id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
Elpina
Dosen Fakultas Hukum Universitas Simalungun
Abstract
Customary law is the law of life (living low) that grow and develop in the midst of the community in accordance
with the development of society. Customary law who live in midst of ethnic Indonesia is very strategic to be known
and understood by law enforcement officials, legal observers and guidance in applying the appropriate legal and
fair for Indonesian society. The common law does not give the right role and the same degree between men and
women in life, social, culture, political, economic and domestic life and marriage property and inheritance.
Landing directly above the law would cause problems among indigenous peoples, especially the indigenous people
embrace patrilinieal or matrilineal kinship system, such as that experienced by the Batak people who mbrace
patrilineal kindship systems knows in Toba Batak society is patrilineal system, which through the male lineage and
is the next generation of his parents while girls not the generation of their parents, as a result of this system is very
influential on the position of girls in matters of inheritance.
-------------------------------------------------------------------
Keyword : adat, waris, putusan mahkamah agung
1
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
keluarga), pada orang Karo dinamakan sada marga lain, yaitu dengan marga pemberi dan
bapa (satu keluarga), sedangkan pada penerima mempelai wanita.
Simalungun disebut sapanganan (satu ke- Marga-marga atau klen patrilineal
luarga). secara keseluruhan mewujudkan sub-suku
Bermula mereka hidup dalam dari pada suku bangsa Batak. Pertumbuhan
perkauman yang terdiri dari kelompok- penduduk dan persebaran mereka di wilayah
kelompok kerabatan yang mengusut garis pemukiman yang semakin luas serta
keturunan dari ayah, dan mendiami satu pengaruh-pengaruh dari luar menyebabkan
kesatuan wilayah permukiman yang dikenal perkembangan pola-pola adaptasi bervariasi
dengan huta atau lumban. Biasanya kesatuan dan terwujud dalam keanekaragaman
kerabat itu berpangkal dari seorang kakek kebudayaan Batak dan sub-suku yang
yang menjadi cikal bakal dan pendiri menggunakan dialek masing-masing.
pemukiman, karenanya juga disebut Berlandaskan pada hubungan
saompu. Kelompok-kelompok kerabat luas perkawinan yang tidak timbal-balik itulah
terbatas saompu yang mempunyai keturunan masyarakat Batak mengatur hubungan sosial
seketurunan dengan nenek moyang yang antara marga dengan segala hak dan
nyata maupun yang fiktif membentuk kewajiban dalam segala kegiatan sosial
kesatuan kerabat yang dikenal dengan nama mereka. Organisasi itu dikenal sebagai
marga. dalihan na tolu atau tiga tungku perarian.
Hubungan sosial dengan sesama Marga pemberi mempunyai kedudukan yang
marga diatur melalui hubungan perkawinan, lebih tinggi dalam upacara maupun kegiatan
terutama antara marga pemberi pengantin adat terhadap marga penerima mempelai
wanita (boru) dengan marga penerima wanita. Dengan demikian ada keseimbangan
pengantin wanita (hula-hula). Untuk hubungan antara penerima marga mempelai
mempertahankan kelestarian kelompok wanita. Dengan demikian ada keseimbangan
kerabat yang patrilineal, marga-marga hubungan antara perorangan dengan
tersebut tidak boleh tukar menukar kelompok yang menganut garis keturunan
mempelai. Karena itu hubungan satu jurusan kebapakan. Walaupun seorang wanita yang
memaksa setiap marga hubungan telah menikah akan kehilangan hak dan
perkawinan dengan sekurang-kurangnya dua kewajibannya dari hak marga asal dan
3
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
asas ketidaksetaraan terhadap anak perem- kesamarataan atau kesederajatan antara laki-
puan. laki dan perempuan, asas keadilan dan per-
Tetapi dengan keluarnya Tap MPRS samaan hak serta asas perikemanusiaan.
No. II/1960 disusul dengan turunnya Pengaruh pola berpikir orang yang
Putusan Makamah Agung No 179K/ semakin rasional mengakibatkan perubahan
Sip/1960 dan Putusan Makamah Agung No dalam hukum adat Batak Toba, yang dise-
179K/Sip/1961 dan hingga keluarnya UU babkan oleh bermacam-macam faktor.
No.1 tahun 1974 tentang UU Perkawinan Hal ini bagi hukum adat sendiri pada
serta dipengaruhi oleh politik, ekonomi dan mulanya dianggap asing, dan pada waktu
ilmu pengetahuan kedudukan anak perem- sebelumnya keluarnya Tap MPRS No. 11
puan dalam pewarisan khususnya orang tahun 1960 dan putusan Mahkamah Agung
Batak telah mengalami perubahan. No. 179K/Sip/1961 harus tunduk pada
Di dalam Tap MPRS Bo 11/1969 teru- sistem yang berlaku menurut hukum adat
tama huruf c dikatakan, bahwa terdapat se- yaitu sistem kerabatan/sistem kekeluargaan
mua harta adalah untuk anak-anak dan janda parilineal yang membuat posisi kaum
apabila peninggal harta ada meninggalkan perempuan didalam rumah tangga maupun
anak dan janda. masyarakat tidak bisa bergerak/posisinya
Mahkamah Agung di dalam putusan lemah.
MA No. 179K/Sip/1961 mempersamakan a. Pewaris
hak anak laki-laki dan perempuan serta Orang tahu subjek yang berkedudukan
janda di dalam hal warisan. sebagai pemilik harta kekayaan yang
Di dalam Pasal 35 UU No 1 Tahun meneruskan/mewariskan harta peningga-
1974 disebutkan : lannya ketika ia masih hidup atau ketika ia
1. Harta yang diperoleh selama per- sudah meninggal dunia. Pada suku Batak
kawinan harta bersama. yang disebut pewaris adalah pihak laki-laki
2. Harta yang diperoleh masing-masing (ayah).
sebagai hadiah atau warisan adalah b. Ahli waris utama
dibawah penguasaan masing-masing. Ahli waris utama yang berlaku di
Dengan adanya perubahan/perkem- tanah batak adalah terhadap anak laki-laki
bangan tersebut, sudah terlihat adanya asas meskipun harta benda yang telah di bawakan
5
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
kepada anak-anak perempuan tidak boleh berdiri sendiri. Telah menjadi asas umum
diabaikan. yang berlaku di dalam hukum adat bahwa
Menurut asas hukum waris adat Batak suami istri yang memperoleh harta yang
Toba, yang berhak atas warisan seseorang berasal dari warisan atau hibah, akan tetap
ayah hanyalah anak laki-laki. Hal ini dapat menjadi memiliki suami dan istri. Harta
di perlunak dengan pembekalan tanah bawaan itu dapat berupa tanah, kebun dan
pertanian atau ternak si ayah kepada anak- perhiasan lainnya. Pada masyarakat Batak
anak perempuannya yang tidak kawin dan pemberian harta benda dari orang tua kepada
yang akan kawin, serta pemberian kepada anak-anaknya, baik laki-laki atau perempuan
keturunan sulung dari anak perempuannya disebut dengan Holong Ate (kasih sayang).
tersebut (cucu si pewaris). b. Harta Pencarian Bersama Suami Istri
Biasanya yang menjadi ahli waris dari Harta ini adalah harta yang diperoleh
harta peninggalan orang tuanya adalah anak oleh keluarga itu sebagai hasil kerja sama
kandung, yaitu yang lahir dari kandung antara suami dan istri dalam rangka biaya
ibunya dan ayah kandungnya, bisa juga kehidupan rumah tangga, selama
disebut anak sah. Anak angkat bisa juga berjalannya kehidupan rumah tangga.
menjadi ahli waris dari orang tuanya Semua pendapatan dan penghasilan suami
angkatnya, tetapi tidak bisa mewaris dari istri yang didapat selama perkawinan
orang tua kandungnya. mereka. Harta ini kelak dapat ditinggalkan
Objek dalam hukum waris adat Batak dan diteruskan kepada keturunan mereka.
adalah warisan, yaitu harta benda yang c. Kedudukan atau jabatan dalam adat
dimiliki oleh si pewaris yang diteruskan Kedudukan sebagai Raja Adat hal ini
semasa hidupnya atau yang ditinggalkan bersifat turun temurun akan tetapi biasanya
oleh pewaris yang sudah meninggal dunia; jabatan ini hanya diturunkan atau diteruskan
dan diteruskan dalam keadaan tidak terbagi- oleh anak laki-laki.
bagi, jenis-jenis adalah : Pada masyarakat Batak yang bersistem
a. Harta Bawaan patrilineal, umumnya yang menjadi ahli
Harta kekayaan yang dibawa oleh waris hanya anak laki-laki, akan tetapi hal
suami dan istri ke dalam perkawinan sebagai itu tidak berarti bahwa anak-anak
modal di dalam kehidupan rumah tangga perempuannya tidak mendapat apapun dari
berlaku di dalam hukum yang bebas dan harta kekayaan ayahnya. Di suku Batak
6
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
Toba telah menjadi kebiasaan untuk Hukum adat Batak Toba merupakan
memberikan tanah kepada anak perempuan salah satu hukum adat yang masih hidup
yang sudah menikah dan kepada anak dengan sistem kekerabatannya mengikuti
pertama yang dilahirkan olehnya. garis keturunan ayah (patrilineal) yang
Perwaris meninggal dunia mening- membedakan kedudukan anak laki-laki dan
galkan istri dan anak-anak, maka harta anak perempuan. Anak laki-laki merupakan
warisan, terutama harta bersama suami istri generasi penerus ayahnya, sedangkan anak
yang dapat sebagai hasil pencarian bersama perempuan tidak karena anak perempuan
selama perkawinan dapat dikuasai oleh dianggap hanya bersifat sementara, dan
janda dan dapat dinikmatinya selama suatu ketika anak perempuan akan menikah
hidupnya untuk kepentingan dirinya dan dan mengikuti suaminya, dan masuk ke
kelanjutan hidup anak-anaknya. dalam klan suaminya. Selama anak perem-
puan belum menikah, dia masih tetap
Kedudukan Perempuan Dalam Perwa- kelompok ayahnya.
risan Adat Batak Toba
Dalam masyarakat Batak Toba yang
Kata kedudukan mengandung arti menjadi ahli waris adalah anak laki-laki.
tingkatan atau martabat keadaan yang Sedangkan anak perempuan bukan sebagai
sebenarnya, status keadaan atau tingkatan ahli waris ayahnya. Anak perempuan hanya
orang, badan atau negara.2 memperoleh sesuatu dari orang tuanya
a. Kedudukan sebagai anak sebagai hadiah.
Masyarakat hukum Indonesia jika Tetapi dengan keluarnya Putusan
ditinjau dari segi kekeluargaan adalah Makamah Agung tanggal 31 Januari 1968
berbeda-beda, disetiap lingkungan adat ini No.136K/Sip/1967, Mahkamah Agung telah
masing-masing mempunyai sistem keke- membenarkan putusan Pengadilan Tinggi
luargaan yang berbeda pula. Begitu juga yang mempergunakan hukum adat Batak,
dalam hal kedudukan anak laki-laki dengan Holong Ate atas pembagian harta warisan
anak perempuan pada prinsipnya dan kepada anak perempuan lebih banyak atas
asasnya adalah berbeda. pertimbangan kemajuan kedudukan
perempuan dan hak perempuan di tanah
2
J.S. Poerwadarninta, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976 Hal.38.
7
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
Batak pada khususnya dan diperantauan mempunyai anak perempuan maka keluarga
pada umumnya. tersebut dianggap punah. Kedudukan suami
Putusan Makamah Agung tanggal 31 dan istri di dalam rumah tangga dan
Juli 1973 No. 103K/Sip/1971. Makamah masyarakat adalah tidak seimbang ini karena
Agung juga mengatakan bahwa anak pengaruh dari sistem kekeluargaan
perempuan adalah satu-satunya ahli waris patrilineal yang dianut oleh masyarakat
dan berhak atas harta warisan yang di Batak Toba.
tinggal pewaris. Perubahan hukum adat dapat terjadi
b. Kedudukan sebagai istri dengan adanya terobosan hukum adat
Di dalam sebuah keluarga seorang istri melalui badan peradilan karena kehendak
menjaga keutuhan rumah tangganya, setia masyarakat itu sendiri. Hal ini dapat dilihat
dan berbakti kepada suami, serta merawat misalnya mengenai kedudukan anak
dan mendidik anak-anaknya sehingga perempuan pada masyarakat suku Batak
mereka dewasa. Istri adalah pendamping Toba menurut hukum adatnya sebagai ahli
suami dalam menegakkan rumah tangga. warisnya, akan tetapi saat ini anak
Sejak perkawinan terjadi istri telah masuk ke perempuannya sudah berkedudukan sebagai
dalam keluarga suaminya dan melepaskan ahli waris.
hubungan dengan keluarganya sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam putusan
Walaupun sebenarnya hubungan itu Mahkamah Agung No.179K/Sip/1961
tetap masih ada sebagaimana yang terdapat tanggal 23 Oktober 1961 yang mengatakan
dalam Dalihan Na Tolu di tengah-tengah bahwa “berdasarkan selain rasa kemanu-
masyarakat Batak Toba, si istri telah siaan dan keadilan umum, juga atas hakikat
menjadi hak dan tanggung jawab dari persamaan hak antara wanita dan pria,
suaminya dan istri mempunyai hubungan dalam beberapa keputusan mengambil sikap
hukum semata-mata bukan hanya suami saja dan menganggap sebagai hukum yang hidup
tetapi juga terhadap suaminya. di seluruh Indonesia bahwa anak perempuan
Tujuan perkawinan adalah untuk dan anak laki-laki dari seorang peninggal
melanjutkan keturunan. Apabila istri telah waris bersama-sama berhak atas harta
melahirkan anak laki-laki posisinya adalah warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-
kuat di dalam keluarga. Oleh karena itu, laki adalah sama dengan anak perempuan
apabila dalam sebuah keluarga hanya dan bahwa anak perempuan berkedudukan
8
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
hukum adat Batak Toba akan mendapat dan masyarakat dalam berinteraksi satu
pengaruh dari bermacam-macam faktor sama lainnya
tersebut dengan secara perlahan-lahan 2. Faktor Perantauan/Migrasi
maupun secara mendadak yang dapat Perpindahan penduduk atau orang-
dianggap sebagai pertumbuhan atau sebagai orang dari suatu daerah (kampung halaman)
perkembangan. ke daerah yang lain agar kehidupan
Adapun faktor-faktor yang dapat selanjutnya lebih baik dan terjamin,
mempengaruhi perkembangan kedudukan khususnya di daerah perantauan. Hal ini
hak waris anak perempuan dalam hukum mempengaruhi terhadap kebiasaan atau adat
waris adat Batak Toba adalah sebagai istiadat hukum waris dari daerah asalnya
berikut : yang patrilineal menjadi mengikuti pola
1. Faktor Pendidikan4 hukum waris parental yang ada di daerah
Hal ini berpengaruh khususnya dalam perantauannya.
waris Adat Batak Toba yang dulunya anak 3. Faktor Ekonomi
laki-laki yang berhak mendapatkan warisan Faktor ekonomi pada setiap individu
(sistem patrilineal), karena berpikir dengan sangat mempengaruhi terhadap kehidupan di
logika, seseorang akan lebih cenderung dalam keluarganya. Biaya hidup semakin
memilih keadilan dalam hal pembagian tinggi dan biaya pendidikan semakin mahal,
harta warisan. Dengan demikian bagian tetapi juga tidak boleh lupa bahwa persoalan
warisan kepada anak laki-laki dan biaya hidup setelah suami/atau ayah
perempuan adalah sama rata. Semakin tinggi meninggal dunia merupakan hal yang sangat
pendidikan seseorang maka cara berpikirnya penting untuk menjamin masa depan anak-
pun akan semakin maju dan menyesuaikan anaknya yang dilahirkan dari perkawinan.
diri terhadap perubahan dan perkembangan Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan
di lingkungan sekitarnya. Pendidikan adat Batak Toba yang dipengaruhi oleh
membawa seseorang menjadi lebih kritis sistem patrilineal dan juga apabila di kaitkan
dalam menghadapi sesuatu perubahan yang dengan kondisi masyarakat di Indonesia,
akan bermanfaat bagi dirinya, lingkungan lazimnya orang tua laki-laki yang
bertanggung jawab dalam memberikan biaya
hidup kepada keluarga, karena pada
4
Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, umumnya laki-lakilah yang bekerja.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, Hal. 128
10
www.usi.ac.id/karya ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2016
Seandainya di jumpai istri atau ibu yang Agung Nomor 179K/Sip.1961, sistem adat
bekerja, hal tersebut tidak lain adalah yaitu sistem kekerabatan/sistem
menunjang kehidupan ekonomi keluarga. kekeluargaan patrilineal tunduk pada hukum
4. Faktor Sosial yang berlaku yang membuat posisi kaum
Di dalam masyarakat Batak Toba perempuan ada dalam keluarga. Perubahan
dalam hal perkawinan untuk pemberian hukum adat dapat terjadi dengan adanya
uang jujur masih merupakan adat kebiasaan terobosan hukum adat melalui badan
yang masih dipertahankan dalam hal yang peradilan karena kehendak masyarakat itu
sangat penting dalam menunjukkan status sendiri.
sosial seseorang kepada pihak wanita yang Hal ini dapat dilihat, misalnya
akan dilamar. Penyerahan uang jujur ini mengenai kedudukan anak perempuan pada
kepada pihak perempuan haruslah di masyarakat suku Batak Toba menurut
saksikan kedua belah pihak yang disebut hukum adatnya bukanlah sebagai ahli waris,
dengan Dalian Na Tolu, karena peranan akan tetapi saat ini anak perempuan sudah
Daliah Na Tolu ini di dalam adat Batak berkedudukan sebagai ahli waris.
Toba adalah sangat penting. Dalam filsafah Dengan adanya yurisprudensi, di
Batak ini kedudukan sosial perempuan kemudian hari bila terjadi sengketa warisan,
sangat terhormat mendapatkan bagian dari pihak yang merasa dirugikan, terutapa pihak
orang tua suaminya atau dengan kata lain perempuan, dapat mengajukan gugatan ke
pihak perempuan mendapatkan warisan pengadilan negeri, dan penyelesaiannya oleh
dengan cara hibah. hakim dapat merujuk kepada yurisprudensi.
Kedudukan anak perempuan dianggap 1. Kita merupakan Negara yang memiliki
hanya bersifat sementara, dan suatu ketika ciri khas tertentu, yaitu memiliki
anak perempuan akan menikah dan keanekaragaman suku dan adat
mengikuti suaminya, dan masuk ke dalam tersendiri. Kita harus menghormati
klan suaminya. Selamanya anak perempuan dan menerapkan apa yang telah
belum menikah, dia masih tetap kelompok berlakuknya di dalam adat. Seperti
ayahnya. adat Toba, kekerabatan serta
Pada waktu keluar Tap MPRS Nomor kedudukan itu takkan berubah.
11 Tahun 1960 dan Putusan Mahkamah
11
Kedudukan Perempuan dalam Hukum Waris Adat Batak Toba ............................................................... Elpina
12