Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I
Dosen Pengampu: Bapak Ahmad Yamin. S.Kep., M.Kes., Sp.Kom.

Disusun Oleh:
1. Zakiyah 11. Neng Fitri Anggraeni
2. Rima Fitriani 12. Wafa Alawiyah
3. Irna Lucia Diana 13. Mega
4. Siti Fauziah 14. Jemi Rahmani A
5. Siti Latifah 15. Puput Fitriliani KH
6. Intan Pandini 16. Agnes Dwi Putriyana
7. Indah Permata Artamia 17. Toharudin
8. Femi Luih N. 18. Bayu Septian Ibrahim
9. Harima Dayana Putri 19. Riska Audina
10. Lia Yulia Maulina 20. Burhan Nurdin

Angkatan: 2015
Kelompok 2

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
GARUT
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya karena penulis masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I yaitu
membuat makalah dengan judul “Undang-Undang Keselamatan Kerja”.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Yamin.
S.Kep., M.Kes., Sp.Kom karena telah memberikan bimbingannya terkait dengan
makalah ini dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik yang membangun dan bimbingan dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi para pembaca
khususnya perawat.

                                           
Garut, Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan........................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan Kerja................................................................................. 4
2.2 Undang - Undang Keselamatan Kerja................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................10
3.2 Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas merupakan sintesa dari praktik
keperawatan dengan ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan metode
asuhan keperawatan yang bersifat sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
(Nurrahima, 2017). Keperawatan komunitas ditunjukkan untuk
mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan serta
memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai
masalah keperawatan. Terdapat beberapa setting keperawatan komunitas
salah satunya adalah seting keperawatan komunitas pada kelompok
pekerja. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana
menentukan kesehatan dan keselamatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi
suatu perusahaan karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja dapat
merugikan perusahaan secara langsung dan tidak langsung. Dengan
adanya tuntutan tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja, maka
perusahaan dapat memberikan tanggungjawab dalam memberikan
perlindungan pada karyawan melalui program—program kesehatan dan
keselamatan kerja salah satunya dengan adanya perawat komunitas
untuk memberikan upaya promotif dan preventif kepada para pekerja.
Perawat komunitas yang bekerja di tempat kerja merupakan
petugas kesehatan yang berperan dalam penerapan budaya “aman dan
sehat dalam bekerja”. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan
GATT yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang menyatakan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

1
2

antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
negara Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku
sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya inilah
yang melatarbelakangi penulisan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
 Jelaskan apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja dan faktor
yang mempengaruhi keselamatan kerja?
 Jelaskan dan sebutkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang keselamatan kerja?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang terdapat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud
dengan keselamatan kerja dan faktor yang mempengaruhi
keselamatan kerja
 Mahasiswa dapat mengetahui dan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang keselamatan kerja?

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Daftar Isi
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Keselamatan Kerja
2.2 Undang - Undang Keselamatan Kerja
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
akan berdampak pada masyarakat.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) baik di
kalangan petugas kesehatan maupun non kesehatan kesehatan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Angka Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di beberapa negara maju menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun telah disediakan. Dalam penjelasan Undang -
Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah dijelaskan bahwa
setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak
terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya. Sarana/prasana kesehatan adalah sarana
kesehatan yang meliputi berbagai alat/media elektronik yang harus ada
di tempat kerja untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan dan harus mempunyai pemadam api yang tepat
terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran dan
harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) .

4
5

Kinerja para pekerja dipengaruhi oleh tiga komponen kesehatan


kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut
serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan
peningkatan produktivitas kerja. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.
 Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran
bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30%
menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja
untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat
lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar
masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut
masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
   Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat
teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan
pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja
bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat
menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat
beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa
melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan stress.
6

 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja
(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

2.2 Undang – Undang Keselamatan Kerja


Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control)
antara lain:
a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Petugas kesehatan dan non kesehatan.
b. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian - kejadian lain yang berbahaya.
 Memberi pertolongan pada kecelakaan.
 Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
 Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
 Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
 Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
 Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
7

 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,


lingkungan, cara dan proses kerjanya.
 Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
 Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
 mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
 Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
 Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
c. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus
perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang
akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat
dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan
pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
d. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang - Undang ini mengatur mengenai segala hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam
kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan
8

kesehatan kerja. Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-


undang tersebut, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah:
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi.
 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang
Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida.
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan.
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.
Pengendalian melalui Administrasi/Organisasi (Administrative
Control) antara lain:
a. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non
medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan.
b. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift.
c. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure)
untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannya.
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (Safety Procedures)
terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut
dilaksanakan.
e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan
kerja dan mengupayakan pencegahannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
       

3.2 Saran
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau
pengelola tempat kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan
program keselamatan kerja. Perawat komunitas harus berpartisipasi secara
aktif untuk hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja melalui upaya
promotif dengan memberikan berbagai upaya penyuluhan kesehatan dengan
gizi, kebersihan sanitasi serta upaya preventif seperti penggunaan alat
perlindungan diri (APD) pada para pekerja sehingga dapat meningkatkan
mutu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurrahima, A. (2017). Small grup discussion berbasis jejaring sosial: metode


pembelajaran alternatif bagi mahasiswa profesi ners stase keperawatan
komunitas. In prosiding seminar nasional dan lokakarya uji kompetisi
tenaga kesehatan: penguatan sistem uji kompetisi dalam meningkatkan
kualitas profesi tenaga kesehatan untuk memperkuat daya saing bangsa di
era global (PP. 61-71). LPUK-Nakes dan UNPAD.
Undang - Undang Keselamatan Kerja No. 01 Tahun 1970.
Undang - Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992.

Anda mungkin juga menyukai