Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HADIST-HADIST EKONOMI

“ Hadist tentang Produksi ”

Dosen pengampu : Uswatun Chasanah M. EI

Disusun oleh : Lu’luul khulaela (20180529009)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA

0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah hadist-hadist Ekonomi ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah makalah hadist-hadist Ekonomi


ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 3

A. Latar belakang .................................................................... 3

B. Rumusan masalah .................................................................... 3

C. Tujuan ................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4

A. Pengertian Produksi ....................................................... 4

B. Teks-teks Hadist Produksi ........................................................ 4

C. Penjelasan Hadist .................................................................... 6

D. Prinsip Produksi dalam ekonomi Syari’ah ................................ 9

E. Produksi yang di haramkan dalam islam ................................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................ 10

B. Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Selain sebagai sumber, hadis juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir
Al-Qur’an. Berdasarkan hal tersebut, maka kajian tentang hadis memiliki
kedudukan yang penting di dalam studi ilmu-ilmu sumber dalam
Islam. Banyak hadis yang menjelaskan Al-Qur’an yang dikenal dengan
hadis tafsir dan dari hal itu banyak ulama tafsir menulis tafsirnya dengan
menggunakan hadis sebagai sumber tafsir di antaranya dilakukan oleh al-
Suyuti dalam karyanya al-Durar al-Mansur fi al-Tafsir al-Ma’sur.[1]
Antara Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran Islam terdapat
perbedaan. Salah satu perbedaan yang cuup mendasar adalah terletak pada
periwayatannya. Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir  sedangkan
tidak semua hadis diriwayatkan secara mutawatir.[2] Kecuali terhadap
hadis mutawatir, terhadap hadis ahad kritik tidak saja ditujukan
kepada sanad tetapi juga terhadap matan. Oleh sebab itu, penelitian hadis
diperlukan. Produksi dapat Meningkatkan kesejahteraan manusia bumi.
Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan ekonomi diukur dengan uang.
Sedangkan dalam islam kesajhteraan ekonomi terdiri dari bertambahnya
pendapatan yang diakubatkan oleh meninhkatnya produksi dan
keikutsertaan sejumlah orang dalam Proses produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Produksi ?
2. Apa saja teks-teks hadist Produksi ?
3. Bagaimana penjelasan Hadist ?
4. Bagaiman prinsip Produksi dalam ekonomi Syari’ah ?
5. Apa saja produksi yang diharamkan dalm islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Produksi
2. Untuk mengetahui teks-teks hadist Produksi
3. Untuk mengetahui penjelasan Hadist
4. Untuk mengetahui prinsip Produksi dalam ekonomi Syari’ah
5. Untuk mengetahui produksi yang diharamkan dalm islam

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Produksi dalam bahasa arab adalah al-intaaj dari akar
kata nataja, tetapi dalam istilah fiqih lebih dikenal dengan
kata tahsil, yaitu mengandung arti penghasilan atau menghasilkan sesuatu.
Begitupun dengan Ibnu Khaldun,menggunakan kata tahsil untuk produksi
ketika ia membahas pembagian spesialisasi tenaga kerja. Dalam kamus
Bahasa Indonesia produksi berarti hasil atau penghasilan. Salah satu
defenisi tentang produksi adalah aktivitas menciptakan manfaat dimasa
kini dan mendatang.Disamping pengertian di atas,pengertian produksi juga
merujuk kepada prosesnya yang mentransformasikan input menjadi
output. Segala jenis input yang masuk dalam proses produksi untuk
menghasilkan output produksi disebut faktor produksi.
Pemahaman Produksi islam memiliki arti sebagai bentuk usaha
keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber Produksi yang
diperbolehkan. Hala ini sesuaidengan Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an surah Al-Maidah ayat 87. Iaslam menghargai sesorang yang
mengolah bahna baku kemudian menyedekahkannya atau menjualnya
sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk
meningkatkan eknomi untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Pekerjaan
seseorang yang sesuai keterampilan yang dimiliki dikategorikan sebagai
produksi, begitupunkesibukan untuk mengolah sumber pengahasilan, Juga
dapat dkatakan produksi. Produksi tidak hanya menciptakan secara fisik
sesuatu yang tidak ada,tetapi menjadikan sesuatu dari unsur-unsur lama
yaitu alam menjadi bermanfaat.
B. Teks- teks hadist Produksi
Produksi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang sangat
penting dan merupakan titik pangkal dari kegiatan ekonomi.Kegiatan
distribusi maupun konsumsi tidak mungkin dilakukan jika tidak produksi.
Produksi merupakan kegiatan untuk menghasilakn barang-barang dalam
memenuhi kebutuhan hidup, dengan motif yang berbeda-beda. Motifnya
lainnya bisa jadi adalah sosial ke manusiaan, yaitu kegiatan produksi
dilakukan karena adanya manfaat positif dan tidak menimbulkan
kerusakaan moral (etika) bagi masyarakat, atau motif politik, yaitu

4
kegiatan produksi dilakukan berkaitan dengan adanya ebutuhan negara
atas suatu barang produksi sebagai pendukung ketahanan dan stabilitas
pemerintah. Namun apa pun motifnya, produksi merupakan bagian dari
aktivitas/kerja/amal manusia. Produksi dalam islam memiliki makna yang
sangat luas, yakni melakukan eksplorasi alam semesta dengan tujuan
memakmurkan bumi maupun malakukan pekerjaan atau usaha atau
kegiatan produksi. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk mencari rezeki
dan pendapatan untuk melangsungkan hidup, memperoleh kebahgiaan,
dan sarana mendapatkan rezeki atau penghasilan.
Sunan Ibn Majah Kitab Al-Ruhn Bab Al-Muzara’ah Bi Al-Tsulutsi Wa Al-
Rub’i No. 2452.

‫َح َّدثَنَا ْب َرا ِه ُمي ْب ُن َس ِعي ٍد الْ َج ْو َه ِر ُّي َح َّدثَنَا َأبُو ت َْوب َ َة َّالربِي ُع ْب ُن اَن ِفع ٍ َح َّدثَنا‬
‫ِإ‬
‫ُم َعا ِوي َ ُة ْب ُن َساَّل ٍم َع ْن حَي ْ ىَي ْب ِن َأيِب َك ِث ٍري َع ْن َأيِب َسلَ َم َة َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل‬
‫ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬
‫َأخَا ُه فَ ْن َأىَب فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه‬
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari]
‫ِإ‬
berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Taubah Ar Rabi' bin Nafi']
berkata, telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari
[Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa memiliki sebidang tanah hendaklah ia menanaminya atau
ia berikan pengolahannya kepada saudaranya, namun jika menolak
hendaklah ia tahan tanahnya."

Shahih Muslim Kitab Al-Buyu’ Bab Kira’a Al-Ardhi No. 1544

‫ ُة َع ْن حَي ْ ىَي ْب ِن‬Mَ ‫ َّدثَنَا ُم َعا ِوي‬M‫ َة َح‬Mَ ‫و ت َْوب‬MMُ‫َح َّدثَنَا َح َس ُن ْب ُن عَيِل ٍ ّ الْ ُحلْ َوايِن ُّ َح َّدثَنَا َأب‬
ِ ‫ول اهَّلل‬
ُ ‫َأيِب َك ِث ٍري َع ْن َأيِب َسلَ َم َة ْب ِن َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل قَا َل َر ُس‬
‫ ْن َأىَب‬Mَ‫ا ُه ف‬MM‫َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا َأ َخ‬
‫ِإ‬ ‫فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه‬
“Telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali Al-Hulwani]
telah menceritakan kepada kami [Abu Taubah] telah menceritakan
kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya bin Abi Katsair] dari [Abu
Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah

5
Shallallu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa memiliki sebidang
tanah, hendaklah ia menanaminya, atau memberikannya kepada
saudaranya (supaya menanami-nya), Namun jika ia tidak mau, hendaklah
ia menjaganya".

Shahih Bukhari Kitab Al-Muzara’ah Bab Man Kaa Na Min Ash-Habi Al-


Nabiyyi SAW No. 2340.

‫َح َّدثَنَا ُع َب ْيدُ اهَّلل ِ ْب ُن ُموىَس َأ ْخرَب َ اَن اَأْل ْو َزا ِع ُّي َع ْن َع َطا ٍء َع ْن َجا ِب ٍر َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه قَا َل‬
ُ ‫ث َو ُّالربُع ِ َوال ِنّ ْص ِف فَ َقا َل النَّيِب ُّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل‬Mِ ُ‫اَك ن ُوا يَ ْز َر ُعوهَن َا اِب لثُّل‬
‫و‬MMُ‫ع ْب ُن اَن ِفع ٍ َأب‬Mُ M‫ا َل َّالربِي‬MMَ‫ ُه َوق‬M‫ ْك َأ ْر َض‬M‫ل فَلْ ُي ْم ِس‬Mْ M‫ ْن ل َ ْم ي َ ْف َع‬Mَ‫َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحهَا ف‬
‫ا َل‬MMَ‫ا َل ق‬MMَ‫ت َْوب َ َة َح َّدثَنَا ُم َعا ِوي َ ُة َع ْن حَي ْ ىَي ِإ َع ْن َأيِب َسلَ َم َة َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه ق‬
‫ ْن‬Mَ‫ا ُه ف‬MM‫ا َأ َخ‬MMَ‫ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َم ْن اَك ن َْت هَل ُ َأ ْر ٌض فَلْزَي ْ َر ْعهَا َأ ْو ِل َي ْمنَ ْحه‬ ُ ‫َر ُس‬
‫ِإ‬ ‫َأىَب فَلْ ُي ْم ِس ْك َأ ْرضَ ُه‬
“Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah
mengabarkan kepada kami [Al Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir
radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu orang-orang mempraktekkan
pemanfaatan tanah ladang dengan upah sepertiga, seperempat atau
setengah maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau
dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan
tanahnya". Dan berkata, [Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah
menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya] dari [Abu
Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah
ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia berikan
kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka
hendaklah dia biarkan tanahnya".

C. Penjelasan Hadist

Penggunaan tanah untuk pertanian telah dimulai sejak cara yang paling
sederhana sampai dengan abad teknologi sekarang ini dengan
mempergunakan mekanisasi pertanian yang modern. Hal ini didukung
pula oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
memungkinkan tanah memberikan hasil yang berlipat ganda, yaitu
meningkatkan produksi panen dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dicapai
karena pengolahan tanah yang efektif dan efisien, seperti penggunaan

6
pupuk, irigasi, mekanisasi alat-alat pertanian, penggunaan bibit unggul
disertai obat-obat pebasmi hama, dan lain-lain. Pemeliharaan dan
perawatan adalah hal yang sangat penting dalam mengembang-kan dan
pelestarian segala hasil cipta dan pekerjaan manusia itu. Juga terhadap
segala sumber daya yang memungkinkan ia mencipta dan bekerja. Selain
itu, manusia senantiasa ingin hidup dalam keadaan tenteram lalu ia
menjaga terpeliharanya tata tertib kehidupan dalam lingkungan rumah
tangganya dan di pergaulan ramai di masyarakatnya. Hal yang demikian
inilah yang diisyaratkan dalan ajaran Sunnah yang menegaskan bahwa
kalian (manusia) adalah pemeliharaan (ra’in). Dan pemeliharaan itu
haruslah memikul tanggungjawab (mas’ul).

Tujuan produksi adalah menciptakan kemaslahatan atau


kesejahteraan individu dan kesejahteraan kolektif (sosial). Setiap muslim
harus bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga tidak hanya dapat
mencukupi dirinya sendiri tetapi harus dapat mencukupi kebutuhan anak
dan keluarganya. Hasil yang dimakan oleh dirinya sendiri dan keluarganya
oleh Allah dihitung sebagai sedekah, sekalipun itu sebagai kewajiban. Ini
menunjukan betapa mulianya harga sebuah produksi apalagi jika sampai
mempekerjakan karyawan yang banyak sehingga mereka dapat
menghidupi keluarganya.

Menurut Chapra tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan


pokok setiap individu dan menjamin setiap orang mempunyai standard
hidup manusiawi, terhormat dan sesuai dengan martabat manusia sebagai
khalifah. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan
masalah mendasar bagi manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim juga harus
berusaha meningkatkan pendapatan agar menjadi mustahiq yang dapat
membantu kaum lemah melalui pembayaran zakat, infaq, sedeqah dan
wakaf.[20][20] Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari
Allah Rabb semesta alam, maka konsep produksi di dalam ekonomi Islam
tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungan dunia, tetapi lebih
penting mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surah al-
Qashash mengingatkan manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa
melupakan urusan dunia. Artinya, urusan dunia merupakan sarana untuk
memperoleh kesejahteraan akhirat.[21]

7
Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi
untuk memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar
memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya
beli yang lebih baik. Karena itu bagi Islam produksi yang surplus dan
berkembang baik secara kwantitatif maupun kwalitatif, tidak dengan
sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah arti
produk yang menggunung jika hanya bisa didistribusikan untuk segelintir
orang yang memiliki uang banyak.[22]

Dari ungkapan Nabi SAW dalam hadits diatas yang menganjurkan


bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh
saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung
pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang
dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara
umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya
dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk
kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain.
Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui
kepedulian terhadap lingkungan. Allah s.w.t. telah mengisyaratkan dalam
Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka
bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya:

َّ ‫ه َُو اذَّل ِ ي َخلَ َق لَمُك ْ َما يِف اَأْل ْر ِض مَج ِ ي ًعا مُث َّ ْاس َت َو ٰى ِإ ىَل‬
‫الس َما ِء فَ َس َّواه َُّن َس ْب َع‬
‫ يَش ْ ٍء عَ ِل ٌمي‬Mِّّ ‫مَس َ َاو ٍات ۚ َوه َُو ِبِلُك‬

“Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk


kamu dan dia Berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit, dan dia maha mengetahui segal sesuatu (Q.S.Al-Baqarah :29)

Dengan membiarkan tanah yang kososng mempunyai kemanfaatan


lain, yaitu dengan menjaga ekosisitem tanah tersebut, salah satunya
menjaga unsur hara yang terkandung di dalamnya, sehingga  kesuburan
tanah tetap terjaga dan dapat digunakan untuk hal pertanian pada periode
berikutnya.

8
Al-Qur’an  dan Hadits Rasulullah SAW memberikan arahan
mengenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut[23]:

1. Tugas manusia dimuka bumi sebagai khalifah Allah adalah


memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya.

2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut


Yusuf Qardhawi, islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah
yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan.
Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil
karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-
Qur’an dan Hadits.

3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan


manusia. Nabi pernah bersabda: “Kalian lebih mngetahui urusan
dunia kalian”

4. Dalam berinovasi dan bereksperimen,pada prinsipnya agama Islam


menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan
manfaat.

D. Prinsip Produksi Dalam ekonomi Syaraiah

1. Kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai


dengan maqashid syari’ah.

2. Prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu


dharuriyyat (kebutuhan primer), hajyiyat (kebutuhan sekunder)
dan tahsiniyat (kebutuhan tersier).

3. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial,


zakat, sedekah,infak dan wakaf.

4. Mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, tidak


berlebihan serta tidak merusak lingkungan.

E. Produksi yang Diharamkan dalam Islam

1. Mengaharamkan produksi yang hanya mementingkan kepentingan


pribadi dan membahayakan orang lain ataun umum.

2. Riba

3. Jual beli yang tidak jelas

9
4. Menimbun/spekulan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan


distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa,
kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk mengahasilkan
barang dan jasa kegiatan produksi  melibatkan banyak faktor produksi.
Beberapa implikasi mendasar  bagi kegiatan produksi dan perekonomian
secara keseluruhan, antara lain : Seluruh kegiatan produksi  terikat pada
tataran nilai moral dan teknikal yang Islami, kegiatan produksi harus
memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan ekonomi 
muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.

B. SARAN
Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada
kritik dan saran dari semua pihak terutama Dosen.Penulis hanyalah
manusia biasa.Jika ada kesalahan, itu datangnya dari penulis sendiri.Dan
jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.

10
DAFTAR PUSTAKA

Karim , Adi Warman, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


2007), Ed. 3.
Muhammad. Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi Teks, Terjemah, dan Tafsir,
(Jakarta: AMZAH, 2013), Cet. I.
Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
Ed. 1.
Mawardi, Ekonomi Islam, (Pekanbaru: Alaf Riau: 2007).

11

Anda mungkin juga menyukai