Anda di halaman 1dari 6

Lusyana Eka Wardani. 185060620111002.

Jurnal Acuan Utama dari:


KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SEROJA KABUPATEN
LUMAJANG, dari Theodorik Rizal Manik, Dimas Wisnu Adrianto, Aris Subagiyo

1. Pengertian Agropolitan
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan
agropolitan adalah kawasan yang dipilih dari kabupaten agribisnis atau sentra produksi
pertanian yang dipilih. Terdapat kota pertanian (agropolis) di dalam wilayah tersebut.
Kawasan Agropolitan adalah layanan pertanian yang komprehensif sentra yang mengayomi,
melayani, dan memacu pembangunan pertanian daerah, dan daerah sekitarnya memiliki
komoditi berkualitas tinggi (lokasi tertentu) yang menjadi sumber pendapatan bagi sebagian
besar masyarakat. Dilihat dari strukturnya, kawasan agropolitan terbagi menjadi tiga wilayah,
yang pertama merupakan kota agraris utama yang berfungsi sebagai layanan pemungutan,
yang kedua sebagai pusat kawasan pertanian / pertumbuhan yang berfungsi sebagai layanan
distribusi, dan yang ketiga adalah pusat kesatuan wilayah pertanian bertindak sebagai pusat
pelayanan bagi warga.
Kawasan Agropolitan adalah suatu wilayah yang mencakup satu atau lebih pusat
kegiatan sebagai sistem pengelolaan produksi pertanian dan sumber daya alam tertentu yang
diwakili oleh keterkaitan fungsional dan hirarki spasial dari sistem permukiman dan
agribisnis (RTRW Kabupaten Tulungagung, 2012-2032). Kemudian kawasan agropolitan
dapat diartikan sebagai sistem fungsi desa yang dapat dilihat menurut struktur hierarki ruang
desa. Mengacu dari teori Basuki (2012), rencana pembangunan sentra produksi pangan
(Agropolitan) adalah salah satu bentuk pembangunan ekonomi pertanian, yang
dikembangkan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada secara utuh dan dibawah
naungan pemerintah yang komprehensif, berdaya saing, berbasis masyarakat, berkelanjutan,
desentralisasi, bermasyarakat dan berkelanjutan. Kawasan perdesaan harus dikembangkan
sebagai satu kesatuan pembangunan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara
perkotaan dan perdesaan (urban linkage) dan hubungan yang komprehensif, saling
ketergantungan dan dinamis.

2. Ciri-ciri Kawasan Agropolitan


Kawasan sentra produksi pangan (Agropolitan) yang dikembangkan harus memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (Basuki, 2012):
1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan ini didominasi oleh kegiatan
pertanian dan / atau agribisnis, membentuk satu kesatuan sistem yang utuh:
a) Subsistem agribisnis hulu (agribisnis hulu), meliputi: mesin, peralatan pertanian,
pupuk, dll.
b) Subsistem pertanian / pertanian utama (dalam agribisnis), meliputi: tanaman
pangan, berkebun, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
c) Subsistem agribisnis hilir (hilir agribisnis), meliputi: industri pengolahan dan
penjualan, termasuk perdagangan dalam kegiatan ekspor.
d) Subsistem pelayanan pendukung (kegiatan yang memberikan pelayanan bagi
agribisnis), seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan, promosi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.
2) Adanya keterkaitan antara kota dan desa (urban-rural linkages) yang saling
bergantung/timbal balik dan saling terkait, membutuhkan pengembangan kawasan
pertanian di pedesaan (on farm) untuk menanam dan mengolah produk dalam skala
kekeluargaan. (off the farm), dan kota memberikan kemudahan bagi pengembangan
industri penanaman dan agribisnis, seperti penyediaan fasilitas pertanian, antara lain:
permodalan, teknologi, informasi, peralatan pertanian, dll.
3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan ini terutama kegiatan pertanian atau
agribisnis, antara lain pertanian industri (pengolahan), perdagangan hasil pertanian
(termasuk perdagangan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana dan modal
pertanian), dan pertanian- pariwisata dan jasa.
4) Kehidupan masyarakat di daerah sentra produksi pangan (agropolitan) sama dengan
suasana kehidupan di perkotaan, karena prasarana dan prasarana kawasan
metropolitan pertanian tidak jauh berbeda dengan perkotaan.

3. Persyaratan Kawasan Agropolitan


Berdasarkan panduan buku Agropolitan dan Minapolitan Konsep Kawasan Menuju
Keharmonisan dari Direkorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
yang bekerjasama dengan Kementeriaan Pertanian yang diterbitkan pada tahun 2012,
persyaratan pada suatu Agropolitan yaitu sebagai berikut;
1. Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan
pertanian (agribisnis)
2. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan ini didominasi oleh kegiatan pertanian
dan / atau agribisnis, membentuk satu kesatuan sistem yang utuh, mulai dari:
a) Subsistem agribisnis hulu (agribisnis hulu), meliputi: mesin, peralatan pertanian,
pupuk, dll.
b) Subsistem pertanian / pertanian utama (dalam agribisnis), meliputi: tanaman pangan,
berkebun, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
c) Subsistem agribisnis hilir (hilir agribisnis), meliputi: industri pengolahan dan
penjualan, termasuk perdagangan dalam kegiatan ekspor.
d) Subsistem pelayanan pendukung (kegiatan yang memberikan pelayanan bagi
agribisnis), seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan,
pendidikan, promosi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.
3. Adanya keterkaitan antara perkotaan dan perdesaan (urban-rural linkage) yang saling
tergantung / saling membutuhkan dan saling membutuhkan.Di pedalaman (kawasan
pertanian di perdesaan) mengembangkan (on the farm) penanaman dan pengolahan
produk dalam keluarga (Off-farm) Di sisi lain, kota (Agropolitan) memberikan
kemudahan bagi pengembangan industri penanaman dan agribisnis, seperti penyediaan
fasilitas pertanian, termasuk permodalan, teknologi, informasi, peralatan pertanian, dll.
(Basuki, 2012).
Suatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi Agropolitan, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Manik, 2013):
a. Satu jenis. Sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk pengembangan
hasil pertanian, khususnya gabah, dapat dijual atau memiliki pasar atau biasa disebut
komoditas berkualitas tinggi. -
b. Perlindungan alam dan perlindungan lingkungan untuk melindungi sumber daya alam,
perlindungan sosial dan budaya, dan seluruh ekosistem

4. Tipologi Agropolitan
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Pangan Nasional dan Daerah
dijelaskan bahwa Kawasan peoduksi pertanian mempunyai tipologi berdasarkan klasifikasi
sektor usaha pertanian dan persyaratan agroklimatnya masing-masing, agroklimat merupakan
bentuk interaksi antara aspek lahan, kondisi hidrologi, dan kesesuaian komoditas yang harus
dipenuhi. Adapun tipologi kawasan agropolitan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Tipologi Kawasan Agropolitan
No.  Sektor Usaha Tipologi Kawasan Persyaratan Agroklimat
Pertanian
1.  Tanaman Dataran rendah dan dataran tinggi, Harus jelas dengan jenis
Pangan  dengan tekstur lahan yang datar komoditi yang
memiliki sarana pengairan (irigasi) dikembangkan seperti
yang memadai.  ketinggian lahan, jenis tanah,
tekstur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah. 
2.  Hortikultura  Dataran rendah dan dataran tinggi, Harus sesuai dengan jenis
dengan tekstur lahan datar dan komoditi yang
berbukit, dan tersedia sumber air dikembangkan seperti
yang memadai.  ketinggian lahan, jenis tanah,
tekstur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah. 

3.  Pertenakan  Dekat Kawasan pertanian dan Lokasi tidak boleh berada
perkebunan dengan sistem sanitasi dipermukiman dan
yang memadai.  memperhatikan aspek
adaptasi lingkungan 
4.  Perkebunan  Dataran tinggi dengan tekstur Harus sesuai dengan jenis
lahan berbukit dekat dengan komoditi yang
kawsan konservasi alam  dikembangkan seperti
ketinggian lahan, jenis tanah,
tekstur lahan, iklim, dan
tingkat keasaman tanah. 
5.  Hutan wisata Kawasan hutan lindung dikawasan Sesaui dengan karakteristik
konservasi tanag milik negara kawasan ini lingkungan alam wilayah
alam  biasanya berbatasan langsung konservasi hutan setempat. 
dengan kawasan lahan pertanian
dan perkebunan dengan tanda
batas wilayah yang jelas. 
6.  Perikanan Terletak pada kolam perikanan Memperhatikan aspek
darat  darat, tambak, danau alam dan keseimbangan ekolog dan
danau buatan daerah aliran sungai tidak merusak ekosistem
baik dalam bentuk keramba lingkungan yang ada. 
maupun tangkapan alam. 
7.  Perikanan Daerah pesisir pantai hingga lautan Memperhatikan aspek
laut  dalam hingga batas wilayah zona keseimbangan ekologi dan
ekonomi ekslusif perairan NKRI.  tidak merusak ekosistem
lingkungan yang ada. 
8.  Agrowisata  Pengembangan usaha pertanian Harus sesuai dengan jenis
dan perkebunan yang disamping komoditi yang
tetap berproduksi dikembangkan dikembangkan seperti
menjad kawasan wisata alam tanpa ketinggian lahan, jenis tanah,
meninggalkan fungsi utamanya tekstur lahan, iklm, dan
ebagai lahan pertanian produktif.  tingkat keasaman tanah. 
Sumber: Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Pangan Nasional dan Daerah
5. Kajian sistem kawasan agropolitan
Sistem kawasan agropolitan terdiri atas (Manik, 2012) :
1) Kawasan lahan pertanian (hinterland) berupa kawasan pengolahan dan kegiatan
pertanian yang terdiri dari kegiatan pembenihan, budidaya dan pengelolaan
pertanian.
2) Kawasan pemukiman yang merupakan kawasan tempat tinggal para petani dan
penduduk kawasan agropolitan.
3) Kawasan pengolahan dan industri merupakan kawasan tempat penyeleksian dan
pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan dan dikirim untuk diperdagangkan.
Dikawasan ini bisa berdiri pergudangan dan industri yang mengolah langsung hasil
pertanian menjadi produk jadi.
4) Kawasan pusat prasarana dan pelayanan umum yang terdiri dari pasar, kawasan
perdagangan, lembaga keuangan, terminal agribisnis dan pusat pelayanan umum
lainnya.
5) Keterkaitan antara kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) dengan kawasan
lainnya.
Mengacu pada peraturan Kementerian Pekerjaan Umum bahwa tahapan pelaksanaan
program pengembangan kawasan agropolitan, yaitu:
1) Penyusunan masterplan pengembangan kawasan agropolitan oleh pemerintah daerah
dan masyarakat.
2) Penetapan lokasi agropolitan yang diusulkan kabupaten kepada provinsi.
3) Sosialisasi program pengembangan kawasan agropolitan oleh stakeholder di tingkat
pusat dan daerah agar terintegrasi dan terpadu.
4) Pendampingan pelaksanaan program oleh pemerintah yang berperan sebagai
fasilitator. Masyarakat ditempatkan sebagai pelaksana utama.
5) Pembiayaan program pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat yaitu petani,
penyedia agro, pengelola hasil, pemasar, dan penyedia jasa (prasaran dan sarana
yang bersifat publik dan strategis).
6) Usulan indikasi program/kegiatan di kawasan agropolitan dimasukkan dalam
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten.

Daftar Pustaka
Annisa, Chichik Ilmi, dan Eko Budi Santoro, 2019. Arahan Pengembangan Kawasan
Agropolitan Berdasarkan Komoditas Unggulan Prioritas Tanaman Pangan Kabupaten
Bojonegoro. JURNAL TEKNIK ITS. Vol. 8, No. 2, (2019) ISSN: 2337-3539 (2301-
9271 Print).
Basuki, Agus Tri. 2012. PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012, hlm.53-71.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2012. Agropolitan dan Minapolitan. Konsep Kawasan
Menuju Keharmonisan. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2002. Kawasan Agropolitan. Departemen Pertanian. Jakarta
Manik, et all, 2012. Kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan Seroja Kabupaten
Lumajang. Jurnal Tata Kota dan Daerah. Volume 5, Nomor 1,Juli 2013
Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Pangan Nasional dan Daerah
Soetomo, Sugiono. 2004. Urban Development as the Interface of Regional Development
from Below in Central Java-Indonesia, 40th ISoCaRP Congress.
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Anda mungkin juga menyukai