Anda di halaman 1dari 11

Laporan Uji Protein

Uji Milon

Disusun Oleh:

Aryoka Natakusuma (07)

XII-MIPA 5

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 CIBINONG

Jl. Karadenan No. 5 Cibinong, Bogor 16913 Telp/Fax. ( 0251 ) 8654347


Web : www.sman2cibinong.sch.id
Email : info@sman2cibinong.sch.id
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Uji Protein
Uji Milon” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata Pelajaran Kimia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tintin Sugiharti, S.Pd., M.Pd. selaku
guru mata pelajaran Kimia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan saya
yang telah membantu dalam proses pembuatan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan sehingga dapat mencapai kesempurnaan
untuk laporan ini.

Bogor, 20 maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan Percobaan 3
1.3 Prinsip Percobaan 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 4

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat 7
3.2 Prosedur Percobaan 7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan 8

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang
mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus
amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida (Poedjiadi, 1994).
Protein adalah senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan
hingga jutaan satuan(g/mol), komponen protein terdiri atas atom karbon, hydrogen,
oksigen, nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur dan fosfor. Protein yang
tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Protein disebut juga
polypeptida karena beberapa asam amino saling berikatan dalam ikatan peptida. Adapun
protein yang mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan
karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang
dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam
aminonya (Devi, 2010).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas protein adalah pemanasan.
Dengan pemenasan, kandungan protein pada suatu bahan akan mengalami kerusakan atau
biasa disebut dengan denaturasi. Denaturasi akan mengakibatkan protein yang
dikonsumsi tidak akan bisa diserap dan digunakan oleh tubuh secara optimal. Hal tersebut
dapat menurunkan tingkat produksi jika terjadi pada ternak. Selain pemanasan, masih
banyak faktor yang mengakibatkan terdenaturasinya protein sehingga percobaan
mengenai sifat-sifat protein sangat perlu dilakukan untuk mengetahui cara penanganan
dan penggunaan protein yang baik dan benar.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapaun tujuan pada percobaan ini adalah ingin menunjukkan adanya asam amino
dengan gugus Fenol pada protein.
1.3 Prinsip Percobaan
Reaksi Milon yaitu garam mercurinitrat akan bereaksi dengan asam amino dengan gugus
Fenol yang apabila positif akan membentuk komplek berwarna merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Protein merupakan komponene utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun
hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar
setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah
senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsure-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (±
7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung
Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya
mengandung unsure logam seperti tembaga dan besi (De man 1997).
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya
sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit,
otot, rambut, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya.
Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif.
Beberapa diantaranya enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen, hormone sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibody untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein dalam jangka waktu
lama dapat mengganggu berbagai proses metabolism di dalam tubuh serta mengurangi
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (De man 1997).
Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari
hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protei dari
beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-
buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-
asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan
tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke
arah hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk
pembentukan sel-sel tubuh protein dapat pula digunakan sebagai bhan bakar apabila
keperluan energy tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Wirahadikusumah
1989).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan
asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui
ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu
dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul
air. Peptide yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptide
yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut, tripeptida,
tetrapeptida, dan seterusnya (Devi 2010).
Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih
residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein
tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Suatu
protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimis lain
disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen. Namun,
banyak protein mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivate vitamin, lipid,
atau karbohidrat. Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari
jenis protein ini disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipid dan
glikoprotein mengandung gula (Devi 2010).
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama,
yaitu:
1. Protein globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida
yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau etanol.
Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibody.
2. Protein fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida
memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber memberikan peran structural
atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol. Contoh:
keratin pada rambut, kolagen pad tulang rawan, dan fibroin pada sutera.
Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu
makromolekul. Sepertu senyawa polimer lain (misalnya: pati), protein dapat pula
dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-asam
amino.
Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis
asam amino penyusunnya. Sebaguan besar protein bila dilarutkan dalam air akan
membentuk disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membrane
semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organic seperti eter, kloroform,
atau benzene.
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia,
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pasa struktur
molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea,
alcohol atau sabun. Proses denturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula
yang irreversible, tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan
menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah
mengendap (Lehninger 1982).
Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) pada
ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan
larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+ ,
sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa guguskarboksilat
bereaksi dengan ion OH-. Sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan pada
molekul preotein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik
(Lehninger 1982).
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik isoelektrik
(TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan positif dan negative
yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein tidak
bergerak dibawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektris, protein akan mengalami
pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau
pemurnian suatu protein.
Pada uji susunan elementer protein, semua jenis protein tersusun atas unsure-unsur
karbon (C ), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang
mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). dengan metode pembakaran atau
pengabunan, akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C,H, O, dan N.
Pada uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian
ada yang mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak larut
dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau
ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini
disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkup molekul-molekul protein.
Pada uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam terhadap
kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya
dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif
garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh
garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian besar protein
dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam
trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahn asam-asam menyebabkan terbentuknya
garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi
irreversible dengan adanya logam-logan berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+, sehingga
mudah mengendap (sirajuddin 2012).
Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptide
atau lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif
terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2,
-C(NH)NH2, dan –CONH2. Biuret adalah senyawa denga dua ikatan peptide yang
terbentuk pada pemanasan dua molekul urea (Yazid 2006).
Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino
bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru.
Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu
hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi
asam α-amino bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2
dan NH3 yang dilepaskan. Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan
gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-,
3-, and 4-asam aminobenzoat menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif).
Beberapa amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga
merah (hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam amino
(hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah) maka uji
negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan
untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitif
bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger 1982).
Pada uji xantoprotein, reaksi pada uji xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Tidak semua protein mengandung asam amino yang
mengandung cincin benzena. Dari 20 jenis asam amino, terdapat 3 asam amino yang
mengandung gugus benzena (cincin fenil) yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Jika
protein yang mengandung cincin benzena ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah
menjadi jingga (Sumardjo 2008)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Gelas Beker
2. Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Pipet Volum
5. Pipet Pump
6. Hot plate
Bahan yang digunakan :
1. Pepton 1%
2. Larutan Albumin
3. Larutan susu putih
4. Pereaksi Milon
3.2. Prosedur Percobaan
1. Ambil sampel (Pepton, albumin, dan susu) masing-masing sebanyak 2 ml
dengan menggunakan pipet pump dan pipet volume.
2. Kemudian masukan masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi yang
sudah diberi label sesuai dengan sampel yang diberi.
3. Tambahkan larutan pereaksi milon sebanyak 5 tetes ke dalam masing-
masing tabung reaksi.
4. Larutkan pereaksi dengan cara sedikit menggoyang-goyangkan masing-
masing tabung reaksi.
5. Panaskan ketiga tabung reaksi dengan cara memasukan tabung-tabung
tersebut ke dalam gelas beker dengan air yang sudah dipanaskan oleh Hot
plate.
6. Tunggu 10 menit dan amati apakah terjadi perubahan pada masing-masing
tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Tabel
4.1.2.
No Zat Uji Hasil Uji Asam amino
1 Pepton Hanya ada -
endapan
2 Albumin Merah +
3 Susu putih Hanya ada -
endapan
Pembahasan
Uji Millon digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin dalam suatu
sampel yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah pada sampel protein.
Tirosin merupakan asam amino yang mengandung gugus fenol pada rantai samping-nya
(gugus R-nya). Pereaksi millon mengandung merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrit dan
asam nitrat. Gugus fenol pada tirosin ini akan ternitrasi membentuk garam merkuri dengan
pereaksi millon yang akan membentuk kompleks berwarna merah. (Poedjiadi 2007) Uji ini
dilakukan pada sampel, gelatin, kasein, pepton, dan urea dengan konsentrasi 0,1%.

Gambar. Reaksi Uji Millon (Annonymous,2012)


Hasil percobaan yang kami lakukan reagen yang positif adalah kasein 0,1%
dengan menghasilkan warna kuning merahan, sedangkan untuk gelatin 0,1% ,
pepton 0,1% dan urea 0,1 % berwarna putih yang berarti negatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat sedangkan menurut Sajuthi Dondin et.al. (2010) bahwa kasein
merupakan protein yang paling banyak mengandung asam amino tirosin.
Tirosin merupakan gugus R dari asam amino polar yang larut dalam air atau
lebih hidrofilik dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena golongan ini
mengandung gugus fungsional yang mengikat ikatan hydrogen dengan air.
Bentuk yang
umum adalah L-tirosin (S -tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer
struktur: para, meta,dan orto (Lehninger 1982). Tirosin dalam bentuk tirosina,
memiliki peran kunci dalampengaktifan beberapaenzim tertentu melalui proses
fosforilasi (membentuk fosfotirosina) pada transduksi signal. Bagi manusia,
tirosina merupakan prekursor hormon tiroksin dan triiodotironin yang dibentuk
dikelenjar tiroid, pigmen kulit melanin, dan dopamin, norepinefrin dan epinefrin
(Winarno FG 2004).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Adanya asam amino pada suatu protein dapat dibuktikan apabila larutan menjadi
berwarna merah setelah dilarutkan dengan pereaksi Millon
2. Uji positif ditandai dengan perubahan warna larutan berubah menjadi warna
kemerahan

Anda mungkin juga menyukai