Anda di halaman 1dari 4

MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO.

3, DESEMBER 2002

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH SENYAWA KALSIUM FOSFAT


HASIL PRESIPITASI

Djarwani S. Soejoko dan Sri Wahyuni

Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia

E-mail : djarwani@fisika.ui.ac.id

Abstrak
Sampel senyawa kalsium fosfat dibuat dari larutan ion kalsium dan ion fosfat jenuh. Eksperimen dilakukan dengan
perlakuan suhu 25 ºC dan 70 ºC, yang dikombinasikan dengan perlakuan pH 5, 7, 9 dan 11. Hasil presipitasi larutan
pada suhu 70 ºC mempunyai massa relatif lebih tinggi dibanding dengan massa presipitan yang dihasilkan oleh larutan
pada suhu 25 ºC. Pada umumnya massa presipitan meningkat dengan kenaikan pH. Analisis sampel dilakukan dengan
spektrokopi inframerah, terutama pada sampel hasil presipitasi pada suhu 70 ºC. Berdasarkan derajat belah pita absorpsi
fosfat ν4, dapat diketahui bahwa pada umumnya semua sampel mengandung kristal apatit dan yang meningkat dengan
kenaikan pH larutan. Dari pemanasan sampel hasil presipitasi larutan dengan pH 11 diperoleh pula informasi bahwa
molekul air, dapat berada pada permukaan kristal maupun terperangkap dalam struktur kristal.

Abstract
Infrared Spectroscopy of Precipitated Calcium Phosphate Compound. Samples of calcium phosphate compounds
were produced from saturated solutions containing of calcium and phosphate ions. The experiments were carried out
using solutions at temperature 25 ºC and 70 ºC, combined with different pH value of 5, 7, 9 and 11. Precipitation mass
from solutions at 70 ºC was relatively higher compare to that produced from solutions at 25 ºC. It was also shown that
generally the mass precipitation rose with the increasing of pH. Sample analyses were performed with the use of
infrared spectroscopy, particularly for the samples produced from solutions at 70 ºC. Based on the ν4 phosphate
absorption band, it was indicated that apatite crystals found in most samples which its amount gave rise to the
increasing of pH. Infrared spectroscopy of the heated samples produced with pH 11 showed that water molecules could
be present either at the surface of crystals or trapped in the crystal structure.

Keywords: calcium phosphates, apatite crystals,infrared spectroscopy

1. Pendahuluan adalah kalsium fosfat amorf (KFA) [2-6]. Tahap


selanjutnya adalah konversi KFA menjadi kristal HAP.
Telah diketahui bahwa komponen utama senyawa Gugus hidroksil dalam kristal HAP diperoleh dari
inorganik dalam jaringan keras kelompok vertebrata molekul air, sehingga proses konversi KFA menjadi
adalah senyawa kalsium fosfat. Kristal kalsium fosfat kristal HAP harus berlangsung dalam lingkungan air [4,
dalam jaringan keras tersebut dikenal sebagai kristal 6]. Proses kristalisasi dapat ditingkatkan dengan
apatit, yang mempunyai formula berbeda dengan kristal menaikkan aktivitas ion yang bersangkutan, misalnya
stabil hidroksiapatit (HAP) dengan rumus kimia dengan meningkatkan laju pengadukan, menaikkan pH,
Ca10(PO4)6(OH)2, namun mempunyai struktur kristal menaikkan suhu, atau menghilangkan penghambat.
dasar yang sama. Struktur kristal HAP mempunyai Kehadiran makromolekul ataupun ion lain dalam
bentuk heksagonal dengan parameter kisi a = 9,42 Å larutan dapat pula berpengaruh pada proses kristalisasi.
dan c = 6,88 Å [1]. Pembentukan kristal HAP dari fase Sebagai contoh, kehadiran ion CO32- dalam larutan akan
larutan super jenuh tinggi (konsentrasi ion Ca2+ dan memperlambat proses nukleasi dan pertumbuhan kristal
PO43-masing-masing lebih dari 10 mM) berlangsung [7]. Selain itu ion CO32- juga mudah masuk dalam
dalam dua tahap. Material padat pertama yang terbentuk struktur kristal HAP, menggantikan ion OH- ataupun

117
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 118

PO43- yang berturut-turut membentuk kristal apatit dalam keadaan tertutup dengan aluminium foil, kondisi
karbonat tipe A dan tipe B. larutan dibuat bervariasi dengan pH 5, 7, 9 dan 11.
Hasil presipitasi dicuci dengan aquadest dan
Dalam kesempatan ini dilaporkan hasil penelitian dikeringkan dengan dipanaskan pada suhu 100 ºC
pembentukan kristal apatit berasal dari presipitasi selama 6 jam. Khusus untuk sampel hasil eksperimen
larutan ion Ca2+ dan ion PO43-. Eksperimen diberi dengan pH 11 diberi perlakuan pemanasan dengan
perlakuan pH 5, 7, 9, dan 11, dan juga perlakuan suhu suhu 200 ºC, 300 ºC, 400 ºC, 450 ºC, dan 500 ºC
25 ºC dan 70 ºC. Pemilihan suhu 70 ºC dilakukan untuk selama 2 jam.
mempercepat proses presipitasi dan pembentukan
kristal. Hasil presipitasi dianalisa dengan menggunakan Analisis presipitan dilakukan dengan spektroskopi
spektrometer inframerah. inframerah Untuk spektroskopi inframerah, 1 mg
sampel dicampur dengan 200 mg KBr, dan kemudian
2. Metode Penelitian dibuat pelet. Pengukuran menggunakan spektroskop
inframerah HITACHI 270-50, dan dilakukan dengan
Dalam eksperimen ini sampel hidroksiapatit dibuat dari jangkauan bilangan gelombang 4000 - 400 cm-1. Untuk
larutan kalsium nitrat Ca(NO3)2 (Merck) dan amonium menghilangkan absorpsi latar belakang, pelet KBr
dihidrofosfat NH4H2PO4 (Merck). Untuk mengontrol selalu disertakan pada setiap pengukuran.
suasana basa digunakan amoniak NH3 (Merck).
Eksperimen dilakukan dengan menambahkan 50 ml 3. Hasil dan Pembahasan
0.87 M larutan amonium dihidrofosfat tetes demi tetes
ke dalam larutan 50 ml 0.69 M larutan kalsium nitrat. Massa hasil presipitasi dari larutan untuk berbagai harga
Selama eksperimen dilakukan pula pengadukan untuk pH, serta pada suhu 25 ºC dan 7O ºC, ditunjukkan dalam
mempercepat proses presipitasi. Kontrol pH dilakukan Tabel 1. Presipitasi dilakukan dengan larutan yang
dengan menambahkan amoniak tetes demi tetes ke mengandung senyawa pembentuk NH4H2PO4 dan
dalam larutan. Eksperimen pertama dilakukan pada Ca(NO3)2 dengan jumlah sama (10,7105 gr). Hubungan
suhu kamar sekitar 25 ºC, dan eksperimen kedua antara massa presipitan dengan pH dan suhu larutan
dilakukan dengan suhu larutan pada 70 ºC. Setelah dalam Tabel 1 ditunjukkan lebih jelas dalam Gambar 1.
proses titrasi selesai, pengadukan dilanjutkan selama 24 Dapat dilihat bahwa massa presipitan meningkat dengan
jam dengan suhu sama dengan pada saat berlangsung kenaikan pH dan suhu. Selanjutnya hasil presipitasi
titrasi, dan ditambah lagi pengadukan selama 48 jam dengan suhu 70 ºC dianalisa dengan menggunakan
pada suhu kamar. Dalam kedua eksperimen beaker spektrometer inframerah dan difraktometer sinar X.

Tabel 1. Massa senyawa presipitan dari larutan dengan konsentrasi ion Ca2+ dan PO43- sama pada suhu 25 ºC
dan 70 ºC, dan dengan variasi pH.

pH Suhu 25 ºC Suhu 70 ºC
Massa presipitan Persentase hasil Massa presipitan Persentase Kode
(gr) (%) (gr) hasil (%) sampel
5 0,8135 7,60 1,0060 9,39 I
7 0,8640 8,07 0,9820 9,17 II
9 0,9030 8,43 1,0435 9,66 III
11 0,9115 8,51 1,0780 10,06 IV

11
Massa presipipitan (%)

70 ºC

7 25 ºC

5
4 6 8 10 12
pH
119 MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002

Gambar 1. Massa presipitan senyawa kalsium fosfat dengan variasi pH pada suhu 25 ºC dan 70 ºC
sampel II dan III. Temuan ini memperjelas bahwa
Hasil pengukuran sampel I, II, III, dan IV dengan kandungan HAP dalam sampel II, III, dan IV meningkat
spektrometer inframerah ditunjukkan dalam Gambar 2. dengan kenaikan pH larutan.
Dalam jangkauan panjang gelombang 400 – 4000 cm-1,
pada umumnya semua spektra mengandung pita Perlu diperhatikan pula kehadiran pita absorpsi
absorpsi gugus fosfat ν3 dan ν4 di daerah 900 – 1200 karbonat di sekitar 872 cm-1 (ν2) dan di daerah 1460 dan
cm-1 dan 550 – 650 cm-1. Pita absorpsi fosfat ν1 tampak 1410 cm-1 (ν3) yang tampak dalam semua spektra
pula dalam semua spektra sebagai pita kecil yang dapat sampel hasil presipitasi, tetapi tidak terlihat dalam
diamati di sekitar 960 cm-1, kecuali pada sampel I yang spektrum HAP. Intensitas pita karbonat menurun
tampak di sekitar 905 cm-1. dengan kenaikan pH larutan, paling tinggi tampak
dalam spektrum sampel I dan sangat rendah dalam
Pita absorpsi fosfat ν3 mempunyai dua komponen, satu spektrum sampel IV (pH 11). Dalam spektrum sampel I,
komponen terletak di daerah bilangan gelombang tinggi intensitas pita karbonat yang tinggi disertai oleh pita
1050 – 1200 cm-1, dan komponen lain berada di daerah fosfat dengan intensitas rendah. Disamping itu, pita ν4
bilangan gelombang 900 - 1050 cm-1 dengan maksimum berbentuk kontinu dan tidak terbelah, menunjukkan
1030 cm-1. Kecuali sampel I, kedua komponen untuk kandungan kristal dalam sampel rendah.
semua sampel mempunyai maksimum di 1090 dan 1030
cm-1, dengan intensitas komponen di daerah gelombang
rendah relatif lebih kuat. Sampel I mempunyai pita
absorpsi dengan intensitas paling rendah dibanding
dengan sampel lain, dan mempunyai maksimum di
sekitar 1060 dan 1130 cm-1. Pita demikian menunjukkan
bahwa sampel I mengandung senyawa kalsium fosfat
yang berbeda dengan yang terkandung dalam sampel II,
III, dan IV.

Kristal HAP ditandai oleh pita ν4 dalam bentuk belah


dengan maksimum pada 562 dan 602 cm-1. Maksimum
pada 632 cm-1 yang tampak menyatu dengan pita ν4
berasal bukan dari gugus PO43-, melainkan berasal dari
gugus OH-. Pita absorpsi fosfat ν4 untuk sampel II, III,
dan IV juga mempunyai bentuk terbelah dan
mempunyai maksimum di sekitar 562 dan 600 cm-1
seperti pada spektrum HAP. Selain menunjukkan
kehadiran kristal apatit, kadar belah pita absorpsi fosfat
ν4 juga menunjukkan kandungan fase kristal apatit
dalam sampel [8]. Oleh karenanya dari Gambar 2 dapat
dilihat bahwa kandungan fase kristal apatit dalam
sampel meningkat dengan kenaikan pH dan mulai
signifikan bila larutan mempunyai pH lebih dari 5. Di
lain pihak spektrum sampel I hasil presipitasi larutan
dengan pH 5 mempunyai pita ν4 dalam bentuk kontinu,
yang menunjukkan bahwa sampel banyak mengandung
fase amorf, ataupun dalam bentuk mikrokristal.

Pita ν1 fosfat pada 960 cm –1 tampak hadir sebagai pita


kecil dalam spektrum HAP. Pita yang sama tampak
relatif lebih kecil dalam spektra sampel II, III, dan IV,
dengan intensitas meningkat dengan kenaikan pH
larutan. Selain itu dalam spektrum HAP terlihat pula
pita absorpsi karakteristik OH disekitar 3576 cm-1 dan
632 cm-1. Dalam spektra sampel II, III, dan IV, pita
gugus OH di sekitar 630 cm-1 juga tampak, namun Gambar 2. Spektra inframerah kalsium fosfat hasil
dengan intensitas yang relatif sangat rendah. Pita gugus presipitasi pada suhu 70 ºC dengan kondisi
OH disekitar 3576 cm-1 sudah mulai tampak dalam pH a) 5 (sampel I), b) 7 (sampel II), c) 9
spektrum sampel IV, dan tidak terlihat dalam spektra
MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002 120

(sampel III), d) 11 (sampel IV), dan e) dalam dalam permukaan kristal apatit akan hilang dan tidak
bentuk HAP. dapat balik pada pemanasan di bawah suhu 200 ºC [9].
Selain air adsorpsi, terdapat pula air dalam kristal yang
akan hilang bila sampel dipanaskan di atas suhu 200 ºC
sampai 800 ºC [10]. Dalam penelitian ini, untuk
memperoleh informasi mengenai air dalam kristal telah
dilakukan pemanasan sampel IV (hasil presipitasi
larutan dengan pH 11) dengan suhu yang bervariasi.
Untuk selanjutnya sampel hasil pemanasan dengan suhu
100 ºC, 200 ºC, 300 ºC, 400 ºC, 450 ºC, dan 500 ºC
disebut sampel IVa, IVb, IVc, IVd, IVe, dan IVf. Hasil
spektroskopi keenam sampel hasil pemanasan sampel
IV tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3. Pemanasan
sampai dengan 500 ºC tidak mengubah struktur pita ν1,
ν3 dan ν4 fosfat. Kenaikan suhu mengakibatkan
intensitas pita air di daerah 3700 – 2500 cm-1 dan di
daerah 1660 cm-1 menurun. Intensitas pita absorpsi air
dalam kristal menjadi sangat rendah dan menghilang
setelah sampel mengalami pemanasan di atas suhu
450ºC. Disamping itu, pemanasan juga menghilangkan
gugus karbonat dan HPO4, sehingga kandungan HAP
menjadi dominan dalam sampel.

4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kandungan kristal apatit dalam senyawa kalsium fosfat
hasil presipitasi dipengaruhi oleh pH larutan. Kehadiran
gugus karbonat dalam larutan juga berpengaruh pada
presipitasi dan pertumbuhan kristal, terutama pada
larutan dengan pH rendah. Disamping itu, diperoleh
pula informasi mengenai kandungan air dalam kristal.
Air dapat hadir pada permukaan kristal dan dapat pula
terperangkap dalam kristal.

Daftar Acuan
1. K. Lonsdale, Nature 217 (1968) 56.
2. G.H. Nancollas, B. Tomazic, J. Phys. Chem. 78
(1974) 2218.
Gambar 3. Spektra inframerah hasil pemanasan sampel 3. A.G. Walton, W.J. Bodin, H. Furedi, A. Schwartz,
IV kalsium fosfat dengan suhu a) 100 ºC Canadian J. Chem. 45 (1967) 695.
(sampel IVa), b) 200ºC (sampel IVb), c) 300 ºC 4. E.D. Eanes, I.H. Gillesssen, A. S. Posner, Nature
(sampel Ivc), d) 400 ºC (sampel IVd), e) 450 ºC 2008 (1965) 365.
(sampel IVe), dan f) 500 ºC (sampel IVf). 5. E.D. Eanes, A.S. Posner, Mat. Res. Bull. 5 (1970)
377.
Temuan ini menunjukkan bahwa kehadiran sedikit 6. A.L. Boskey, A.S. Posner, J. Phys. Chem. 77 (1973)
karbonat dalam larutan dengan pH rendah (5), 2313.
berpengaruh besar dalam proses presipitasi dan 7. W.F. Neuman, B.J. Mulryan, Calc. Tiss. Res. 1
kristalisasi senyawa kalsium fosfat. Bentuk pita ν3 dan (1967) 94.
ν4 yang tidak simetri merupakan tanda bahwa senyawa 8. J.D. Termine, A.S. Posner, Science 153 (1966)
kalsium fosfat tidak seluruhnya dalam bentuk amorf. 1523.
9. R.Z. Le Geros, G. Bonel, L. Legros, Calc. Tiss. Int.
Kehadiran air dalam kristal apatit ditunjukkan oleh pita 26 (1978) 111.
lebar di daerah 3700 – 2500 cm-1 dan pita kecil di 10. D.W. Holcomb, R.A. Young, Calc. Tiss. Int. 31
sekitar 1660 cm-1. Dalam kristal apatit, air dapat berada (1980) 189.
pada permukaan dan dapat pula hadir dalam kristal. Air

Anda mungkin juga menyukai