Anda di halaman 1dari 3

ANCAMAN DI BIDANG IDEOLOGI

Kasus logo palu-arit kembali mencuat ke publik usai temuan bendera logo komunisme itu ditemukan di Makassar.
Sebagian kasusnya terkait dengan ketidaksengajaan, kepentingan keilmuan, hoaks demi memicu keresahan,
kriminalisasi, hingga upaya menghidupkan politik identitas.

Diketahui, pelarangan paham komunisme dan logonya tercantum dalam TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966
tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.

Kasus terbaru adalah soal penemuan bendera merah-putih berlogo palu-arit di Universitas Hasanuddin (Unhas)
Makassar, pada April. Polisi pun telah memeriksa sejumlah saksi. Setelah dicocokkan dengan identitas dan
beberapa barang bukti lain seperti surat pernyataan perang oleh KKSB (Kelompok Kriminal Separatis
Bersenjata), ketiganya dipastikan anggota KKSB yang selama ini sering melakukan aksi teror dan
penyerangan terhadap masyarakat dan aparat keamanan di Sugapa,” kata Suriastawa dalam
pernyataan yang diterima BenarNews.

BenarNews mencatat sejak Januari 2021 hingga saat ini setidaknya empat anggota TNI, seorang
sipil dan empat terduga anggota kelompok separatis tewas dalam kekerasan di Papua, wilayah
paling timur di Indonesia yang terus digoncang konflik antara aparat kemanan dan kelompok
separatis yang ingin Papua merdeka dari Indonesia.

Sementara itu militer Indonesia mengatakan tujuh dari 11 prajurit TNI yang meninggal di Kabupaten
Intan Jaya, Papua, sejak Agustus 2020, adalah korban penembakan kelompok bersenjata,

“Dari jumlah tersebut empat prajurit di antaranya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,” kata
Asisten Operasi Kogabwilhan III Brigjen Suwastyo, seperti dikutip kantor berita Antara.

Sebby Sambom mengatakan TPNPB tidak akan berhenti mengangkat senjata sampai Pemerintah
Indonesia mau berunding dengan kelompok separatis.

“Pemerintah Indonesia harus membuka diri dan bersedia duduk di meja perundingan bersama
pimpinan TPNPB dan semua elemen perjuangan guna mencari solusi,” terang Sebby.

Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua (AIDP) Latifah Anum Siregar menambahkan, diskusi
memang merupakan jalan terbaik dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Papua.

“Semua pihak, baik pemerintah maupun KKB (Kelompok Kekerasan Bersenjata) harus mau
menghentikan pendekatan kekerasan,” pungkas Anum, saat dihubungi.

Merujuk catatan AIDP, Intan Jaya memang menjadi salah satu daerah berbahaya di Papua. Dari 55
kasus kekerasan sepanjang 2020 di Papua, setengah di antaranya dilaporkan AIDP terjadi di Intan
Jaya.

Angka ini naik dibanding 2019, dengan total kekerasan di wilayah Papua tercatat sebanyak 32 kasus.

(Arie Firdaus)
ANCAMAN DI BIDANG POLITIK

Tiga orang yang diduga anggota kelompok separatis ditembak mati aparat gabungan TNI-Polri
karena melawan petugas di Puskesmas Sugapa, Intan Jaya, Papua, kata pejabat militer setempat
Selasa (16/2), namun kelompok separatis mengatakan ketiganya adalah warga sipil.
Kekerasan pada hari Senin (15/2) itu merupakan insiden kelima yang diduga melibatkan kelompok
separatis di Intan Jaya, Papua, sejak awal tahun. Pada hari yang sama beberapa saat sebelumnya,
seorang anggota TNI juga tewas dalam konflik antara aparat kemanan dan kelompok separatis.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk pengurusan tiga jenazah
KKSB itu,” lanjut Suriastawa.

Tragedi bermula saat tim gabungan TNI/Polri melakukan pengejaran pelaku penembakan yang
menewaskan Prada Ginanjar Arianda dan memeriksa Janius Bagau. Namun saat diperiksa, Janius
tiba-tiba melarikan diri dengan meloncat ke jurang, demikian kata Suriastawa. Aparat sempat
melepaskan tembakan dan dilaporkan mengenai tangan Janius, tapi ia berhasil lolos. Aparat dengan
sigap melumpuhkan ketiga orang itu hingga tewas,” tambahnya.

Juru bicara kelompok separatis Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) Sebby
Sambom menyangkal para korban sebagai anggota kelompoknya. Menurut keterangan masyarakat
setempat, terang Sebby, ketiganya adalah warga sipil.

“Saya terima laporan dari lapangan dari lapangan bahwa mereka adalah warga sipil, bukan anggota
TPNPB. Itu dikonfirmasi semua pihak di Sugapa,” kata Sebby kepada BenarNews.

Situs berita Suara Papua melaporkan, mengutip penduduk yang tidak disebutkan namanya, bahwa
ketiga korban yang masih satu keluarga itu tewas disiksa di Puskesmas Bilogai di Yokatapa, Sugapa.

“Janius itu korban yang sebelumnya tertembak dari Amaesiga. Dua orang (lainnya) itu sehat. Mereka
ada di Puskesmas untuk jaga Janius. Tetapi mereka diperiksa dan diinterogasi lalu dipukul sampai
ketiganya meninggal dunia di Puskesmas tadi malam,” kata Suara Papua, mengutip sumber
tersebut.

Aparat dengan sigap melumpuhkan ketiga orang itu hingga tewas,” tambahnya. Juru bicara
kelompok separatis Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom
menyangkal para korban sebagai anggota kelompoknya. Menurut keterangan masyarakat setempat,
terang Sebby, ketiganya adalah warga sipil. “Saya terima laporan dari lapangan dari lapangan bahwa
mereka adalah warga sipil, bukan anggota TPNPB. Itu dikonfirmasi semua pihak di Sugapa,” kata
Sebby kepada BenarNews.

Situs berita Suara Papua melaporkan, mengutip penduduk yang tidak disebutkan namanya, bahwa
ketiga korban yang masih satu keluarga itu tewas disiksa di Puskesmas Bilogai di Yokatapa, Sugapa.

“Janius itu korban yang sebelumnya tertembak dari Amaesiga. Dua orang (lainnya) itu sehat. Mereka
ada di Puskesmas untuk jaga Janius. Tetapi mereka diperiksa dan diinterogasi lalu dipukul sampai
ketiganya meninggal dunia di Puskesmas tadi malam,” kata Suara Papua, mengutip sumber
tersebut.
ANCAMAN DI BIDANG EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai