Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA ISLAM

PERILAKU HORMAT DAN PATUH KEPADA


ORANG TUA DAN GURU

NAMA KELOMPOK 8 :
RABSA FITRIYANI
RAVIKA FEBRYANINGRUM
SALFA NASYABILLA
TATA SANDIVA WIDYA
ZAZA ZHAREKA

KELAS : XI IPA 4

TP. 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

      Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama.
Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua  bukan sekedar
memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama,
atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa‟ala dan Rasul  Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari
sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai
tambah yang semakin „melejitkan‟ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah „bakti‟.
Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi
kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang
yang bersyukur. Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan
„budi  baik‟ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang
orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk “mengejawantahkan‟
perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal

2.      RUMUSAN MASALAH

2.1  Apa definisi hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru

2.2  Apa saja dalil tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru

2.3  Mengtahui kisah teladan tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru

2.4  Hikmah tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru

3.      TUJUAN DAN FUNGSI

3.1  Pembaca dapat memahami tentang hormat dan patuh kepada kedua orang tua

3.2  Pendorong timbulnya perbuatan baik kepada kedua orang tua

3.3  Dapat mengambil hikmah dari kisah teladan kepada kedua orang tua dan guru
BAB II
PEMBAHASAN
HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU

1. MENJELASKAN ISI Q.S AL-ISRA/17:23-24 TENTANG HORMAT


DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU.
Al-Qur’an Surat Al-Isra’ (17) ayat 23-24.

(Qs. Al Israa’ [17]:23)

‫ضى‬ َ ُّ‫َري ًما قَوْ ًل لَهُ َما َوقُلْ رْ هُ َما تَ ْنهَ َواَل أُفٍّ لَهُ َما تَقُلْ فَاَل ِكاَل هُ َما أَ َح ُدهُ َما ْال ِكبَ َر يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ إِ َّما إِحْ َسانًا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ا إِيَّاهُ إِاَّل تَ ْعبُدُوا أَاَّل َرب‬
َ َ‫ك َوق‬ ِ ‫ك‬

“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

(Qs. Al Israa’ [17]:24)

ْ‫اخفِض‬ ُّ َ‫ص ِغيرًا َربَّيَانِي َك َما ارْ َح ْمهُ َما َربِّ َوقُلْ الرَّحْ َم ِة ِمن‬.
ْ ‫الذلِّ َجنَا َح لَهُ َما َو‬ َ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil’.”

Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi
dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain
karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan
santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan
Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali
kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah
memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-
Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak
hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang
tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi
anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang
baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak
baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua
sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan
menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan
suatu cara yang harus dilakukan.

Menjelaskan isi hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepad orang tua dan guru

 Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
Yang artinya

“dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan
Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang
tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]

 Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
Yang artinya

“ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah
yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya
bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “
saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]

 Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada


ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.

“dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah
ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan
haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak
bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).[1][4]

 Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar. Yang artinya

“ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara
dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “
Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau
menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas
memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya. (H.R.
Bukhari).[1][5]
2. MAKNA PERILAKU HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA
DAN GURU
A.  Birrul Walidain
1. Pengertian Birrul Walidain

Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya


kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidainadalah
berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.

2. Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-
Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada
keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali
dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat
tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk
berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.

3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

 Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat,
dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita
disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
 Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
[1][7]
 Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-
saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
 Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
 Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirta.
 Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
 Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
 Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:
 Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
 Melunasi semua hutang-hutangnya
 Melaksanakan wasiatnya
 Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
 Memuliakan sahabat-sahabatnya
 Mendoakannya.
4. Doa Anak untuk Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari
ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt
agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang
telah mereka perbuat.

Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41

Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24

dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil”.

B. ‘Uququl Walidain

‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua
adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di
dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam
dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa
diganti dengan apapun.

Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat,


mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar,
menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam
tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-
Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu,
mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia
lanjut)

A. Akhlak Kepada Guru

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya
mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah
tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan
baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan
Ibnu Majah )

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang
rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

“Sesungguhnya Allah itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-
Hakim )

Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan,
sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :

“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : “Bila kamu melihat ada anak muda yang
bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari
kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )

Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia
mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :

‫تَ ْعلَ ُموْ نَ الَ ُك ْنتُ ْم إِ ْن ال ِّذ ْك ِر أَ ْه َل فَاسْأَلُوْ ا‬

“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya’ : 7 )
Rosululloh saw bersabda :

“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )

Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau
yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Allah berfirman :

‫تَس ُْؤ ُك ْم لَ ُك ْم تُ ْب َد إِ ْن أَ ْشيَا َء ع َْن تَسْأَلُوْ ا الَ آ َمنُوْ ا الَّ ِذ ْينَ أَيُّهَا يَا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab
niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang
sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR.
Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )

Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari
kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )

Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang
penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :

“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab :
“Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin
kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi
dll )

 Akhlak terhadap orang tua menurut etika :

            Orang tua adalah orang yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik
kita sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan
penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua
dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk membahagiakan kita.

Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita
sebagai orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara
bentuk-bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :

Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu
tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu
tempat. Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh
menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik
bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita semenjak kita kecil.

Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau
terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada
orang tua.

 Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita
harus menerimanya dengan lapang dada.
 Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah
meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan
kata-kata yang kasar kepada keduanya.
 Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
 Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah
berusaha lanjut.
 Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
 Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan
ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan
menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
 Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.

Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai
berikut:

 Mendengarkan pembicaraannya.
 Melaksanakan perintahnya.
 Tidak berjalan di depannya.
 Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
 Menjawab panggilannya.
 Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
 Menundukkan badannya.
 Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
 Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
 Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

Akhlak Kepada Guru Menurut Etika

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi
untuk keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang
telah diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang
benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :

 Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
 Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila
menghadap atau berjumpa dengan beliau.
 Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk
mengambil manfaat dari beliau.
 Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan
gurunya dan tidak melupakan jasanya.
 Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki
perangai kasar dan keras.
 Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan
diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan
oleh gurunya.
 Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
 Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan
badan dan pakaian yang bersih.
 Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan
hal-hal yang tidak berguna.
 Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan
menampakkan kepandaian kepada guru.
 Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
 Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis
guru.
 Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak
berguna
 Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada
beliau.
 Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di
tengah jalan.
 Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal
yang tidak berguna.
 Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru 
( guru lebih mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
 Seorang murid hendaklah tidak  mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
 Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong
pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya
menunggu hingga beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan
atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
 Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid
memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim
pesan, untuk memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
 Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
 Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di
waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa sayang kita terhadap beliau.
 Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah
tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas
mereka.
 Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di
rumah. Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita
menghormati orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.

Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :

“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami,
tidak mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari
kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)

“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu
darinya.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

 Kedudukan Guru

“ Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi
jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang
bersifat spiritual dan universal.

Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi
orang yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur
pusaka dalam menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat
dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para
Ulama, meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur
risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang
sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya
tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist
3. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan
dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin
harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah
Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada
umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.

Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu
maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan
taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan
yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat
manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara
lain pada Surah Al-Isra' yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)

Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap
keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak
yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.

Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari
ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang
tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan
murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)

Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab,
“Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali,
bahwa  berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan
(baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan
balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang
tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka,
serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua
orang tua dan guru.

Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah
yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.

1.            Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.

2.            Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.

3.            Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.

4.            Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.

5.            Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah
Swt.

3. HUBUNGAN ANTARA IBADAH DENGAN HORMAT DAN PATUH


KEPADA ORANG TUA DAN GURU
Ketauhidan adalah hal yang sering kali di sebut dengan aqidah dan ibadah sudah menjadi hal
yang umum jika sering berbarengan lalu hubungan dengan patuh dan hormat pada guru dan ortu
adalah bentuk amalan yang akan mengikut sertakan bernilai ibadah dan tentu juga ketauhidan
seperti hormat pada orang tua dalam QS Lukman ayat 13 untuk hormat pada ortu dan patuh
padanya. begitu juga terhadap guru karna itu bernilai pahala.

‫ى يَ ِعظُهۥُ َوهُ َو ٱِل ْبنِ ِهۦ لُ ْق ٰ َمنُ قَا َل َوإِ ْذ‬ َ ْ‫َظي ٌم لَظُ ْل ٌم ٱل ِّشر‬
َّ َ‫ك إِ َّن بِٱهَّلل ِ ۖ تُ ْش ِر ْك اَل ٰيَبُن‬ ِ ‫ع‬

wa-idz qaala luqmaanu libnihi wahuwa ya'izhuhu yaa bunayya laa tusyrik bilaahi inna
sysyirka lazhulmun 'azhiim

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13)

BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
1)      Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru
sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan
berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua

2)      Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim.
Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah
contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga

3)      Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia
untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada
Surah Al-Isra':

2.      SARAN

Sesuai dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami menyarankan untuk dapat
memahami konsep pemikiran atau mindset yang baik akan sikap dan tindakan yang benar dalam
Menghormati dan Mematuhi kedua Orangtua dan Guru.                       

DAFTAR PUSTAKA

https://rizkiwirsa.wordpress.com/2015/03/08/makalah-agama-tentang-hormat-dan-patuh-kepada-
orang-tua-dan-guru/
http://rezaraharjadmpntb.blogspot.com/2015/07/agama-islam-xi-hormat-dan-patuh-pada.html

Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/22529392

https://www.bacaanmadani.com/2018/03/isi-kandungan-al-quran-surat-luqman.html

Anda mungkin juga menyukai