Anda di halaman 1dari 9

Nama : Faidatul Rohmah

Nim : 1150019035

1. Apa yang anda ketahui tentang uhkuwah dalam NU, jelaskan! 


Jawab : Kata ukhuwah berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk abstrak dari kata
akhun. Struktur katanya sama dengan kata bunuwah dari kata ibnun yang artinya
anak laki-laki. Akhun dapat berarti saudara, bentuk jamaknya ikhwah, dapat pula
diartikan kawan, bentuk jamaknya ikhwan. Kata ukhuwah menurut bahasa bisa
diartikan kesaudaraan/persaudaraan atau kekawanan/perkawanan. Dalam
penggunaan sehari-hari, sering juga dipakai dua pengertian tersebut. Dalam Al-
Qur’an, hubungan antar kaum mukmin disebut ikhwah bukan ikhwan, yang berarti
bahwa orang mukmin bukan sekadar teman bagi mukmin yang lain, namun lebih
dari itu adalah saudara.Tetapi dalam ayat lain juga disebutkan sebagai ikhwan yang
juga diperkuat oleh hadits. Ukhuwah Islamiyah, dengan demikian berarti hubungan
persaudaraan atau perkawanan antar sesama umat Islam, dan dalam konteks
keindonesiaan adalah seluruh umat Islam di Indonesia, baik yang tergabung dalam
ormas Nahdlatul Ulama.
Ukhuwah Islamiyah dimaksud, seperti lazimnya hubungan persaudaraan antar
anggota keluarga tertentu, sebagai suatu komunitas tentu mengandung nilai-nilai
pengikat tertentu, baik yang disepakati bersama, yang tumbuh dari keyakinan
dogmatis mau pun yang tumbuh secara naluriah atau fitriyah. Tetapi meskipun ada
pengikat yang amat kuat dan melekat sekalipun, tidak berarti tanpa perbedaan.
Sebagai umat, masing-masing mempunyai ciri, watak, latar belakang kehidupan dan
wawasan berbeda satu sama lain.
2. Jelaskan macam-macamnya ukhuwah dan berikan contohnya! 
Jawab : 4. Macam" ukhuwah
1) Ukhuwah, ubudiyah atau saudara sesama makhluk dan sama-sama tunduk kepada
Allah.

2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah


bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah
Saw. juga menekankan lewat sabda beliau, "Jadilah kalian hamba Allah yang
bersaudara. Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara"

3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan


kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw.
Bersabda : "Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang
datang sesudah (wafat)-ku."

3. apakah konsep khittah NU itu? jelaskan 


Jawab : konsep yang mengatur hubungan NU dengan bidang politik praktis itu
hanya mengikat secara keorganisasian atau kelembagaan. Artinya, secara
kelembagaan, NU dilarang melakukan aktivitas politik praktis. Namun, tiap warga
NU tetap memiliki hak dan kebebasan berpolitik.
Khittah NU adalah landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU ysng
tercermin dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi dan dalam setiap
proses pengambilan keputusan (decision making), berupa paham Islam Ahlussunnah
wal jama’ah dan juga digali dari sejarah khidmahnya dari masa ke masa.
4. jelaskan latar belakang dan butir-butir khittah NU!

4. Latar Belakang Kembali Ke khittah

Pada Muktamar Ke-27 tahun 1984 secara resmi NU kembali ke Khittah NU 1926. Ini
ditandai keluarnya NU dari PPP. Dan kembali menjadi organisasi sosial keagamaan
sebagaimana saat didirikan, 31 Januari 1926.

NU mencakup tujuan pendirian NU, gerakan-gerakan NU dan lain-lain. Ada


Perbincangan Khittah NU sering dikaitkan dengan urusan politik. Sementara, cakupan
Khittah NU 1926 pada dasarnya tidak hanya menerangkan ihwal hubungan organisasi NU
dengan politik, tetapi juga hal-hal mendasar terkait soal ibadah kepada Allah Swt dan
kemasyarakatan. Khittah anggapan, hal ini sudah mulai dilupakan banyak orang.
Seringkali, bicara Khittah NU 1926 hanya dikaitkan hubungan NU dengan PKB, PKNU,
PPP dan partai politik lain. Padahal khittah bukan sebatas itu, dan mencakup tema-tema
yang luas seluas wilayah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Menurut Kyai
Muchit, Khittah NU 1926 merupakan dasar agama warga NU, akidahnya, syariatnya,
tasawufnya, faham kenegaraannya, dan lain-lain.

Pada Muktamar Ke-27 NU di Situbondo, Jawa Timur, pada pasal pengertian khittah
menyebutkan, Khitthah NU 1926 merupakan landasan berfikir, bersikap dan bertindak
warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi.
Juga daIam setiap proses pengambilan keputusan. Landasan tersebut ialah faham Islam
Ahlussunnah wal Jama'ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia.
Ini meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan. Khitthah NU 1926
yang digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa.

Dalam praksisnya, Khittah NU 1926, misal, terkait dengan persoalan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Dalam pandangan Khittah NU 1926, NKRI sudah final. NU
tidak sepakat dengan pemberlakukan hukum Islam secara legal formal. Selain itu,
menurut keputusan Muktamar Ke-27 juga disebutkan, NU sebagai organisasi keagamaan,
merupakan bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia.

Khittah NU 1926 juga melandasi praksis hubungan kemasyarakatan yang senantiasa


memegang teguh prinsip persaudaraan, toleransi, kebersamaan dan hidup berdampingan
baik dengan sesama warga negara dengan keyakinan atau agama lain untuk bersama-
sama mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.

Kini, banyak orang memunculkan gagasan, perlunya membumikan Khittah NU 1926


dalam tatara yang lebih praktis, lebih konteks, dan lebih memberi daya dorong dalam
beragam persoalan. Khittah NU 1926 dirasakan masih ”abstrak” dan ”imajiner”
dibandingkan dengan sebagai ruh yang mampu memberi daya dorong dalam segala lini
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Khitthah NU terdiri dari 9 butir, meliputi; Mukaddimah, Pengertian, Dasar-dasar


Pemikiran Nahdlatul Ulama, Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama,  Perilaku yang
dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan Nahdlatul Ulama,
ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan Nahdlatul Ulama. Fungsi Organisasi dan kepemimpinan
Ulama di dalam NU; Khotimah.

1.   Mukaddimah

Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar kesadaran dan keinsafan bahwa setiap manusia
hanya bisa memenuhi kebutuhannya bila bersedia untuk hidup bermasyarakat. Dengan
bermasyarakat, manusia berusaha mewujudkan kebahagiaan dan menolak bahaya
terhadapnya. Persatuan, ikatan batin, saling bantu membantu dan keseia sekataan
merupakan prasyarat dari tumbuhnya persaudaraan (al-ukhuwwah) dan kasih sayang yang
menjadi landasan bagi terciptanya tata-kemasyarakatan yang baik dan harmonis.

Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyyah adalah wadah bagi para ulama dan
pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M dengan
tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam
yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah dan menganut salah satu madzhab empat,
masing-masing Imam Abu Hanifah An- Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Idris
Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal; serta untuk mempersatukan langkah para
ulama dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan martabat manusia.

Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk
ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertakwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tenteram, adil dan sejahtera.
Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang
didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul
Ulama. Inilah yang kemudian disebut sebagai Khitthah Nahdlatul Ulama

2.Pengertian

Khitthah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga
Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun
organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang diterapkan menurut
kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun
kemasyarakatan.

Khitthah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmah nya dari
masa ke masa

3.Dasar-dasar Pemikiran Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam:


Al-qur’an, AsSunnah, Al- Ijma’ dan Al-Qiyas.
Dalam memahami, menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul
Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan
(Al Madzhab) :

-Di bidang ‘Aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang
dipelopori oleh Imam  Abul Hasan Al Asy’ary dan Imam Abu Mansur Al Maturidi.

-Di bidang Fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah satu
dari madzhab Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin
Idris Asy Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.

-Di bidang Tasawwuf mengikuti antara lain Imam Al Junaid Al Baghdadi dan Imam Al
Ghazali serta Imam-lmam yang lain.

3.Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fithri, yang
bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh manusia. Faham
keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang
baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti
suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.

4.Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (Naskah Khitthah NU butir ke-4)

Dasar-dasar pendirian faham keagamaan Nahdlatul Ulama tersebut menumbuhkan sikap


kemasyarakatan yang bercirikan pada;

Sikap Tawasuth dan I’tidal. Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang
menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.
Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi panutan yang bersikap dan
bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk
pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).

Sikap Tasamuh. Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah
keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah; serta
dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
Sikap Tawazun. Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada
Allah subhanahu wa ta’ala, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan
hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu dan masa mendatang.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang
baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah
semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

5.Perilaku yang dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan Nahdlatul
Ulama.

Dasar-dasar keagamaan (angka 3) dan sikap kemasyarakatan tersebut (angka 4)


membentuk perilaku warga Nahdlatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan
maupun organisasi yang :

Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam.

Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi

Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah dan berjuang.

Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwah) persatuan (al-ittihad) serta kasih


mengasihi.

Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlak al-karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran


(ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.

Menjunjung tinggi kesetiaan (Loyalitas) kepada agama, bangsa dan negara.

Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.

Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa manfaat
bagi kemaslahatan manusia.

Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu dan mempercepat


perkembangan masyarakatnya.

Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.


6.lkhtiar-ikhtiar yang dilakukan Nahdlatul Ulama (Naskah Khitthah NU butir ke-6)

Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang utama kegiatannya sebagai
ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik tujuan yang bersifat keagamaan
maupun kemasyarakatan.

Ikhtiar-ikhtiar tersebut adalah :

Peningkatan silaturahmi (komunikasi) inter-relasi antar Ulama. (dalam statoeten


Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : mengadakan perhoeboengan diantara
oelama-oelama jang bermadzhab ).

Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan.(dalam statoeten


Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan : memeriksa kitab-kitab sebeloemnya dipakai
oentoek mengadjar, soepaja diketahoei apakah itoe daripada kitab-kitab ahli soennah wal
djamaah ataoe kitab-kitab ahli bid’ah; memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar
agama Islam.

Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan


pelayanan sosial. (dalam statoeten Nahdlatuoel Oelama 1926 diseboetkan: Menjiarkan
agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal, memperhatikan hal-hal yang
berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe dan pondokpondok, begitu
djuga dengan hal ihwalnja anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin).

Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah. (dalam
statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 diseboetkan: mendirikan badan-badan oentoek
masyarakat, terutama dengan memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan dan
peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama Islam).

Kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh Nahdlatul Ulama pada awal berdiri dan khidmah nya
menunjukkan pandangan dasar yang peka terhadap pentingnya terus-menerus dibina
hubungan dan komunikasi antar para Ulama sebagai pemimpin masyarakat serta adanya
keprihatinan atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan dan
kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat masalah ini sebagai bidang garapan
yang harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan nyata.
Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan mendasari kegiatan Nahdlatul Ulama dari masa ke masa
dengan tujuan untuk melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan masyarakat,
terutama dengan mendorong swadaya masyarakat sendiri.

Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatuan para Ulama dan
pengikutnya, masalah pendidikan, dakwah Islamiyah, kegiatan sosial serta perekonomian
adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan untuk mengubah masyarakat yang
terbelakang, menjadi sejahtera dan berakhlak mulia.

Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut sekaligus menumbuhkan partisipatif terhadap


setiap usaha yang bertujuan membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat.

Setiap kegiatan Nahdlatul Ulama untuk kemaslahatan manusia dipandang sebagai


perwujudan amal ibadah yang didasarkan pada faham keagamaan yang dianut.

7.Fungsi Organisasi dan kepemimpinan Ulama di dalam NU

Dalam rangka melaksanakan ikhtiarnya Nahdlatul Ulama membentuk organisasi yang


mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi
bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat
keagamaan maupun kemasyarakatan.

Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyyah yang membawa
faham keagamaan, maka ulama sebagai matarantai pembawa faham Islam Ahlussunnah
wal Jama’ah selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan
pembimbing utama jalannya organisasi.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya, Nahdlatul Ulama menempatkan tenaga


tenaga yang sesuai dengan bidangnya untuk menanganinya.

Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
bangsa Indonesia, Nahdlatul Ulama senantiasa menyatakan diri dengan perjuangan
bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara sadar mengambil posisi yang aktif dalam
proses perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan, serta ikut aktif dalam penyusunan
UUD 1945 dan perumusan Pancasila sebagai dasar negara.

8.Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Berbangsa


Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan
bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan segenap warganya untuk senantiasa aktif
mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur
yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama harus menjadi warganegara yang senantiasa
menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945.

Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari
umat Islam Indonesia yang senantiasa berusaha memegang teguh prinsip persaudaraan
(al-ukhuwah), toleransi (al-tasamuh), kebersamaan dan hidup berdampingan baik dengan
sesama umat Islam maupun dengan sesama warga negara yang mempunyai keyakinan /
agama lain untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa
yang kokoh dan dinamis.

Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan Nahdlatul Ulama senantiasa


berusaha secara sadar untuk menciptakan warga-negara yang menyadari akan hak dan
kewajiban terhadap bangsa dan negara.

Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi
politik dan organisasi kemasyarakatan manapun juga, setiap warga Nahdlatul Ulama
adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politiknya harus dilakukan secara
bertanggung jawab sehingga dengan demikian dapat ditumbuhkan sikap hidup yang
demokratis, konstitusional, taat hukum dan mampu mengembangkan mekanisme
musyawarah dan mufakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama.

9.   Khotimah

Khitthah Nahdlatul Ulama ini merupakan landasan dan patokan-patokan dasar yang


perwujudannya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala terutama tergantung kepada
semangat pemiliknya; warga Nahdlatul Ulama. Jamiyah Nahdlatul Ulama hanya akan
memperoleh dan mencapai cita-citanya jika pemimpin dan warga benar-benar meresapi
dan mengamalkan Khitthah Ulama ini.

Anda mungkin juga menyukai