PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
17031062
PEKANBARU
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahterah baik fisik, mental, sosial yang baik
dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan prosesnya. Masalah
kesehatan reproduksi masih menjadi sorotan utama dan tantangan bagi pemerintah
Indonesia karena mempunyai dampak yang sangat luas dan menyangkut berbagai aspek
kehidupan serta menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Nurasiah, 2018). Sistem reproduksi wanita
merupakan sistem tubuh yang sangat kompleks. Masalah kesehatan reproduksi wanita
yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi salah satunya yaitu kanker yang
dialami wanita pada bagian reproduksi (Potes, Suparman & Laihad, 2017). Kanker
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya pertumbuhan abnormal dalam sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (Junovandy, Elvinawanty & Marpaung,
2019). Kanker merupakan suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks atau mulut
rahim, dimana terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak
terbatas, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Hidayati ,
2018).
Kanker merupakan penyakit yang memiliki ruang lingkup yang luas tergantung dari
jaringan yang menjadi pusat pertumbuhan sel kanker Kemenkes RI (2019). Menurut data
dari Interntional Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui penyebab kematian
tertinggi setelah kanker payudara adalah kanker serviks yang merupakan kanker
ginekologi penyumbang penyebab kematian tertinggi pada wanita (Fitrisia, Khambri,
Utama, & Muhammad, 2020). Kanker yang sering mematikan pada wanita yaitu kanker
payudara, kanker serviks, kanker endometrium dan kanker ovarium. Kanker serviks atau
kanker leher rahim adalah penyakit mematikan yang menyerang wanita. Kanker serviks
adalah penyebab kematian terbesar bagi wanita khususnya negara berkembang
(Situmorang, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO,2020), kanker merupakan penyebab
kematian nomor dua di dunia yang menyebabkan 9,6 juta orang diseluruh dunia
meninggal. Angka kejadian di Indonesia menjadi urutan ke-8 di Asia Tenggara, dan
urutan ke-23 se Asia. Angka kejadian yang disebabkan oleh kanker di Indonesia
sebanyak 348.809 orang dan yang menyebabkan kematian sebanyak 207.210 orang.
Kanker serviks menempati urutan keempat penyakit paling tersering pada wanita dengan
perkiraan jumlah 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% seluruh jenis
kanker yang dialami oleh wanita. Setiap tahun, lebih dari 311.000 wanita meninggal
karena disebabkan oleh penyakit kanker serviks (Bray, Ferlay, Soerjomataram, Siegel,
Tore & Jemal, 2018).
Berdasarkan data Globocan (2019), di Indonesia kanker serviks menempati urutan kedua
terbanyak dari seluruh jenis kanker setelah kanker payudara. Angka kejadiannya yaitu
32.469 orang (17,2%) dan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker serviks
sebanyak 18.279 (8,8%) orang. (Rikesdas,2018) prevalensi kanker di provinsi Riau
mencapai 1,67 %. Prevalensi kanker serviks di Riau masuk ke dalam urutan ke 13
sebanyak 3/10.000 kasus. Berdasarkan Data Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau, pada tahun 2017 angka kejadian kanker serviks
sebanyak 165 kasus, pada tahun 2018 angka kejadian kanker serviks sebanyak 176 kasus.
Pada Tahun 2019, ditemukan angka kejadian kanker serviks naik menjadi 251 kasus,
tahun 2020 angka kejadian kanker serviks mengalami penurunan manjadi 195 kasus.
Untuk kasus di 2021 sampai dengan bulan Februari terdapat 26 kasus baru penderita
kanker serviks (Rekam Medis RSUD Arifin Achmad, 2021).
Pada penderita kanker serviks bisa menimbulkan banyak masalah baik masalah fisik
meliputi mual dan muntah, penurunan nafsu makan, perubahan warna kulit,, perubahan
fungsi organ tubuh, kelelahan, penurunan berat badan, perubahan rasa dan nyeri. Masalah
sosial meliputi isolasi sosial, gangguan peran, adanya ketergantungan, kehilangan kontrol
dan kehilangan produktifitas. Dan masalah psikologis meliputi perasaan cemas, depresi,
selalu berfikir negatif, merasa tertekan, merasa putus asa, merasa hidup tidak bergun.
Perasaan inilah yang akan menyebabkan munculnya masalah harga diri pada pasien
kanker serviks. Stres dan cemas merupakan salah satu faktor yang muncul pada penderita
kanker. Stres sangat berpengaruh terhadap kanker karena hal itu akan berpengaruh
terhadap konsep diri dan harga diri penderita. Harga diri merupakan suatu penilaian yang
menyatakan sikap baik penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar
individu percaya bahwa dirinya mampu dan berharga. Harga diri merupakan penilaian
keseluruhan terhadap diri sendiri. Harga diri bergantung dengan cara bagaimana
seseorang menilai tentang dirinya sendiri yang dimana hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Harga diri merupakan evaluasi diri
secara keseluruhan terutama nilai-nilai personal yang diperoleh dari proses analisa
perilaku apakah sesuai dengan ideal diri yang dimiliki (Mahdalena, 2017). Penilaian
individu diungkapkan dalam bentuk sikap yang bersifat positif dan negatif. Harga diri
dipengaruhi oleh dua hal yaitu bagaimana individu menghargai diri mereka sendiri dalam
berbagai aspek kehidupan mereka dan seberapa besar dukungan sosial yang mereka
dapatkan dari orang lain.
Pada penderita kanker serviks sangat rentang mengalami masalah harga diri, oleh karena
itu diperlukan adanya dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Dengan
adanya dukungan dari keluarga akan meningkatkan mental, menurunkan kecemasan dan
pikiran negatif pasien sehingga dapat meningkatkan harga diri pasien kanker serviks.
Dukungan keluarga merupakan suatu sikap atau tindakan keluarga terhadap penerimaan
anggota keluarganya baik berupa dukungan informsional, dukungan penilaian,
instrumental, dan dukungan emosional. Berdasarkan penelitian (Supatmi, Mayangsari,
Sumara, & Yunitasari, 2019) kurangnya dukungan dari orang yang mereka cintai akan
mempengaruhi harga diri seseorang. Dukungan keluarga yang tidak memadai pada
penderita kanker serviks bisa menimbulkan rasa putus asa dan pesimis untuk tidak
menjalani pengobatan. Dukungan keluarga yang diberikan dengan baik melalui
instrumental, penghargaan, dukungan emosional dan informasi untuk pasien kanker
serviks yang menjalani kemoterapi dapat mempengaruhi harga diri pasien dengan
menumbuhkan kepercayaan diri, memberi mereka penilaian diri yang tinggi dan
meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh.
Menurut penelitian (Hidayati, 2018) diperoleh hasil nilai korelasi antara dua variable
positif artinya bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien kanker serviks. Dengan adanya dukungan yang diberikan dari pihak keluarga
sangat membantu dalam meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dalam
melakukan tindakan perawatan diri. Pasien kanker yang ada dalam lingkungan keluarga
dan diperhatikan oleh anggota keluarganya akan dapat menimbulkan persaan nyaman dan
aman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap dirinya. Rasa nyaman yang ada pada
diri pasien akan timbul karena adanya dukungan baik emosional, penghargaan,
instrumental dan informasi dari keluarga.
Berdasarkan hasi studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan wawancara
terhadap sepuluh orang pasien kanker serviks yang sedang menjalani kemoterapi pada
tanggal 17 - 22 Februari 2021 di ruang instalasi onkologi RSUD Arifin Achmad, empat
pasien mengatakan bahwa mereka merasa cemas dan takut cepat mati dalam keadaan
sakit dan banyak menyusahkan orang lain. Pasien juga merasakan suasana hatinya
berubah-ubah dan mudah tersinggung. Tiga pasien lainnya mengatakan lebih
menyalahkan diri sendiri atas penyakit yang mereka derita saat ini. Pasien juga merasa
bosan, putus asa, merasa tertekan, pasien merasa hidupnya tidak berguna lagi, dan pasien
merasa tidak sempurna sebagai kaum perempuan.
Peran keluarga sangat penting dalam perawatan pasien dimana keluarga berusaha
meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan
terutama untuk pasien kanker serviks. Dengan adanya dukungan dari keluarga dapat
meningkatkan harga diri pasien kanker serviks, dimana pasien akan merasa diterima oleh
keluarga dan lingkungan sosialnya sehingga pasien tidak merasa menjadi satu-satunya
yang mengalami penderitaan di dunia ini. Dari survei pendahuluan yang sudah dilakukan
tenyata kelima pasien mengalami masalah yang mempengaruhi psikologisnya yaitu
mengenai harga diri, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.
Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menyebakan setres yang dapat mempengaruhi
konsep diri, terutama kebutuhan akan harga diri. Semakin tinggi dukungan keluarga yang
diberikan pada pasien kanker serviks, maka akan semakin tinggi juga harga dirinya.
Namun apabila dukungan yang diberikan keluarga kurang, maka akan menyebabkan
pasien merasa bahwa dirinya tidak berharga dan tidak diperdulikan. Dukungan keluarga
pada penderita kanker serviks dengan masalah harga diri sangat diperlukan terutama
aspek dukungan emosional dan dukungan penghargaan. Ketiadaan dukungan keluarga
akan sangat berpengaruh pada penurunan harga diri penderita kanker serviks.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “
Apakah Terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Harga Diri Pasien Kanker
Serviks di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”?