Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQIH MUAMALAT II

“Zakat Perusahaan Saham dan Obligasi”

Dosen pengampu : Mochammad su’eb, SE, M. EI

Disusun oleh : Lu’luul khulaela (20180529009)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA

0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Fiqih muamalat II ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Fiqih muamalat II ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 3

A. Latar belakang .................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4

A. Zakat Perusahaan .................................................................... 4


1. Pengertian Zakat Perusahaan ............................................ 4
2. Dasar Hukum Zakat Perusahaan ............................................ 4
3. Syarat Zakat Perusahaan ........................................................ 5
4. Perhitungan Untuk Zakat Perusahaan ................................ 6
B. Zakat Saham dan Obligasi ........................................................ 6
1. Pengertian saham dan Obligasi ............................................... 6
2. Syarat Wajib Zakat Saham dan Obligasi ................................ 7
3. Perbedaan saham dan Obligasi ............................................ 7
4. Pandangan & Landasan Hukum Zakat Saham dan Obligasi. 8
5. Nishab dan Kadar Zakat Saham dan Obligasi .................... 10
6. Studi Kasus Zakat Saham dan Obligasi ................................ 11

BAB III PENUTUP ................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah
ditentukan oleh Allah SWT, mempunyai hikmah, dan tujuan. Diantara
hikmah tersebut tercermin dari urgensinya yang dapat memperbaiki
kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun materiil, dimana zakat
dapat menyatukan anggotanya bagaikan sebuah batang tubuh, disamping
juga dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir dan pelit, sekaligus
merupakan benteng pengaman dalam ekonomi Islam yang dapat menjamin
kelanjutan dan kesetabilannya. Secara normatif harta yang harus dizakati
ada lima macam, zakat binatang ternak, zakat pertanian, zakat
perdagangan, zakat emas perak, dan zakat rikaz. Tetapi menurut ulama
kontemporer berdasarkan ijtihat dengan melihat realitas aktivitas ekonomi
modern yang semakin variatif, berpendapat bahwa yang wajib dizakati ada
sembilan macam yaitu: zakat binatang ternak, zakat emas dan perak/ zakat
uang, zakat kekayaan dagang, zakat pertanian, zakat madu, dan produksi
hewani, zakat barang tambang dan hasil laut, zakat investasi pabrik,
gedung dan lain-lain, zakat pencarian dan profesi serta zakat saham dan
obligasi.
Makalah ini akan akan membahas tentang kewajiban zakat
perusahaan, saham dan obligasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zakat Perusahaan
1. Pengertian Zakat Perusahaan
Al-Qardawi menyebutkan dengan istilah al-Mustaqallat, yaitu harta
benda yang tidak diperdagangkan, akan tetapi diperkembangkannya
dengan dipersewakan atau dijual hasil produksinya, benda hartanya
tetap, akan tetapi manfaatnya yang berkembang. Para ulama
menganalogikan zakat perusahan sama dengan zakat perdagangan.
Perbedaan dengan harta perniagaan adalah bahwa keuntungan
yang diperoleh dalam perdagangan adalah lewat penjualan atau
pemindahan benda-benda itu ketangan orang lain. Sedangkan harta
perusahaan masih berada ditangan pemilik, dan keuntungan diperoleh
dari penyewaan atau penjualan produknya. Perusahaan merupakan
usaha yang diorganisir sebagai suatu kesatuan resmi, yang perusahaan
ini berporos pada kegiatan perdagangan. Jenis perusahaan yang wajib
zakat adalah perusahaan yang menghasiklan produk tertentu
(product/commudity), perusahaan jasa seperti lawyer, akuntan,
perusahaan keuangan seperti Bank,Asuransi, reksadana, money
changer dll.
2. Dasar Hukum Zakat Perusahaan
Surah Al-Baqarah ayat 267
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji.”
Dan Surat At-Taubah Ayat 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

4
Pada Ayat 267 surat Al-Baqarah menjelaskan semua orang yang
beriman diperintahkan untuk berinfaq. Menurut Ibnu Katsir yang
dimaksud infaq dalam ayat tersebut adalah sedekah.Sementara ayat
kedua surah al-Taubah ayat 103, menunjukkan perintah untuk
mengambil zakat, sementara zakat tidak dapat diambil dari setiap
orang mukmin secara umum. Ada batasan yang membuat ayat ini
berarti khusus, yaitu zakat diambil dari orang mukmin scara umum.
Ada batasan yang membuat ayat ini berarti khusus, yaitu zakat diambil
dari orang mukmin yang mempunyai harta yang wajib dizakati,
jumlahnya mnimal satu nisab, harta tersebut dimiliki lebih dari setahun
(kecuali rikaz dan pertanian), harta tersebut merupakan kelebihan dari
kebutuhan pokok dan batasan-batasan lain. Namun demikian,
keumuman mengenai jumlah orang yang memiliki harta masih saja
berlaku, artinya, apakah harta dimiliki bersama atau miliki
perseorangan tetap dikenakan wajib zakat.
3. Syarat Zakat Perusahaan
Syarat badan hukum yang wajib zakat
a) Badan hukum yang wajib zakat merupakan tempat bekerja orang-
orang yang beragama Islam, atau setidaknya sebagian besar yang
bekerja adalah orang Islam.
b) Pada hukumnya wajib zakat merupakan badan hukum yang
menjalankan usaha yang profitable dan berkembang.
c) Usaha yang dijalankan oleh badan hukum tersebut merupakan
usaha yang halal.
d) Menurut ulama Hanbaliyah, Badan hukum tersebut tidak
memiliki hutang yang apabila dibayar, maka asetnya tidak sampai
satu nisab.Menurut Wahbah al-Zuhaili, Bahwa apabila aset yang
ada digunakan untuk membayar hutang sisa harta lain yang dapat
digunakan untuk membayar hutang, maka tidak wajib dizakati.
Imam Syafi’i dalam qoul jadid, sebagaimana dikutip al-Zuhaili
berpendapat bahwa meskipun hutang itu besar sehingga bila harta
digunakan untuk membayar maka sisanya tidak mencukupi satu
nisab pemiliknya tetap wajib membayar zakat.
Syarat yang dizakati
Dalam insiklopedi fiqh dijelaskan mengenai syarat-syarat zakat:
a) Harta yang dimiliki oleh pihak (perorangan atau badan hukum)
yang jelas.

5
b) Kepemilikan sebagaimana disebut di atas merupakan kepemilikan
yang mutlak.
c) Harta tersebut berada dalam pemilikan badan usaha telah
berlangsung selama satu tahun qamariyah atau tahun hijriyah.
d) Harta tersebut harus mencapai satu nisab.
4. Perhitungan Untuk Zakat Perusahaan
Yusuf Qaradawi berpendapat bahwa nisab zakat perusahaan yang
profitable adalah senilai dengan 85 gram emas. Sementara ukuran
zakatnya adalah 2,5 %. Untuk usaha yang bergerak dibidang jasa,
seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, penyewaan mobil,
bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, terdapat dua cara perhitungan
zakat.
Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan
perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti
taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %.
Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari
hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian
zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan
zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan
pada hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya.
Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tahapan cara
menghitung zakat perusahaan adalah dengan :

2,5% x (aset lancar – hutang jangka pendek)

Contoh:

Perusahaan A memiliki aset usaha senilai Rp2.000.000.000,- dengan


hutang jangka pendek senilai Rp500.000.000,-. Jika harga emas saat ini
Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga
Perusahaan A sudah wajib zakat atas perusahaannya. Zakat perusahaan
yang perlu ditunaikan sebesar 2,5% x (Rp2.000.000.000,- -
Rp500.000.000,-) = Rp37.500.000,-.
B. Zakat Saham dan Obligasi
1. Pengertian saham dan Obligasi
Saham adalah hak pemilikan tertentu atas kekayaan satu
perorangan terbatas atau atas penunjukan atas saham tersebut. Setiap
lembar saham memiliki nilai tertentu yang sama, dan besarnya hak
kepemilikan seseorang atas harta perusahaan ditentukan oleh jumlah

6
lembar saham yang dimiliki. Dalam ensiklopedi indonesia disebutkan,
bahwa saham adalah surat bukti yang menyatakan bahwa seorang turut
serta dalam suatu perseroan terbatas (PT). Pemilik saham disebut
persero, ia berhak atas sebagian laba yang dihasilkan perusahaan yang
dijalankan oleh PT yang bersangkutan.
Obligasi adalah surat utang jangka menengah maupun jangka
panjang yang dapat diperjualbelikan. Obligasi berisi janji dari pihak
yang menerbitkan Efek untuk membayar imbalan berupa bunga
(kupon) pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir
waktu yang telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi merupakan salah satu investasi Efek berpendapatan tetap
yang bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi
yang relatif stabil dengan risiko yang relatif lebih stabil juga,
dibandingkan dengan saham.
2. Syarat Wajib Zakat Saham dan Obligasi.
Berikut adalah sayarat wajib zakat saham dan obligasi.
a) Islam
b) Merdeka
c) Milik sendiri.
d) Cukup haul.
e) Cukup nishab.
3. Perbedaan saham dan Obligasi

SAHAM OBLIGASI

Merupakan Bagian Kekayaan Merupakan Pinjaman Kepada


Bank atau perusahaan perushaan,bank,Pemerintahan.

Memberikan keuntungan sesuai Memberikan keuntungan tertentu


dengan keuntungan perusahaan atas pinjaman tanpa bertambah
atau bank yang bisa banyak atau atau berkurang
sedikit sesuai dengan
keberhasilan perusahaan atau
bank itu,tetapi juga menanggung
kerugiannya.

Pembawa saham berarti pemilik Pembawa Obligasi berarti


sebagian peusahaan dan bank itu pemberi hutang atau pinjaman
sebesar nilai sahamnya kepada

7
perusahaan,bank,perusahaan

Saham hanya dibayar dari Obligasi dibayar setelah waktu


keuntungan bersih perusahaan tertentu

4. Pandangan & Landasan Hukum Zakat Saham dan Obligasi.


a) Pandangan Mengenai Zakat Saham
Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan
bahkan berkaitan dengan kepemilikannya adalah saham. Pemegang
saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan. Pada
setiap akhir tahun, yang biasanya pada waktu Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dapatlah diketahui keuntungan
(deviden) perusahaan, termasuk juga kerugiannya. Pada saat itulah
ditentukan kewajiban zakat terhadap saham tersebut.
Syeikh Abdul Rahman Isa  mengemukakan dua pendapat yang
berkaitan dengan kewajiban zakat pada saham , kriteria wajib zakat
atas saham-saham perusahaan adalah perusahaan-perusahaan itu
harus melakukan kegiatan dagang, apakah itu disertai kegiatan
industri maupun tidak.  yaitu : Pertama, jika perusahaan itu
merupakan perusahaan industri murni, artinya tidak melakukan
kegiatan perdagangan, maka sahamnya tidaklah wajib dizakati.
Misalnya perusahaan hotel, biro perjalanan, dan angkutan (darat,
laut, udara). Alasannya adalah saham-saham itu terletak pada alat-
alat, perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan prasarana lainnya.
Akan tetapi keuntungan yang ada dimasukan ke dalam harta para
pemilik saham tersebut, lalu zakatnya dikeluarkan bersama harta
harta lainya. Kedua, jika perusahaan tersebut merupakan
perusahaan dagang murni yang membeli dan menjual barang-
barang, tanpa melakukan kegiatan pengolahan, seperti perusahaan
yang menjual hasil-hasil industri, perusahaan dagang internasional,
perusahaan ekspor-impor, maka saham-saham atas perusahaan itu
wajib dikeluarkan zakatnya.
Namun, menurut Yusuf Qardhawi bahwa beliau
memperlakukan perusahaan-perusahaan tersebut secara sama,
bagaimanapun bentuknya. Membedakan zakat pada jenis
perusahaan adalah tindakan yang tidak ada landasannya yang jelas
dari Quran, sunnah, ijmak, dan qiyas yang benar. Karena saham

8
saham baik pada yang pertama maupun yang kedua sama-sama
merupakan modal yang bertumbuh yang memberikan keeuntungan
tahunan yang terus mengalir, bahkan pada yang kedua keuntungan
itu bisa lebih besar.
b) Pandangan Hukum Zakat Obligasi
Untuk menentukan status hukum bermuamalah dengan obligasi
sebaiknya dilihat pembagian jenis obligasi tersebut. Terdapat 2
macam obligasi yang sekarang kita kenal, yaitu obligasi
konvensional dan obligasi syariah.
Obligasi Konvensional,para ulama sepakat mengenai
keharaman bermuamalah dengan obligasi jenis ini karena sarat
dengan unsur ribawi, namun kontroversi justru terjadi pada hukum
mengeluarkan zakatnya.Obligasi sangat tergantung kepada bunga
yang termasuk kategori riba yang dilarang secara tegas oleh ajaran
Islam. Meskipun demikian, yang menarik adalah bahwa sebagian
ulama‘ walaupun sepakat dengan haramnya bunga tetapi mereka
tetap menyatakan bahwa obligasi adalah satu objek atau sumber
zakat dalam perekonomian modern ini.Pendapat pertama,
mengatakan bahwa zakat tidak wajib dikenakan atas obligasi dan
bunga yang diperoleh, karena mengandung unsur riba (bunga)
yang diharamkan syara’. Oleh karena itu, mengeluarkan zakat dari
sesuatu yang haram hukumnya tidak sah. Pendapat kedua, agak
moderat. Pendapat ini mengatakan bahwa meskipun muamalah
dengan obligasi konvensional haram secara syara’, tidak berarti
pelakunya dibebaskan dari zakat. Kepemilikan si pembeli atas
obligasi tersebut sah secara syara’ dan obligasi tersebut merupakan
harta produktif yang dapat diperjualbelikan dan memberikan
keuntungan bagi pemiliknya. Haramnya bunga tidak bisa dijadikan
alasan untuk membebaskan pemilik obligasi dari kewajiban
membayar zakat, oleh karena mengerjakan perbuatan
terlarang  tidak bisa memberikan keistimewaan kepada yang
mengerjakan. Muhammad Abu Zahrah menyatakan bahwa jika
obligasi itu kita bebaskan dari zakat, maka akibatnya orang lebih
suka memanfaatkan obligasi dari pada saham. Dengan demikian,
orang akan terdorong untuk meninggalkan yang halal dan
melakukan yang haram. Dan juga bila ada harta haram, sedangkan
pemiliknya tidak diketahui, maka ia disalurkan kepada sedekah.

9
Obligasi Syariah. Jika Obligasi tersebut adalah obligasi syariah,
maka hukumnya halal dan wajib dizakatkan, baik obligasinya
maupun keuntungan yang diperoleh. Obligasi syariah
menggunakan akad Mudharabah, dengan prosentase bagi hasil
yang disetujui kedua belah pihak. Obligasi itu menjadi wajib
dikeluarkan zakatnya, apabila telah memenuhi persyaratan, yaitu
Islam, merdeka, milik sendiri, cukup haul (satu tahun) dan cukup
nishab.
5. Nishab dan Kadar Zakat Saham dan Obligasi
a) Nishab dan Kadar Zakat Saham
Zakat Saham, baik nishab maupun ukurannya yaitu
senilai  85 gram emas dan zakatnya sebesar 2,5%. Sementara itu
muktamar  internasional pertama tentang zakat (Kuwait, 29 Rajab
1404 H) menyatakan bahwa jika perusahaan telah mengeluarkan
zakatnya sebelum dividen dibagikan kepada pemegang saham,
maka pemegang saham tidak perlu  lagi mengeluarkan zakatnya.
Jika belum mengeluarkan, maka tentu para pemegang sahamlah
yang berkewajiban mengeluarkan zakatnya. Dan hal ini harus
dituangkan dalam peraturan perusahaan agar tidak terjadi
pembayaran zakat ganda.
Apabila perusahaan itu belum mengeluarkan zakatnya,
maka si pemilik saham wajib membayar zakat dengan cara bila si
pemilik bermaksud memperjualbelikan sahamnya, maka volume
zakat yang wajib dikeluarkan ialah sebesar 2,5% dari harga pasaran
yag berlaku pada waktu kekayaan mencapai haul seperti komoditas
dagang yang lain. Jika si pemilik  hanya mengambil keuntungan
dari laba tahunan saham itu, maka cara pembayaran zakatnya
adalah sebagai berikut :
1) Jika ia bisa mengetahui, melalui perusahaan yang
mengeluarkan saham atau pihak lain, nilai setiap saham dari
total kekayaan yang wajib ia zakati, maka ia wajib membayar
zakatnya sebesar 2,5% dari nilai saham itu.
2)   Jika ia tidak dapat mengetahuinya, maka ia harus
menggabungkan laba saham tersebut dengan kekayaan yang
lain dalam penghitungan haul dan nishab kemudian membayar
zakatnya sebesar 2,5%.

10
b) Nishab dan Kadar Zakat Obligasi
Mengenai nishab dan kadar zakat obligasi ini terdapat dua
pendapat dalam obligasi konvensional. Pendapat pertama, Zakat
wajib dikeluarkan atas harga atau nilai dari obligasi itu sendiri dan
bukan dari bunganya. Besarnya suku zakat adalah 2,5 persen yang
dikeluarkan setiap akhir tahun, beranalogi pada zakat komoditas
perdagangan. Sementara itu, bunga atau keuntungan yang
diperoleh wajib disedekahkan semuanya untuk fakir miskin atau
kepentingan umum. Ini adalah pendapat Abdurrahman Isa, seorang
pakar ekonomi Islam.
Pendapat kedua, yaitu pendapat Wahbah al-Zuhaili, dimana
zakat wajib atas obligasi dan bunganya sekaligus. Mekanisme
pengeluaran zakatnya adalah dengan menggabungkan nilai
keduanya pada waktu jatuh tempo dan dikeluarkan jika telah
mencapai haul dan nishab dengan suku zakat sebesar 10%,
dianalogikan dengan zakat pertanian dan perkebunan.
 Melihat kedua pendapat di atas, agaknya pendapat pertama
yang lebih tepat. Mengenakan zakat pada bunga yang diperoleh
tidak diperbolehkan, karena bunga tersebut tidak halal dan harus
dikeluarkan semuanya untuk fakir miskin atau kepentingan umum.
Tetapi sejauh pemilikan obligasi sah secara agama, maka zakatpun
harus dikenakan atas obligasi itu. Suku zakat 2,5 persen,
dianalogikan dengan zakat komoditas perdagangan.
Sedangkan besarnya suku zakat untuk obligasi syariah
adalah 2,5 persen pertahun (bila mencapai haul dan nishab),
dianalogikan pada zakat komoditi perdagangan.
6. Studi Kasus Zakat Saham dan Obligasi
a) Cara Penghitungan Zakat Saham
Untuk menghitung simulasi saham :
Pak Yusuf memiliki saham PT Amanah Setia 80.000 lembar
dengan harga perlembar adalah Rp. 1.000 maka total Rp.
80.000.000,- dan deviden Rp. 200/lembar = 80.000 x 200 = Rp.
16.000.000.
Jadi total saham ditambah deviden = 80.000.000 + 16.000.000 =
96.000.000,- Karena harta Pak Yusuf lebih dari Nishab (85 gram
emas = Rp. 25.500.000,-) maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar
2,5% x 96.000.000,- = Rp. 2.400.000,- (wajib zakat).

11
Al-hasil, zakat saham perusahaan dikenakan pada saham dan
keuntungannya sekaligus karena dianalogikan dengan perdagangan
besarnya 2,5%, jika harta tersebut cukup nishab dan haul saat
itulah zakat wajib diwajibkan
b) Cara Penghitungan Zakat Obligasi.
1) Obligasi Konvensional
Pak Saadi memiliki obligasi PT. Infrastruktur Jaya  sebesar Rp
550.000.000 untuk proyek pembangunan pabrik baru. Bunga
yang akan diberikan adalah 10% per tahun dengan jangka
waktu obligasi 10 tahun. Pada akhir tahun pertama. Bagaimana
perhitungan zakatnya?
JAWABAN :
Nilai Obligasi  ```= Rp 550.000.000
Bunga 1 th       = 10% x Rp 550.000.000 = Rp 55.000.000
Total kekayaan 1 th  = Rp 550.000.00 + Rp 55.000.000
                                  = Rp 605.000.000
Apabila bunga tidak dihitung zakat. Maka, hanya dihitung nilai
obligasinya, yaitu : 2,5% x Rp 550.000.000 = Rp 13.750.000
yang wajib dizakatkan.

2) Obligasi Syariah (sukuk)


Pak Saadi memiliki sukuk PT. Barokah Mulia  sebesar Rp
550.000.000 untuk proyek pengembangan produk. Bagi hasil
yag disepakati adalah 60:40 per tahun dimana 60% untuk Pak
Saadi, dengan jangka waktu sukuk 10 tahun. Pada akhir tahun
pertama. Bagaimana perhitungan zakatnya?
JAWABAN :
Nilai sukuk            = Rp 550.000.000
Bagi Hasil             = 60:40
Apabila Pendapatan setelah satu  tahun Rp 100.000.000, maka
Bagi hasil untuk Pak Saadi sebesar 60% x Rp Rp 100.000.000
= Rp 60.000.000, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah :
Nilai sukuk + keuntungan = Rp 550.000.000 + Rp 60.000.000
                                           = Rp 610.000.000
Nilai zakat                         = 2,5% x Rp 610.000.000
                   = Rp 15.250.000

12
C. Analisis Penulis
Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat
di Kuwait (29 Rajab 1404 H), menganalogikan zakat perusahaan kepada
zakat perdagangan. Hal ini dikarenakan, jika dipandang dari aspek legal
dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada kegiatan
trading atau perdagangan.Oleh karena itu, secara umum pola pembayaran
dan penghitungan zakat perusahaan dianggap sama dengan zakat
perdagangan begitu pun dengan kadar nisabnya setara dengan 85 gram
emas. Maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan zakat perusahaan
didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan
kewajiban atas asset lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan
prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan
kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakatnya.
Sementara pendapat lain menyatakan bahwa yang wajib dikeluarkan
zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja.
Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan
bahkan berkaitan dengan kepemilikannya adalah saham dan Obligasi.
Selama perusahaan tersebut tidak memproduksi barang-barang atau
komoditas-komoditas yang dilarang, maka saham menjadi salah satu
obyek atau sumber zakat. Sedangkan obligasi sangat tergantung kepada
bunga yang termasuk kategori riba yang dilarang secara tegas oleh ajaran
Islam. Selanjutnya alternatif dari obligasi konvensional adalah sukuk.
Sukuk merupakan surat berharga atau obligasi yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, baik diterbitkan oleh negara maupun
korporasi, di mana basis akad yang digunakan adalah akad-akad yang
sesuai syariah, seperti mudharabah, musyarakah, ijarah, dan lain-lain. 

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qardawi menyebutkan dengan istilah al-Mustaqallat, yaitu harta
benda yang tidak diperdagangkan, akan tetapi diperkembangkannya
dengan dipersewakan atau dijual hasil produksinya, benda hartanya tetap,
akan tetapi manfaatnya yang berkembang. Para ulama menganalogikan
zakat perusahan sama dengan zakat perdagangan.
Saham merupakan hak kepemilikan terhadap sejumlah tertentu kekayaan
suatu perusahaan terbatas (PT). Sedangkan obligasi adalah surat bukti
turut serta dalam pinjaman kepada perusahaan atau dalam
pemerintahan. Mengenai  perolehan gaji, saham dan obligasi, dalam
hukum Islam tetap dikenai zakat apabila sudah cukup  haul dan nisabnya.
Zakat saham dan obligasi, ada ulama yang berpendapat bahwa
apabila perusahaan itu merupakan perusahaan murni tidak melakukan
kegiatan dagang, maka tidak wajib zakat kecuali apabila penghasilanya
digabungkan dengan harta kekayaan yang dimiliki. Dan adapula ulama
yang memandang bahwa saham dan obligasi sama dengan barang
dagangan, maka zakatnya sama dengan zakat barang dagangan yaitu
2,5%.Sedang mengenai obligasi yang mengandung unsur riba yaitu adanya
perolehan bunga, bahwa dapat disimpulkan haramnya bunga tidak bisa
dijadikan alasan untuk membebaskan pemilik obligasi dari kewajiban
membayar zakat, oleh karena mengerjakan perbuatan terlarang  tidak bisa
memberikan keistimewaan kepada yang mengerjakan.
Diskuisi tentang bunga bank itu haram ataukah tidak harus
dianggap selesai. Tugas kita adalah terus menumbuhkembangkan
institusikeuangan alternatof yang bebas bunga yang sesuai dengan syariah
Islamiyah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin,Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema


Insani.
Qardawi, Yusuf. 2006. Hukum Zakat. Terj. Salman Harun dkk. Jakarta :
PT.Pustaka Litera AntarNusa.
http://amaljaul.blogspot.com/2015/05/zakat-saham-dan-obligasi.html diakses pada
tanggal 04 April 2020 pada jam 19:26 wib
https://myfebieviana.wordpress.com/2015/06/09/zakat-saham-dan-obligasi/ diakses
pada tanggal 04 April 2020 pada jam wib

15

Anda mungkin juga menyukai