Anda di halaman 1dari 69

Penyakit Akibat Kerja

(PAK)
Sistematika Pembahasan
1 Pendahuluan

2 Diagnosis PAK

3 Daftar PAK

4 Penatalaksanaan PAK

5 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

6 Alur Diagnosis & Tata Laksana PAK


Pendahuluan

ILO (2013) :

 Kematian terkait pekerjaan (KK & PAK) = 2,34 juta

 Kematian akibat PAK = 2,02 juta


Pendahuluan
Dari 30 juta peserta Jamsostek / BPJSTK

 103.000 – 105.000 kasus kecelakaan kerja / tahun

 30 kasus PAK / tahun

(Sumber: Laporan Tahunan Program BPJS Ketenagakerjaan, 2014).


Pendahuluan
Contoh Penyakit Akibat Kerja :
 Sakit Pinggang
 Penurunan pendengaran
 Penyakit paru obstruktif kronik
 Asma bronkhiale
 Kanker paru
 Kanker sel darah putih (Leukemia)
 Sindrom Terowongan Karpal
 Hepatitis B, C
 HIV
Pendahuluan
Tenaga kerja menghadapi 2 risiko kesehatan sekaligus :
• Risiko dari lingkungan masyarakat (Penyakit umum = General
illness)
 Penyakit menular
 Penyakit tidak menular

• Risiko dari tempat kerja


 Kecelakaan kerja (KK = Occupational accident)
 Penyakit akibat kerja (PAK = Occupational disease)
 Penyakit terkait kerja (PTK = Work related disease)
Pendahuluan
Risiko dari tempat kerja disebabkan oleh :

• Proses kerja

• Lingkungan kerja

• Perilaku kesehatan pekerja


Definisi
• PAK
• Penyakit yang timbul sebagai akibat pajanan terhadap faktor risiko di
tempat kerja
• Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan / atau lingkungan kerja,
termasuk penyakit akibat hubungan kerja

• PTK
• Penyakit yang penyebabnya multifaktorial, dimana faktor pekerjaan & /
lingkungan kerja ikut berperan bersama-sama faktor risiko lainnya dalam
menimbulkan penyakit
Penyebab PAK
1. Golongan fisika
Suhu ekstrim, pencahayaan, vibrasi, radiasi, dan tekanan udara
2. Golongan kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap logam, gas, larutan,
kabut, partikel nano
3. Golongan biologi
Bakteri, jamur, virus, parasit
4. Golongan ergonomi
Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak
repetitif, Visual Display Terminal (VDT)
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif & kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton,
hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja
PAK Paling Sering Terjadi
1. Penyakit kulit : Eczema (Dermatitis Kontak), infeksi kulit,
kanker kulit
2. Gangguan pendengaran
3. Gangguan pernafasan : Pharyngitis, Chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), Occupational asthma, Silikosis,
Tuberculosis, Pneumonitis, Silicosis, Mesothelioma
4. Overexertion & strain akibat cidera (Hernia, Cidera tungkai,
Cidera tumit, Cidera sendi, Cidera bahu dan punggung )
10 PAK Paling Mematikan
1. Silicosis
2. Coalworker’s pneumoconiosis (CWP) = Black lung disease
3. Mesothelioma
4. Lead poisoning
5. Asbestosis
6. Anthrax
7. Byssinosis = Monday fever = Brown lung disease
8. Radium jaw
9. Phossy jaw (Phosphorous necrosis of the jaw)
10. Chimney sweep carcinoma
Diagnosis PAK
3 prinsip yang perlu diperhatikan dalam menegakkan
diagnosis PAK :

• Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit

• Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih


tinggi daripada pada masyarakat

• Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan


promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
Diagnosis PAK
Diagnosis PAK memiliki 3 aspek :
• Aspek Medik :

Dasar tata laksana medis dan tata laksana PAK serta membatasi
kecacatan dan keparahan penyakit

• Aspek komunitas :

Untuk melindungi pekerja lain

• Aspek legal :

Untuk memenuhi hak pekerja


7 Langkah Diagnosis PAK
1. Menegakkan diagnosis klinis
2. Menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
3. Menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis klinis
4. Menentukan besarnya pajanan
5. Menentukan faktor individu yang berperan
6. Menentukan pajanan di luar tempat kerja
7. Menentukan diagnosis PAK
Menegakkan diagnosis klinis

Diagnosis klinis ditegakkan dengan :


• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan penunjang & pemeriksaan khusus (bila perlu)


Menentukan pajanan di tempat kerja

Bbrp pajanan dapat menyebabkan satu penyakit, sehingga perlu informasi


semua pajanan yang dialami dan pernah dialami pekerja
• Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis & pajanan yang dialami
(pekerjaan terdahulu sampai saat ini)
• Periode waktu melakukan masing masing pekerjaan
• Bahan yang digunakan
• Cara kerja
• Proses kerja
• Produk yang dihasilkan
• Riwayat KK (tumpahan bahan kimia)
• APD yang digunakan
Lebih baik bila ditunjang MSDS dan catatan perusahaan tentang hal tsb
Hubungan pajanan & D/
klinis
• Pajanan yang terbukti dihubungkan dengan penyakit yang dialami

• Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis dipengaruhi oleh waktu


timbulnya gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu

• Penyakit lebih sering timbul di tempat kerja dan berkurang saat libur atau
cuti

• Hasil MCU prakerja dan berkala dapat digunakan sebagai salah satu data
untuk menentukan hubungan penyakit dengan pekerjaannya
Menentukan besar pajanan
• Kualitatif
– Pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja dan
masa kerja

– Pemakaian APD secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar pajanan

• Kuantitatif
– Data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan periodik

– Data monitoring biologis


Menentukan faktor individu

• Jenis kelamin

• Usia

• Kebiasaan

• Riwayat penyakit keluarga (genetik)

• Riwayat atopi

• Penyakit penyerta
Menentukan pajanan di luar

• Penyakit yang timbul bisa disebabkan pajanan yang sama di

luar tempat kerja

• Karena itu perlu informasi kegiatan yang dilakukan di luar

tempat kerja : hobi, pekerjaan rumah, pekerjaan sampingan


Menentukan diagnosis PAK

• Berdasarkan langkah 1-6, disimpulkan penyakit yang


diderita pekerja adalah PAK atau bukan
Daftar PAK
• WHO : International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems (ICD-10) in Occupational Health
• ILO List of Occupational Diseases
• Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1993 : Penyakit yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
Jenis PAK sesuai ICD-10 in OH
Klasifikasi PAK
ICD 10
• Edisi terakhir dari International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problems (1992)
• Diterbitkan oleh WHO
• Menerjemahkan diagnosis penyakit menjadi abjad &
nomor
• Mempermudah penyimpanan data, pengambilan data,
dan analisis data
• Merupakan standar internasional klasifikasi penyakit
Daftar PAK
• WHO : International Statistical Classification of Diseases and
Related Halth Problems (ICD-10) in Occupational Health

• ILO List of Occupational Diseases

• Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1993 : Penyakit yang


Timbul Akibat Hubungan Kerja
ILO List of Occupational Diseases

1. Occupational diseases caused by exposure to agents arising from


work activities
1.1. Diseases caused by chemical agents
1.2. Diseases caused by physical agents
1.3. Diseases caused by biological agents and infectious or parasitic diseases
2. Occupational diseases by target organ systems
2.1. Respiratory diseases
2.1. Skin diseases
2.3. Musculoskeletal disorders
2.4. Mental & Behavioural disorders
3. Occupational cancer
4. Other diseases
Daftar PAK
• WHO : International Statistical Classification of Diseases and
Related Halth Problems (ICD-10) in Occupational Health

• ILO List of Occupational Diseases

• Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1993 : Penyakit yang


Timbul Karena Hubungan Kerja
Penyakit Karena Hubungan Kerja

1. Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk


jaringan parut (silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan
silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.

2. Penyakit paru & sal.nafas karena debu logam keras.

3. Penyakit paru & sal.nafas karena debu kapas, vlas, henep dan
sisal (bissinosis).

1/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi


dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses
pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar
sebagai akibat penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau senyawanya
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau senyawanya

2/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja

8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau senyawanya

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau senyawanya

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau senyawanya

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau senyawanya

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau senyawanya

3/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau senyawanya

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau senyawanya

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan


hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

4/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida,
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

5/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi)

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
pengion.

26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.

27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut.

6/7
Penyakit Karena Hubungan Kerja

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

7/7
Penatalaksanaan PAK

1. Tata laksana medis

2. Tata laksana okupasi


Tata Laksana Medis
 Rawat jalan / rawat inap di fasilitas pelayanan
kesehatan oleh dokter yang sesuai kompetensinya

 Medikamentosa

 Non Medikamentosa : Edukasi, exrcise, fisioterapi,


konseling, psikoterapi, & nutrisi

 Rujukan bila perlu


Tata Laksana Medis
 Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama : oleh dokter dengan
kompetensi tambahan terkait PAK yang diperoleh melalui :
– pendidikan formal atau,

– pelatihan kesehatan kerja dasar / pelatihan dokter hiperkes & pelatihan diagnosis &
tata laksana PAK

 Fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan : oleh dokter


spesialis kedokteran okupasi (SpOk)

 Fasilitas pelayanan kesehatan PAK wajib membuat catatan kasus PAK /


diduga PAK dan melaporkan secara berjenjang ke Dinkes Kabupaten,
Provinsi dan Menkes
Tata Laksana Okupasi
A. Pada individu
 Penetapan kelaikan kerja

 Program kembali bekerja (Return to work)

 Penentuan kecacatan

B. Pada komunitas pekerja


 Pencegahan PAK

 Penemuan dini PAK


Penetapan Kelaikan Kerja
• Meliputi :
 Penilaian risiko

 Kapasitas & toleransi pekerja dengan tuntutan yang ada di tempat


kerja

• Hasil penilaian
 Dapat kembali bekerja pada pekerjaan sebelumnya

 Bekerja dengan keterbatasan atau restriksi tertentu

 Berganti pekerjaan sesuai dengan kondisi kesehatan pekerja


Penetapan Kelaikan Kerja
• Rujukan penentuan kelaikan kerja diperlukan jika
 Status kesehatan pasien kompleks (melibatkan >1 sistem
organ, atau 1 sistem organ tapi vital)

 Pajanan faktor risiko di tempat kerja kompleks dan saling


berkaitan

 Ada keraguan dalam menentukan besaran risiko yang ada dan


risiko yang dapat diterima

 Terdapat ketidak-puasan pekerja atas penetapan kelaikan


kerja

1/2
Penetapan Kelaikan Kerja
• Rujukan penentuan kelaikan kerja diperlukan jika
 Penetapan kelaikan kerja calon kepala daerah atau pimpinan
lembaga tinggi negara lainnya

 Ada permintaan dari bagian kepegawaian atau bagian K3


perusahaan

 SDM, sarana & prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan


tidak memadai

2/2
Program Kembali Bekerja (RTW)

• Suatu upaya terencana agar pekerja yang mengalami cidera /


sakit dapat segera kembali bekerja secara produktif, aman dan
berkelanjutan
• Meliputi :
 Pemulihan medis
 Pemulihan kerja
 Pelatihan keterampilan
 Penyesuaian pekerjaan
 Penyediaan pekerjaan baru
 Penatalaksanaan biaya asuransi & partisipasi pemberi kerja
Program kembali Bekerja (RTW)

• Rujukan RTW diperlukan jika


 Diperlukan kunjungan ke tempat kerja pasien untuk melihat
pekerjaan lain yang tersedia yang cocok dengan kondisi medis
pasien

 Status kesehatan pasien kompleks (melibatkan >1 sistem


organ, atau 1 sistem organ tapi vital)

1/2
Program kembali Bekerja (RTW)

• Rujukan RTW diperlukan jika


 Pajanan faktor risiko di tempat kerja kompleks dan saling
berkaitan

 Ada keraguan dalam menentukan besaran risiko yang ada dan


risiko yang dapat diterima

 Terdapat ketidak-puasan pekerja atas penetapan kelaikan


kerja

2/2
Penentuan Kecacatan
• PAK dapat menimbulkan disabilitas akibat kecacatan anatomi maupun
fungsi yang perlu dinilai persentasenya sehingga pekerja berhak
mendapatkan kompensasi sesuai peraturan perundangan

• Peraturan Pemerintah RI No. 44 tahun 2015 Tentang : Penyelenggaraan


Program Jaminan Kecelakan Kerja dan Jaminan Kematian

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 44 Tahun 2015 Tentang :


Penyelenggaraan Program Jaminan Kematian Bagi Pekerja Harian Lepas,
Borongan, dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Usaha Jasa
Konstruksi
Penentuan Kecacatan
Rujukan penentuan kecacatan diperlukan jika :

o Jenis kecacatan belum ada dalam pedoman penentuan kecacatan

o Pekerja tidak puas atas penetapan persentase kecacatan

o Pihak pemberi jaminan pelayanan kesehatan keberatan atas penetapan


persentase kecacatan

o Diperlukan untuk kepentingan legal seperti kompensasi ganti rugi di luar


dari yang dilaksanakan sesuai ketentun peraturan perundangan
Tata Laksana Okupasi

1. Upaya pencegahan PAK

2. Penemuan dini PAK


Upaya Pencegahan PAK
• Upaya pencegahan diperlukan karena
o Umumnya PAK bersifat ireversibel
o Akan menimbulkan PAK pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan
yang sama
• Upaya pencegahan PAK a.l.
o Identifikasi potensi bahaya PAK
o Promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi
bahaya yang ada di tempat kerja
o Mengendalikan potensi bahaya di tempat kerja
o Pemberian informasi mengenai APD yang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian APD yang benar
o Imunisasi bagi pekerja yang terpajan agen biologi tertentu
Penemuan Dini PAK
• Pemeriksaan kesehatan pra kerja
• Pemeriksaan berkala
• Pemeriksaan khusus
 Dilakukan sesuai indikasi bila ditemukan ada keluhan dan / atau potensi
bahaya di tempat kerja
 Sebagai pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan berkala dan menjelang
masa akhir kerja
• Pemeriksaan kesehatan menjelang akhir kerja
• Surveilans kesehatan pekerja dan lingkungan kerja
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai potensi bahaya yang dihadapi di
tempat kerja
 Data surveilans kesehatan pekerja dihubungkan dengan data surveilans
lingkungan kerja untuk megetahui keterkaitan penyakit dan potensi
bahaya di tempat kerja
Pemeriksaan Kesehatan TK

 Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

 Pemeriksaan Kesehatan Berkala

 Pemeriksaan Kesehatan Khusus

 Pemeriksaan Kesehatan Menjelang Akhir Masa Kerja


Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Agar tenaga kerja yang diterima :


• Kondisi kesehatan yang optimal

• Tidak berpenyakit menular

• Cocok untuk pekerjaannya


Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

• Anamnesis riwayat kesehatan selengkap-lengkapnya


• Pemeriksaan fisik lengkap
• Kesegaran jasmani
• Pemeriksaan penunjang :
– Rontgen paru
– Laboratorium rutin

• Pemeriksaan lain yang dianggap perlu (Misalnya Audiometri, EKG untuk > 40
tahun)

Ada yang sudah punya standard sendiri


Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Ada Perusahaan yang mensyaratkan :

• Tes Psikologik

• HBsAg

• VDRL / TPHA

• HIV

• Narkoba
Pemeriksaan HIV / AIDS

• SK Menakertranas No. 68/IV/2004. Tentang Pencegahan dan


penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja :
– Pengusaha dilarang melakukan test HIV untuk digunakan sebagai prasyarat
suatu proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin
– Test HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja atas dasar kesukarelaan
dengan persetujuan tertulis dari pekerja ybs, dengan ketentuan bukan untuk
digunakan sebagaimana dimaksud di atas
– Apabila test HIV dilakukan, maka wajib disediakan konseling kepada pekerja
ybs sebelum dan sesudah dilakukan test HIV
– Test HIV tsb hanya boleh dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian
khusus sesuai perundangan & standar yg berlaku
– Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, test HIV,pengobatan,
perawatan dan kegiatan lainnya harus dijaga kerahasiaannya
Pemeriksaan HBsAg
Surat Edaran Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan pengawasan
Ketenagakerjaan No. SE.07/BW/1997 tentang : Pengujian Hepatitis B
dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
• Pertimbangan dari studi kepustakaan dan konsultasi pakar penyakit
hati :
– Seseorang dg HBsAg positif belum tentu menderita hepatitis, selama
fungsi hati normal tidak dapat dianggap menderita hepatitis.
– Prevalensi HBsAg (+) di Indonesia cukup tinggi, yaitu 5 – 15%
– Penularan di tempat kerja tidak mudah karena hanya mungkin melalui
darah/ transfusi darah/suntikan/ trans placental
• Berdasarkan hal tsb, dianjurkan kepada semua perusahaan/instansi
untuk tidak melakukan pengujian serum HBsAg sebagai alat seleksi
pada pemeriksaan awal maupun berkala
Hasil pemeriksaan kesehatan pra kerja

 Fit for duty / Fit to work

 Fit for duty with minor correctable defect

 Fit for selected / limited duty

 Unfit for duty


Fitness Category ( Alternatif lain )

• Sehat, tidak ada pembatasan pekerjaan

• Sehat, tidak ada pembatasan pekerjaan, tetapi perlu


pengawasan medik

• Sehat, hanya untuk pekerjaan tertentu ………

• Tidak sehat sementara

• Tidak sehat permanen


Pemeriksaan Kesehatan Berkala

TUJUAN :

• Mempertahankan derajat kesehatan sesudah berada dalam


pekerjaannya

• Menilai kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan sedini


mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan

Sekurang-kurangnya satu tahun sekali


Pemeriksaan kesehatan
berkala
 Penting untuk deteksi dini penyakit akibat kerja
Pemeriksaan Kesehatan Khusus

• Sesudah mengalami kecelakaan atau penyakit yg memerlukan


perawatan lebih dari 2 minggu

• Adanya dugaan2 tertentu mengenai gangguan kesehatannya

• Bila ada keluhan dari : tenaga kerja / pengawas K3 / Depnaker


setempat / masyarakat
Hasil Pem. Kesehatan berkala dan Khusus

• Sehat

• Perlu tindak lanjut untuk kelainan medis yang ditemukan

• Perlu tindak lanjut dari segi pekerjaannya, bila kelainan yang


ditemukan akan mengganggu keselamatan dan kesehatan
kerja
Alur Diagnosis & Tata Laksana PAK
Pasien

Anamnesis &
Pemeriksaan

Ragu
Konsul Spesialis Terkait
Diagnosis Klinis
(Rujuk BKKM, RS, BTK)
Ragu Ragu
Ragu
Konsul SpOk, Pemeriksaan-
Diagnosis Okupasi Lingkungan, Biomarker, dll

Penatalaksanaan
Kasus

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Medis Okupasi

Konsul Spesialis Terkait


(Rujuk BKKM, RS)

Anda mungkin juga menyukai