Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

++++-
TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI WAKTU DALAM PEMBANGUNAN BLOK


SS1A PADA KAPAL CEPAT RUDAL 60 M PT PAL INDONESIA

Oleh:

MOHAMAD NIZAR ZULMI Z

20191334002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
SURABAYA
2021
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penilitian........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kapal........................................................................................ 5
2.2 Pengertian Perkapalan Industri .................................................................. 9
2.3 Dasar Pembangunan Kapal...................................................................... 10
2.4 Rancang Blok .......................................................................................... 14
2.5 Metode Pert.............................................................................................. 14
2.6 Metode Cpm ............................................................................................ 17
2.7 Jaringan Kerja.......................................................................................... 20
2.8 Produktivitas Kerja .................................................................................. 23
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................... 25
3.1 Diagram Alir Penelitian........................................................................... 25
3.2 Langkah- Langkah penelitian .................................................................. 26
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

iii
DAFTAR GAMBAR

gambar 2. 1 Anak Panah ................................................................................................... 21


Gambar 2. 2 Lingkaran ..................................................................................................... 21
Gambar 2. 3 Anak Panah Terputus-Putus. ........................................................................ 22
Gambar 2. 4 Kegiatan A Pendahulu Kegiatan B............................................................... 22
Gambar 2. 5 Kegiatan A Dan B Dimulai Sebelum C Dan D. ........................................... 22
Gambar 2. 6 Kegiatan A Dan B Pendahulu Kegiatan C Dan D ........................................ 23
Gambar 2. 7 Kegiatan B Pendahulu C Dan D................................................................... 23
Gambar 2. 8 Kegiatan A, B Dan C MUlai Dan Selesai Pada Kejadian Yang Sama ........ 23

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar dari negara Indonesia ialah negara Maritim dengan dua per tiga
wilayahnya adalah lautan. Sebagai negara kepulauan yang memiliki luas perairan yang
amat luas, banyak industri di Indonesia yang memanfaatkannya dalam bidang meritim.
Bidang maritim merupakan bidang yang sangat menjanjikan dalam pembangunan
nasional masa depan. Seperti contoh industri yang bergerak dalam pembangunan dan
pembuatan kapal.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maritime dan
perkapalan adalah PT PAL Indonesia (Persero). PT PAL Indonesia merupakan salah
satu BUMN Perkapal terbesar di indonesai yang memiliki kualitas paling baik dalam
perbaikan dan pembuatan kapal baru dari beberapa galangan kapal yang ada di
Indonesia, produk dari perusahaan ini sudah banyak diminati baik dalam negeri
maupun luar negeri sehingga kualitas pembangunannnya tidak diragukan lagi.

Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, perusahaan tentu memiliki estimasi durasi


waktu pelaksanaan proyek serta adanya perencanaan sumber daya manusia yang baik.
Artinya, proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang ditentukan.
Sedangkan perencanaan sumber daya manusia yang baik juga menjadi faktor yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan produksi perusahaan karena mempengaruhi
peningkatan produktivitas kerja.

Pada tahapan perencanaan pengerjaan proyek pembangunan sebuah kapal


diperlukan adanya estimasi durasi waktu pelaksanaan proyek. Namun realita di
lapangan menunjukkan bahwa waktu penyelesaian sebuah proyek bervariasi, akibatnya
perkiraan waktu penyelesaian suatu proyek tidak bisa dipastikan akan dapat ditepati.
Tingkat ketepatan estimasi waktu penyelesaian proyek ditentukan oleh tingkat
ketepatan perkiraan durasi setiap kegiatan dalam proyek. Dalam mengestimasi waktu
dan produktivitas kerja maka diperlukan optimalisasi.

Analisis optimalisasi waktu proyek digunakan untuk mengetahui berapa lama


suatu proyek tersebut diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan waktu terlama
dalam pelaksanaan proyek dengan metode CPM (Critical Path Method – Metode Jalur
Kritis) dan PERT (Project Evaluation and Review Technique). Waktu penyelesaian
suatu proyek juga sangat erat kaitannya terhadap produktivitas kerja. Menurut

1
Sinungan (dalam Nurhadi, 2015) menyatakan bahwa produktivitas adalah ukuran
efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dengan masukan
(input). Produktivitas kerja pada umumnya bersifat dinamis yang artinya tidak selalu
tetap. Hal tersebut dikarenakan berbagai macam kondisi lapangan kerja dan beberapa
faktor yang mempengaruhi produktivitas. Sehingga dalam penelitian ini variabel yang
digunakan untuk mengetahui produktivitas kerja adalah volume blok dan durasi waktu
normal penyelesaian tiap kegiatan dalam suatu proyek.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diperoleh
adalah :
1. Berapakah waktu terlama yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan
untuk pembangunan Blok SS1A pada Kapal Cepat Rudal?
2. Berapa nilai produktifitas kerja tiap kegiatan dalam suatu proses pembangunan
Blok SS1A pada Kapal Cepat Rudal?
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui waktu terlama yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan untuk pembangunan Blok SS1A pada
Kapal Cepat Rudal.
2. Untuk mengetahui nilai produktifitas kerja tiap kegiatan dalam suatu
proses pembangunan Blok SS1A pada Kapal Cepat Rudal.

1.4 Manfaat Tugas Akhir


Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana pengaplikasian atas ilmu pengetahuan yang
didapatkan dari literatur, perkuliahan dikampus, dan pada dunia.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi untuk
semua orang yang akan menyusun Tugas Akhir.

2
3. Manfaat Bagi Perusahaan
Sebagai saran dan bahan pertimbangan perusahaan dalam
melakukan perhitungan kebutuhan tenaga kerja.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini memiliki tujuan untuk memfokuskan
bahasan agar tidak melebar diluar pembahasan penelitian, adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi kasus berasal dari PT. PAL Indonesia dalam pembangunan Blok SS1A
pada Kapal Cepat Rudal.
2. Penelitian ini hanya mencakup optimalisasi waktu dan produktivitas kerja
pada pembangunan Blok P SS1A pada Kapal Cepat Rudal.
3. Perhitungan waktu dan produktivitas kerja yang diteliti hanyalah pada
pembangunan SS1A pada Kapal Cepat Rudal.
4. Tidak membahas masalah sistem outfitting pada SS1A pada Kapal Cepat
Rudal.
5. Pada proses assembly, pekerjaan fit-up diabaikan.
6. Metode yang digunakan dalam menentukan optimalisasi waktu dan
produktivitas kerja dalam pembangunan SS1A pada Kapal Cepat Rudal
adalah Metode CPM dan PERT.
8. Tidak membahas perhitungan biaya untuk kebutuhan kerja.

1.6 Sitematika Penulisan


• BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan skripsi.
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaska tentang dasar- dasar penelitian yang didapat dari
referensi- referensi dari luar, berupa hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini.

3
• BAB III METODOLOGI
Pada bab ini menjelaskan tentang proses pengerjaan skripsi dan secara
terperinci mulai dari studi pustaka, analisa permasalahan, pengumpulan data,
perhitungan, serta hasil.
• BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dari perhitungan stabilitas kapal
pelayaran rakyat dan analisa biaya modifikasi kapal pelayaran rakyat.
• BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penerapan serta saran yang
mungkin dilakukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kapal

Menurut Priowirjanto (Firmansyah, 2017), kapal adalah kendaraan pengangkut


penumpang dan barang di laut seperti halnya sampan atau perahu kecil. Kapal biasanya
cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Secara kebiasaannya kapal
dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya
dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undanh-undang dan
peraturan atau kebiasaan setempat.

Dalam peraaturan pemerintah No. 17 tahun 1988 tentang Penyelenggaraan dan


Pengusahaan Penganngkutan Laut, yang disebut dengan kapal ialah “alat apung dengan
bentuk dan jenis apapun, definisi ini sangat luas jika dibandingkan dengan pengertian
didalam pasal 309 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), yang menyebutkan
bahwa kapal sebagai alat berlayar, bagaimanapun namanya, dan apapun sifatnya. Dari
pengertian berdasarkan KUHD dapat dipahami bahwa benda-benda apapun yang dapat
terapung dapat disebut kapal selama ia bergerak, misal mesin penyedot lumpur atau
mesin penyedot pasir.

Dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2008 mengenai Pelayaran, menyebutkan


bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk atau jenis tertentu, yang digerakkan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, seta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Dengan demikian, kapal
tidaklah semata alat yang mengapung saya, namun segala jenis alat yang berfungsi
sebagai kendaraan sekalipun berada dibawah laut seperti kapal selam.

Menurut Undang-Undang Pelayaran, kapal memiliki pengertian sebagai


berikut:

a. Kapal adalah suatu alat sebagai kendaraan pengangkut penumpang dan barang
dilaut. Sedangkan dalam undang-undang tentang pelayaran, kapal didefinisikan
kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah pernukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

5
b. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,
termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
c. Kapal adalah suatu kendaraan yang kompleks dimana dia dituntut untuk tetap
beroperasi dan bertahan dengan daya tahan yang tinggi dalam waktu yang
relatif lama serta dalam lingkungan yang cepat berubah dan menghidupi anak
buah kapal maupun penumpang yang ada dikapal.

Menurut logika, kapal adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang
atau barang dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik
ataupun tunda. Berikut beberapa jenis kapal dan fungsinya.

1. Kapal Container

Kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.
Memiliki rongga (cells) untuk menyimpan peti kemas ukuran standar. Peti kemas
diangkat ke atas kapal di terminal peti kemas dengan menggunakan crane khusus
yang dapat dilakukan dengan cepat. Baik crane yang ada di dermaga maupun crane
pada kapal itu sendiri.

2. Kapal Tanker

Kapal yang dirancang untuk mengangkut minyak atau produk turunannya. Jenis
kapal tanker termasuk tanker minyak, tanker kimia, dan pengangkut LNG. Diantara
berbagai jenis kapal tanker, super tanker dirancang untuk mengangkut minyak
sekitar Afrika dan Timur Tenggah.

3. Kapal Pesiar

Kapal penumpang yang dipakai untuk pelayaran pesiar. Kapal ini dilengkapi
dengan fasilitas penginapan dan perlengkapan bagaikan hotel berbintang. Sebagian
kapal pesiar memiliki rute pelayaran yang selalu kembali ke pelabuhan asal
keberangkatan. Lama pelayaran kapal pesiar berbeda-beda, mulai dari beberapa
hari sampai sekitar tiga bulan tidak kembali ke pelabuhan asal keberangkatan.
Kapal pesiar berbeda dengan kapal samudra (ocean liner) yang melakukan rute
pelayaran reguler dilaut terbuka, kadang antar benua, dan mengantarkan
penumpang dari satu titik ke titik tujuan lain. Kapal yang lebih kecil dan sarat air,
kapal yang lebih rendah digunakan sebagai kapal pesiar sungai.

4. Kapal Barang (Cargo Ship)

6
Kapal yang membawa barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke
pelabuhan lainnya. Ribuan kapal jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia
setiap tahunnya - memuat barang-barang perdagangan internasional. Kapal barang
pada umumnya didesain khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane dan
mekanisme lainnya untuk bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran.

5. Kapal Bulk Carrier, Cargo Curah, atau Bulker

Kapal dagang yang dirancang khusus untuk mengangkut cargo curag


inpacakaged, seperti biji-bijian, batu bara, bijih besi dan semen dalam cargo.

6. Kapal Tongkang (Barge)

Kapal ini dibuat untuk kebutuhan transportasi sungai dan kanal dengan muatan
seperti batu bara dan kayu. Beberapa model tongkang tidak memiliki mesin
(propelled) sehingga harus ditarik kapal tunda atau didorong tow boats. Selain itu
ada jenis Hopper Tongkang yaitu kapal yang tidak bisa bergerak sendiri. Kapal ini
umumnya dipakai saat reklamasi yang digunakan untuk mengangkut pasir, tanah,
batu, dan sampah.

7. Kapal Ferry Ro-Ro (Roll-on/Roll-off)

Kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal
dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga disebut
sebagai kapal roll on - roll off atau disingkat Ro-Ro. Oleh karena itu, kapal ini
dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan moveable bridge atau
dermaga apung ke dermaga. Kapal Ro-Ro memiliki desain yang landai sehingga
memungkinkan muatan secara efisien keluar-masuk kapal saat di pelabuhan. Kapal
Ro-Ro biasanya memiliki pintu/rampa/ramp di haluan dan buritan kapal.

Kapal Ferry juga digunakan untuk angkutan barang (truk atau kontainer
pengiriman unpowered). Kapal Ferry biasanya beroperasi dengan rute antar pulau
dalam jarak yang dekat.

8. Kapal Tunda (Tug Boat)

Kapal yang digunakan untuk melakukan manuver/pergerakan. Utamanya


menarik atau mendorong kapal lain di pelabuhan, laut lepas, atau melalui sungai
atau terusan. Biasa digunakan untuk menarik tongkang, kapal rusak, dan peralatan
lainnya. Kapal tunda memiliki tenaga yang besar dibandingkan dengan ukurannya.

9. Kapal Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO)

7
Fasilitas terapung berbentuk kapal yang dioperasikan disuatu ladang minyak
dan gas bumi lepas pantai. Unit tersebut melalkukan proses produksi, menyimpan,
dan diturunkan ke kapal tanker melalui pipa.

10. Semi-Submersible atau Kapal Angkat Berat

Kapal yang dirancang untuk memindahkan bebean yang sangat besar. Tipe ini
mampu mengangkat kapal lain keluar dari air dan mengangkutnya untuk
menambah fasilitas bongkar di pelabuhan.

11. Kapal Derek (Floating Crane)

Kapal khusus dalam mengangkat bebean berat, kapal ini sering digunakan
untuk konstruksi lepas pantai. Kapal derek berbeda dengan sheerleg karena crane
dapat berputar.

12. Kapal Pasokan Platform (Platform Supply Vessel – PSV)

Kapal yang dirancang khusus untuk memasok platform minyak lepas pantai.
Kapal ini memiliki panjang antara 65-350 meter dengan fungsi utama sebagai
transportasi barang dan personil dari dan ke platform/ bangunan lepas pantai dan
struktur lepas pantai lainnya.

13. Kapal Keruk (Dreger)

Kapal yang digunakan untuk kegiatan penggalian biasanya dilaut dangkal atau
daerah air tawar dengan tujuan mengumpulkan sedimen dasar. Pengerukan dapat
menghasilkan bahan utama reklamasi atau tujuan lain (biasanya terkait dengan
konstruksi dan proses mengeluarkan kapal dari graving dock)

14. Kapal Pengeboran (Drillship)

Struktur apung berbentuk kapal konvensional berfungsi untuk proses


pengeboran dan penyelesaian sumur minyak lepas pantai. Drillship dapat
digunakan juga sebagai platform untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau
penyelesaian seperti casting, tubing, dan instalasi bawah laut. Drillship hanya salah
satu alat untuk melakukan pengeboran eksploitasi. Fungsi ini juga dapat dilakukan
oleh Semi-submersible, tongkang jackup, tongkang, atau rig platform.

15. Kapal Perang (War Ship)

Kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata.


Umumnya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli, kapal angkut,

8
kapal selam, dan kapal pendukung yang digunakan Angkatan Laut seperti kapal
tanker dan kapal tander. Di beberapa negara yang memiliki lautan yang membeku
pada musin tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, kapal pemecah es juga
digunakan.

16. Kapal Selam (Sub Marine)

Kapal yang bergerak dibawah permukaan air, digunakan untuk tujuan dan
kepentingan militer. Sebagian besar Angkatan Laut memiliki dan mengoperasikan
kapal selam sekalipum jumlah dan populasinya masing-masing negara berbeda.
Selain digunakan untuk kepentingan militer, kapal selam juga digunakan untuk
ilmu pengetahuan laut dan air tawar dan untuk bertugas di kedalaman yang tidak
sesuai untuk penyelaman manusia.

17. Kapal Layar (Sailing Ship)

Kapal yang bergerak dengan menggunakan layar yang memanfaatkan tenaga angin
sebagai pendorongnya. Kontruksi kapal ini umumnya terbuat dari kayu dan cukup
lama digunakan sebagai tulang punggung pelayaran baik bersifat sipil maupun
militer sampai penemuan mesin uap dan kapal besi/baja pada abad ke 19 seiring
dengan ramainya revolusi industri yang dipelopori oleh Inggris melalui penemuan
mesin uap.

2.2 Pengertian Perkapalan Industri

Menurut Rindo (Nurhali, 2016), proses pembangunan kapal merupakan ratusan


bahkan ribuan rangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh sumber daya galangan.
Sumber daya galangan yang dimaksud meliputi tenaga kerja (man), bahan
(material), peralatan dan mesin (machine), tata cara kerja (method), dana (money),
area pembangunan (space), dan sistem (system).

Galangan adalah suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan produk


berupa kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), bangunan terapung (floating
plane), dan lain-lain untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan pemerintah).
Sebagian besar produksi dilakukan berdasarkan atas spesifikasi yang di syaratkan
oleh pemesan atau pembeli. Sedangkan kapal adalah suatu struktur dengan
kombinasi yang kompleks dari berbagai komponen, kapal yang diklasifikasikan
berdasarkan atas ukuran utama (basic dimension) berat (displacement), kapasitas
angkut (dead weight), dan kegunaan servisnya. Beberapa definisi yanng lebih
spesifik didasarkan pada tipe atau tujuan penggunaannya.

2.3 Dasar Pembangunan Kapal

9
Dasar proses pembangunan kapal dalam berbagai industri maritim seperti kapal
(ship), struktur bangunan lepas pantai (offshore structure), Bangunan apung
(floating plants) untuk pemesanan atau pemilik kapal secara pribadi, perusahaan,
pemerintah dan lain-lain disebut industri kapal (shipbuilding). Maka prosedur
seperti ini berlaku secara sah apabila kapal dibuat seri/ sejenis sehingga dapat
memenuhi kebutuhan konsumen secara optimal.

Proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan
sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem
terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok seksi, sistem blok.

1. Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian- bagian


konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi (perbagian) contoh: seksi
bulkhead (sekat kedap air)
2. Sistem blok seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian bagian
konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksi seksi sehingga
membentuk blok seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi
lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu blok seksi.
3. Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi
beberapa blok, dimana tiap-tiap blok sudah siap pakai (lengkap dengan
sistem perpipaannya).
2.3.1 Tahap Pembangunan Kapal

Menurut Storch dan Watson (Safitri, 2017), secara umum tahapan


pembangunan kapal sangat bervariasi, bergantung keinginan pemesan, secara
umum tahapan dibagi menjadi 6 poin, yaitu:

1. Pengembangan Keinginan Pemesan (Development of owner requirements),


yaitu memformulasikan atau mendefenisikan produk sesuai dengan
keinginan pemesan. Contohnya mengenai jenis kapal, barang akan
diangkut, rute kapal, dan lain – lain.
2. Desain Konsep atau Prarancangan (Preliminary/Concept design), yaitu
mendefenisikan karakter dasar kapal, yang dilakukan oleh internal staf
pemilik, konsultan desain yang ditunjuk owner atau beberapa staf galangan.
Hasil dari tahapan ini adalah mendefenisikan gambaran umum kapal,
mencakup dimensi, bentuk lambung, rencana umum, ketenagaan, tata letak
kamar mesin, kapasitas muat, peralatan angkat, kapasitas bobot mati (bahan
bakar minyak, air, kru dan bawaan), struktur, perpipaan, kelistrikan,
permesinan dan ventilasi. Hasil dari tahapan ini berisi detail informasi
yang dibutuhkan dalam melakukan penawaran dan penandatangan kontrak.

10
3. Desain Kontrak (Contract design), yaitu berisi tentang informasi yang harus
detail yang memperlihatkan etimasi biaya dan waktu pembangunan sebuah
kapal dibuat oleh galangan. Pada tahapan ini dapat dilakukan oleh staf
pemilik, konsultan desain, atau staf galangan.
4. Apabila informasi yang dibutuhkan dalam desain kontrak telah rampung
maka dilanjutkan ke tahapan berikutnya.Penawaran atau Penandatanganan
kontrak (Bidding/Contracting), yaitu proses negosiasi sebagai dasar untuk
melakukan kesepakatan. Dimana pada tahapan ini menyertakan rancangan
kontrak dan spesifikasi teknis. Biasanya proses ini sangat lama dan rumit
karena secara umum membahas banyak faktor seperti biaya, tanggal
penyerahan dan standar standar yang akan digunakan serta persyaratan -
persyaratan performa kapal. Jika tahapan ini gagal, maka kembali lagi ke
tahapan sebelumnya dan bernegosiasi kembali. Namun jika tahapan ini
sukses maka lanjut ke tahap selanjutnya.
5. Perencanaan dan Desain Detail (Detail design and planning), yaitu meliputi
pengadaan jutaan ton bahan baku dan komponen, fabrikasi jutaan bagian
dari bahan baku, dan perakitan jutaan bagian komponen. Menentukan
komponen, bagian, perakitan dan sistem apa yang dibutuhkan dalam
pembangunan merupakan pertanyaan pertama dakan tahap ini. Dimana dan
bagaimana fasilitas yang akan digunakan, termasuk menentukan lokasi
galangan serta teknik dan peralatan yang akan digunakan serta menentukan
urutan operasi mencakup pembelian dan perakitan serta informasi waktu
yang dibutuhkan dalam proses desain, perencanaan. Dan bagaimana
keterkaitan antara utilisasi galangan dan tenaga kerja harus tergambarkan
dalam penjadwalan.
6. Fabrikasi dan Perakitan (construction) merupakan pengerjaan atau merakit
kapal secara ril. Yang terdiri dari 4 level atau tingkatan manufaktur.
Pertama adalah manufaktur komponen atau bagian yang biasa disebut
fabrikasi yang menghasilkan komponen-komponen dari bahan baku
(seperti pelat, baja, pipa, kabel, dan lain-lain). Kedua adalah penggabungan
atau penyambungan bagian atau komponen untuk membentuk unit-unit atau
sub-assembly. Ketiga adalah bagian-bagian kecil disatukan, membentuk
blok lambung. Blok lambung umumnya merupakan seksi yang sangat besar
dari pembangunan sebuah kapal yang akan dibawa kelandasan
pembangunan. Keempat erection atau penegakan blok merupakan level
paling akhir, mencakup penyambungan dan peletakan blok dilandasan
pembangunan (seperti landasan peluncuran, dok kolam atau dok kering)

2.3.2 Proses Pembanguna Kapal

11
1. Tahap Produksi
1. Tahap persiapan produksi
Merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum
melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan
pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan.
2. Tahap Mould LoftMould loft
Adalah menggambar bentuk badan kapal maupun dalam skala
1:1 pada lantai gambar, meliputi gambar seluruh gading gading kapal
dan perletakan senta, serta gambar bentangan dari pelat kapal.
3. Tahap Fabrikasi
Merupakan pengejakan atau merakit kapal secara ril. Yang
terdiri dari 4 level atau tingkatan manufkatur yaitu manufaktur
komponen atau bagian yang biasa disebut fabrikasi, penggabungan
atau penyambungan bagian atau komponen untuk membentuk unit -
unit atau sub-assembly, bagian - bagian kecil disatukan, membentuk
blok lambung dan yang terakhir erection atau penegakan blok
merupakan level paling akhir, mencakup penyambungan dan
peletakan blok di landasan pembangunan.
a. Penandaan (Marking)
Penandaan (Marking) adalah proses penandaan
komponen berdasarkan data dari bengkel Mould Loft, sebelum
melakukan pemotongan (cutting) terhadap komponen.
b. Pemotongan (Cutting)
Pemotongan (Cutting) merupakan tahapan fabrikasi
setelah penandaan di mana pemotongan dilakukan mengikuti
kontur garis marking dengan toleransi sebagaimana yang
ditetapkan di dalam rencana pemotongan pelat (cutting plan).
Pemotongan dengan oxygen cutting dengan memperhatikan jarak
dari nozzle ke pelat agar menghasilkan pemotongan yang efektif
dan lose material yang kecil.
c. Pembentukan Roll, Press dan Bending (Forming)
Roll, press dan bending (forming) merupakan kelanjutan
proses fabrikasi dari marking dan cutting. Roll adalah proses
pembentukan pelat dimana pelat akan berubah bentuk secara
radial dengan tekanan dan gerakan antara dua die (round bar).
Press adalah proses penekanan pelat untuk pelurusan dan
perataan permukaan pelat yang mengalami waving. Bending
adalah proses pembentukan pelat atau profil hingga membentuk
seksi tiga dimensi (frame/profil) sesuai yang dibutuhkan
d. Perakitan (assembly / sub asembly)

12
Sub assembly merupakan proses penggabungan
komponen – komponen dari bengkel fabrikasi menjadi blok –
blok kecil (part assembly), sedangkan assembly merupakan
tahapan proses dilakukannya pemasangan frame pada kulit
lambung.
e. Penyambungan Blok (Erection)
Penyambungan (Erection) adalah proses penyambungan
blok- blok/seksi konstruksi yang telah dirakit, pada building
berth dengan posisi tegak, dengan menggunakan crane.
f. Instalasi Perlengkapan (Outfitting)
Instalasi perlengkapan (Outfitting) merupakan proses
pemasangan komponen kapal yang meliputi hull outffiting,
pemasangan pipa, akomodasi, sistem propulsi dan machinery
outfitting.
g. Pengecatan (Painting)
Pengecatan (Painting) merupakan tahapan yang dilakukannya
pekerjaan pengecatan. Semua permukaan pelat lambung dan
geladak terbuka harus di-shot blast/ dibersihkan sebelum
pelaksanaan pengecatan. Cat yang digunakan adalah dengan
mutu yang baik jenis marine spesifikasi teknis cat maupun teknis
pelaksanaan pengecatan harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat cat yang digunakan dengan menggunakan alat
spray atau alat lain yang sesuai.
h. Pengujian (Test)
Pengujian (Test) merupakan sample dari runtutan kerja dari
Departemen Quality Control yang dibuat untuk sebuah kapal
Dalam pelaksanaannya ITP dikenal dengan Inspection Test Plan
dibuat dan disetujui oleh Badan Klasifikasi beserta owner pada
saat acara Keel Laying.
i. Percobaan Dok (Dock Trial)
Percobaan Dok (Dock Trial) merupakan percobaan yang
dilakukan untuk mesin induk atau mesin bantu, percobaan
pompa dan kamar mesin, kemudi dan mesin kemudi dan test
beban batang muat.
j. Sea Trial
Sea Trial merupakan proses untuk mengetahui kecepatan kapal
pada beberapa kondisi kekuatan mesin.
2.3.3 Hull Constructuion (HC)
Hull Construction (HC) Merupakan badan dari perahu atau
kapal (kontruksi lambung kapal). Pada tahapan bertujuan untuk
mengatahu stabilitas kapal, kecepatan kapal, konsumsi bahan bakar
yang dibutuhkan, draft atau kedalaman alur pelayaran yang akan dilalui
dalam perjalanan kapal.
2.3.4 Hull Outfitting (HO)
Hull Outfitting (HO) merupakan proses dilakukannya

13
pemasangan komponen kapal pada lambung kapal yang meliputi
loading atau unloading (pemasangan pipa), pemasangan ventilasi
(venting) dan sekat tengki (PV valve system) maupun pengukuran
volume tengki (sounding system).

2.3.5 Machinery Outfiting (MO)


Mechinery Outfitting (MO) merupakan proses dilakukannya
perencanaan umum dari bagian sistem permesinan kapal meliputi
kesetimbangan panas sampai spesifikasi detail propeller pada kapal.

2.4 Rancang Blok


Rancangan blok kapal terdiri dari dua tahapan yaitu
perancangan blok dan optimasi rancangan clock kapal. Perancangan blok atau
rancangan blok awal berupa batasan blok dan jumlah blok sedangkan optimasi
rancangan blok dilakukan dengan mengoptimasi secara teknis rancangan blok
dengan sumber daya galangan meliputi perlatan material handling dan luas
area pembangunan pada perusahaan.
2.5 Metode PERT
Menurut Levin (Cristian, 2013),PERT merupakan singkatan
dari Program Ecaluation and Review Technique. Metode PERT sendiri adalah
suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya
penundaan, maupun gangguan dan konflik produksi ; mengkoordinasi dan
mensinkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan ;
dan mempercepat selesainya proyek. Langkah awal dalam membuat jaringan
PERT ialah penetapan tujuan yang ingin dicapai dari keseluruhan proyek.
Semua tujuan tersebut harus dihubungkan satu sama lain sehingga perencana
dapat melihat proyek tersebut dalam perspektif yang tepat. Langkah
berikutnya ialah menentukan waktu / durasi pekerjaan. Pada tahap ini ada 3
variabel yang digunakan yaitu ta, tb, dan tm. ta merupakan waktu optimis,
yaitu kondisi dimana proyek berjalan tanpa adanya kendala sama sekali
sehingga proyek berjalan lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. tb
merupakan waktu pesimis, yaitu kondisi dimana proyek berjalan penuh
hambatan dan kendala sehingga proyek berjalan sangat terlambat. tm
merupakan waktu yang paling memungkinkan untuk terjadi, artinya proyek
berjalan pada kondisi yang wajar dimana beberapa kali dijumpai adanya
kendala. Setelah pekerjaan dan aktivitas pekerjaan selesai didapatkan,
berikutnya ialah menentukan hubungan tiap pekerjaan yang ada. Konsep dasar
setiap jaringan PERT adalah hubungan antar aktivitas. Dengan menentukan
hubungan yang ada, maka dapat dibuat suatu Network Diagram yang
mencakup seluruh proyek. Dari Network Diagram yang telah dibuat, dapat
dilakukan analisa dengan metode PERT. Dengan memperhitungkan durasi
pekerjaan serta hubungan tiap pekerjaan, kita dapat menentukan waktu tercepat
yang diharapkan maupun waktu terlambat yang diperkenankan.
Menurut Christian (), data – data yang digunakan dalam
perhitungan expected time (te) adalah waktu optimis (a), waktu pesimis (b),

14
da waktu yang paling mungkin (m). Waktu yang paling (m) menggunakan
durasi pekerjaan dari jumlah tenaga kerja aktual di lapangan karena dengan
jumlah tenaga kerja aktual yang ada maka durasi yang didapat adalah durasi
yang paling mungkin terjadi. Sedangkan waktu optimis (a) dan waktu pesimis
(b) didapatkan dari wawancara dengan pembimbing lapangan.
• Waktu Optimis adalah waktu yang paling singkat bagi penyelesaian
aktivitas
• Waktu Perkiraan Paling Mungkin adalah waktu penyelesaian yang
memiliki probabilitas tinggi (berbeda dengan waktu yang diharapkan)
• Waktu Pesimis adalah waktu terpanjang yang mungkin diperlukan
untuk suatu kegiatan
Ketiga waktu ini memiliki rumus yaitu:

𝑎 𝑥 1+𝑚 𝑥 4+𝑏 𝑥 1
𝑡𝑒 = 6 (2.1)

Keterangan:
te : Waktu yang diharapkan
a : Waktu Optimistik
m : Waktu efektif realisasi pembangunan
b : Waktu pesimistik
Setelah mendapatkan expected time (te) dari setiap pekerjaan, maka
dari expected time (te) tersebut dapat ditentukan waktu yang diharapkan
dari tiap - tiap pekerjaan. Durasi rencana ini akan digunakan pada
pembuatan diagram network pada proses berikutnya.
Setelah perhitungan waktu yang diharapkan dilakukan, selanjutnya
adalah menghitung varian yang dirincikan sebagai berikut :
𝑏−𝑎 2
𝑆2 = ( 6
) (2.2)

Setelah menghitung varian pada sebuah waktu kegiatan proyek,


langkah selanjutnya adalah menghitung probabilitas proyek. Menurut
Krajewski (dalam Caesaron, 2015) to develop the probability distribution for
project completion time, we assume that the duration time of one activity does
not depend on that of any other activity. This assumption enables us to
estimate the mean and variance of the probability distribution of the time
duration of the entire project by summing the duration times and variance of
the activities along the critical path. Artinya bahwa untuk mengembangkan
probabilitas sebuah proyek dapat diasumsikan dengan menjumlah semua
waktu yang diharapkan dan varian pada jalur kritis serta menganalisa

15
kedalam distribusi normal seperti berikut ini :
𝑇−𝑡𝑠
𝑧= 𝑆
(2.3)

Menurut Suwoto (dalam Caesaron, 2015) dalam jurnalnya


menyebutkan bahwa nilai dari z dalam tabel distribusi normal akan
menunjukkan seberapa besar suatu proyek akan terselesaikan.

Adapun tujuan dari metode PERT adalah:

1. Mengurangi penundaan pekerjaan

2. Mengurangi gangguan

3. Mengurangi konflik produksi

Manfaat dari metode PERT adalah:

1. Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan


dalam suatu proyek.
2. Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi
keterlambatan suatu pekerjaan.
3. Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur
alternatif lain yang lebih baik untuk kelancaran proyek.
4. Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu
atau beberapa jalur kegiatan.
5. Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
Kelebihan metode PERT adalah:

1. Berguna pada tingkat manajemen proyek.

2. Secara matematis tidak terlalu rumit.


3. Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan
hubungan antar kegiatan.
4. Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.
5. Dapat memantau kemajuan proyek.
6. Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
7. Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda
proyek jika terlambat dikerjakan.

16
8. Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.
9. Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu
10. Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai dengan
proyek tersebut.
11. Efisiensi jumlah sumber daya yang dapat menyelesaikan
Kekurangan metode PERT adalah:
1. Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
2. Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
3. Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
4. Terlalu focus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan
2.6 Meetode CPM
Menurut Soepranto (dalam Firmansyah, 2017) CPM (Critical
Path Method) adalah teknik menajemen proyek yang menggunakan hanya satu
faktor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk mengerjakan suatu
proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur ini tidak diberikan
waktu jeda/istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi
waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara logis sudah
benar. Jalur kritis berkonsentrasi pada timbal balik waktu dan biaya. Jalur
kritis merupakan jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang bila terlambat
akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek (Soepranto, 2001).
Dalam metode CPM juga akan mendapatkan lintasan kritis yang
menghubungkan kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh terhambat
pelaksanaannya.
Menurut Krajewski (dalam Caesaron, 2015) a key advantage
of network planning methods is the creation of schedule of project activities
that will help manager achieve the objectives of the project. Manager can (1)
estimate the completion the of a project by finding the critical path, (2) identify
the start and finish time for each activity for a project schedule, and (3)
calculate the amount of slack time for each activity. Artinya bahwa dengan
menggunakan metode perencanaan jaringan dapat membantu kita atau
manajer proyek untuk mencapai tujuan proyek seperti memperkirakan waktu
penyelesaian proyek dengan mencari jalur kritis, mengidentifikasi awal dan
akhir waktu setiap kegiatan untuk mencari jadwal proyek, dan menghitung
jumlah waktu slack untuk setiap kegiatan. Berikut adalah komponen yang
terdapat dalam metode Jalur Kritis:
1. ES (earliest activity start time)
Waktu paling awal untuk memulai suatu pekerjaan.
2. EF (earliest activity finish time)
Waktu selesai paling awal dari suatu pekerjaan, EF kegiatan terdahulu =
ES kegiatan berikutnya.
3. LS (latest activity start time)

17
Waktu paling lambat untuk diperbolehkan memulai suatu pekerjaan.
4. LF (latest activity finish time)
Waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
5. T (activity duration time)
Adalah kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu,
bulan).
6. S (activity slack)
Adalah waktu tenggang untuk memulai suatu pekerjaan atau waktu
tenggang untuk menyelesaikan pekerjaan. Kegiatan yang memiliki slack
bernilai enol (0), maka kegiatan tersebut dikategorkan sebagai kegiatan
yang memiliki lintasan kritis (berada dalam jalur kritis).
Pada realisasi metode jalur kritis, terdapat teknik dalam
penggunaanya, menurut Arifudin dalam Jurnalnya menyebutkan
bahwa perhitungan jalur kritis mencakup dua tahap. Tahap pertama
disebut perhitungan maju (forward pass), dimana perhitungan
dimulai dari node “awal” dan bergerak ke node “akhir”. Disetiap
node, sebuah angka dihitung yang mewakili waktu yang tercepat untuk
suatu kejadian yang bersangkutan. Tahap kedua yang disebut perhitungan
mundur (backward pass), memulai perhitungan dari node “akhir” dan
bergerak ke node “awal”. Berikut adalah teknik menghitung metode
jalur kritis.
1. Hitungan Maju (forward pass)
Hitungan maju dimulai pada titik mulai (Start) dan selesai
pada titik akhir (Finish), dan memiliki komponen ES (waktu tercepat
memulai suatu kegiatan) dan EF (waktu tercepat untuk menyelesaikan
suatu kegiatan). Berikut adalah aturan dalam hitungan maju :
- Kegiatan awal dimulai pada saat kegiatan terdahulu telah selesai
(kecuali kegiatan paling awal)
- Waktu selesai paling awal sama dengan waktu mulai paling awal
setelah di tambah lamanya kegiatan terdahulu
- Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan terdahulu yang
bergabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegitan tersebut
adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar
dari kegiatan terdahulu.
2. Hitungan Mundur (backward pas)
Hitungan mundur dimulai pada titik akhir (Finish) menuju titik
awal (Start) yang berguna mengidentifikasi waktu paling lambat suatu
pekerjaan, dan memiliki komponen berupa LF (waktu paling lambat
selesainya kegiatan dan LS (waktu paling lambat untuk memulai
pekerjaan). Berikut adalah aturan dalam menghitung waktu mundur :
- Waktu mulai paling akhir sama dengan waktu selesai paling akhir
dikurangi durasi kegiatan tersebut.
- Bila suatu kegiatan terpecah menjadi dua kegiatan atau lebih, maka
waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai

18
paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang paling terkecil Setelah
mendapatkan kedua hitunga diatas, maka akan didapat nilai Slack
dan Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu pada
sebuah jaringan kerja.
Menurut Heizer dan Render (dalam Dannyanti, 2010) menjelaskan bahwa
dalam dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass,
terdiri atas forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama
forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass. ES (earliest start)
adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua
pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu suatu
kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat
dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF
(latest finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
ES= Max {EF semua pendahulu langsung} (2.4)
EF= ES + Waktu Kegiatan (2.5)
LF-= Min { LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya (2.6)
LS= LF – Waktu kegiatan (2.7)
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,
kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditemukan. Slack adalah waktu
yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan
keterlambatan proyek keseluruhan.
Slack = LS – ES (2.8)
Atau
Slack = LF – EF (2.9)
Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal
dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-
komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama.
Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek. Lintasan kritis (Critical Path) melalui
aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan
kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Dannyanti, 2010).
Tujuan dari metode CPM adalah:
1. Mengidentifikasi hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan
2. Menunjukan hubungan tiap-tiap kegiatan terhadap keseluruhan proyek
3. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya
dengan cara mencermati hal-hal kritis pada proyek

19
Kelebihan metode CPM adalah:
1. Menentukan slack dan float
2. Banyak digunakan dalam industri
3. Untuk penjadwalan, pemantauan dan pengendalian proyek
4. Menentukan durasi proyek
5. Dapat menentukan beberapa jalur yang penting
Kekurangan dari metode CPM adalah:
1. Tidak menangani penjadwalan personil atau alokasi sumber
2. Dapat menjadi rumit dan meningkatkan kompleksitas untuk proyek
3. Jalur kritis tidak selalu jelas dan perlu dihitung cermat memperkirakan
penyelesaian kegiatan bisa sulit.

2.7 Jaringan Kerja


Menurut Dannyanti (2010) network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya
adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang
digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian
dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga
dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat
pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya
belum selesai dikerjakan.
Menurut Noviarti (2018) Pada umumnya kegiatan yang bersifat kritis dapat
ditemukan pada suatu jalur atau lintasan sejak awal sampai akhir proyek.
Kemungkinan untuk menetapkan adanya lintasan kritis dalam suatu jaringan
digunakan salah satu atau metode jalur kritis. Jumlah simbol yang digunakan
dalam sebuah jaringan kerja, minimum ada dua macam dan maksimum ada tiga
macam. Macam-macam simbol tersebut adalah:
a. Anak Panah
Anak panah ini melambangkan sebuah kegiatan dari suatu proyek. Pada
umumnya nama kegiatan dicantumkan diatas anak panah dan lama kegiatan
dibawahnya. Ekor anak panah ditasirkan sebagai kegiatan dimulai dan
kepalanya ditafsirkan sebagai kegiatan selesai. Lamanya kegiatan adalah
jarak waktu antara kegiatan dimulai dengan kegiatan selesai. Pada lamanya
kegiatan diberi kode huruf besar A,B,C dan seterusnya.

Gambar 2.1 Anak Panah


b. Lingkaran
Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan lingkaran
yang terbagi atas tiga bagian ruangan: Ruangan sebelah atas merupakan
tempat bilangan atau huruf yang menyatakan peristiwa. Ruangan sebelah
kiri bawah merupakan yang menyatakan lamanya hari (waktu satuan hari)

20
yang merupakan saat paling awal peristiwa yang bersangkutan. Ruangan
sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan yang menyatakan saat
paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi. Selisih waktu dari
kedua saat tersebut adalah tenggang waktu peristiwa (Slack) berharga
positif. Ada kemungkinan tenggang waktu tersebut berharga nol, maka
peristiwa yang bersangkutan merupakan peristiwa yang kritis, jika berharga
begatif peristiwa tersebut adalah peristiwa super kritis dan berarti proyek
tidak akan selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

Gambar 2.2 Lingkaran


Keterangan:
NE = Number of event
EET = Earliest event time = waktu paling awal
LET = Latest event time = waktu paling akhir
c. Anak Panah Terputus-putus (Dummy)
Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antar peristiwa, sama
halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan. Hubungan antar
kegiatan (Dummy) tidak membutuhkan waktu, sumber daya dan ruangan.
Oleh karena itu hubungan antar peristiwa tidak perlu diperhitungkan.
Dummy ini menyatakan logika ketergantungan yang patut diperhatikan.

Gambar 2.3 Anak Panah Terputus-putus (Dummy)


Adapun logika ketergantungan kegiatan-kegiatan itu dapat dinyatakan sebagai
berikut:
a. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai
dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan antara
kegiatan tersebut dapat di lihat pada gambar 2.4

21
Gambar 2.4 Kegiatan A pendahulu kegiatan B
b. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, maka
dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5 Kegiatan A dan B pendahulu kegiatan C


c. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D, dapat dilihat
pada gambar 2.6

Gambar 2.6 kegiatan A dan B pendahulu kegiatan C dan D

d. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D
dapat dimulai jika kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada gambar
2.7

Gambar 2.7 kegiatan B pendahulu kegiatan C dan D


e. Jika kegiatan A, B dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama,
maka dapat dilihat pada gambar 2.8

22
Gambar 2.8 Kegiatan A, B dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama
2.8 Produktivitas Kerja
Menurut Sinungan (dalam Nurhadi, 2015) menyatakan bahwa produktivitas
adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaram dan
masuk atau output : input. Secara garis besar produktivitas dapat digambarkan
pada rumus 2.10.
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Produktifitas = 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
(2.10)

Produktivitas tenaga kerja pada umumnya bersifat dinamis yang artinya tidak
selalu tetap. Hal ini dikarenakan berbagai macam kondisi lapangan kerja dan
beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas. Pada penelitian ini untuk
menghitung produktivitas kerja variabel yang digunakan adalah volume blok
sebagai output dan durasi waktu normal sebagai input.

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑘𝑔)
Produktifitas Harian = 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (𝑗𝑎𝑚) (2.11)
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

24
3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Tugas Akhir
1. Mulai
Pelaksanaan atau pengerjaan tugas akhir ini di mulai ketika saya sebagai
mahasiswa Teknik Perkapal UM Surabaya memiliki ide untuk mengoptimalisasi
waktu pembangunan kapal untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
2. Observasi
Tahap observasi dilakukan untuk mendapatkan data teknis yang menjadi
referensi obyek dari tugas akhir. Data teknis dapat diperoleh dengan cara kita studi
literature ke perusahaan PT PAL Indonesia, wawancara dengan pihak lapangan
mengenai proses pembangunan kapal dan kendala apa saja yang dihadapi pada saat
pembangunan. Dari kami menemukan ide untuk meningkatkan produktivitas
galangan tersebut dengan mngomtimalisasi waktu pembangunannya.
3. Studi Literatur
Studi Literatur adalah tahapan untuk memperoleh landasan teoritis dari
penelitian yang dilakukan. Hal ini Bertujuan untuk memahami teori dalam
menentukan optimalisasi waktu dan prouktivitas kerja yang diperoleh dari landasan
data yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan serta agar lebih dalam
menunjang pemahaman penulis terhadap obyek penelitian, maka penulis juga
mencari materi, referensi dan jurnal dari berbagai sumber internet yang berkaitan
dan cocok dengan obyek penelitian untuk mngungkapkan berbagai teori yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi atau diteliti yaitu optimalisasi waktu
dalam pembangunan blok SS1A pada Kapal Cepat Rudal sebagai bahan rujukan
dalam pembahasan hasil penilitian.
4. Indentifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan ialah proses untuk menentukan obyek permasalahan
lebih dalam lagi yang akan dilakukan penelitian sehingga dapat dipastikan sebagai
fokus titik suatu masalah. Permasalahan yang telah ditentukan dalam tahapan
observasi dipahami dan dikaji yang diperkuat melalui proses studi literaratur
sehingga dapat lebih tepat dalam mendapatkan pemecahan masalah dan tujuan yang
jelas pada proses penelitian. Setelah menentukan fokus titik masalah yaitu tingkat

25
optimalisasi waktu dalam pembangunan Blok SS1A pada Kapal Cepat Rudal. Dari
permasalahan yang diangkat, penulis juga menentukan batasan penelitian sebagai
ruang lingkup untuk mempermudah dalam penelitian ini. Permasalahan dilakukan
dengan mengunakan metode analisa untuk mengetahui beberapa komponen yang
perlu diketahui pada proses penelitian ini.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses analisa sampai dengan mendapatkan
produktivitas kerja. Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengumpulan data
dilakukan pegolahan data berupa berapa lama waktu optimal yang dibutuhkan dan
berapa produktivitas dalam tiap proses pekerjaan pembangunan Blok SS1A pada
Kapal Cepat Rudal berdasarkan perhitungan waktu yang optimal dengan metode
CPM - PERT.
6. Pengecekan Hasil Perhitungan dan Analisa
Hasil perhitungan dan Analisa kemudian dicek apakah hasil tersebut optimal
dan relevan dengan data yang ada tau tidak apabila tidak maka dilakukan
perhitungan dan analisa ulang. Apabila sudah optimal maka dilakukan penarikan
kesimpulan.
7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan ditarik berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan rumusan
Masalah yang ada dan penulis memberikan saran kepada pembaca atau peneliti
setelahnya agar penelitian selanjutnya lebih baik lagi.
8. Selesai
Pada tahap yang paling akhir ini tugas akhir siap untuk diikutkan siding

26
3.3 Jadwal Penelitian

No. Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kegiatan

1 Observasi dan Studi Literatur

2 Identifikasi Masalah

3 Pengolahan Data

4 Pengecekan Kesesuaian Data

5 Analisa dan Pembahasan

6 Kesimpulan

27
DAFTAR PUSTAKA

Caesaron, D. (2015). Analisa Pendajwalan Waktu dengan Metode Jalur Kritis


dan PERT pada Proyek Pembangunan Ruko. Journal of Industrial
Engineering & Management System, Vol.8. N0.2.
Christian. (2013). Studi Penerapan Metode PERT pada Proyek Gedung. Jurnal
Teknik Sipil Universitas Kristen Petra
Dannyanti, E. (2010). Optimasi Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT dan
CPM. Jurnal Fakultas Ekonomu Universitas Diponegoro
Firmansyah, M. R. (2017). Analisa Perancangan Proyek Kapal Cepat Rudal
Dengan Metode CPM dan What If Analysis. Tugas Akhir Jurusan
Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.\
Nurhadi, A. (2015). Perbandingan Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi pasa
Jam Kerja Reguler dan Jam Kerja Lembur pada Pembangunan
Gedung Bertingkat di Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil, Vol1, No.1.
Nurhali. (2016). Pengukuran Produktifitas Galangan dalam Pembangunan
Kapal Perintis 1200 GT. Jurnal Teknik Perkapalan, Vil.4, No.4.
Safitri, F. (2017) Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Pembangunan Blok
1901/1802 pada Kapal Tanker 17500 LTDW di PT. Daya Radar
Utama Unit Lamongan. Tugas Akhir Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya

28

Anda mungkin juga menyukai