terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga
meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya
berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi
keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang
baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan
penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara
yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
27
Program keluarga berencana bukan hanya sekedar program pemerintah yang
bertujuan untuk menekan pertumbuhan masyarakat yang ada di Indonesia, namun
program ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan perempuan, anak, maupun
keluarga. Program KB ikut andil dalam penurunan angka stunting, banyak
program BKKBN yang menyasar pada pencegahan stunting, bahkan dimulai
dari sebelum 1.000 hari pertama kehidupan. Intervensi stunting bukan hanya
intervensi sensitif gizi dari sektor kesehatan, tapi juga intervensi spesifik mulai
dari mempersiapkan calon ibunya sejak remaja. program KB fokus pada
kesehatan reproduksi perempuan. Seorang ibu disarankan untuk merencanakan
dan mengatur jarak kehamilannya dengan baik
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan
sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak
buruk bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satunya yaitu gangguan tumbuh
kembang pada bayi sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi kronik atau
juga disebut dengan stunting. Maka pentingnya mengataur jarak kehamilan yaitu
dengan menggunakan KB. pengaturan jarak ini juga dapat mencegah risiko
kematian ibu dan bayi. Dengan begitu anak yang dikandung dan dilahirkan pun
sehat dan kecil risiko menderita stunting serta memungkinkan anak untuk
mendapatkan asupan gizi dan kasih sayang yang cukup. Mama juga dapat
mempersiapkan tubuhnya kembali untuk terjadinya kehamilan, dengan status gizi
yang baik, tidak kekurangan zat gizi apapun yang dapat mempengaruhi
kehamilan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi setiap pasangan untuk
melakukan program keluarga berencana.
BAB III
28
HASIL PENDATAAN
Jumlah
No Jenis Kelamin
F %
1 Laki-laki 571 46
2 Perempuan 668 54
Sumber Data :
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk dari 379 KK di Desa
Cot tufah Kabupaten Bireuen berdasarkan jenis kelamin mayoritas ialah
perempuan dengan jumlah 668 jiwa (54%) dan minoritas ialah laki-laki
dengan jumlah 571 jiwa (46%)
29
TABEL 3.1.2
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN TINGKATAN UMUR DI DESA COT TUFAH
KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04
NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019
Jenis Kelamin
Jumlah
Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan
F % F % F %
Sumber Data :
30
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan
tingkatan umur di Desa Cot tufah adalah 1239 dengan mayoritas
perempuan umur 20-44 tahun berjumlah 276 jiwa (22,2 %) dan
minoritasnya Laki laki umur 0-11 bulan berjumlah 8 jiwa (0,64%)
TABEL 3.1.3
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PEMBERIAN IMUNISASI DI DI
DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019
Jumlah
No
Pemberian Imunisasi F %
1 Lengkap 6 10
2 Tidak lengkap 34 50
3 Belum lengkap 13 30
4 Tidak diimunisasi 17 10
Jumlah 70 100
Sumber Data :
31
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 bayi di Desa Cot tufah
yang mendapat imunisasi lengkap berjumlah 2 orang (10%), yang tidak
lengkap berjumlah 10 orang (50%), belum lengkap berjumlah 6 orang
(30%), dan yang tidak mendapat imunisasi berjumlah 2 orang (10%)
TABEL 3.1.4
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019
Jumlah
No Pemberian Asi
F %
1 Ada 4 14,3
Jumlah 28 100
Sumber Data :
32
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
Dari table di atas dapat diketahui bahwa dari 28 bayi di Desa Cot tufah
mayoritas tidak mendapat ASI Ekskusif berjumlah 24 bayi (85,7%), dan
minoritas adalah yang mendapatkan Asi Eksklusif berjumlah 4 bayi
(14,3%).
TABEL 3.1.5
DISTRIBUSI FREKUENSI JUMLAH AKSEPTOR KONTRASEPSI
DIDESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN
BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER 2019
JUMLAH
NO Aseptor KB
F %
1 Pil 69 30,3
2 Suntik 47 20,7
3 Implant 5 2,2
4 AKDR 3 1,3
5 Tubektomi 1 0,4
33
6 Kondom 4 1,7
TABEL 3.1.6
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PENDUDUK BERDASARKAN
PEKERJAAN DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA
KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER
2019
Jumlah
No Pekerjaan
F %
2 Honorer 5 0,9
3 PNS 24 4,6
4 Dokter 2 0,38
34
5 Perawat 1 0,19
7 Pedagang 10 1,9
8 Nelayan 1 0,19
10 sopir 2 0,38
11 Tentara 1 0,19
14 Buruh 2 0,38
Sumber Data :
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Cot tufah Kecamatan Gandapura Kabupaten
Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019
Analisa Data :
35
Dari table di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Cot tufah
Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen pekerjaan Mayoritas ialah
Petani dengan jumlah 179 jiwa (34,8%) minoritas ialah Perawat, Nelayan,
Tukang kayu dan Tentara dengan jumlah 1 jiwa (0,19%)
TABEL 3.1.7
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI PENDUDUK BERDASARKAN
PENDIDIKAN DI DESA COT TUFAH KECAMATAN GANDAPURA
KABUPATEN BIREUEN PERIODE 04 NOVEMBER S/D 24 NOVEMBER
2019
36
No Tingkat pendidikan Jumlah Jumlah
Laki-laki Perempuan
F % F % F %
:
Sumber Data :
Hasil pendataan primer mahasiswi Akademi Kebidanan Munawarah
Bireuen yang PBL di Desa Desa Cot Tufah Kecamatan Gandapura
Kabupaten Bireuen periode 04 November s/d 24 November 2019`````
Analisa Data :
Dari table di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Cot Tufah
kecamatan gandapura Kabupaten Bireuen tingkat pendidikan mayoritas
ialah laki-laki tamat SD dengan jumlah 219 jiwa (17,6%) dan minoritas
Laki-laki pendidikan Sarjana dengan jumlah 7 jiwa (0,6%).
37
3.2 Analisa Data
Berdasarkan pengkajian data di atas masalah yang ditemukan masalah pada
masyarakat Desa Cot tufah adalah mayoritas tidak Menggunakan KB yaitu 98
jiwa atau (43,1%) .
3.4 Perencanaan
1. Bina hubungan baik dengan keluarga binaan
2. Lakukan asuhan kebidanan kepada keluarga binaan
3. Lakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi dan stunting
3.5 Pelaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan keluarga binaan
2. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga binaan
3. Melakukan Penyuluhan tentang alat kontrasepsi dan stunting
3.6 Evaluasi
a. Hubungan baik dengan masyarakat sudah terjalin
b. Masyarakat mengerti dengan penyuluhan yang diberikan atau disampaika
38
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO) keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan
sebaiknya 2 hingga 3 tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak
buruk bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satunya yaitu gangguan tumbuh
kembang pada bayi sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi kronik atau
juga disebut dengan stunting. Maka pentingnya mengataur jarak kehamilan yaitu
dengan menggunakan KB. pengaturan jarak ini juga dapat mencegah risiko
kematian ibu dan bayi. Dengan begitu anak yang dikandung dan dilahirkan pun
sehat dan kecil risiko menderita stunting serta memungkinkan anak untuk
mendapatkan asupan gizi dan kasih sayang yang cukup
Data penduduk di Desa Uteuen Reutoh kecamatan kota juang kabupaten
Bireuen :
Jumlah KK : 379 KK
40
Jumlah Masyarakat : 1239 Jiwa
Jumlah penduduk laki-laki : 571 orang
Jumlah penduduk perempuan : 668 orang
Jumlah Bayi : 20 orang
Jumlah Balita : 50 orang
Jumlah Akseptor KB : 129 orang
Jumlah ibu hamil : 6 orang
Jumlah Ibu Nifas : 2 orang
5.2 Saran
Agar kesejahteraan kesehatan ibu dan anak dapat terjamin maka perlu
diadakan sosialisasi KB untuk meminimalisir kejadian stunting, karena banyak
para orang tua yang belum paham tentang besarnya keuntungan ber KB untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
41
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
42
9. Kegiatan Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA
43
artanto, hanafi. 2004. ”Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”. Jakarta : Muliasar
Prawirihardjo,Sarwono. 2010. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono
Abd ar-Rahim ‘Umran. 1997. Islam dan KB. Jakarta: Lentera
Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Masjfuk Zuhdi. 1991. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung
44