Anda di halaman 1dari 13

Bisnis Dalam al-Quran

Oleh : Suhendi, SE. MA

A. Pendahuluan

Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan “amanah” dari Allah

kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar-besarnya

bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini Allah memberi

petunjuk melalui para Rasulnya. Dalam petunjuk ini diberikanNya segala sesuatu yang

dibutuhkan manusia.

Jadi Islam adalah suatu agama yang sempurna, yang menuntun manusia dalam

meraih kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat, untuk itu al-Quran menentukan

peraturan perilaku yang sangat terinci bagi setiap orang yang beriman yaitu garis pedoman

untuk hukum perundang-undangan. Terdapat peraturan yang cermat mengenai bermacam-

macam hal termasuk : warisan, penyelengaraan bisnis, pergaulan antara pria dan wanita,

bahkan tentang hal makan dan minum. Dengan demikan Islam adalah agama yang

menuntun semua segi kehidupan sehari-hari.

Dalam melakukan bisnis lebih mementingkan kepentingan bersama atau untuk

kebajikan. Bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapat

keuntungan tanpa ada yang dirugikan dan dilakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan.

Jadi bisnis yang dilakukan antara kedua belah pihak tidak ada yang teraniaya.

Suatu hukum suci tunggal berlaku terhadap seluruh bidang hubungan

kemasyarakatan, yaitu hukum Allah SWT. Hukum yang lain tidak akan syah bila

berlawanan dengan kehendak Allah yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan Sunnah.

Kebajikan yaitu aspek yang melambangkan kesempurnaan kehidupan didunia dan

kebahagiaan diakhirat, dianggap sebagai hasil dari kebudayaan Islam. Corak kebudayaan
yang demikian terdiri dari usaha ummah untuk mengasuh dan membentuk semua sifat yang

diinginkan oleh setiap individu Islam dan pada saat yang sama menghapuskan semua corak

perlakuan yang tidak diinginkan berdasarkan pandangan Islam.

B. Term Bisnis (Tijarah ) dan Yang Semakna Dengannya

Islam menganggap bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memelihara

kehidupannya dari bahaya kelaparan, dahaga, kesejukan, kepanasan, dan lain-lain. Hukum

Islam juga menganggap bahwa nyawa manusia sebagai hak Allah, dan dengan demikian

nyawa manusia hendaklah dijaga dengan sebaik-baiknya sebagai hak Nya dan hanya Allah

yang dapat memanggilnya jika Dia menghendakinya.

Term bisnis ( Tijarah ) adalah suatu perniagaan yang dilakukan sesuai Syariah Islam

dimana sebagai pedomannya al-Quran dan Hadis. Tijarah disini menguraikan perniagaan

jadi dalam unsur perniagaan terdapat kegiatan perdagangan dalam hal ini Rasul bersabda:

“Pedagang yang jujur dan terpercaya, akan bersama-sama para Nabi, orang-orang yang

terpercaya ( benar ) dan para syuhada” ( HR. Tirmizi dan Hakim ).

Bila dilihat dari pengertian (makna) Tijarah adalah jual-beli dan menurut terminologi

(istilah) yang dimaksud jual-beli adalah :

a) Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan

hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.

b) Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai dengan aturan

Syara.

c) Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelolah (tasharruf) dengan ijab dan

qabul, dengan cara yang sesuai dengan Syara.

d) Tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan).
e) Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau

memindahkan hak milik dengan adanya penggantinya dengan cara yang dibolehkan.

f) Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran

hak milik secara tetap.1

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa inti jual-beli adalah suatu

perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara

kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yang menerimahnya

sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan Syara dan disepakati.

Dari uraian diatas dapat kita lihat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat: 275

(berbahasa Arab dihalaman lampiran) yang artinya :

“ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Untuk melihat bahwa bisnis atau melakukan usaha, bekerja untuk kesejahteraan

manusia dan keturunannya dalam al-Quran adalah surat al-Nisa ayat : 9 ( berbahasa Arab

dihalaman lampiran) yang artinya :

“ Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap

kesejahteraan anak-anak mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Kekayaan alam ini tersedia bagi manusia karena manusia khalifah dimuka bumi ini,

tetapi untuk menikmatinya manusia harus menggunakan akal (pikiran) dan tenaganya,

sehingga bahan-bahan yang disediakan Allah itu dapat mencapai tingkat kesempurnaan

1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002) h. 68
2
dan dapat dipakai untuk dinikmati oleh manusia. Bila dilihat dalam al-Quran surat

Luqman ayat : 20 (berbahasa Arab dihalaman lampiran) yang artinya :

“ Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menyediakan bagi keperluan kamu apa

yang ada di langit dan di bumi dan mengaruniakan kepadamu nikmatNya, baik yang

berupa benda, maupun yang memuaskan hatimu”.

C. Bisnis Yang Menguntungkan

Dalam melakukan transaksi bisnis yang menguntungkan itu dambaan semua orang,

tetapi harus berpedoman dalam al-Quran dan Hadis. Bila kita berbicara bisnis tentu kita

membicarakan segi Ekonomi Islam, karena bisnis dalam al-Quran tidak terlepas dari sisi

Ekonomi Islam dan dalam prinsip ekonomi konvensional adalah suatu usaha yang

dilakukan untuk mencari hasil yang optimal dengan menekan pengorbanan seminimum

mungkin. Sedangkan dalam Ekonomi Islam melakukannya dengan empat sendi utama

(prinsip) yaitu :

a) Ekonomi yang bercirikan ketuhanan

b) Ekonomi yang berlandaskan etika

c) Ekonomi yang bercirikan kemanusiaan

d) Ekonomi yang bersifat kesimbangan. 3

Ekonomi yang bercirikan ketuhanan adalah ekonomi yang dilakukan bertitik tolak

dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari

syariat Allah.

2
Sjafruddin Prawiranegara, Ekonomi dan Keuangan makna Ekonomi Islam ,(Jakarta: Haji Masagung, 1988)
h.363
3
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1997) h. 30
Ekonomi yang berlandaskan etika adalah ekonomi yang dilakukan tidak pernah

memisahkan dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak,

politik dengan etika, perang dengan etika, dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan

Islam.

Ekonomi yang bercirikan kemanusiaan adalah ekonomi yang dilakukan dengan

tujuan menciptakan kehidupan manusia yang aman dan sejahtera.

Ekonomi bersifat keseimbangan adalah ekonomi yang dilakukan dengan sifat

keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan diakhirat.

Jadi melakukan bisnis (usaha) yang menguntungkan itu tujuan yang ingin dicapai

tentunya yang sesuai dengan sendi utama Ekonomi Islam. Dan kita dapat melihat dalam

al-Quran surat al-Baqarah ayat : 168 (berbahasa Arab dihalaman lampiran) yang berarti:

“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat

dibumi …..”

Jadi bisnis yang menguntungkan bila dilakukan dengan mencari keuntungan itu

dengan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah S.W.T. Jadi Islam disini menuntun manusia

agar mencari nafkah untuk kesejateraan keluarga dan keturunannya itu dibenarkan dan

dianjurkan dengan berpedoman pada al-Quran dan hadis.

D. Bisnis Yang Merugi

Melakukan usaha atau bisnis terkadang menderita kerugian, hal ini terjadi biasanya

karena sifat manusia yang memiliki keterbatasan, kelemahan untuk itu al-Quran

menuntunnya agar bisa menyikapinya bila mendapat sesuatu yang tidak diinginkan atau

menderita kerugian. Al-Quran menuntun hal ini dapat dilihat dalam Surat al-Baqarah

ayat 282 (berbahasa Arab dihalaman lampiran) yang artinya :


“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk

waktu yang tidak ditentukan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya

dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah

mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,

dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu

orang yang lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu

mengimlakkan, maka hendaklah wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah

dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-

laki maka bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu

ridoi, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi itu

enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu

menuliskan hutang itu, baik kecil maupun besar sampai waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat

kepada tidak menimbulkan keraguan. (Tulislah muamalah itu) kecuali jika muamalahmu

itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu

jika kamu tidak menuliskannya. Dan persaksikanlah apa bila kamu ber jual- beli, dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu

maka sesungguhnya hal itu adalah sesuatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah

kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.” Jadi

al-Quran menuntun manusia dalam melakukan bisnis atau jual-beli agar tidak menderita

kerugian ini kita lihat dalam surat al-Baqarah ayat 282 bila kita lihat intinya adalah :

a) Allah mengajarkan bisnis atau jual-beli dengan pencatatan

b) Harus ada pencatatan dan saksi untuk membuktikannya

c) Bersikap adil,jujur dan tidak dibolehkan bersikap saling sulit menyulitkan


d) Ada seorang penulis dan beberapa orang sebagai saksi

e) Bertakwa kepada Allah

Dalam al-Quran surat al-Baqarah kita melihat bahwa tekanan Islam dalam

kewajiban melakukan pencatatan adalah :

1) Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar

nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.

2) Menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam

transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba).4

Bila kita lihat bisnis yang merugi ini ada yang dilarang Allah yaitu bisnis yang

mendapat keuntungan tetapi cara yang digunakan dalam melakukan bisnis itu dilarang

Allah yaitu bisnis atau jual-beli minuman keras, jual-beli daging babi,daging anjing dan

ganjah serta narkoba,walaupun memperoleh keuntungan tapi dilarang Allah jadi bisnis

demikian termasuk bisnis yang merugi. Dalam al-Quran surat Fathir ayat 29 (berbahasa

Arab dihalaman lampiran) yang artinya :

“Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi”.

Jadi jual-beli yang dilarang Allah itu ada bila cara melakukannya tidak sesuai dalam al-

Quran dan hadis seperti :

a) Barang yang dihukumkan najis oleh agama yaitu jual-beli berhala, bangkai, babi,

anjing dan khamar.

b) Jual-beli Sperma hewan agar dapat memperoleh turunan.

c) Jual-beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.

d) Jual-beli tanaman yang masih diladang atau disawah.

4
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam,(Jakarta : Bumi Aksara,2001) h.142
e) Jual-beli buah-buahan yang belum pantas dipanen.

f) Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.

g) Jual-beli yang samar sehingga kemungkinan ada penipuan, jual-beli ikan masih

didalam kolam.5

E. Investasi

Dalam ekonomi yang konvensional Investasi adalah penanaman modal yang dilakukan

oleh seseorang atau badan kepada pihak lain dengan tujuan mendapatkan laba atau deviden.

Bila dilihat dari pengertian itu maka terjadi hubungan kerjasama antara pihak yang satu

dengan pihak lainnya dan kerjasama ini diharapkan kedua belah pihak mendapat

keuntungan. Dan selain kerja sama juga terdapat penanaman modal ini bisa diartikan akad

antara dua pihak atau orang saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya

kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari

keuntungan dan syarat yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Jadi Investasi ini bila dalam ekonomi Islam bisa dimaknakan dengan Mudharabah

untuk lebih jelas coba kita lihat definisi Mudharabah yaitu :

a) Hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad

yang berserikat dalam keuntungan (laba), karena harta diserahkan kepada yang

lain dan yang lain punya jasa mengelolah harta itu.

b) Malikiyah, mudharabah adalah akad perwakilan, dimana pemilik harta

mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan

pembayaran yang ditentukan (mas dan perak).

5
Opcit, h.81
c) Imam Hanabilah, mudharabah adalah ibarat pemilik harta menyerahkan

hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian

dari keuntungan yang diketahui.

d) Ulama Syafi’iyah, mudharabah adalah akad yang menentukan seseorang

menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan. 6

Dengan demikian bila dilihat dari definisi itu maka bisa kita samakan makna

Investasi dalam ekonomi konvensional dengan mudharabah dalam ekonomi Islam.

F. Keputusan Investasi

Bila investasi dalam ekonomi konvensional dilakakukan tentunya hasil dari keputusan

seorang investor maka dalam ekonomi Islam mudharabah dilakukan tentunya hasil

keputusan mudharib yaitu sebagian dari orang-orang yang melakukan dharb (perjalanan)

untuk mencari karunia Allah SWT, dari keuntungan investasinya. Dapat dilihat dalam al-

Quran surat al-Muzammil ayat 20 (berbahasa Arab dihalaman lapiran) yang artinya :

“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karuniah Allah”.

Jadi keputusan berinvestasi itu dibolehkan dalam al-Quran bahkan sangat disarankan

ini dapat dilihat pada surat yang lain yang kesemua itu dilakukan sesuai yang diperintahkan

Allah dan hal ini terdapat dalam surat As-Shad 24 (berbahasa Arab dihalaman lampiran)

yang artinya :

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi (kerja sama) itu

sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman

dan mengerjakan amal shaleh”.

6
Opcit, h.137
Dan terdapat juga pada surat An-Nisa ayat 29 (berbahasa Arab dihalaman lampiran)

yang artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan hak sesamamu dengan

jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka

diantara kamu”.

Jadi bila keputusan melakukan investasi dilakukan untuk kesejahteraan kehidupan

selagi tidak ada yang didzalimin dan mendapatkan laba didapat dengan suka sama suka

sesuai al-Quran dan hadis maka keputusan itu mendapat ridho Allah SWT.

G. Perilaku Yang Benar Dalam Investasi

Manusia mempunyai kebutuhan dalam hidupnya untuk itu melakukan investasi dengan

tujuan mendapat keuntungan itu hal yang wajar atau bersifat manusiawi, dari tujuan laba itu

digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yaitu anak, istri dan sebagainya. Kalau

semua usaha (investasi) untuk mendapatkan harta benda memiliki tujuan tersendiri, maka

usaha dalam memenuhi tanggungan keluarga yang demikian juga dianggap sebagai jihad

dan dianggap sebagai usaha menuju kejalan Allah. 7

Tujuan aktivitas ekonomi yang sempurna menurut Islam dapat diringkas sebagai

berikut :

a) Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana

b) Memenuhi kebutuhan hidup keluarga

c) Memenuhi kebutuhan jangka panjang

d) Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

e) Memberi bantuan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah. 8


7
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991) h.25
8
Ibid, h.15
Jadi perilaku yang benar berinvestasi bila bertujuan mendapat keuntungan dan

digunakan ke jalan Allah terutama memberi bantuan dan sumbangan sosial, dan dapat

dilihat dalam al-Quran surat al-Ma’arij ayat 24-25 (berbahasa Arab dihalaman lampiran)

yang artinya :

“Di dalam harta kekayaan mereka (kaum hartawan) ada bagian tertentu yang

menjadi hak orang minta-minta dan orang yang tidak punya”.

Dalam melakukan investasi yang benar tentunya dilakukan sesuai dengan tujuan

yang sempurna secara Islam yaitu sesuai dengan al-Quran dan hadis dalam hal ini tentu

untuk dianggap sabagai usaha menuju kejalan Allah. Melakukan bisnis,berinvestasi dan

perniagaan (jual-beli) ini kita kelompokkan dalam aktivitas ekonomi.

H. Penutup

Dengan demikian dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa al-Quran menuntun

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan menuntun cara mencari kesejateraan hidup

dengan cara yang benar dan cara yang diridhoi Allah.

Keputusan berinvestasi dan bisnis itu suatu tindakan yang diperbolehkan dan

terdapat dalam al-Quran, bila dilakukan untuk mencari keuntungan untuk kesejahteraan

keluarga dan keturunannya dengan cara yang diridhoi Allah, jadi tidak untuk menimbun

kekayaan.

Investasi sama maknanya dalam ekonomi Islam mudharabah sehingga ummat Islam

diperbolehkan melakukan investasi dengan tujuan sesuai aktivitas ekonomi Islam. Bisnis

atau tijarah, mudharabah, dan investasi ini termasuk dalam aktivitas ekonomi Islam.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Quran Dan Terjemahan, Departemen Agama Republik Indonesia. Semarang : Toha

Putra, 1989

Ali, M.Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta : Universitas Indonesia

Press (UIP), 1988

Perwata atmaja, Karnaen & Antonio, M. Syafi’i. Apa & Bagaimana Bank

Islam.Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1992

Prawiranegara, Sjafruddin. Ekonomi dan Keuangan Makna Ekonomi Islam. Jakarta : Haji

Masagung, 1988

Shihab, M.Quraish. Sejarah & Ulum Al-Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000

Siddiqi, M. Nejatullah. Kegiatan Ekonomi Dalam Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1991

Syafri Harahap, Sofyan. Akuntansi Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2001

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah Membahas Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2002

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani Press,1997

Wilson, Rodney. Bisnis Menurut Islam Teori Dan Praktek, Jakarta : Intermasa, 1988

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Jakarta : Attahiriyah, 1954

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai