Anda di halaman 1dari 3

KAITAN KORUPSI DENGAN GEREJA DAN PANCASILA

Oleh :

Buku : Gereja dan Pemberantasan Korupsi

Penulis : - ( diambil dari suara pembaruan, 18 Maret 2005)

Penerbit : ICW ( alamat website : https://antikorupsi.org/id/news/gereja-dan-gerakan-


pemberantasan-korupsi )

Ringkasan

Korupsi bagai kanker ganas yang telah menyerang berbagai bagian tubuh negeri ini,
dan telah menempatkan Indonesia sebagai negara yang religius, kehilangan percaya diri
karena menduduki urutan yang tinggi dalam prestasi korupsi.

Korupsi berkaitan dengan moral, sistem, ekonomi, politik, hukum; sebab itu korupsi
tak bisa dilawan hanya dari satu sudut saja. Korupsi mesti dihadapi secara bersama dengan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki bangsa kita. Korupsi harus dilawan melalui
penyadaran tentang hakikat manusia sebagai ciptaan Allah yang paling mulia, dengan
menolak ambivalensi keberagamaan, dengan penegakan hukum, dengan memperlakukan
seseorang (calon) koruptor sebagai manusia tanpa atribut-atribut apapun.

Bangsa kita telah melaksanakan pembangunan nasional selama tiga dasawarsa yang
menekankan cita-cita agar sebuah masyarakat modern yang adil, makmur dan lestari
berdasarkan Pancasila terwujud. Cita-cita itu belum terwujud, karena pembangunan nasional
telah diselewengkan menjadi upaya mempertahankan dan melestarikan kekuasaan yang penuh
dengan KKN. Bahaya-bahaya itu sesungguhnya telah diprediksi dalam beberapa dokumen
gereja di waktu yang lalu, yaitu adanya jurang yang lebar antara yang kaya dan yang miskin,
adanya ketidakadilan kurangnya partisipasi rakyat. Juga kesenjangan wewenang antara pusat
dan wilayah, sentra industri dengan wilayah pedesaan, serta langkanya kesempatan kerja.

Menarik untuk dicatat, Sidang Lengkap DGI tanggal 3-14 Mei 1964, di Jakarta,
memberi peringatan yang keras tentang bahaya korupsi yang telah merambah dalam
kehidupan masyarakat. Sidang tersebut memutuskan beberapa hal seperti seluruh masyarakat
dan badan-badan berwenang agar mempergiat perlawanan dan peperangan melawan korupsi
dan dimana perlu memberikan hukuman yang sewajarnya atas perbuatan mereka yang telah
terbukti telah menjalankan korupsi, selain itu agar gereja-gereja dalam kotbah-kotbahnya dan
pengajarannya memberi nasihat dan peringatan kepada para anggota gereja mengenai cobaan-
cobaan yang besar dalam masyarakat sekarang ini.

Sidang tersebut juga menyatakan bahwa dengan mengingat pengalaman bangsa kita
dengan korupsi di tahun-tahun yang lalu telah memperkuat keyakinan bahwa manusia adalah
makhluk yang telah jatuh kedalam dosa, sehingga sumber terakhir dari korupsi itu terdapat
didalam hati manusia sendiri, dan tidak ada orang yang kebal terhadap cobaan korupsi.

Tidak ada sistem politik, sosial, ekonomi yang dapat membuat orang kebal terhadap
cobaan korupsi. Sebab itu Sidang menganjurkan agar dilaksanakan pendidikan ke arah
kewargaan yang bertanggung jawab; dan menciptakan keadaan politik, sosial, ekonomi,
dimana cobaan untuk mempraktikkan. Gereja dalam hal ini ikut bertanggung jawab dalam
upaya menghayati, mengamalkan, dan melestarikan Pancasila sebagai satu-satunya azas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam terang pengakuan dan kepercayaan, setiap orang sebagai umat Kristen
diharapkan berpartisipasi sepenuhnya dalam usaha bangsa dan negara untuk melanjutkan
pembangunan nasional sebagai pengamalan dari sila-sila Pancasila. Dengan ini gereja
mendukung adanya ideology Pancasila sebagai pandangan hidup bangsanya. Hal ini juga
berkaitan dengan penerapan sila-sila Pancasila untuk pembangunan nasional dan pencegahan
korupsi.

Dalam Pancasila sila pertama kita diajarkan menjadi umat yang beragama. Sebagai
orang Kristen kita harus bisa menjadi terang dan garam di kehidupan ini. Artinya kita tidak
boleh melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan seperti korupsi dan kejahatan
lainnya. Selain itu pada sila kedua, terkait dengan keadilan. Sudah jelas bahwa korupsi sama
sekali tidak mencerminkan keadilan di masyarakat. Dan korupsi juga menyebabkan keresahan
dan memecahbelah bangsa yang tidak sesuai dengan ideology Pancasila sila ketiga. Begitu
juga korupsi yang tidak sesuai dengan sila keempat dan kelima.

Selain ideology Pancasila, ketentuan perundangan, keputusan persidangan gerejawi,


rambu-rambu yang bersumber dari teks Alkitab sebenarnya sudah cukup untuk memberikan
dasar bagi upaya untuk melawan korupsi yang telah cenderung menjadi virus yang
menggerogoti kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan itu, budaya hidup jujur, sederhana, tidak tamak, disiplin, menghargai
waktu, taat kepada peraturan mesti lebih dikedepankan. Dunia pendidikan mesti memberi
perhatian lebih pada upaya pembangunan sebuah kehidupan yang berkeadilan, demokratis
yang didalamnya aspek keteladanan menjadi unsur yang penting.

Namun semuanya kembali lagi baik itu nilai-nilai Pancasila yang sangat diyakini
kebenarannya, maupun nilai-nilai Kristiani yang menjadi dasar untuk berperilaku dan
bertindak dalam penerapannya tergantung pada masing-masing individu, apakah mau
melakukannya atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai