Anda di halaman 1dari 3

Dekubitus derajat II (Sumber : NPUAP, 2014)

Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superfisial dengan warna dasar luka merah-pink, abrasi, melepuh, atau membentuk
lubang yang dangkal. Derajat I dan II masih bersifat refersibel.

MONITORING DAN EVALUASI

Evaluasi pemberian cairan melalui status asam basa, keadaan status mental, perfusi kulit dan
urine flow serta fungsi ginjal. Pemantauan cairan pada penderita sepsis adalah (Romdhoni, 2009)
:

a. tekanan pulmonary capillary wedge pressure diusahakan antara 15-20 mmHg atau CVP
antara 10-12 cm air.
b. pemberian cairan yang cukup umumnya memerlukan pada awalnya sebanyak 1-1,5 liter
dalam 1-2 jam. Setelah pemenuhan cairan cukup, diuretik dapat diberikan untuk
mempertahankan urine output di atas 20 ml/jam untuk mencegah Edema paru.
c. Bila mean arterial pressure dapat mempertahankan urine output yang cukup, kesadaran yang
baik, serta tidak ada keluhan dada; maka tidak perlu menaikkan.

(Purwanto dan Astrawinata, 2019)

Pemantauan bersihan laktat melalui pengukuran serial untuk memprediksi morbiditas dan
mortalitas.

Pemantauan konsentrasi CRP untuk memonitoring respon pengobatan dimana konsentrasi CRP
berkorelasi dengan tingkat keparahan infeksi.

Monitoring Efek Samping Obat Algoritma Naranjo

Paracetamol
No Pertanyaan Skala
Ya Tidak Tidak
diketahui
1 Apakah ada laporan efek samping obat yang serupa? 1 0 0
2 Apakah efek samping obat terjadi setelah pemberian obat 2 -1 0
yang dicurigai?
3 Apakah efek samping obat membaik setelah obat dihentikan 1 0 0
atau obat antagonis khusus diberikan?
4 Apakah efek samping obat terjadi berulang setelah obat 2 -1 0
diberikan kembali?
5 Apakah ada alternatif penyebab yang dapat menjelaskan -1 2 0
kemungkinan terjadinya efek samping obat?
6 Apakah efek samping obat muncul kembali setelah placebo -1 1 0
diberikan?
7 Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di dalam darah atau 1 0 0
cairan tubuh lainnya dengan konsentrasi yang toksik?
8 Apakah efek samping obat bertambah parah ketika dosis 1 0 0
obat ditingkatkan atau bertambah ringan ketika obat
diturunkan dosisnya?
9 Apakah pasien pernah mengalami efek samping obat yang 1 0 0
sama atau dengan obat yang mirip sebelumnya?
10 Apakah efek samping obat dapat dikonfirmasi dengan bukti 1 0 0
yang objektif?
Skor Total 5

Naranjo probability
scale:
Score Category
9+ Highly probable
5-8 Probable
1-4 Possible
0 Doubtful

Score yang diperoleh 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan paracetamol pada pasien
memungkinkan untuk terjadinya kerusakan hati.
Bukti objektif efek samping paracetamol

(Rafita et al., 2015)

Penggunaan parasetamol yang salah, dalam dosis tinggi dan waktu yang lama dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, di antaranya adalah efek hepatotoksisitas
yang merusak selsel hati. Kerusakan hepar terjadi karena pada dosis yang berlebihan, hasil
metabolisme parasetamol yang berupa NAPQI tidak dapat dinetralisir semuanya oleh glutathion
hepar. Senyawa NAPQI bersifat toksik dan dapat menyebabkan terjadinya reaksi rantai radikal
bebas. Efek yang ditimbulkan yaitu adanya kerusakan pada organ-organ seperti organ hepar.
Salah satu indikator kerusakan hati yaitu dengan melihat kadar SGOT-SGPT.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, D. S. dan Astrawinata, D. A. W. 2019. Pemeriksaan Laboratorium sebagai Indikator


Sepsis dan Syok Septik. Jurnal Biomedik (Jbm), 11(1), p. 1.

Rafita, I. D., Lisdiana dan Marianti, A. 2012. Unnes Journal of life science, 4(1), pp. 29–37.

Romdhoni, A. C. 2009. SIRS/Sepsis dan Syok Septik pada Penderita Tumor Ganas Kepala dan
Leher. Jurnal THT-KL, 2(1), pp. 48–61.

NPUAP. 2014 . Prevention And Treatment Of Pressure Ulcer : Quick Reference Guide. First
edition 2009. National Pressure Ulcer Advisory Panel;20-26.

Anda mungkin juga menyukai