Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY.

N
DENGAN SESAK NAPAS DI RT01/RW06 DESA
KARACAK KECAMATAN GARUT KOTA
KABUPATEN GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing: Iwan salahudin, SKM, S.kep.,Mkes

Oleh:
MOCH. AGUNG AFRILIANSYAH
NPM.220110166150

Angkatan: 2016

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
GARUT
2018
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY. N DENGAN KATARAK
DI RT 01/RW 06 DESA PANANJUNG KECAMATAN TAROGONG
KALER KABUPATEN GARUT

1. Identitas Klien
Nama : Ny.E
Umur : 79 th
Alamat : Kp.karacak ,Desa Talun RT 07/04
Kecamatan garut kota, kabupaten
Garut
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Status Perkaminan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 27 Oct 2018

2. Status Kesehatan Saat Ini


Saat ini klien mengeluh napasnya sesak . Keadaan tersebut mengganggu
aktivitas klien, dengan adanya keluhan yang dirasakan oleh klien sehingga
menyebabkan klien mudah lelah bila beraktivitas.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Sudah satu tahun lamanya klien merasakan sesak napas ,namun klien
menganggap keadaan yang dideritanya tersebut merupakan keadaan yang
normal dan klien enggan memeriksakan penyakit yang diderita klien .

4. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular maupun penyakit keturunan. Dalam keluarganya pun tidak ada
yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita oleh klien.
5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD : 90/70
P : 70 x/m
R : 23 x/m
S : 37 ºC
b. Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut tampak rapih, warna rambut kepala putih.
Kulit tubuh berwarna sawo matang, kelembaban kulit baik, kulit
tampak bersih, turgor kulit menurun, akral hangat, suhu badan 37 ºC,
kuku penjang dan kotor.
c. Hemopoietik (Darah)
Klien tidak pernah mengalami pendarahan dan memar yang abnormal,
juga tidak pernah mengalami pembengkakan pada kelenjar limfe.
d. Sistem Penglihatan
Bentuk simetris antara kiri dan kanan, kornea mata kiri berwarna keruh
dan gelap, kedua sklera berwarna merah, kedua konjungtiva tidak
anemis, reflek pupil pada cahaya isokor : miosis, klien dapat membuka
mata tanpa hambatan, bola mata dapat digerakkan mengikuti jari
pemeriksa,klien dapat membaca pada jarak ± 10 cm Fungsi
penglihatan : Terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata s
sehingga klien tidak bisa melihat dengan jelas.
e. Sistem Pernapasan
Lubang hidung kanan dan kiri simetris, jalan nafas paten, mukosa
lembab tampak warna merah muda, sekret (-), deviasi septum (-), bibir
tidak sianosis, warna kulit dada sama dengan warna kulit sekitarnya,
bentuk dada simetris, nyeri tekan dada (-), ekspansi paru simetris,
pengembangan paru maksimal. Perkusi dada di hasilkan bunyi resonan.
Pada auskultasi terdengar suara bronchial di trakea, bronchovesikular di
cabang bronchus dan vesicular di permukaan paru.
f. Sistem Kardiovaskuler
JVP (Jugular Venoes Preassure) tidak meningkat, KGB tidak
mengalami pembesaran, CRT (Capillary Refill Time) 3 detik, akral
hangat.
g. Sistem Gastrointestinal
Mukosa bibir berwarna merah muda, gigi putih dan bersih, jumlah gigi
15 buah, tidak ada gigi caries, gusi warna merah muda, perdarahan (-),
nyeri tekan lambung (-), mual (-), muntah (-), ascites (-), kembung (-),
abdomen lembut dan datar, tidak nyeri pada saat palpasi di empat
kuadran, tidak ada pembesaran hati dan limpa, hepar.
h. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak mengalami sakit atau kesulitan pada saat BAK.
i. Sistem Genitoreproduksi
(Tidak terkaji)
j. Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak mempunyai masalah dengan cara berjalan. Klien masih bisa
berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
k. Sistem Saraf Pusat
Klien tidak mengalami keluhan
l. Sistem Endokrin
Thyroid dan parathyroid tidak ada pembesaran/tidak teraba, tidak

terdapat hiperpigmentasi dan hipopigmentasi pada kulit. Klien

mengatakan tidak sering haus, lapar dan juga tidak mengeluh sering

kencing terus-menerus.

m. Sistem Reproduksi
Klien tidak mempunyai anak
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
1) Pola Komunikasi
Dalam sehari-hari klien biasa menggunakan bahasa sunda. klien tidak
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi Pola Interaksi
Dalam keseharian klien berinteraksi baik dengan masyarakat
sekitarnya.
2) Harapan Dalam Melakukan Sosialisasi
Klien berharap dengan sikap terbuka kepada orang lain, dirinya tidak
kesepian dan melewati masa tua yang bahagia.
3) Kepuasan Dalam Sosialisasi
Dalam setiap permasalahan klien selalu mendiskusikannya dengan
keluarga
b. Identifikasi Masalah Emosional
Klien mengatakan tidak mengalami kondisi seperti : sukar tidur, sering
merasa gelisah, sering murung atau menangis sendirian, sering was-was
atau kuatir.
c. Spiritual
Klien beragama Islam dan selalu taat dalam beribadah dengan
bersembahyang 5 waktu. Klien mengatakan bahwa kematian adalah
takdir yang pasti dialami oleh manusia baik muda ataupun tua. Klien
berharap selalu diberikan kesehatan.

7. Pengkajian Fungsional klien


Katz Indeks :
Klien termasuk ke dalam kategori A. yaitu : Mandiri dalam makan,
kontinensia (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi.
8. Modifikasi dari Barthel Indeks
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 10 Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : Nasi, berbagai
jenis sayuran,
mengandung kacang-
kacangan, dan daging.
2 Minum 10 Frekuensi : 3 gelas/hari
Jumlah : 1600 cc
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi ke tempat 15
tidur
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi :
menyisir rambut, gosok gigi) Cuci muka :2x/hari
Menyisir rambut : 1
x/hari
Gosok gigi : 1 x/hari
5 Keluar masuk toilet (membuka 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 15 Frekuensi : 1x/hari
7 Jalan di permukaan datar 5
8 Naik turun tangga 5
9 Mengenakan pakaian 10
10 Kontrol bowel (BAB) 10 Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : Padat
11 Kontrol bladder (BAK) 10 Frekuensi : 6-7x/hari
Warna : Kuning jernih
Jumlah : 1500 ml
12 Olah raga/latihan 5 Frekuensi : 1 x /
minggu
Jenis : Jalan santai
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 Frekuensi : -
luang Jenis : Nonton TV.
Total Score 15 100

Keterangan :
115 : ketergantungan sebagian
9. Pengkajian Status Mental Gerontik

9.1 Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)


NO. PERTANYAAN
BENAR SALAH

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?


√ 02 Hari apa sekarang ini ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat Anda ?
√ 05 Berapa umur Anda ?
√ 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu Anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
10
√ angka baru, semua secara
=6 =4

Interprestasi : a . Salah 4 - 5 : keruksakan intelektual utuh

9.2 MMSE ( Mini Mental Status Exam)


ASPEK KOGNITIF NILAI NILAI KRITERIA
MAX KLIEN
Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan
benar :
√ Tahun : 2018
√ Musim : Kemarau
Tanggal : 25
√ Hari : Jum’at
Bulan : Mei
Orientasi ruang 5 4 Dimana kita sekarang
berada ?
√ Negara Indonesia
√ Propinsi Jabar
√ Kota Garut
Desa Pananjung
√ Rumah
Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek
(oleh

pemeriksa) 1 detik untuk


mengatakan masing-
masing

obyek. Kemudian tanyakan

kepada klien ketiga obyek


ta
i. (Untuk disebutkan )

√ Gelas
√ tv
√ pulpen
Perhatian dan kalkulasi 5 0 Minta klien untuk memulai
dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat.
93
86
79
72
65
Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada no.2 (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 point untuk
masing-masing obyek.
√ Gelas
√ tv
√ pulpen
Bahasa 9 8 Tunjukan klien suatu
benda dan tanyakan
namanya pada klien:
√ Meja
√ Kursi

Minta klien untuk


mengulangi kata berikut :
“tak ada jika, dan, atau,
tetapi” Bila benar nilai 1
point
□ Pernyataan benar 2 buah
(dan, tetapi)

Minta klien untuk


mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3
langkah : “Ambil kertas di
tangan anda, Lipat dua dan
taruh di lantai”
√ Ambil kertas
ditangan anda
√ Lipat
√ Taruh dilantai

Perintahkan pada klien


untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
√ “Tutup mata Anda”

Perintahkan pada klien


untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar.
√ Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
TOTAL NILAI 24

Interpretasi hasil : > 23 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik

10. Pengkajian Keseimbangan (Tinetti,1998)


10.1 Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini , dan 1 bila
menunjukkan kondisi berikut ini.
 Bangun dari tempat tidur (dimasukan dalam analisis) dengan mata
terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
(0)
 Duduk ke kursi (dimasukan dalam analisis) dengan mata terbuka
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
(0)
 Bangun dari tempat tidur (dimasukan dalam analisis) dengan mata
tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
(1)
 Duduk ke kursi (dimasukan dalam analisis) dengan mata tertutup
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
(0)
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati) dengan mata terbuka
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
(0)
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati) dengan mata tertutup
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
(1)
 Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
(1)
 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan.
(0)
 Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi,
dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.
(0)

10.2 Komponen gaya berjalan atau pergerakan


Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, atau beri nilai
1 jika klien menunjukan salah satu dari kondisi di bawah
ini :
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
(0)
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (Menggeser atau menyeret
kaki), mengangakt kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
(0)
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
(0)

 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)


Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit.
(0)
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
samping kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
(0)
 Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan.
(1)
Interpretasi Hasil :
Jumlah : 4 (0-5 = resiko jatuh rendah)

11. Morse Fall Scale (MFS)

No Pengkajian Skala Nilai


1 Riwayat jatuh; apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki Tidak 0 15
lebih dari satu penyakit? Ya 15
3 Alat bantu jalan; 0
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4 Terapi Intravena; apakah saat ini lansia Tidak 0 Ya 0
terpasang infus? 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah 10
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 10
- Lemah (tidak bertenaga) 20
- Gangguan/ tidak normal (pincang, diseret)
6 Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Skala 25

Total scor klien adalah 25, maka Tingkat Resiko jatuh nya yaitu :

Tingkatan risiko Nilai MFS Tindakan


Tidak berisiko 0 – 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh risiko
tinggi

Garut, 27October 2018


Pemeriksa

(Moch. Agung Afriliansyah)

12. BBS (BERG BALANCE SCALE)


Tanggal Pengkajian : 6 April, 2018
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai !
1. Duduk ke berdiri Instruksi: tolong 2. Berdiri tanpa bantuan Instruksi:
berdiri, cobalah untuk tidak berdirilah selama dua menit tanpa
menggunakan tangan sebagai sokongan berpegangan
Skor : Skor :
( ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan ( ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan
tangan tangan
(√) 3 mampu untuk berdiri namun (√) 3 mampu untuk berdiri namun
menggunakan bantuan tangan menggunakan bantuan tangan
( ) 2 mampu berdiri menggunakan tangan ( ) 2 mampu berdiri menggunakan tangan
setelah beberapa kali mencoba setelah beberapa kali mencoba
( ) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk ( ) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk
berdiri berdiri
( ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau ( ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau
maksimal untuk berdiri maksimal untuk berdiri
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi 4. Berdiri ke duduk Instruksi: silahkan
kaki sebagai tumpuan di lantai duduk
Instruksi: duduklah sambil melipat
tangan Anda selama dua menit
Skor Skor
( ) 4 mampu duduk dengan aman selama ( ) 4 duduk dengan aman dengan
dua menit pengguanaan minimal tangan
(√) 3 mampu duduk selama dua menit di (√) 3 duduk menggunakan bantuan tangan
bawah pengawasan ( ) 2 menggunakan bantuan bagian belakan
( ) 2 mampu duduk selama 30 detik kaki untuk turun
( ) 1 mampu duduk selama 10 detik ( ) 1 duduk mandiri tapi tidak mampu
( ) 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan mengontrol pada saat dari berdiri ke duduk
selama 10 detik ( ) 0 membutuhkan bantuan untuk duduk
5. Berpindah Instruksi: buatlah kursi 6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata
bersebelahan. Minta klien untuk tertutup Instruksi: tutup mata Anda dan
berpindah ke kursi yang memiliki berdiri selama 10 detik
penyagga tangan kemudian ke arah
kursi yang tidak memiliki penyangga
tangan
Skor Skor
(√) 4 mampu berpindah dengan sedikit (√) 4 mampu berdiri selama 10 detik
penggunaan tangan dengan aman
( ) 3 mampu berpindah dengan bantuan ( ) 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan
tangan pengawasan
( ) 2 mampu berpindah dengan isyarat ( ) 2 mampu berdiri selama 3 detik
verbal atau pengawasan ( ) 1 tidak mampu menahan mata agar tetap
( ) 1 membutuhkan seseorang untuk tertutup tetapi tetap berdiri dengan aman
membantu ( ) 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
( ) 0 membutuhkan dua orang untuk
membantu atau mengawasi
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki 8. Meraih ke depan dengan mengulurkan
rapat Instruksi: rapatkan kaki Anda dan tangan ketika berdiri Instruksi: letakkan
berdirilah tanpa berpegangan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda
dan raihlah semampu Anda (penguji
meletakkan penggaris untuk mengukur
jarak antara jari dengan tubuh)
Skor Skor
( ) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri ( ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)
satu menit ( ) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)
( ) 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri (√) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)
satu menit dengan pengawasan ( ) 1 dapat meraih tapi memerlukan
(√) 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak pengawasan
dapat bertahan selama 30 detik ( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika
( ) 1 membutuhkan bantuan untuk mencoba / memerlukan bantuan
mencapai posisi yang diperintahkan tetapi
mampu berdiri selama 15 detik
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk
mencapai posisi dan tidak dapat bertahan
selama 15 detik
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi 10. Melihat ke belakang melewati bahu
berdiri Instruksi: Ambilah kanan dan kiri ketika berdiri Instruksi:
sepatu/sandal di depan kaki Anda tengoklah ke belakang melewati bahu
kiri. Lakukan kembali ke arah kanan
Skor Skor
() 4 mampu mengambil dengan mudah dan ( ) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi
aman ( ) 3 melihat ke belakang hanya dari satu
( ) 3 mampu mengambil tetapi sisi
membutuhkan pengawasan (√) 2 hanya mampu melihat ke samping
(√) 2 tidak mampu mengambil tetapi tetapi dapat menjaga keseimbangan
meraih 2-5 cm dari benda dan dapat ( ) 1 membutuhkan pengawasan ketika
menjaga keseimbangan menengok
( ) 1 tidak mampu mengambil dan ( ) 0 membutuhkan bantuan untuk
memerlukan pengawasan ketika mencoba mencegah ketidakseimbangan atau terjatuh
( ) 0 tidak dapat mencoba / membutuhkan
bantuan untuk mencegah hilangnya
keseimbangan atau terjatuh
11. Berputar 360 derajat Instruksi: 12. Menempatkan kaki secara bergantian
berputarlah satu lingkaran penuh, pada sebuah pijakan ketika beridiri
kemudian ulangi lagi dengan arah yang tanpa bantuan Instruksi: tempatkan
berlawanan secara bergantian setiap kaki pada
sebuah pijakan. Lanjutkan sampai
setiap kaki menyentuh pijakan selama 4
kali
Skor Skor
() 4 mampu berputar 360 derajat dengan () 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan
aman selama 4 detik atau kurang 8 pijakan dalam 20 detik
( ) 3 mampu berputar 360 derajat hanya ( ) 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan
dari satu sisi selama empat detik atau 8 kali pijakan > 20 detik
kurang ( ) 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa
(√) 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi bantuan
dengan gerakan yang lambat ( ) 1 (√) 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan
membutuhkan pengawasan atau isyarat bantuan minimal
verbal ( ) 0 membutuhkan bantuan untuk
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk berputar mencegah jatuh/tidak mampu melakukan
13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di 14. Berdiri dengan satu kaki Instruksi:
depan kaki lainnya Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu
tempatkan langsung satu kaki di depan Anda tanpa berpegangan
kaki lainnya. Jika merasa tidak bisa,
cobalah melangkah sejauh yang Anda
bias
Skor Skor
() 4 mampu menempatkan kedua kaki ( ) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan
(tandem) dan menahan selama 30 detik >10 detik
( ) 3 mampu memajukan kaki dan ( ) 3 mampu mengangkat kaki dan menahan
menahan selama 30 detik 5-10 detik
( ) 2 mampu membuat langkah kecil dan ( ) 2 mampu mengangkat kaki dan menahan
menahan selama 30 detik >3 detik
(√ ) 1 membutuhkan bantuan untuk (√ ) 1 mencoba untuk mengangkat kaki,
melangkah dan mampu menahan selama tidak dapat bertahan selama 3 detik tetapi
15 detik dapat berdiri mandiri
( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika ( ) 0 tidak mampu mencoba
melangkah atau berdiri

TOTAL SKOR : 31 Pemeriksa : Moch. Agung A


ANALISA : Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka klien dapat
dikatakan bahwa klien membutuhkan alat bantu jalan
Rentang nilai BBT :
0 – 20 : klien perlu menggunakan kursi roda.
21 – 40:klien perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk,
dan walker.
41 – 56: klien mandiri dan tidak memerlukan alat bantu.
13. Clinical Dementia Rating (CDR)
Pemeriksaan umum demensia dan sering digunakan, dapat menilai derajat demensia. Penilaian fungsi kognitif pada CDR
berdasarkan 6 kategori antara lain gangguan memori, orientasi, pengambilan keputusan, aktivitas sosial/masyarakat, pekerjaan
rumah atau hobi, dan perawatan diri.

Clinical 0 0,5 1 2 3
Dementia
Rating (CDR)

Gangguan
Tidak ada Diragukan Ringan Sedang Berat
0 0,5 1 2 3
Memori Tidak ada kehilangan Sedikit konsisten atas Kehilangan memori Kehilangan memori Kehilangan memori berat;
memori atau sedikit kelupaan; sebagian sedang; selebihnya berat; hanya materi yang hanya sedikit yang diingat.
tidak konsekuen atas mengingat kejadian; ditandai dengan sangat utama yang
kelupaan. “benign” forgetfulness kejadian terkini; diingat; materi baru akan
kerusakan juga sangat cepat lupa.
mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Orientasi Orientasi secara penuh. Orientasi secara penuh Kesulitan sedang Kesulitan berat yang Terorientasi hanya pada
kecuali sedikit kesulitan berhubungan dengan berhubungan dengan orang
yang berhubungan waktu; orientasi tempat waktu; biasanya
dengan waktu. pemeriksaan; mungkin disorientasi dengan
memiliki disorientasi waktu, seringnya tempat
ditempat lain
Pengambilan Memecahkan setiap Sedikit gangguan dalam Kesulitan sedang Gangguan berat dalam Tidak dapat membuat
keputusan dan hari masalah yang ada menyelesaikan masalah, dalam menangani menangani masalah, keputusan atau memecahkan
pemecahan dan menangani urusan persamaan dan masalah, persamaan persamaan dan masalah.
masalah bisnis dan keuangan perbedaan. dan perbedaan; perbedaan; penilaian
dengan baik, penilaian sosial sosial biasanya
pengambilan keputusan biasanya dijaga. terganggu.
baik.
Hubungan Berfungsi mandiri di Sedikit gangguan Tidak dapat melakukan Tidak ada fungsi yang Tidak ada fungsi yang
dengan tingkat biasa seperti dalam aktivitas ini. fungsi aktivitas ini dilakukan di luar rumah dilakukan di luar rumah
komunitas pekerjaan, sukarela dan secara mandiri Jika secara tampak Secara tampak terlalu sakit
grup sosial. meskipun mungkin cukup baik untuk untuk melakukan fungsi di
masih dapat ikut serta melakukan fungsi di luar luar rumah.
beberapa; secara rumah secara mandiri.
penampilan normal
Rumah dan Tinggal di rumah, hobi Tinggal di rumah, hobi Ringan tetapi gangguan Hanya tugas sederhana Tidak ada fungsi signifikan
Hobi dan dan ketertarikan nyata pada fungsi di yang dapat dilakukan; di dalam rumah.
Ketertarikan intelektual sedikit rumah terlebih lagi sangat membatasi
intelektual dirawat terganggu. kesulitan tugas yang ketertarikan, dijaga
dengan baik. ditelantarkan; hobi dan dengan kurang baik.
ketertarikan yang rumit
ditelantarkan.
Perawatan diri Dapat sepenuhnya Butuh disarankan Membutuhkan bantuan Membutuhkan banyak
mampu melakukan dalam memakai baju, bantuan dengan perawatan
perawatan diri sendiri personal hygiene diri; berkali-kali
inkontinensia.
Skor klien adalah 0,5 maka Interpretasi yang muncul yaitu :
a Nilai 0 : orang normal tanpa gangguan kognitif
b Nilai 0,5 : demensia diragukan
c Nilai 1 : derajat demensia ringan
d Nilai 2 : derajat demensia sedang
e Nilai 3 : derajat demensia berat
14. Invetaris Depresi Beck (IDB)
Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi
yang mempengaruhi suasana hati
1) Kesedihan
0 Saya tidak merasa sedih
1 Saya merasa sedih di banyak waktu
2 Saya merasa sedih sepanjang waktu
3 Saya sangat sedih dan tidak dapat menghadapinya.
2) Pesimisme
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan saya
1 Saya merasa kecil hati mengenai masa depan saya
2 Saya tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
3 Saya merasa masa depan saya tidak ada harapan dan sesuatu tidak
dapat
membaik
3) Rasa kegagalan
0 Saya tidak merasa gagal
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai seorang manusia
4) Ketidakpuasan
0 Saya merasa puas pada hal yang saya menikmati melakukannya
1 Saya tidak merasa menikmati hal sebanyak yang saya lakukan
2 Saya merasa sangat sedikit kepuasan dari hal yang seharusnya saya
merasa puas
3 Saya tidak merasa puas pada apapun dari hal yang seharsnya saya
merasa puas
5) Rasa bersalah
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
1 Saya merasa bersalah pada banyak hal yang sudah saya lakukan atau
yang seharusnya saya lakukan
2 Saya merasa sangat bersalah kebanyakan waktu
3 Saya merasa bersalah sepanjang waktu
6) Rasa tersiksa/dihukum
0 Saya tidak merasa sedang dihukum
1 Saya merasa mungkin saya sedang dihukum
2 Saya mengharapkan untuk dihukum
3 Saya merasa saya sedang dihukum
7) Tidak menyukai diri sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
1 Saya kehilangan kepercayaan diri pada diri saya
2 Saya merasa kecewa pada diri saya
3 Saya tidak suka diri saya
8) Mengkritsi diri sendiri
0 Saya tidak mengkritisi atau menyalahkan diri sendiri lebih dari
biasanya
1 Saya lebih mengkritisi diri saya dibandingkan biasanya
2 Saya mengkritisi diri saya untuk semua kesalahan saya
3 Saya menyalahkan diri saya untuk semua kejadian buruk yang terjadi
9) Pikiran untuk bunuh diri atau keinginan
0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya
sendiri
1 Saya memiliki pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tetapi saya
tidak akan melakukannya
2 Saya ingin membunuh diri saya sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya memiliki kesempatan
10) Menangis
0 Saya tidak menangis lagi daripada biasanya
1 Saya menangis dari yang seharusnya
2 Saya menangis meskipun pada hal kecil
3 Saya merasa ingin menangis, tetapi saya tidak bisa
11) Agitasi
0 Saya tidak lagi gelisah dari biasanya
1 Saya merasa lebih gelisah dari biasanya
2 Saya merasa sangat gelisah sehingga saya harus tetap bergerak atau
melakukan sesuatu
12) Kehilangan minat
0 Saya tidak kehilangan ketertarikan pada orang lain atau aktivitas
1 Saya hanya memiliki sedikit ketertarikan pada orang lain atau hal dari
sebelumnya
2 Saya kehilangan sebagian besar ketertarikan pada orang lain atau
sesuatu
3 Sulit untuk merasa tertarik pada apapun
13) Keragu-raguan
0 Saya membuat keputusan yang baik
1 Saya menemukan kesulitan lebih untuk membuat keputusan dari
biasanya
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan dari
yang
biasanya
3 Saya memiliki masalah dalam membuat keputusan apapun
14) Merasa tidak berharga
0 Saya tidak merasa saya tidak berharga
1 Saya tidak mempertimbangkan diri saya sebagai yang berguna dari
biasanya
2 Saya merasa lebih tidak berharga jika dibandingkan dengan orang lain
3 Saya merasa tidak berharga sama sekali
15) Kehilangan energi
0 Saya mempunyai banyak energi
1 Saya mempunyai sedikit energi dari yang seharusnya saya punya
2 Saya tidak mempunyai cukup energi untuk melakukan banyak hal
3 Saya tidak mempunyai cukup energi untuk melakukan apapun
16) Perubahan pola tidur
0 Saya tidak mempunyai pengalaman perubahan pola tidur
1a Saya tidur agak lebih dari biasanya
1b Saya tidur agak sedikit dari biasanya
2a Saya tidur banyak lebih dari biasanya
2b Saya tidur sedikit lebih dari biasanya
3a Saya tidur kebanyakan hari
3b Saya bangun 1-2 jam lebih awal dan tidak dapat kembali tidur
17) Iritabilitas
0 Saya tidak lagi lekas marah dari biasanya
1 Saya lebih mudah marah dari biasanya
2 Saya sangat mudah marah dari biasanya
3 Saya lekas marah sepanjang waktu
18) Perubahan nafsu makan
0 Saya tidak memiliki pengalaman perubahan apapun pada nafsu
makan
1a Nafsu makan saya agak kurang dari biasanya
1b Nafsu makan saya agak lebih besar dari biasanya
2a Nafsu makan saya sangat sedikit dari sebelumnya
2b Nafsu makan saya sangat lebih besar dari sebelumnya
3a Saya tidak mempunyai nafsu makan
3b Saya menginginkan makanan sepanjang waktu
19) Kesulitan konsentrasi
0 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik
1 Saya tidak dapat berkonsentrasi dengan baik seperti biasanya
2 Sulit untuk menjaga apapun pada pikiran saya untuk waktu yang lama
3 Saya tidak dapat berkonsentrasi pada apapun
20) Keletihan atau kelelahan
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
2 Saya terlalu lelah untuk melakukan sesuatu yang biasanya saya
lakukan
3 Saya terlalu lelah untuk melakukan kebanyakan hal yang biasanya
saya lakukan
21) Kehilangan minat dalam seks
0 Saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya pada seks
1 Saya kurang tertarik pada seks dari sebelumnya
2 Minat saya pada seks jauh lebih rendah sekarang
3 Saya kehilangan minat seluruhnya pada seks.

Scor total klien adalah 2, maka Interpretasi yang muncul yaitu :


1-10 Dianggap normal
11-16 Gangguan mood ringan
17-20 Batas klinis untuk depresi
21-30 Depresi sedang
31-40 Depresi berat
> 40 Depresi ekstrim

15. Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah


1. Ds : Ketidakm Ketidak
- Klien mengatakan sesak napas ampuan e
untuk fektifan
Do : mengelua bersihan
- Kornea mata kiri berwarna keruh rkan jalan
- Kedua sklera berwarna merah, seresi
napas
kedua pada
jalan
- klien membaca pada jarak ± 20 napas
cm dengan menggunakan alat
bantu : kaca mata.
- Fungsi penglihatan : Terganggu
karena adanya kekeruhan lensa
pada mata sebelah kiri sehingga
klien tidak bisa melihat dengan
jelas.
2. Ds : - Katarak → Resiko cedera
Do : Ketidakseimbangan
- Kornea mata berwarna keruh metabolisme protein
mata → Kekeruhan
- Fungsi penglihatan : Terganggu
lensa → Sinar
karena adanya kekeruhan lensa terpantul kembali →
pada mata sebelah kiri sehingga Bayangan tidak
klien tidak bisa melihat dengan sampai ke retina →
Resiko jatuh
jelas.

16. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan b.d kekeruhan pada lensa mata
yang ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengatakan penglihatannya kabur di sebelah mata kiri
Do :
- Kornea mata kiri berwarna keruh
- Kedua sklera berwarna merah, kedua
- Klien membaca pada jarak ± 20 cm dengan menggunakan alat bantu
: kaca mata.
- Fungsi penglihatan : Terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada
mata sebelah kiri sehingga klien tidak bisa melihat dengan jelas.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kurangnya suplai
oksigen
Ds : klien mengatakan sesak dan mudah lelah bila beraktivitas
Do : Respirasi 24 x 1/m
17. Perencanaan
Nama : Ny.E
Usia : 79 Tahun
Dx : sesak npas

DX
NO NOC NIC
Keperawatan
1 - Ketidak efektifan pola napas Respiratory status : ventilation 1.      1Airway management
berhubungan dengan Respiratory status : airway vatency  Buka jalan nafas, gunakan teknik
kurangnya suplai oksigen Vital sign status chin lift ata jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan batuk  Identifikasi pasien perlunya alat
efektif dan suara nafas bersih jalan nafas buatan
 Menunjukan jalan nafas paten  Pasang mayo bila perlu
         Tanda tanda vital dalam  Lakukan fisioterapy bila perlu
rentang normal 2.      2. NaCl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status O2
3.     3. Oxygen therapy
 Bersihkan mulut, hidung, dan
sekret
 Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Atur pralatan oksigen
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigen
7.      
8.      
9.      

2 Resiko cedera b.d keterbatasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environment Management (Manajemen
selama 1 x 24 jam, diharapakan cedera tidak lingkungan)
penglihatan yang ditandai
terjadi dengan kriteria hasil:  - Sediakan Iingkungan yang aman untuk
dengan : Risk Kontrol pasien
- Klien terbebas dari cedera - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
Ds : -
- Klien mampu menjelaskan cara/metode sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
Do :
untuk mencegah injury/cedera kognitif pasien dan riwayat penyakit
- Kornea mata kiri,kanan - Klien mampu menjelaskan faktor resiko terdahulu pasien
berwarna keruh dari lingkungan/perilaku personal - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- Fungsi penglihatan : - Mampu memodifikasi gaya hidup untuk (misalnya memindahkan perabotan)
Terganggu karena adanya mencegah injury - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
kekeruhan lensa pada mata - Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada bersih
sebelah kiri sehingga klien - Mampu mengenali perubahan status - Menganjurkan keluarga untuk menemani
tidak bisa melihat dengan kesehatan pasien.
- Mengontrol lingkungan dari kebisingan
jelas.
18. Implementasi
Nama : Ny.E
Usia : 79 Tahun
Dx : sesak napas
Tanggal Tindakan Hasil Dp Paraf
27 - Memonitor vital sign. - TD : 110/80 I
OCTOBER P : 70 x/m
2018 R : 28x/m
- Memposisikan pasien semi fowler untuk S : 38º C
memaksimalkan ventilasi. - Pasiem mengatakan
masih sesak

- Pasien mengatakan
nyaman dengan
- Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian posisi semi fowler
terapi :O2 kanul nasal 3 L/ menit
- Nebulizer (ventilon + NaCl 3 cc 3 × sehari - Pasien tampak
nyaman diberi posisi
semi fowler
1 Mengajarkan teknik nafas dalam. - Pasien pasien II
November
mengatakan
2018
mengerti tentang
tentang nafas
dalam.
- Pasien dapat
- Mengajarkan batuk efektif.. menjelas-kan dan
mendemostrasikan
latihan nafas
- Menganjurkan untuk banyak minum air hangat. dalam.
- Pasien
mengatakan
paham tentang
batuk efektif.
- Pasien dapat
mendemonstrasika
n ulang
- Pasien mengatakan
sudah minum air
hangat.
- pasien
menghabiskan1-2
gelas air hangat
19. Evaluasi
Nama : Ny.E
Usia : 67 Tahun
Dx : Asma

Tanggal Evaluasi Dp Paraf


27 october S = pasien mengatakan masih sesak I
2018 nafas
O = pasien terlihat
sesak,RR=30x/menit
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi keperawatan

S = pasien mengatakansesaknya II
1 berkurang
november O = pasien terlihat lebih
2018 tenang,RR=24x/menit
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
Daftar pustaka

Judith M.Wilkinson,2007,Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC
NANDA,2001-2002,Diagnosis keperawatan Nanda,Yogyakarta;UGM
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

PENGARUH PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP KESTABILAN POLA


NAPAS PADA PASIEN TB PARU DI IRINA C5 RSUP PROF Dr. R. D. KANDOU
MANADO

Aneci Boki Majampoh


Rolly Rondonuwu
Franly Onibala

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : anemajampoh@gmail.com

Abstract: Provision of Semi-fowler’s position at pulmonary tuberculosis patients have been


conducted as one way to help reduce shortness of breathing. The right position for patients with
cardiopulmonary disease is given Semi-Fowler’s position with degree of slope 30-45°. Purpose
to know effect of Semi-Fowler’s position on the stability of breathing pattern in patients with
pulmonary tuberculosis. Method quantitative research with pre-experimental research type, one
group pre-post test design by using total sampling technique. Sample of 40 respondents. Data
collected using observation sheet and SOP Semi-Fowler’s position. Data were processed using
computer program Wilcoxon Signed Ranks Test at 95% significance level (α 0,05). Result
respiratory frequency before being given a Semi-Fowler’s position, including the frequency of
moderate to severe shortness of breathing and respiratory frequency after being given the Semi-
Fowler’s position including normal breathing frequency. Conclusion effect of Semi-Fowler’s
position against the stability of breathing pattern on pulmonary tuberculosis patient with p value
= 0,000. Recommendation Releasing evidence based practice, especially in the management of
pulmonary tuberculosis patient that experience shortness of breath to improve quality of
breathing with nonpharmacological therapy.

Keyword: Semi-Fowler’s, Stability Breathing Pattern.


Abstrak: Pemberian posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Posisi yang tepat bagi pasien dengan penyakit
kardiopulmonari adalah diberikan posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30 - 45°. Tujuan
untuk diketahui pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas pada
pasien TB paru. Metode kuantitatif dengan jenis penelitian praeksperimental desain satu
kelompok pre-post test, tekhnik total sampling. Sampel 40 responden. Pengumpulan data dengan
menggunakan lembar observasi dan SOP pemberian posisi semi fowler. Data diolah dengan
program komputer uji Wilcoxon Signed Ranks Test tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). Hasil
penelitian frekuensi pernapasan sebelum diberikan posisi semi fowler termasuk frekuensi sesak
napas sedang sampai berat dan frekuensi pernapasan setelah diberikan posisi semi fowler
termasuk frekuensi pernapasan normal. Simpulan Terdapat pengaruh pemberian posisi semi
fowler terhadap kestabilan pola napas pada pasien TB paru dengan nilai p value = 0,000.
Rekomendasi Mewujudkan evidence based practice terutama dalam hal pengelolaan pasien TB
paru yang mengalami sesak napas untuk meningkatkan kualitas pernapasannya dengan terapi
nonfarmakologi.

1
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

Kata kunci: Semi Fowler, Kestabilan Pola Napas.


PENDAHULUAN atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur
Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan suatu (Heather, 2013). Metode yang paling
penyakit infeksi yang dapat menyerang sederhana dan efektif untuk mengurangi
berbagai organ, terutama parenkim paru – paru resiko penurunan pengembangan dinding
yang disebabkan oleh Mycobacterium dada yaitu dengan pengaturan posisi saat
Tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi istirahat. Posisi yang paling efektif bagi
(Junaidi, 2010). pasien dengan penyakit kardiopulmonari
WHO atau Badan Kesehatan Dunia adalah diberikannya posisi semi fowler
memperkirakan sepertiga dari populasi didunia dengan derajat kemiringan 30-45° (Yulia,
terinfeksi dengan mycobacterium tuberculosis. 2008). Posisi semi fowler pada pasien TB
Pada tahun 2009 ada 9,4 juta kasus baru paru telah dilakukan sebagai salah satu cara
dengan 1,7 juta kematian secara global. untuk membantu mengurangi sesak napas
Sebagian besar kematian terdapat pada Negara (Bare, 2010). Tujuan dari tindakan ini
berkembang yang memiliki keterbatasan adalah untuk menurunkan konsumsi O2 dan
sumber daya (Belay et al, 2010). Tiga Negara menormalkan ekspansi paru yang maksimal,
dinyatakan sebagai negara dengan disease serta mempertahankan kenyamanan (Azis &
burden tertinggi yaitu Cina, India dan salah Musrifatul, 2012).
satunya Indonesia (Sjahrurachman, 2010) Di Data awal yang diperoleh di Irina C5 RSUP
Indonesia penyakit TB paru merupakan Prof Dr. R. D. Kandou Manado sejak
penyebab kematian nomor tiga setelah Januari-Agustus 2014 tercatat ada 3.481
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pasien TB paru. Paling banyak pasien ini
pernapasan pada semua kelompok usia, dan mengalami sesak napas (Buku Register
nomor satu dari golongan penyakit menular Pasien Irina C). Hasil wawancara dengan
(Harrison, 2013). Jumlah kasus baru BTA+ beberapa kepala ruangan Irina C bahwa
yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2012 setiap tahunnya pasien TB paru meningkat
sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut dan merupakan kasus terbanyak di Irina C.
sedikit lebih meningkat dibandingkan pada Berdasarkan latar belakang diatas dan
tahun 2011 sebesar 197.797 kasus (Kemenkes fenomena yang ditemukan, peneliti tertarik
RI, 2013). Penderita TB paru di SULUT pada untuk melakukan penelitian tentang
tahun 2012 mencapai 92%, kasus ini Pengaruh Pemberian Posisi semi Fowler
menduduki terhadap Kestabilan Pola Napas pada Pasien
prevalensi kedua tertinggi setelah SULTENG TB paru di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
yaitu (94%). CNR (case notification rate) TB Kandou manado.
paru di Indonesia per provinsi tahun 2012
dengan angka notifikasi kasus TB paru METODE PENELITIAN
tertinggi berada di SULUT sekitar 251 kasus Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
baru per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, jenis penelitian Pra-eksperimental desain
2013). satu kelompok Pre-Post Test (one group
Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien pre-post test design). Penelitian ini
TB paru akan menimbulkan masalah dilakukan di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
keperawatan dan mengganggu kebutuhan Kandou Manado pada tanggal 5 Desember
dasar manusia salah satu diantaranya adalah 2014 – 6 Januari 2015.
kebutuhan istirahat, seperti adanya nyeri dada Dalam penelitian ini populasi adalah
saat aktivitas, dyspnea saat istirahat keseluruhan pasien yang mengalami TB
paru di Irina C RSUP Prof Dr. R. D.

2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

Kandou Manado. Yang menjadi sampel pengolahan melalui tahap – tahap : editing,
penelitian ini adalah pasien Irina C5 yang coding, tabulasi. Analisa data dalam penelitian
terdiagnosa medis TB paru BTA(+) yang ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu analisis
memenuhi kriteria inklusi. Teknik univariat dan analisis bivariat.
pengambilan sampel yaitu Non-Rondom
Sampling dengan metode total sampling yang HASIL dan PEMBAHASAN A.
didapat sebesar 40 responden. Kriteria inklusi Hasil Penelitian
penelitian ini yaitu pasien di Irina C5, mengisi 1. Analisis univariat
lembar persetujuan menjadi responden, Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
kesadaran compos mentis, pasien TB paru Umur di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
BTA(+) yang mengalami sesak napas. Kriteria Manado 2014
ekskusi penelitian ini yaitu pasien TB paru Umur N %
yang akan rawat jalan, pasien dalam kondisi 15 – 35 tahun 8 20,0
tidak sadar, pasien TB paru BTA(+) yang telah 36 – 54 tahun 15 37,5
terpasang O2.
≥ 55 tahun 17 42,5
Instrumen dalam penelitian ini berupa SOP
Total 40 100,0
(standard operating procedure) pemberian
posisi semi fowler, SOP yang digunakan Sumber : Data Primer 2014
diambil dari (Azis dan Musrifatul, 2012) dan
dimodifikasi oleh peneliti, serta lembar Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
observasi untuk menilai karaktiristik Jenis Kelamin di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
responden, pola napas dan posisi tidur sebelum Kandou Manado 2014
dan sesudah dilakukan intervensi posisi semi Jenis Kelamin N %
fowler. Untuk pemberian posisi semi fowler, Laki – laki 22 55.0
jika bernilai (30-45°) diberi kode 1 (satu) dan Perempuan 18 45,0
jika salah diberi kode 2 (dua), begitu pula Total 40 100,0
dengan frekuensi pernapasannya. Sumber : Data Primer 2014
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah data tentang keluhan sesak napas yang Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
dirasakan oleh pasien. Prosedur pengumpulan Pekerjaan di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
data dimulai dengan mendapat izin dari Kandou Manado 2014
institusi tempat penelitian, kemudian memulai Pekerjaan N %
dengan memperkenalkan diri, lalu melakukan IRT 15 37,5
survei pendahuluan dan ditentukan sampel Pelajar 2 5,0
yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Petani 5 12,5
Responden yang memenuhi kriteria menjadi PNS 4 10,0
sampel kemudian diminta untuk Swasta 6 15,0
menandatangani informed consent, kemudian Tukang 8 20,0
diberikan intervensi dan dievaluasi frekuensi Total 40 100,0
pernapasannya. Sumber : Data Primer 2014
Prinsip – prinsip dalam etika penelitian ini,
yaitu : Informed consent (surat pernyataan),
Anonymity (Tanpa nama), Confidentiality
(kerahasiaan). Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya dilakukan

3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 7. Distribusi frekuensi pernapasan


Pendidikan di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. pasien sebelum dilakukan pemberian posisi
Kandou Manado 2014 semi fowler di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
Pendidikan N % Kandou Manado 2014
Frekuensi
Tdk tamat SD 6 15,0 Valid Cumulati
SD 11 27,5 pernapasan frequen Perce
Perce ve
SLTP 8 20,0 sebelum cy nt
nt Percent
SLTA 11 27,5 semi fowler
S1 4 10,0 Normal 4 10,0 10,0 10,0
Tidak
Total 40 100,0 normal 36 90,0 90,0 100,0
Sumber : Data Primer 2014 Total 40 100,0 100,0
Sumber : Data Primer 2014

Tabel 5. Distribusi kemiringan tempat tidur Tabel 8. Distribusi frekuensi pernapasan


pasien sebelum dilakukan pemberian posisi pasien sesudah dilakukan pemberian posisi
semi fowler di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. semi fowler di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou Manado 2014 Kandou Manado 2014
Kemiring Frekuensi
an tempat Valid Cumulati
pernapasan Freque Perce
Valid Cumulati Perce ve
tidur Frequen Perce sebelum ncy nt
Perce ve nt Percent
sebelum cy nt semi fowler
nt Percent Normal 32 80,0 80,0 80,0
semi
fowler Tidak
10,00 21 52,5 52,5 52,5 normal 8 20,0 20,0 100,0
15,00 19 47,5 47,5 100,0 Total 40 100,0 100,0
Total 40 100,0 100,0 Sumber : Data Primer 2014
Sumber : Data Primer 2014
2. Analisis bivariat
Tabel 6. Distribusi kemiringan tempat tidur Tabel 9. Pengaruh pemberian posisi semi
pasien sesudah dilakukan pemberian posisi fowler terhadap kestabilan pola napas pada
semi fowler di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. pasien TB paru di Irina C5 RSUP Prof Dr. R.
Kandou Manado 2014 D. Kandou Manado 2014
Kemiring Kestabilan Mean P-
an tempat Mean SD n
pola napas Rank Value
Valid Cumulati
tidur Frequen Perce Pre 27,68 6,83 3,751
Perce ve 0,000 40
sesudah cy nt Post 23,53 19,56 4,899
nt Percent
semi Sumber : Data Primer 2014
fowler
30,00 18 45,0 45,0 45,0 B. PEMBAHASAN
35,00 8 20,0 20,0 65,0 Berdasarkan kelompok umur, sebagian
40,00 1 2,5 2,5 67,5
45,00 13 32,5 32,5 100,0
besar responden yang diteliti yaitu berada
Total 40 100,0 100,0 pada umur ≥ 55 tahun (42,5%). Hal ini sesuai
Sumber : Data Primer 2014 dengan pernyataan dari (Sholeh, 2014) dalam
bukunya yang berjudul “Buku Panduan
Lengkap Ilmu Penyakit dalam” bahwa pada
usia ≥ 55 tahun, seseorang akan sangat
gampang terserang berbagai penyakit, salah
satunya TB paru, hal ini mungkin
diakibatkan oleh menurunya
4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

sistem imunologis seseorang pada saat ia sampai berat yaitu sebanyak 36 orang (90,0%)
menjadi tua. dari 40 responden. Penumpukan sekret
Responden berjenis kelamin laki – laki 22 menyebabkan seseorang sulit bernapas karena
orang (55,0%) lebih banyak dari perempuan. menghambat aliran udara masuk atau keluar
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari paru – paru, karena itu pasien dengan sesak
(Hsien-Ho Lin dalam Manalu, 2010) bahwa napas akan cenderung melakukan pernapasan
laki – laki memiliki resiko terkena TB paru pada volume paru yang tinggi dan
lebih tinggi dari perempuan. Hal ini terkait membutuhkan kerja keras otot – otot
bahwa laki – laki cenderung merokok dan pernapasan, karena itu penting untuk diberikan
mengkonsumsi miras sehingga dapat latihan pernapasan pada posisi yang tepat
menurunkan sistem pertahanan tubuh dan lebih (Brooker dalam Safitry, 2011). Pendapat
mudah terpapar dengan agen penyebab TB Brooker ini didukung oleh penelitian dari
paru. Sedangkan (Faridah dkk, 2008) yang berjudul “Pengaruh
(Hiswani dalam manalu, 2010) Breathing Retraining terhadap Peningkatan
mengemukakan bahwa pada perokok dan Fungsi Ventilasi Paru pada Asuhan
peminum terjadi gangguan makrofag dan Keperawatan Pasien PPOK” menunjukan
meningkatkan resistensi saluran napas dan bahwa terdapat pengaruh pemberian latihan
permeabilitas epitel paru. Rokok dapat pernapasan pada posisi tidur yang tepat (posisi
menurunkan sifat responsif antigen. semi fowler) terhadap peningkatan fungsi
Data yang diperoleh menunjukan sebagian ventilasi paru dengan nilai kelompok intervensi
besar pasien TB paru yaitu berprofesi sebagai p = 0,000, kelompok kontrol p = 0,012 (α
IRT, karena IRT harus melakukan pekerjaan 0,05).
didalam rumah, karena itu, menurut (Tjandra Dari hasil analisis pengaruh pemberian posisi
Yoga, 2007) salah satu faktor penyebab TB semi fowler terhadap kestabilan pola napas,
paru yaitu mereka yang tinggal diperumahan bahwa pasien yang setelah diberikan intervensi
padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi posisi semi fowler memiliki rata – rata skor
udaranya buruk/pengap. dyspnea lebih rendah yaitu 23,53. Frekuensi
Berdasarkan distribusi pendidikan, sebagian pernapasan sebelum diberikan posisi semi
besar responden berpendidikan SD dan SLTA fowler termasuk frekuensi pernapasan normal
masing – masing 11 orang (27,5%). yaitu sebanyak 32 orang (80,0%) dari 40
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan responden. Hasil penelitian (Singal dkk, 2013)
oleh (Tobing dalam Simak, 2013) menjelaskan dengan judul “A study on the effect of position
bahwa adanya hubungan antara pengetahuan in COPD patient to improve breathing
dengan tindakan perilaku hidup sehat. Dalam pattern” ditemukan 64% pasien lebih baik
hal ini seseorang melakukan tindakan yang dalam posisi 30-45°, 24% pada posisi 60°, dan
baik terhadap kesehatannya apabila 12% pasien lebih baik dalam posisi 90°. Sama
pengetahuan yang dimiliki seseorang juga halnya dengan penelitian (Safitry dkk, 2011)
baik. dengan judul “Keefektifan pemberian posisi
Dari hasil analisis pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas
semi fowler terhadap kestabilan pola napas, pada pasien asma di ruang rawat inap kelas III
bahwa pasien yang sebelum diberikan RSUD Dr. Moewardi Surakarta” menunjukan
intervensi posisi semi fowler memiliki rata – bahwa ada pengaruh pemberian posisi semi
rata skor dyspnea lebih tinggi yaitu 27,68. fowler terhadap penurunan sesak napas pada
Frekuensi pernapasan sebelum diberikan posisi pasien asma dengan nilai sig. 0,006 (α 0,05).
semi fowler termasuk frekuensi sesak napas Namun hal sebaliknya ditunjukan
sedang
5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013

dalam hasil penelitian pada tabel 8, satu acuan bagi rekan – rekan profesi
menunjukan bahwa rerata responden yang keperawatan untuk meningkatkan kualitas
masih memiliki frekuensi pernapasan tidak asuhan keperawatan dengan cara pemberian
normal sesudah diberikan posisi semi fowler intervensi keperawatan yang mandiri
ada 8 orang (20,0%), hal ini dapat disebabkan khususnya terhadap pasien TB paru yang
oleh keadaan fisik dan derajat sesak pasien, mengalami sesak napas, sehingga
terdapat pasien-pasien tertentu yang apabila diharapkan dapat menurunkan komplikasi
diberikan posisi semi fowler ternyata frekuensi dan mortalitas pasien TB paru.
pernapasannya sama dari posisi sebelumnya,
selain itu juga pasien yang saat masuk rumah SIMPULAN
sakit dalam derajat sesak sedang, namun Teridentifikasi frekuensi pernapasan
setelah dilakukan intervensi dan dievaluasi sebelum diberikan posisi semi fowler
pasien beralih menjadi sesak berat, sehingga sebagian besar termasuk frekuensi sesak
diharuskan untuk dilakukan pemasangan O2 napas sedang sampai berat. Terindentifikasi
dan pemberian nebulizer. frekuensi pernapasan setelah diberikan
Berdasarkan hasil analisis statistik Wilcoxon posisi semi fowler sebagian besar termasuk
Signed Ranks Test dengan tingkat kemaknaan frekuensi pernapasan normal, serta terdapat
95% (α 0,05), dengan demikian dapat pengaruh pemberian posisi semi fowler
disimpulkan bahwa adanya pengaruh terhadap kestabilan pola napas pada pasien
pemberian posisi semi fowler terhadap TB paru di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D.
kestabilan pola napas sebelum dan sesudah Kandou Manado.
diberikan posisi semi fowler dengan nilai p
= 0,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima. DAFTAR PUSTAKA
Upaya dalam meningkatkan peranserta Erb Kozier, Berman, Snider. 2010. Buku
perawat (profesi keperawatan) dan pasien Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
dalam upaya penanggulangan efek TB paru, Proses dan Praktik, volume 2, edisi 7.
dan memberi peningkatan informasi yang tepat Jakarta. EGC.
dan lengkap tentang diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d Harrison. 2013. Pulmonologi. Tangerang
adanya sekret dibronkus dan eksudat diaveoli, Selatan. KARISMA Publishing Group
ketidakefektifan pola napas b/d posisi tubuh
Hidayat Azis Alimul, Uliyah Musrifatul.
yang salah dan penurunan energi/kelelahan.
2012. Kebutuhan dasar Manusia Buku saku
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
Praktikum Edisi revisi. Jakarta. EGC.
maka dapat disimpulkan implikasi hasil
penelitian ini terhadap profesi keperawatan
yaitu dapat berguna dalam menyebarluaskan Hidayat Azis Alimul. 2009. Pengantar
informasi terhadap rekan – rekan seprofesi Konsep dasar Keperawatan, edisi 2.
tentang pengaruh pemberian posisi semi Jakarta. Salemba Medika
fowler
terhadap kestabilan pola napas, mewujudkan Hudak, C. M dan Gallo B. M. 2010.
evidence based practice terutama dalam hal Keperawatan Kritis Holistik Edisi VIII,
pengelolaan pasien TB paru yang mengalami Volume I. Jakarta. EGC.
sesak napas untuk meningkatkan kualitas
pernapasannya Junaidi Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan
dengan menggunakan terapi nonfarmakologi, saluran Napas. Jakarta. Bhuana Ilmu
serta menjadikan salah Populer

6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1 Februari 2013
Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Yogyakarta. Nuha
Medika
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta. Kementerian
Kesehatan RI

Keputusan Dekan fakultas Kedokteran Unsrat no. 723/UN.12.1/DT/2013.


Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Unsrat Manado

Naga Sholeh S. 2014. Buku Panduan


Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Yogyakarta. DIVA Press
Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta
Nugroho Taufan. 2011. Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta.
Nuha Medika
Pearce Evelyn C. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta. CV
Prima Grafika
PSIK Fakultas Kedokteran Unsrat. 2013. Jurnal Keperawatan, volume 1, nomor 2
Riyanto Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta.
Nuha Medika

Suparmi Yulia, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan : Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta. PT Intan Sejati
Suryanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta.
Nuha Medika

Tim Penyusun Modul Ilmu Dasar Keperawatan I. 2011. Modul Ilmu Dasar
Keperawatan I (Blok III). Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Unsrat.
Tim Penyusun Modul. 2011. Modul
anatomi Sistem Respirasi, Anatomi
Sistem Kardiovaskuler. Program Studi
Ilmu Keperawatan Unsrat
Trisnowiyanto Bambang. 2012. Instrumen
Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika
Yasril Heru Subaris Kasjono. 2013. Teknik
Sampling untuk Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta. G
NO Judul dan Tujuan penelitian Riset desain dan Metodologi penelitian
penulis instrumen Sample dan teknik Tempat Metode
sampling analisa
1. PENGAR Tujuan untuk Metode kuantitatif jenis penelitian DI DI IRIN
UH diketahui pengaruh dengan jenis praeksperimental desain IRINA C5 RSU
PEMBERI pemberian posisi penelitian satu kelompok pre-post C5 PROF D
AN semi fowler praeksperimental test, tekhnik total RSUP R. D
POSISI terhadap kestabilan desain satu sampling. PROF KANDO
SEMI pola napas pada kelompok pre-post Dr. R. D. U
FOWLER pasien TB paru. test, tekhnik total KANDO MANAD
TERHAD sampling. U O
AP MANAD
KESTABI O
LAN
POLA
NAPAS
PADA
PASIEN
TB PARU
DI IRINA
C5 RSUP
PROF Dr.
R. D.
KANDOU
MANADO

2. Pengaruh Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini RS Penelitian i


edukasi bertujuan untuk menggukan riset menggunakan teknik Rotinsulu menggunak
manajemen menguji pengaruh dan instrumen consecutive sampling Bandung n metod
diri terhadap edukasi manajemen Penelitian quasi- analisa
self-efficacy, diri terhadap self- eksperimen kualitaif
perilaku efficacy, perilaku yang
manajemen manajemen diri, dijelaskan
diri, dan dan kualitas hidup secara
kualitas hidup pasien asma di deskriptif
pasien asma Rumah Sakit Paru
di rumah sakit Dr. Rotinsulu
paru dr. Bandung.
rotinsulu
bandung

Isni Lailatul
Maghfiroh

Anda mungkin juga menyukai