Makalah Hadist Ekonomi
Makalah Hadist Ekonomi
0
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah hadist-hadist Ekonomi ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
1
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................ 3
A. Kesimpulan ................................................................................ 10
B. Saran ............................................................................................ 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Selain sebagai sumber, hadis juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir
Al-Qur’an. Berdasarkan hal tersebut, maka kajian tentang hadis memiliki
kedudukan yang penting di dalam studi ilmu-ilmu sumber dalam
Islam. Banyak hadis yang menjelaskan Al-Qur’an yang dikenal dengan
hadis tafsir dan dari hal itu banyak ulama tafsir menulis tafsirnya dengan
menggunakan hadis sebagai sumber tafsir di antaranya dilakukan oleh al-
Suyuti dalam karyanya al-Durar al-Mansur fi al-Tafsir al-Ma’sur.[1]
Antara Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran Islam terdapat
perbedaan. Salah satu perbedaan yang cuup mendasar adalah terletak pada
periwayatannya. Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir sedangkan
tidak semua hadis diriwayatkan secara mutawatir.[2] Kecuali terhadap
hadis mutawatir, terhadap hadis ahad kritik tidak saja ditujukan
kepada sanad tetapi juga terhadap matan. Oleh sebab itu, penelitian hadis
diperlukan. Produksi dapat Meningkatkan kesejahteraan manusia bumi.
Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan ekonomi diukur dengan uang.
Sedangkan dalam islam kesajhteraan ekonomi terdiri dari bertambahnya
pendapatan yang diakubatkan oleh meninhkatnya produksi dan
keikutsertaan sejumlah orang dalam Proses produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Produksi ?
2. Apa saja teks-teks hadist Produksi ?
3. Bagaimana penjelasan Hadist ?
4. Bagaiman prinsip Produksi dalam ekonomi Syari’ah ?
5. Apa saja produksi yang diharamkan dalm islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Produksi
2. Untuk mengetahui teks-teks hadist Produksi
3. Untuk mengetahui penjelasan Hadist
4. Untuk mengetahui prinsip Produksi dalam ekonomi Syari’ah
5. Untuk mengetahui produksi yang diharamkan dalm islam
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Produksi dalam bahasa arab adalah al-intaaj dari akar
kata nataja, tetapi dalam istilah fiqih lebih dikenal dengan
kata tahsil, yaitu mengandung arti penghasilan atau menghasilkan sesuatu.
Begitupun dengan Ibnu Khaldun,menggunakan kata tahsil untuk produksi
ketika ia membahas pembagian spesialisasi tenaga kerja. Dalam kamus
Bahasa Indonesia produksi berarti hasil atau penghasilan. Salah satu
defenisi tentang produksi adalah aktivitas menciptakan manfaat dimasa
kini dan mendatang.Disamping pengertian di atas,pengertian produksi juga
merujuk kepada prosesnya yang mentransformasikan input menjadi
output. Segala jenis input yang masuk dalam proses produksi untuk
menghasilkan output produksi disebut faktor produksi.
Pemahaman Produksi islam memiliki arti sebagai bentuk usaha
keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber Produksi yang
diperbolehkan. Hala ini sesuaidengan Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an surah Al-Maidah ayat 87. Iaslam menghargai sesorang yang
mengolah bahna baku kemudian menyedekahkannya atau menjualnya
sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk
meningkatkan eknomi untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Pekerjaan
seseorang yang sesuai keterampilan yang dimiliki dikategorikan sebagai
produksi, begitupunkesibukan untuk mengolah sumber pengahasilan, Juga
dapat dkatakan produksi. Produksi tidak hanya menciptakan secara fisik
sesuatu yang tidak ada,tetapi menjadikan sesuatu dari unsur-unsur lama
yaitu alam menjadi bermanfaat.
B. Teks- teks hadist Produksi
Produksi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang sangat
penting dan merupakan titik pangkal dari kegiatan ekonomi.Kegiatan
distribusi maupun konsumsi tidak mungkin dilakukan jika tidak produksi.
Produksi merupakan kegiatan untuk menghasilakn barang-barang dalam
memenuhi kebutuhan hidup, dengan motif yang berbeda-beda. Motifnya
lainnya bisa jadi adalah sosial ke manusiaan, yaitu kegiatan produksi
dilakukan karena adanya manfaat positif dan tidak menimbulkan
kerusakaan moral (etika) bagi masyarakat, atau motif politik, yaitu
4
kegiatan produksi dilakukan berkaitan dengan adanya ebutuhan negara
atas suatu barang produksi sebagai pendukung ketahanan dan stabilitas
pemerintah. Namun apa pun motifnya, produksi merupakan bagian dari
aktivitas/kerja/amal manusia. Produksi dalam islam memiliki makna yang
sangat luas, yakni melakukan eksplorasi alam semesta dengan tujuan
memakmurkan bumi maupun malakukan pekerjaan atau usaha atau
kegiatan produksi. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk mencari rezeki
dan pendapatan untuk melangsungkan hidup, memperoleh kebahgiaan,
dan sarana mendapatkan rezeki atau penghasilan.
Sunan Ibn Majah Kitab Al-Ruhn Bab Al-Muzara’ah Bi Al-Tsulutsi Wa Al-
Rub’i No. 2452.
َح َّدثَنَا ْب َرا ِه ُمي ْب ُن َس ِعي ٍد الْ َج ْو َه ِر ُّي َح َّدثَنَا َأبُو ت َْوب َ َة َّالربِي ُع ْب ُن اَن ِفع ٍ َح َّدثَنا
ِإ
ُم َعا ِوي َ ُة ْب ُن َساَّل ٍم َع ْن حَي ْ ىَي ْب ِن َأيِب َك ِث ٍري َع ْن َأيِب َسلَ َم َة َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل
ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا ُ قَا َل َر ُس
َأخَا ُه فَ ْن َأىَب فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari]
ِإ
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Taubah Ar Rabi' bin Nafi']
berkata, telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari
[Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa memiliki sebidang tanah hendaklah ia menanaminya atau
ia berikan pengolahannya kepada saudaranya, namun jika menolak
hendaklah ia tahan tanahnya."
ُة َع ْن حَي ْ ىَي ْب ِنMَ َّدثَنَا ُم َعا ِويM َة َحMَ و ت َْوبMMَُح َّدثَنَا َح َس ُن ْب ُن عَيِل ٍ ّ الْ ُحلْ َوايِن ُّ َح َّدثَنَا َأب
ِ ول اهَّلل
ُ َأيِب َك ِث ٍري َع ْن َأيِب َسلَ َم َة ْب ِن َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل قَا َل َر ُس
ْن َأىَبMَا ُه فMMَصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا َأ َخ
ِإ فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه
“Telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali Al-Hulwani]
telah menceritakan kepada kami [Abu Taubah] telah menceritakan
kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya bin Abi Katsair] dari [Abu
Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah
5
Shallallu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa memiliki sebidang
tanah, hendaklah ia menanaminya, atau memberikannya kepada
saudaranya (supaya menanami-nya), Namun jika ia tidak mau, hendaklah
ia menjaganya".
َح َّدثَنَا ُع َب ْيدُ اهَّلل ِ ْب ُن ُموىَس َأ ْخرَب َ اَن اَأْل ْو َزا ِع ُّي َع ْن َع َطا ٍء َع ْن َجا ِب ٍر َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه قَا َل
ُ ث َو ُّالربُع ِ َوال ِنّ ْص ِف فَ َقا َل النَّيِب ُّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَلMِ ُاَك ن ُوا يَ ْز َر ُعوهَن َا اِب لثُّل
وMMُع ْب ُن اَن ِفع ٍ َأبMُ Mا َل َّالربِيMMَ ُه َوقM ْك َأ ْر َضMل فَلْ ُي ْم ِسMْ M ْن ل َ ْم ي َ ْف َعMََأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا ف
ا َلMMَا َل قMMَت َْوب َ َة َح َّدثَنَا ُم َعا ِوي َ ُة َع ْن حَي ْ ىَي ِإ َع ْن َأيِب َسلَ َم َة َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه ق
ْنMَا ُه فMMا َأ َخMMَول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحه ُ َر ُس
ِإ َأىَب فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه
“Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah
mengabarkan kepada kami [Al Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir
radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu orang-orang mempraktekkan
pemanfaatan tanah ladang dengan upah sepertiga, seperempat atau
setengah maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau
dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan
tanahnya". Dan berkata, [Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah
menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu
Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah
ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia berikan
kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka
hendaklah dia biarkan tanahnya".
C. Penjelasan Hadist
Penggunaan tanah untuk pertanian telah dimulai sejak cara yang paling
sederhana sampai dengan abad teknologi sekarang ini dengan
mempergunakan mekanisasi pertanian yang modern. Hal ini didukung
pula oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
memungkinkan tanah memberikan hasil yang berlipat ganda, yaitu
meningkatkan produksi panen dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dicapai
karena pengolahan tanah yang efektif dan efisien, seperti penggunaan
6
pupuk, irigasi, mekanisasi alat-alat pertanian, penggunaan bibit unggul
disertai obat-obat pebasmi hama, dan lain-lain. Pemeliharaan dan
perawatan adalah hal yang sangat penting dalam mengembang-kan dan
pelestarian segala hasil cipta dan pekerjaan manusia itu. Juga terhadap
segala sumber daya yang memungkinkan ia mencipta dan bekerja. Selain
itu, manusia senantiasa ingin hidup dalam keadaan tenteram lalu ia
menjaga terpeliharanya tata tertib kehidupan dalam lingkungan rumah
tangganya dan di pergaulan ramai di masyarakatnya. Hal yang demikian
inilah yang diisyaratkan dalan ajaran Sunnah yang menegaskan bahwa
kalian (manusia) adalah pemeliharaan (ra’in). Dan pemeliharaan itu
haruslah memikul tanggungjawab (mas’ul).
7
Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi
untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar
memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya
beli yang lebih baik. Karena itu bagi Islam produksi yang surplus dan
berkembang baik secara kwantitatif maupun kwalitatif, tidak dengan
sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah arti
produk yang menggunung jika hanya bisa didistribusikan untuk segelintir
orang yang memiliki uang banyak.[22]
َّ ه َُو اذَّل ِ ي َخلَ َق لَمُك ْ َما يِف اَأْل ْر ِض مَج ِ ي ًعا مُث َّ ْاس َت َو ٰى ِإ ىَل
الس َما ِء فَ َس َّواه َُّن َس ْب َع
يَش ْ ٍء عَ ِل ٌميMِّّ مَس َ َاو ٍات ۚ َوه َُو ِبِلُك
8
Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW memberikan arahan
mengenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut[23]:
2. Riba
9
4. Menimbun/spekulan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada
kritik dan saran dari semua pihak terutama Dosen.Penulis hanyalah
manusia biasa.Jika ada kesalahan, itu datangnya dari penulis sendiri.Dan
jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.
10
DAFTAR PUSTAKA
11