Anda di halaman 1dari 5

AUGUSTE COMTE

TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM SOSIOLOGI


Sebelum mengetahui teori-teorinya alangkah lebih baiknya untuk
mengatahui biografi dari tokoh Auguste Comte sendiri karena untuk mengerti ide-ide seorang
ahli teori kita juga harus mengerti terlebih dahulu konteks sosial dan intelektual semasa
hidupnya , ia merupakan filosof dan warga negara Perancis yang hidup di abad ke-19 setelah
revolusi Perancis yang lahir di Montpellier , Perancis, pada tanggal 19 Januari 1798. August
Comte yang memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte ini dijuluki
sebagai “Bapak Sosiologi” hal ini karena dia memiliki peran sebagai peletak dasar atau yang
mengenalkan istilah sosiologi sekaligus sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode
ilmiah dalam ilmu sosial. Pada semasa hidupnya ia dibesarkan dalam keluarga yang beragama
katolik dan berdarah bangsawan akan tetapi walaupun begitu, Comte tidak memperlihatkan
loyalitasnya. Pada saat dirinya menjadi mahasiswa dia di kenal sebagai seorang yang keras
kepala dan suka membrontak. Di masa perkembangan hidupnya dia pun melihat sebuah
perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarganya
yang monarki yang berkuasa sehingga hal ini menyebabkan ia terpaksa untuk meninggalkan
Paris pada saat itu. Kemudian pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekertaris
dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, mereka jugalah yang bersama Comte
dalam mengadakan kajian problem-problem yang diakibatkan industrialisasi pada masalah-
masalah sosial dan kemanusiaan,karena ketekunan dan kepiawaiannya dalam bidang-bidang
sosial ini lah yang menjadikan Comte sebagai bapak sosiologi. Selain itu, adapun beberapa hal
yang melatar belakangi Comte sendiri di dalam hal pengembangan sosiologi diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Terjadinya Peristiwa Revolusi Perancis pada masa itu.
2. Terjadinya suatu perkembangan filsafat sosial di Perancis abad 18, yang membuat kajian
tentang ilmu sosial semakin ramai pada waktu itu.
3. Munculnya aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic (aliran yang menganggap
kekuasaan gereja yang besar adalah kondisi terbaik), sehingga muncul pemikiran untuk
merobohkan kekuasaan dari para theocratic.
4. Lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang
diprakarsai Sain– Simont, yakni terkait sosiologi dan perkembangannya.
Meskipun pada saat itu, Comte tidak menguraikan secara lebih detail
mengenai masalah apa yang menjadi obyek kajian sosiologi, tetapi ia mempunyai asumsi bahwa
sosiologi terdiri dari dua hal, yaitu sosial statis dan sosial dinamis. Menurutnya sebagai sosial
statis, sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari timbal balik antara
lembaga kemasyarakatan. Sedangkan sosial dinamis melihat bagaimana lembaga-lembaga
tersebut berkembang. Di dalam pemikiran dasar sosiologi menurut Comte yang paling utama
adalah ide positif. Positif itu sendiri di sini maksudnya adalah faktual yang berdasarkan pada
fakta-fakta. Comte menegaskan bahwa pengetahuan yang kita miliki tidak boleh melebihi fakta-
fakta yang ada, dengan kata lain, pengetahuan tersebut itu, pada dasarnya kita memperolehnya
melalui pengamatan terhadap fakta. Ide sosiologi utama yang diusulkan oleh Comte ini juga
dikenal sebagai alira positivism, yang mana positivism ini sejalan dengan empirisme, yakni
menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan, untuk mengetahui proses perkembagan
dari aliran positivism itu sendiri , akan di jelaskan di bawah ini.
Dasar pemikiran positivism Comte ini di peroleh secara inspiratif dari Saint
Simon, Charles Lyell, dan Charles Darwin. Akan tetapi dalam hal lain, Comte meninggalkan
Saint-Simon karena ia merasa ada ketidak cocokan dalam hubungannya. Selain dari pemikiran
diatas tersebut, pemikiran lain seperi Herbert Spencer mengenai "hukum perkembangan" yang
juga ikut mempengaruhi pemikirannya. Kata "rasional" bagi Comte terkait dengan masalah yang
bersifat empirik dan positif yakni pengetahuan riil yang diperoleh melalui observasi (pengalaman
indrawi), eksperimentasi, komparasi, dan generalisasi-induktif dan diperoleh hukum yang
sifatnya umum sampai kepada suatu teori. Karena itulah maka bagi positivisme, tuntutan utama
adalah pengetahuan faktual yang dialami oleh subjek, sehingga kata rasional bagi Comte
menunjuk peran utama dan dibutuhkan rasio untuk mengolah fakta menjadi pengalaman.
Berdasarkan dari pemikiran yang demikian itulah, maka sebagai konsekuensinya metode yang
dipakai adalah "Induktif-verifikatif"Pergaulan Comte dengan perempuan-perempuan juga
dianggap sebagai malapetaka, tetapi relevan untuk memahami evolusi dalam pemikiran Comte,
khususnya pada proses perubahan dalam tekanan di tahap-tahap akhir hidupnya dari positivisme
ke cinta. Sementara itu,Comte dalam mengembangkan filsafat positifnya yang komprehensif, dia
menikah dengan seorang bekas pelacur yang bernama Caroline Massin. Pada saat itu, Comte
dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah
sakit jiwa,akan tetapi ia kabur sebelum sembuh, namun kondisinya mulai setabil setelah di
stabilkan oleh Massin. Akan tetapi,keduanya bercerai pada tahun 1842, dengan alasan yang
belum diketahui dan pada saat itu juga ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de
Philosophie Positivistic. Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux,
dalam hubungan yang platonis. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak
lama setelah itu, Comte, yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari
"agama kemanusiaan" (religion of humanity),lalu Comte menerbitkan bukunya yang berjudul
Système de politique positive (1851 - 1854). Comte wafat di Paris pada tanggal 5 September
1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.
Menelaah pemikiran August Comte, Comte melihat satu hukum universal
dalam semua ilmu pengetahuan yang menurut Comte Intelektualitas yang diwujudkan dalam
bentuk perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki sifat terus berkembang. Dalam
kajian sosiologi dinamis yang dirumuskan oleh Comte itu sendiri mengartikannya bahwa,
perkembangan intelektual ini ada tiga tahapan. Tiga perkembangan intektual atau yang juga
dikenal sebagai hukum tiga tahap menurut Comte tersebut, meliputi :
1. Tahap Theologi : Tahap ini merupakan tahap pertama di lihat dari perpektif abad ke-19
sebagai abad permulaan pencerahan, dimana kedudukan seorang manusia dalam masyarakat dan
pembatasan norma dan nilai manusia didapatkan didasari pada perintah Tuhan ataupun oleh roh
dewa-dewa. Pada taraf pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap yaitu :
a. Tahap pertama,yang paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap bahwa
segala benda berjiwa (animisme).
b. Tahap kedua, ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana seluruhnya
diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang melatar belakanginya sedemikian rupa sehingga
tiap-tiap tahapan gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme).
c. Tahapan tertinggi, dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang bermacam-
macam itu dengan satu tokoh tertinggi yaitu Tuhan (esa), yaitu di sebut sebagai (monotheisme)
2. Tahap Metafisik : Tahap metafisik ini merupakan tahap perkembangan dari tahapan
pertama. Atau di sebut sebagai tahap transisi merupakan tahap perkembangan dari tahapan
pertama. Pada tahapan ini, manusia menganggap bahwa pada setiap gejala yang terjadi, ada
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada hakikatnya akan diungkapkan.
3. Tahap Positif : Tahap ini adalah tahap dimana manusia sudah berpikir secara ilmiah.
Diamana tujuan tertinggi dari tahap positif ini adalah untuk menyusun dan mengatur segala
gejala di bawah satu fakta yang umum. Tahapan ini terjadi karena kepercayaan manusia yang
menganggap bahwa setiap cita-cita terkait pada realitas tertentu dan tidak terdapat usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam. Dan terdapat beberapa faktor menurut Comte
yang dapat berpengaruh dalam tahap ini khusunya untuk meningkatkan masyarakat yaitu
bahasa,agama dan pembagian kerja.
Jadi Kesimpulan menurut Comte sendiri mengatakan, bahwa suatu ilmu
pengetahuan bersifat positif apabila ketika ilmu pengetahuan itu memusatkan pada perhatiannya
terhadap gejala-gejala yang nyata dan konkret. Sehingga hal ini, akan memungkinkan adanya
penilaian terhadap cabang ilmu pengetahuan, yang dilakukan dengan mengukur isi serta
keberadaannya yang positif. Karena di dalam positivisme menekankan pada aspek faktual
pengetahuan, jadi segala sesuatunya akan dibuktikan melalui 3 cara yaitu dengan cara observasi
(pengamatan atau peninjauan secara cermat), eksperimen (melakukan suatu hal untuk mencari
kebenaran) , dan verifikasi (peninjauan tentang suatu kebenaran). Sehingga dengan ini dapat di
jelaskan bahwa metode positivisme yaitu metode yang menekankan suatu aspek faktual
pengetahuan yang segalanya dibuktikan dengan melalui cara observasi, eksperimen, dan
verifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Serafica, Gischa.2019. Biografi dan Pemikiran Auguste Comte, Bapak Sosiologi di
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/28/180000869/biografi-dan-pemikiran-auguste-
comte-bapak-sosiologi?page=all ( di akses 12 April)
Irham, Nugroho.2016. POSITIVISME AUGUSTE COMTE:ANALISA
EPISTEMOLOGIS DAN NILAI ETISNYA TERHADAP SAINS di
https://media.neliti.com/media/publications/58189-ID-positivisme-auguste-comte-analisa-
episte.pdf ( diakses 12 April)
Maghfiroh, Layla el Fitri.2014. Positivisme dan August Comte di
https://www.kompasiana.com/laylaelfitrim/5529e334f17e61ff35d623f9/positivisme-dan-august-
comte (di akses 12 April )
Hasna ,Wijayati.2014. Perkembangan Sosiologi Era Auguste Comte (1798-1853) di
https://portal-ilmu.com/perkembangan-sosiologi-auguste-comte/ (di akses 13 April)
Fauzi ,Gb.2011. Who Is Auguste Comte di
https://www.kompasiana.com/fauzikompasiana/55011a5ca333119814510bc3/who-is-auguste-
comte (di akses 13 april )

Anda mungkin juga menyukai