Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nopi Rahmawati

NIM : E.0106.19.017

Prodi : D3 Kebidanan Tk 2

Selasa, 19 Janu'ari 2020

Resume Jurnal

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DI RSIA ANNISA KOTA JAMBI TAHUN 2018

Elisa Murti Puspitaningrum Akademi Kebidanan Jakarta Mitra Sejahtera


Email : elisa.mpn@ymail.com

ABSTRAK

Angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17.2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar
7.5%. Terdapat sejumlah faktor yang berhubungan dengan bayi dengan BBLR, salah satunya resiko ibu
yang mengalami malnutrisi/kurang gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi
ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Kota
Jambi Tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, menggunakan metode retrospektif dengan
rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 2826 bayi baru lahir dan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 84 responden dengan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data
menggunakan cheklist dan dianalisis menggunakan analisis chi-square.Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa responden yang mengalami KEK sebagian besar memiliki bayi yang BBLR, yaitu
sebanyak 26 responden (65.0%) dan responden yang tidak mengalami KEK sebagian besar tidak
melahirkan bayi BBLR, yaitu sebanyak 28 responden (63.6%). Ada hubungan antara status gizi ibu hamil
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSIA Annisa Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-
value = 0.016. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan promosi kepada pasien dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi terutama selama kehamilan untuk menghindari gizi buruk yang
berdampak pada kelahiran BBLR.
Kata kunci : Status gizi ibu hamil, BBLR
PENDAHULUAN

Bayi dengan BBLR merupakan salah satu penyebab dari ibu hamil yang menderita Kurang Energy Kronis
(KEK). BBLR berdampak serius terhadap kualitas generasi yang dapat memperlambat pertumbuhan dan
mental anak, penurunan kecerdasan (IQ) Terdapat sejumlah faktor yang diperkirakan berhubungan
dengan meningkatnya risiko kelahiran sebelum waktunya dan kelahiran bayi dengan BBLR. Salah satu
risikonya nutrisi ibu yang mengalami malnutrisi/kurang gizi dimana ibu hamil dianjurkan untuk
melakukan diet seimbang selama kehamilan dan memastikan bahwa terdapat tambahan vitamin yang
mengandung seng (Zn), beberapa penelitian terakhir mengaitkan kekurangan seng dengan kelahiran
sebelum waktu dan BBLR (Maryunani, 2013).

Masalah-masalah yang berkaitan dengan bayi BBLR mempunyai menghalangi tercapainya tujuan bahwa
semua bayi tidak hanya lahir dan mampu hidup tetapi hendaknya tidak menderita gangguan fisik,
intelektual atau emosional sebagai akibat antepartum, intrapartum atau neonatal yang baik. Kematian
perinatal yang tinggi disebablan oleh bayi BBLR yaitu sebesar 65-75%. Tumbuh kembang organ vital
BBLR terhambat, menyebabkan bayi belum mampu untuk hidup diluar kandungan sehingga sering
mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi
(Amiruddin, 2014).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, menggunakan metode retrospektif dengan rancangan case
control dimana perbandingan kelompok kasus dan kelompok control, yaitu 1 : 1. Pendekatan
retrospektif yaitu sebuah studi yang didasarkan pada catatan medis, mencari mundur sampai waktu
peristiwanya terjadi di masa laluantara variabel dependen dan independen yang terjadi mengenai
hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSIA Annisa Kota
Jambi Tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir di RSIA Annisa sebanyak
2826 bayi baru lahir dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden dengan teknik Purposive
Sampling, yaitu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober 2018. Pengumpulan data menggunakan data sekunder, yaitu berdasarkan
pada catatan medis dengan cara pengisian pada lembar checklist dan analisis data menggunakan Chi
SquareGHQJDQ.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Status Gizi Ibu Hamil

Pengukuran status gizi pada ibu hamil ditentukan dengan pengukuran LILA dengan ketentuan apabila
LILA ibu hamil <23.5 cm berarti ibu hamil mengalami KEK dan apabila Status gizi kurang menunjukkan
bahwa ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu cukup lama, maka kebutuhan
nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin menjadi terhambat, akibatnya melahirkan bayi BBLR
(Ibrahim, 2010).

Cara tersebut merupakan cara yang sederhana dan mudah dikerjakan oleh siapa saja misalnya petugas
kesehatan di lapangan, kader kesehatan maupun masyarakat sendiri. Meskipun cara tersebut tidak bisa
dipakai untuk memantau status gizi dalam waktu pendek, tetapi cara ini dapat digunakan dalam deteksi
dini dan menapis resiko BBLR. Penilaian yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil yaitu dengan
pengukuran LILA, karena pada wanita hamil dengan malnutrisi (gizi kurang atau lebih) kadang-kadang
menunjukkan oedema tetapi ini jarang mengenai lengan atas (Saimin, 2006). Jika dibandingkan dengan
LILA, pengukuran IMT tidak dapat digunakan untuk mendeteksi risiko KEK karena akan terjadi perubahan
berat badan selama kehamilan. Dengan demikian, LILA relatif lebih stabil untuk mengetahui risiko KEK
pada ibu hamil (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2013).
Terdapat 40 responden (47.6%) yang mengalami KEK, maka hal ini akan berdampak buruk terhadap bayi
yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang berisiko mengalami KEK akan diperkirakan melahirkan bayi dengan
BBLR. Risiko yang ditimbulkan jika bayi dengan BBLR antara lain kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa 2012). Bagi ibu hamil yang kebutuhan
gizinya tercukupi ditandai dengan bertambahnya berat badan selama kehamilan. Kenaikan berat badan
selama hamil sebaiknya 10-12 kg. Tetapi bagi ibu hamil yang gemuk di anjurkan kenaikan berat badan
selama hamil hanya 7 kg. Jika berat badan ibu hamil tidak normal maka berisiko terjadinya keguguran,
lahir prematur, BBLR dan perdarahan saat persalinan (Kristiyanasari 2010).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square, ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di
RSIA Annisa Kota Jambi Tahun 2018 (p-value = 0,016). Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Francis
(2005), bahwa status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Bila status gizi ibu normal pada masa kehamilan maka kemungkinan besar melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan
gizi ibu selama hamil. Selama kehamilan kebutuhan nutrisi pada ibu menjadi meningkat, karena untuk
pemenuhan nutrisi bagi janin. Nutrisi yang dibutuhkan pun juga harus seimbang, apabila tidak akan
berdampak terhadap perkembangan janin. Hal ini sesuai dengan pendapat Kristiyanasari (2010) bahwa
pada masa kehamilan muda tambahan gizi yang diperlukan dalam bentuk vitamin dan mineral,
sedangkan kebutuhan akan kalori dan protein sangat diperlukan pada minggu ke delapan sampai
kelahiran. Seorang ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi, maka bayi yang dilahirkan akan memiliki
berat badan yang rendah, mudah sakit-sakitan dan mempengaruhi kecerdasan.

Pendapat lain yang mendukung hasil penelitian ini yaitu sesuai berat badan kehamilan, sementara
wanita kurus akan memiliki risiko tinggi mengalami lahir rendah Berat (BBLR) bayi, terutama jika ia tidak
mampu untuk mendapatkan cukup berat badan selama kehamilan. Kelahiran prematur dan BBLR saat
kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jadi kebutuhan nutrisi selama kehamilan lebih
tinggi dari pada orang dewasa, karena mereka masih tumbuh tinggi dan kematangan fisik (Whitney et
al., 2007)

Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat
kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab
terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan,
dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden yang mengalami KEK sebagian besar
memiliki bayi yang BBLR, yaitu sebanyak 26 responden (65.0%) dan responden yang tidak mengalami
KEK sebagian besar tidak melahirkan bayi BBLR, yaitu sebanyak 28 responden (63.3%). Berdasarkan uji
Chi-Square, ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSIA Annisa Kota Jambi
Tahun 2018 (p-value = 0,016). Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan promosi
kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terutama selama kehamilan untuk menghindari gizi
buruk yang berdampak pada kelahiran BBLR.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelahiran BBLR maka diperlukan dari
pihak tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan melalui pemasangan baliho, penyuluhan
baik perorangan maupun kelompok serta dapat melakukan pendidikan kesehatan ibu hamil melalui
kelas ibu hamil tertama masalah gizi seimbang selama kehamilan agar terhindar dari BBLR serta
meningkatkan promosi kesehatan tentang gizi seimbang bagi ibu hamil terutama pada keluarga yang
akan merencanakan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

 Alisyahbana, A. 2007. Bayi Berat Lahir Rendah Kriteria WHO dan Tata Laksana BBLR. Jakarta :
EGC
 Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
 Anik, Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta : Trans Info
Medika
 Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta :
Nuha Medika
 Ayu Rahma & Al Muqsith. 2015. Hubungan LILA Ibu Hamil dengan BB Lahir Bayi di RSU Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara dan RS Tk IV IM.07.01 Lhokseumawe.
 FK Malikussaleh Cunningham. 2014. Obstetri Williams. Jakarta : EGC Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. 2013. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers.

Jurnal 2

Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan

Low birth weight to the incidence of stunting in children aged 6-24 months Darwin Nasution1 , Detty
Siti Nurdiati2 , Emy Huriyati

Latar belakang

Stunting merupakan salah satu permasalahan kekurangan gizi utama yang sering ditemukan pada anak
balita. Dampak yang ditimbulkan antara lain lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang
rendah, kurangnya kecerdasan, dan produktivitas yang rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting secara langsung adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sedangkan faktor tidak
langsung yaitu faktor sosial ekonomi seperti pendidikan ibu dan pendapatan keluarga yang rendah serta
jumlah anggota keluarga yang besar.

Tujuan

Menganalisis hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota
Yogyakarta.

Metode penelitian
Penelitian case control dengan subjek penelitian adalah anak usia 6-24 bulan dengan kelompok kasus
adalah anak stunting (PB/U < -2 SD Z-score) dan kelompok kontrol adalah anak yang normal berdasarkan
indikator PB/U. Jumlah subjek penelitian untuk kelompok kasus dan kontrol sebanyak 242 dengan ibu
balita sebagai responden penelitian. Pemilihan sampel menggunakan teknik non-probability sampling
dengan metode consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik
ganda.

Hasil

Proporsi anak 6-24 bulan yang mengalami BBLR sebesar 15,7%. Ada hubungan bermakna antara BBLR
dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan (OR=5,60; 95%CI:2,27-15,70). Ada hubungan antara
tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan (OR=2,14; 95%CI:1,08-4,33). Faktor
sosial ekonomi (pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga) tidak memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian stunting.

Kesimpulan

Berat badan lahir rendah berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota
Yogyakarta. Anak dengan riwayat kelahiran BBLR berisiko 5,6 kali lebih besar untuk menjadi stunting
dibandingkan anak dengan riwayat kelahiran normal. Kepada para tenaga kesehatan dan stakeholder di
Kota Yogyakarta diharapkan turut mensukseskan gerakan 1000 hari pertama kehidupan (gerakan 1000
HPK). Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting, dengan mendapatkan asupan gizi
yang optimal maka penurunan status gizi anak bisa dicegah lebih awal sehingga anak tidak mengalami
BBLR dan dengan cara ini diharapkan kejadian stunting pada anak balita juga ikut menurun. BBLR
berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA


 M, West CE, Verhoef H, Haidar J, Hautvast JG. Factors associated with stunting in infants aged
5–11 months in the Dodota-Sire District, rural Ethiopia. J Nutr 2003;133(4):1064-9
 Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemenkes RI; 2010.
 Proverawati A, Ismawati C. BBLR (berat badan lahir rendah). Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
 Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012.
 Dinkes Kota Yogyakarta. Profi l kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2012. Yogyakarta: Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta; 2012.

JURNAL 3

DETERMINAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN BBLR PADA DAERAH ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN


BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Epidemiological Determinants Low Birth Weight in Malaria Endemic Areas Banjar District Misna
Tazkiah1, Chatarina Umbul Wahyuni2, Santi Martini2 1FKM UA, Misna_skm@yahoo.co.id
2Departemen Epidemiologi FKM UA, chatrin03@yahoo.com.santi279@yahoo.com Alamat
Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Latar belakang

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor genetik, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan kadang-kadang berinteraksi satu sama lain
(Notoatmodjo, 2007 ). Status derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin dari angka kematian,
kesakitan dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama tingginya angka
kematian bayi, khususnya pada masa perinatal adalah Berat Badan Lahir Rendah .Pada daerah endemis
malaria, ibu hamil merupakan kelompok yang rentan karena malaria pada ibu hamil dapat menyebabkan
BBLR. Di Kabupaten Banjar BBLR merupakan penyebab pertama kematian bayi.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis
malaria di Kabupaten Banjar

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah subjek adalah 130 yang terdiri dari 65 kasus
dan 65 kontrol. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner dan buku KIA

Hasil

Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan BBLR adalah usia ibu (OR
2,825), status gizi (OR 2,583), pendapatan keluarga (OR 2,275), pengetahuan tentang ANC (OR 3,238),
kunjungan ANC (OR 5,673), anemia (OR 2,739). Selanjutnya dilakukan analisis multivariate didapatkan
hasil bahwa determinan kejadian BBLR adalah kunjungan ANC, usia ibu dan anemia.

Hubungan antara Malaria dengan Kejadian BBLR Beberapa kasus malaria pada ibu hamil tanpa gejala
karena pada daerah endemis malaria dengan transmisi tinggi, sebagian besar ibu hamil telah memiliki
imunitas terhadap malaria (WHO, 2003).Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut
(paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari daerah non
endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah,
diare, pegal-pegal dan nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di
daerah endemis (Ditjen P2M PL, 2012). Pada daerah endemis diagnosis malaria tidak sulit, biasanya
ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis. Diagnostik malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium. Diagnostik pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic
Test/RDT) (Ditjen PP dan PL, 2012)

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah faktor ibu saat hamil pada daerah endemis malaria di
Kabupaten Banjar antara lain sebagian besar usia ibu tidak risiko, sebagian besar paritas tidak risiko,
sebagian besar status gizi tidak risiko, sebagian besar pendapatan keluarga rendah, sebagian besar
pengetahuan tentang ANC baik, sebagian besar kunjungan ANC teratur, sebagian besar tidak anemia,
sebagian besar tidak hipertensi dan sebagian besar tidak malaria. Sebagian besar tidak ditemukan infeksi
plasmodium malaria pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar. Kemudian ada hubungan antara
faktor ibu saat hamil seperti usia, paritas, status gizi, pendapatan keluarga, pengetahuan tentang ANC,
kunjungan ANC dan anemia dengan kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar.
Tidak ada hubungan antara jenis plasmodium dengan BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten
Banjar. Determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar
adalah kunjungan ANC, usia ibu dan anemia.

JURNAL 4

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSIA
ANNISA KOTA JAMBI TAHUN 2018

Elisa Murti Puspitaningrum Akademi Kebidanan Jakarta Mitra Sejahtera Email : elisa.mpn@ymail.com

Latar belakang

Angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17.2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar
7.5%. Terdapat sejumlah faktor yang berhubungan dengan bayi dengan BBLR, salah satunya resiko ibu
yang mengalami malnutrisi/kurang gizi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Annisa Kota Jambi Tahun 2018.

metode penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, menggunakan metode retrospektif dengan rancangan case
control. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 2826 bayi baru lahir dan sampel dalam penelitian ini
sebanyak 84 responden dengan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan cheklist
dan dianalisis menggunakan analisis chi-square

hasil
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang mengalami KEK sebagian besar memiliki
bayi yang BBLR, yaitu sebanyak 26 responden (65.0%) dan responden yang tidak mengalami KEK
sebagian besar tidak melahirkan bayi BBLR, yaitu sebanyak 28 responden (63.6%). Ada hubungan antara
status gizi ibu hamil dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSIA Annisa Kota Jambi Tahun
2018 dengan p- value = 0.016.

kesimpulan

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelahiran BBLR maka diperlukan dari
pihak tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan melalui pemasangan baliho, penyuluhan
baik perorangan maupun kelompok serta dapat melakukan pendidikan kesehatan ibu hamil melalui
kelas ibu hamil tertama masalah gizi seimbang selama kehamilan agar terhindar dari BBLR serta
meningkatkan promosi kesehatan tentang gizi seimbang bagi ibu hamil terutama pada keluarga yang
akan merencanakan kehamilan.

JURNAL 5

MOTHERS KNOWLEDGE ON LOW BIRTH WEIGHT AND LOW BIRTH WEIGHT WARMING TREATMENT
THROUGH CONVENTIONAL, SKIN TO SKIN, OR TRADITIONAL METHODS IN BOGOR CITY

Bunga Ch Rosha*, Indri Yunita SP, Kencana Sari, dan Nurilah Amaliah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Jl. Percetakan Negara No.29 Jakarta 10560 *Email
:bunga.puslit3@gmail.com

Latar belakang

Kematian neonatal dapat disebabkan oleh hipotermia. Bayi BBLR lebih rentan terhadap masalah
hipotermia. Tujuan analisis ini adalah memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu terkait BBLR
dan cara menghangatkan anak BBLR yang dilakukan ibu untuk mencegah hipotermia dan membantu
mencapai pertumbuhan normal.

Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bagian dari penelitian kohor tumbuh kembang anak (TKA)
tahun 2017 di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam terhadap 12
informan ibu yang memiliki anak dengan riwayat BBLR yang pada saat ini berusia baduta dan telah
memiliki status gizi normal berdasarkan indikator BB/U dan BB/TB.

Hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mengetahui cut-off point BBLR dan
menganggap ukuran anak lebih kecil dibandingkan anak kandung lainnya ataupun anak lain yang sebaya.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, terdapat beberapa perawatan yang dilakukan informan baik
yang dilakukan di rumah sakit dengan menggunakan perawatan metode konvensional, perawatan
metode skin to skin (perawatan metode kangguru dan IMD) dan perawatan metode tradisional. Perlu
dilakukan peningkatan pengetahuan ibu mengenai metode menghangatkan suhu tubuh anak BBLR
melalui sosialisasi oleh petugas kesehatan, agar ibu dapat melakukan perawatan dan pencegahan
hipotermia pada anak yang baru dilahirkan secara mandiri.

Kesimpulan

Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan ibu mengenai metode menghangatkan suhu tubuh anak BBLR
melalui sosialisasi oleh petugas kesehatan, agar ibu dapat melakukan perawatan dan pencegahan
hipotermia pada anak yang baru dilahirkan secara mandiri.

JURNAL 6

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN STATUS GIZI IBU BERDASARKAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS
DENGAN JENIS BBLR

Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun)

Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kematian ibu dan bayi tertinggi.
Angka kematian ibu sebesar 19.500 sampai dengan 20.000 orang setiap tahun nya atau terjadi setiap
26–27 menit. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5 dan
anestesis 2%. Sedangkan kematian bayi sebesar 110.000 menjadi 280.000 atau jadi 18-20 menit, dengan
penyebab kematian bayi karena BBLR 15/ 1000% (Manuaba, 2010). Kejadian BBLR disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya umur ibu 35 tahun serta ukuran LILA < 23,5 cm. Hasil studi pendahuluan di
Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun , dari tahun 2010 terdapat 20 BBLR sedangkan bulan JanuariApril
2011 terdapat 24 BBLR. Masalah penelitian ini adalah peningkatan kejadian BBLR.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran
lingkar lengan atas dengan jenis BBLR.

Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitikcross sectional dengan populasi seluruh bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram pada bulan Januari-April 2011 diambil secara simple random
sampling sebanyak 23 bayi. Data bersumber dari data sekunder berupa rekam medik. Variabel bebasnya
umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas serta variabel terikatnya jenis BBLR
kemudian dianalisa dengan menggunakan uji Fisher Exact.

Hasil
Sebagian besar (69,6%) ibu melahirkan dalam kategori umur tidak aman, menyebabkan BBLR prematur
(38,5%) dan BBLR dismatur (61,5%). Serta sebagian besar (65,1%) ibu melahirkan dalam kategori KEK,
menyebabkan BBLR prematur (38,5%) dan BBLR dismatur (61,5%). Dari hasil uji Fisher Exact diperoleh
nilai p=0,011 untuk umur dan p= 0,024 untuk ukuran LILA dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, karena p
< α maka H1 diterima.

Kesimpulan

Penelitian ini ada hubungan antara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas
dengan jenis BBLR. Ibu yang hamil dan melahirkan pada umur yang tidak aman serta KEK cenderung
melahirkan bayi dengan BBLR. Dari penelitian yang dilakukan diharapkan tenaga kesehatan lebih
meningkatkan promosi kesehatan dengan melakukan pencegahan melalui deteksi dini kehamilan
dengan pemeriksaan ANC sejak dini dengan standar 7T

Anda mungkin juga menyukai