Anda di halaman 1dari 24

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF YANG DIKABULKAN DALAM

SENGKETA PERJANJIAN KREDIT

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms)

ARTIKEL ILMIAH

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto

Oleh:

Aziz Nur Arifin

E1A014108

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2020
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM
Jl. Prof. Dr. HR. Boenyamin 708, Purwokerto 53122
Telp. (0281) 638339 Faks. (0281) 627203
Laman : www.fh.unsoed.ac.id; Email : fh@unsoed.ac.id

ARTIKEL ILMIAH

1. Judul Skripsi : Eksepsi Kompetensi Relatif


Yang Dikabulkan Dalam Sengketa
Perjanjian Kredit (Studi Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Nomor
8/Pdt.G/2018/PN.Bms)
2. Pelaksana Penelitian

a. Nama : Aziz Nur Arifin

b. NIM : E1A014108

c. Angkatan : 2014

d. Jumlah SKS : 148 SKS

3. Pembimbing Akademik : Dr. Kadar Pamuji, S.H., M.H.

4. Pembimbing Skripsi

a. Pembimbing Skripsi I : Sanyoto, S.H., M.Hum

b. Pembimbing Skripsi II : Dr. Rahadi Wasi Bintoro, S.H., M.H.

5. Program Studi : Ilmu Hukum

6. Lingkup Bagian : Hukum Acara


Eksepsi Kompetensi Relatif Yang Dikabulkan Dalam Sengketa Perjanjian
Kredit
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms)

Oleh:
AZIZ NUR ARIFIN
E1A014108

ABSTRAK

Pengajuan gugatan harus memperhatikan dimana kompetensi relatif perkara itu


diajukan agar sesuai dengan hukum yang berlaku. Kompetensi relatif diartikan
kewenangan pengadilan untuk menangani/mengadili suatu sengketa/perkara
didasarkan pada tempat/lokasi/domisili para pihak yang bersengketa atau
didasarkan pada dimana objek yang disengketakan berada, Jika pengajuan
gugatan tidak didasarkan pada hal tersebut akibatnya gugatan tidak dapat
diterima(Niet Onvankelijke Verklaard). Seperti dalam gugatan perkara sengketa
perjanjian kredit Register Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms yang tidak dapat
diterima dengan dictum yang mengabulkan eksepsi tergugat. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah mengenai pertimbangan hukum Hakim dalam mengabulkan
eksepsi kewenangan relatif dalam Sengketa Perjanjian Kredit putusan Nomor:
8/Pdt.G/2018/PN.Bms. dan akibat hukumnya dikabulkannya eksepsi pada putusan
Nomor: 8/Pdt.G/2018/PN.Bms. Dalam penelitian ini digunakan metode
pendekatan yuridis normatif. Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analisis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan
data sekunder yaitu diperoleh dengan cara inventarisasi peraturan perUndang-
Undangan, buku, teks, jurnal, artikel, hasil penelitian sebelumnya, dan putusan
hakim. Jenis dan data yang digunakan dalam menganalisis dan mengumpulkan
data dilakukan dengan normatif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pertimbangan hukum Hakim dalam mengabulkan eksepsi
mengenai kewenangan relatif dan akibat hukumnya terhadap gugatan tidak dapat
diterima dalam Putusan Pengadilan Negeri Banyumas Nomor:
8/Pdt.G/2018/PN.Bms. Menurut peneliti dapat disimpulkan Dengan
pertimbanganya hakim yaitu menggunakan Pasal 118 ayat (2) dan ayat (3) HIR
dan diperjelas lagi dengan Pasal 118 ayat (4) HIR tentang pemilihan domisili
dalam kesepakatan salah satu klausula akta perjanjian kredit, oleh karena itu
hakim mengabulkan eksepsi kompetensi relatif tergugat dan menyatakan gugatan
penggugat tidak dapat diterima sudah benar. Akibat hukumnya gugatanya kembali
ke pengadilan dengan jalan memperbaiki gugatanya dan mengajukan gugatanya
ke pengadilan yang berwenang yakni Pengadilan Purwokerto.

Kata Kunci : Gugatan, Eksepsi Kompetensi Relatif, Niet Onvankelijke Verklaard


ABSTRACT

Exception of Relative Competence Granted in Credit Agreement Disputes

(Case Study of District Court Decision Number 8 / Pdt.G / 2018 / PN.Bms)

Submitting a lawsuit must pay attention to where the relative competence of the
case is submitted so that it is in accordance with the applicable law. Relative
competence means the authority of the court to handle / adjudicate a dispute /
case based on the place / location / domicile of the disputing parties or based on
where the disputed object is located, if the filing of a lawsuit is not based on this,
the result is that the lawsuit cannot be accepted (Niet Onvankelijke Verklaard). As
in the lawsuit for the dispute over the Decision Register credit agreement Number
8 / Pdt.G / 2018 / PN.Bms which cannot be accepted by a dictum that grants the
defendant's exception. The problem in this research is regarding the Judge's legal
considerations in granting exceptions regarding the relative authority exception
in credit agreement disputes and the legal consequences of granting exceptions in
decision Number: 8 / Pdt.G / 2018 / PN.Bms. This research uses a normative
juridical approach. The research specification used is descriptive analysis. The
data collection method is done by collecting secondary data, which is obtained by
means of an inventory of the Laws and Regulations, books, texts, journals,
articles, previous research results, and judges' decisions. Types and data used in
analyzing and collecting data were carried out in a qualitative normative
manner. Based on the results of research and discussion regarding the Judge's
legal considerations in granting exceptions regarding the relative authority and
legal consequences of the lawsuit, it cannot be accepted in the Banyumas District
Court Decision Number: 8 / Pdt.G / 2018 / PN.Bms. According to researchers it
can be concluded with  the judge's consideration is to use Article 118 paragraph
(2) and paragraph (3) HIR and  further clarified by Article 118 paragraph (4)
HIR regarding the selection of domicile in agreement on one of the clauses of the
credit agreement deed, therefore the judge accepts  exception of the defendant's
relative competence and states that the plaintiff's claim cannot  received is
correct. As a result of the law, the lawsuit returned to court by way  corrected the
lawsuit and submitted the lawsuit to the competent court  namely the Purwokerto
Court.

Keywords: Lawsuit, Exception of Relative Competence, Niet Onvankelijke


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perjanjian kredit ataupun perjanjian hutang piutang merupakan
perjanjian yang sering sekali kita temui didalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Perjanjian hutang piutang merupakan perjanjian yang kerap
dilakukan dalam masyarakat secara luas karena tuntutan kebutuhan
ekonomi yang semakin meningkat apalagi dikala pandemi Covid
melanda. Perjanjian merupakan perbuatan hukum berdasarkan kata
sepakat untuk menimubulkan suatu akibat hukum dan perjanjian
merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasar
kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum.1
Kesepakatan yang melahirkan hubungan keperdataan dalam hal ini
hutang piutang tentu menjadi Undang-Undang kepada para pihak
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Perjanjian adalah
perbuatan hukum dari perjanjian maka timbul perikatan yang merupakan
hubungan hukum. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan
suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa
hukum lain yang menimbulkan perikatan. Perikatan dapat lahir dari suatu
perjanjian dan Undang-Undang.2
Prakteknya perjanjian kredit atau perjanjian hutang piutang sering
terjadi sengketa walaupun dengan pengaturan yang begitu jelasnya. Salah
satu pihak pasti merasa kalo hak-haknya dilanggar padahal dalam kalausul
perjanjianya sudah jelas, Entah kesalah pahaman penafsiran atau kerugian
yang dibuat-buat. Sehingga sering terjadi tuntun menuntut antar pihak
baik itu Debitur maupun Kreditur. Masalah hutang piutang merupakan
persoalan manusia dengan manusia yang biasa dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat. Gatot Supramono menjelaskan bahwa pihak yang
berpiutang atau memberi pinjaman disebut kreditur, sedangkan pihak yang
berhutang atau menerima pinjaman disebut debitur.3
1
Sudikno Mertokusumo, 1993, Hukum Acara Perdata Indonesia , Liberty, Yogyakarta, Hlm.97-
98.
2
J. Satrio, 1999, Hukum perikatan, perikatan pada umumnya, Alumni, Bandung, Hlm.38.
3
Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Hutang Pihutang, Prenada Media, Jakarta, Hlm.10-11.

1
Pihak yang merasa haknya dilanggar pasti akan mengajukan
gugatan ke pengadilan untuk memperoleh haknya kembali dengan
membuat surat gugatan. Sebelum menyusun surat gugatan terlebih dahulu
harus mempunyai pengetahuan hukum yang memadai mengenai
permasalahan yang dihadapi dan langkah berikutnya dalam
mengumpulkan alat-alat bukti dan lain sebagainya. Jadi inisiatif berperkara
datang dari pihak yang merasa dirugikan dalam perkara perdata mengenai
perselisihan antara kepentingan perseorangan dengan perorangan atau
sekelompok orang atau kepentingan suatu badan hukum, pemerintah
dengan kepentingan perseorangan dan pihak yang mengajukan tuntutan
disebut dengan Penggugat atau kalau lebih dari satu disebut para
Penggugat sedangkan pihak yang digugat disebut Tergugat atau kalau
lebih dari satu disebut para Tergugat.4
Pihak yang menjadi tergugat biasanya akan membuat tangkisan
demi membela haknya juga yaitu dengan jalan Eksepsi. Eksepsi dalam
hukum acara dimaknai sebagai tangkisan atau bantahan (objection). Bisa
juga berarti pembelaan (plea) yang diajukan Tergugat untuk mengkritisi
syarat-syarat formil dari surat gugatan Penggugat.5
Suatu gugatan harus diajukan kepada badan peradilan yang
benarbenar berwenang untuk mengadili persoalan ini. Salah satu hal
penting jika ingin mengajukan gugatan ke pengadilan adalah
memerhatikan bahwa gugatan yang akan diajukan oleh Penggugat benar
ditujukan kepada badan peradilan yang berwenang untuk mengadili
perkara tersebut. Pengadilan Negeri memiliki batasan kewenangan. Ada
perkara perdata sebagaimana dalam Hukum Acara Perdata telah diatur dua
macam kewenangan yaitu kewenangan/kompetensi relatif dan
kewenangan/kompetensi absolut. Subekti berpendapat bahwa kekuasaan
kehakiman adalah "Semua ketentuan tentang pembagian kekuasaan antara

4
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, 1979, Hukum Acara Perdata dalam
Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, Hlm.3.
5
Litigasi,Pengertian Eksepsi Dalam Hukum Acara Persidangan, https://litigasi.co.id/hukum-
acara/569/pengertian-Eksepsi-dalam-hukum-acara-persidangan ,diakses pada tanggal 14
November 2020,pukul 23.15 WIB

2
badan-badan pengadilan dari tiap-tiap jenis pengadilan tersebut, lazimnya
diatur dalam undang-undang tentang hukum acara."6
Di Indonesia, praktik pengajuan gugatan perdata di Pengadilan
mengacu pada hukum acara perdata yang diatur dalam Herzien Inlandsch
Reglement (HIR) yang berlaku untuk daerah Jawa dan Madura sedangkan
Rechtreglement voor de Buitengewesten (RBg) yang berlaku untuk daerah
diluar Jawa dan Madura.7 Menurut Yahya Harahap gugatan merupakan
tuntutan hak yang diajukan oleh seseorang atau lebih (Penggugat) kepada
orang lain (Tergugat) melalui pengadilan untuk memperoleh perlindungan
hukum.
Berdasarkan surat gugatan tanggal 20 Maret 2018 dalam Register
Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms telah terjadi Perjanjian akad kredit.
Berdasarkan perjanjian kredit dengan Akta Notariil Perjanjian
Restrukturisasi Kredit No. 54 tanggal 30 November 2016 antara
Penggugat dan Terguggat yang telah memilih tempat tinggal umum dan
tetap pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri di Purwokerto apabila
dikemudian hari terjadi sengketa. Obyek sengketa yang berada di Desa
Banjaranyar terletak di Kelurahan Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berada dalam lingkup kompetensi
relatif Pengadilan Banyumas yang dimana sesuai dengan Forum Rei
Sitaenya. Eksepsi dari Tergugat alias Debitur mendasarkan Pasal 118 HIR
ayat (1) dan 99 RV yaitu gugatan di Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat sesuai forum domicili nya.
Berdasarkan uraian penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk
mengkaji dan meneliti mengenai ““EKSEPSI KOMPETENSI
RELATIF YANG DIKABULKAN DALAM SENGKETA
PERJANJIAN KREDIT”

2. Rumusan Masalah

6
Subekti, 1982, Hukum Acara Perdata, Cetakan Kedua, Binacipta, Bandung, Hlm. 23.
7
Harahap M. Yahya. 2007, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan, Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Bandung, Hlm.29.

3
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka permasalahan

yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dasar pertimbangan hukum Hakim mengabulkan


eksepsi gugatan kewenangan relatif sengketa perjanjian kredit
dalam Putusan Nomor : 8/Pdt.G/2018/PN.Bms?
2. Bagaimana akibat hukumnya dengan dikabulkannya eksepsi
mengenai kewenangan relatif terhadap pokok perkaranya?
3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negeri
Banyumas dalam mengabulkan eksepsi gugatan kewenangan relatif
Putusan 8/Pdt.G/2018/PN.Bms sudah benar dalam memutuskan
gugatan tersebut.
2. Mengetahui akibat hukum dengan dikabulkanya Eksepsi mengenai
gugatan kewenangan relatif terhadap pokok perkaranya.
4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi pembaca maupun masyarakat dan juga untuk memperkaya
pengetahuan khususnya di bidang Hukum Acara Perdata yang
berkaitan dengan kewenangan relatif.
2. Kegunaan Praktis
Menyumbang pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam rangka
untuk meningkatkan mutu dan prestasi di bidang hukum,
khususnya bagi praktisi hukum dan aparat pengadilan yang
berkaitan dengan kewenangan relatif dalam penyelesaian dan
domisili sengketa dan juga menambah wawasan baru bagi Hukum
Acara Perdata.
A. METODE PENELITIAN

4
1. Metode Pendekatan : Yuridis Normatif
2. Spesifikasi Penelitian : Preskriptif
3. Sumber Data : Data Sekunder8
4. Metode Pengumpulan Data : Studi Kepustakaan dengan Inventarisasi
5. Metode Penyajian Data : Teks Naratif
6. Metode Analisis Data : Normatif Kualitatif
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Putusan Nomor : 8/Pdt.G/2018/PN.Bms
1) Perkara Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms.

2) Pengadilan Negeri Banyumas.

3) Tanggal Rapat Pemusyawratan 13 September 2018.

4) Tanggal Putusan 20 September 2018.

Perkara Perdata Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms Penggugat


dalam gugatannya tanggal 21 Maret 2018 yang diterima dan
didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri Banyumas dalam
register Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms dan dilangsungkan rapat
permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banyumas pada
tanggal 13 September 2018 dan diputuskan pada tanggal 20 September
2018.
b. Kasus Posisi
Sekitar Tahun 2013 terjadi perjanjian kredit antara Mulyanto
alias Penggugat dengan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP.
Sokaraja, Kanca Purwokerto sebagai Terguggat dengan perjanjian
akad kredit berupa pinjaman sebesar Rp350.000.000,-(tiga ratus lima
puluh juta rupiah), pinjaman kredit tersebut merupakan anggunan
berupa sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik nomor 1034
Desa Banjaranyar luas 914 M2 atas nama Mulyanto alias Penggugat

8
Soejono Soekamto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press,
Jakarta, Hlm.74.

5
yang terletak di Kelurahan Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang sekaligus merupakan obyek
sengketa.
Penggugat mendalilkan tidak mengetahui isi dari perjanjian
akad kredit tersebut, sehingga tidak mengetahui dan tidak pernah ada
pemberitahuan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja,
Kanca Purwokerto sebagai Terguggat. Mulyanto alias Penggugat
merasa telah membayarkan angsuran sebesar RP52.900.000,-(lima
puluh dua juta sembilan ratus ribu rupiah) namun oleh Terguggat
hanya dihitung sebagai pembayaran denda dan bunganya saja.
Merasa perjanjian kredit tersebut sepihak dan telah
melaksanakan kewajibanya Penggugat merasa telah dirugikan karena
tergugat memberikan surat peringatan ketiga akan melakukan lelang
terhadap agunan SHM No. 1034 luas 914 M2 atas nama Mulyanto
sehingga Penggugat merasa cemas dan tidak dapat secara konsentrasi
menjalankan pekerjaanya dan mengganggu aktifitas dalam
menjalankan usaha Penggugat. Dari dalil Penggugat diatas maka
Penggugat mengajukan gugatan atas sangkaan Terguggat telah
melakukan perbuatan melawan hukum dengan register perkara Nomor
8/Pdt.G/2018/PN.Bms pada tanggal 20 Maret 2018 di Pengadilan
Negeri Banyumas.
Perkara yang akan dibahas adalah mengenai perjanjian kredit
sebagaimana diputus dalam Putusan Pengadilan Negeri Banyumas
dalam Perkara Perdata Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms antara Mulyanto
sebagai Penggugat/Pembanding dan PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk,
KCP. Sokaraja sebagai Tergugat/Terbanding, Berikut adalah:
1. Identitas dari para pihak:
a. Pihak Penggugat yaitu:
Mulyanto, berkedudukan di Banjaranyar RT. 03
RW. 04 Kelurahan Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja,
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.

6
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:
Amaludin M. Siagian, S.H., beralamat di Jl. Magelang
KM 12 Wadas, Beteng, Tridadi, Sleman, berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 15 Maret 2018 dan telah
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Banyumas tanggal 21 Maret 2018 dengan No.
46/SK/2018.
b. Pihak Tergugat yaitu:
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja,
Kanca Purwokerto, bertempat tinggal di Jalan Jend.
Sudirman No. 56 Sokaraja, Banyumas; Dalam perkara
ini diwakili oleh: Dewi Wahyu N; Ceriadi Prastowo;
Clementinus Akhirno Karsy; Dwi Ananto Wibowo; Sri
Wahyuningsih; Andina Purba Nurisnaini; Prista Ayu
Megasari; Edy Wiyono, kesemuanya adalah karyawan
dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 12 April
2018 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Banyumas tanggal 12 April 2018 dengan Nomor
56/SK/2018;
2. Jawaban Terguggat
Berdasarkan keterangan atau jawaban dan atau
Eksepsi dari Tergugat, gugatan mengenai perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat dan bukan
sengketa mengenai benda tidak bergerak (dhi. 01034/Desa
Banjaranyar atas nama Mulyanto yg terletak di Desa
Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas)
maka berdasarkan Pasal 118 HIR ayat (1) dan 99 RV sudah
semestinya dalam hal mengajukan gugatan aquo, Penggugat
mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat.

7
Berdasarkan fakta yang tertulis dan dibuat Akta
Perjanjian Kredit nomor 111 tanggal 05 Maret 2013, Akta
Notariil Addendum Perjanjian Kredit No. 100 tanggal 30
Maret 2016 dan Pasal 15 Akta Notariil Perjanjian
Restrukturisasi Kredit No. 54 tanggal 30 November 2016
bahwa didalam klausula akta tersebut yang dibuat oleh
Pihak Penggugat dan Tergugat terdapat klausul pemilihan
tempat hukum apabila dikemudian hari terjadi sengketa,
yaitu di Panitera Pengadilan Negeri Purwokerto,
berdasarkan hal tersebut Tergugat dalam Eksepsinya
menerangkan bahwa seharusnya pihak Penggugat
mengajukan gugatan sesuai dengan yang telah tertulis dan
disepakati didalam Akta Perjanjian tersebut, yaitu
Pengadilan Negeri Purwokerto, atas dasar tersebut Tergugat
dalam Eksepsinya menerangkan bahwa terhadap gugatan
Penggugat telah melanggar kewenangan relatif peradilan.
c. Pokok Pertimbangan Hukum Hakim
Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Banyumas
dalam Perkara Perdata Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms
a. Menimbang, bahwa dalam Eksepsi yang diajukan oleh
Tergugat, dalam poin ketiga menyebutkan pada pokoknya;
Bahwa dalam Pasal 118 HIR dan Pasal 99 Rv diatur juga
perihal domisili pilihan dimana Para Pihak boleh
menyepakati salah satu PN yang diberi wewenang secara
relatif untuk menyelesaikan sengketa yang timbul di antara
mereka. Bahwa dalam Perjanjian Kredit antara Penggugat
dengan Tergugat terdapat klausula pilihan hukum bila
terjadi sengketa dikemudian hari yaitu diatur dalam Pasal
22 Akta Perjanjian Kredit No. 11 tangga 05 Maret 2013,
Pasal 22 Akta Perjanjian Kredit No. 45 tanggal 18
November 2013, Pasal 18 Akta Notariil Addendum
Perjanjian Kredit No. 100 tanggal 30 Maret 2016 dan Pasal
15 Akta Notariil Perjanjian Restrukturisasi Kredit No. 54
tanggal 30 November 2016 yang pada intinya ditentukan
bahwa tentang Perjanjian ini dan segala akibatnya Para
Pihak telah memilih tempat tinggal umum dan tetap pada
Kantor Panitera Pengadilan Negeri di Purwokerto, dengan

8
tidak mengurangi hak dan wewenang Bank/Pihak Pertama
untuk menuntut pelaksaan/eksekusi atau mengajukan
tuntutan hukum terhadap Pengambil Kredit/Pihak Kedua
berdasarkan Perjanjian ini melalui atau dihadapan
Pengadilan-Pengadilan lainnya dimanapun juga didalam
wilayah Republik Indonesia.
b. Menimbang, bahwa menurut Tergugat seharusnya gugatan
aquo diajukan ke Pengadilan Negeri Purwokerto dengan
alasan Penggugat dan Tergugat telah sepakat dalam Pasal
22 Akta Perjanjian Kredit No. 11 tanggal 05 Maret 2013,
Pasal 22 Akta Perjanjian Kredit No. 45 tanggal 18
November 2013, Pasal 18 Akta Notariil Addendum
Perjanjian Kredit No. 100 tanggal 30 Maret 2016, dan Pasal
15 Akta Notariil Perjanjian Restrukturisasi Kredit No. 54
tanggal 30 November 2016, untuk memilih Pengadilan
Negeri Purwokerto sebagai Pengadilan Negeri yang
mengadili akibat hukum dari Perjanjian-Perjanjian di atas.
c. Menimbang, bahwa guna mendukung dalilnya tersebut
Tergugat telah mengajukan bukti berupa surat bertanda T-1
sampai dengan T-4, yaitu; fotokopi Akta Notariil Perjanjian
Kredit Nomor II tanggal 5 Maret 2013, fotokopi Akta
Notariil Perjanjian Kredit Nomor 45 tanggal 18 November
2013, fotokopi Akta Notariil Addendum Perjanjian Kredit
(Perpanjangan Jangka Waktu Kredit) Nomor 100 tanggal
30 Maret 2016, dan fotokopi Akta Notariil Perjanjian
Restrukturisasi Kredit Nomor 54 tanggal 30 November
2016.
d. Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 22 Akta
Perjanjian Kredit No. 11 tanggal 05 Maret 2013, Pasal 22
Akta Perjanjian Kredit No. 45 tanggal 18 November 2013,
Pasal 18 Akta Notariil Addendum Perjanjian Kredit No.
100 tanggal 30 Maret 2016, dan Pasal 15 Akta Notariil
Perjanjian Restrukturisasi Kredit No. 54 tanggal 30
November 2016, dinyatakan bahwa; Untuk Perjanjian
Kredit ini dan segala akibatnya serta pelaksanaannya para
pihak memilih tempat tinggal (domisili) yang umum dan
tetap pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri di
Purwokerto, dengan tidak mengurangi hak dan wewenang
BANK untuk menuntut pelaksanaan/eksekusi atau
mengajukan tuntutan hukum terhadap pengambil Kredit
berdasarkan Perjanjian ini, melalui dihadapan Pengadilan-
Pengadilan Negeri lainnya dimanapun dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9
e. Menimbang, bahwa dari bukti surat bertanda T-1 sampai
dengan T-4 tersebut diketahui yang menjadi debitor dalam
Perjanjian yang telah disepakati adalah Penggugat
sedangkan yang menjadi Kreditur adalah Tergugat. Dalam
buktibukti tersebut terlihat bahwa para pihak sepakat
apabila terjadi suatu akibat serta pelaksanaannya, para
pihak memilih tempat tinggal (domisili) yang umum dan
tetap pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri di
Purwokerto.
f. Menimbang, bahwa mengenai domisili pilihan tersebut
telah diatur dalam Pasal 118 ayat (4) HIR, yang
menyebutkan; Jika ada suatu tempat tinggal yang dipilih
dengan surat akta, maka Penggugat, kalau mau, boleh
mengajukan tuntutannya kepada ketua Pengadilan Negeri
yang dalam daerah hukumnya terletak tempat tinggal yang
dipilih itu.
g. Menimbang, bahwa dalam ketentuan yang sama, terhadap
perkara gugatan dengan objek sengketa berupa tanah
(benda tetap) menurut Pasal 118 ayat (2) HIR, dinyatakan,
bahwa; Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat dan
tempat tinggalnya yang sebenarnya, atau jika tidak dikenal
orangnya, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua
Pengadilan Negeri di tempat tinggal Penggugat atau salah
seorang Penggugat, atau kalau tuntutan itu tentang barang
tetap, diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri yang dalam
daerah hukumnya terletak barang tersebut.
h. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 118 ayat
(3) HIR tersebut, menurut Majelis suatu gugatan dengan
objek sengketa berupa tanah harus diajukan di Pengadilan
Negeri dimana benda tersebut berada, namun ketentuan
tersebut terdapat pengecualiannya yang menegaskan para
pihak bisa memilih domisili hukum untuk menyelesaikan
sengketa diantara mereka dengan sepakat mencantumkan
pengadilan pilihan tersebut dalam suatu akta. Sehingga
dapatlah disimpulkan bahwa Pasal 118 ayat (4) HIR lebih
diutamakan mengingat kesepakatan tersebut harus
dituangkan dalam suatu akta yang mengikat, dan hal
tersebut sesuai dengan azas pacta sunt servanda (Pasal
1338 KUHPerdata).
i. Menimbang, bahwa kebebasan para pihak untuk
menentukan pilihan domisili penyelesaian perselisihan atau
penyelesaian sengketa di perbolehkan berdasarkan Pasal
118 ayat (4) HIR, yaitu para pihak dalam Perjanjian dapat
menyepakati domisili pilihan yang berisi klausula sepakat

10
untuk memilih Pengadilan Negeri tertentu yang akan
berwenang menyelesaikan sengketa yang timbul dari
Perjanjian. Bahwa pencatuman klausul sepakat untuk
memilih Pengadilan Negeri tertentu yang akan berwenang
menyelesaikan sengketa yang timbul dari Perjanjian
tersebut harus berbentuk akta tertulis, dapat langsung
dicantumkan sebagai klausula dalam Perjanjian pokok atau
dituangkan dalam akta tersendiri.
j. Menimbang, bahwa sesuai bukti T-1 sampai dengan T-4
berupa Perjanjian Kredit antara Penggugat dan Tergugat,
ternyata secara tegas dan jelas, di dalam Perjanjian tersebut
terdapat klausula sepakat untuk memilih Pengadilan Negeri
tertentu yang akan berwenang menyelesaikan sengketa
yang timbul dari Perjanjian.
k. Menimbang, bahwa setelah Majelis mempelajari dalil
gugatan Penggugat dan Eksepsi Tergugat, dihubungkan
dengan bukti surat bertanda T-1 sampai dengan T-4, maka
Majelis berpendapat bahwa Penggugat selaku debitur dan
Tergugat selaku Kreditur terikat dengan Perjanjian Kredit
yang telah disepakatinya, dan sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata, maka Perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya.
l. Menimbang, bahwa setelah Majelis mencermati klausul
sebagaimana tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa apabila terjadi peselisihan atau sengketa dalam
pelaksanaan Perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat,
maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya di
Pengadilan Negeri Purwokerto, sedangkan terhadap
Kreditur (Tergugat) diberikan hak opsi, apakah akan
mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri
Purwokerto atau Pengadilan Negeri lain.
m. Menimbang, bahwa dengan adanya klausula dalam
Perjanjian mengenai pilihan domisili penyelesaian
perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat yang
menunjuk pada Pengadilan Negeri Purwokerto, maka
dengan demikian Pengadilan Negeri Purwokerto
merupakan Pengadilan Negeri yang berwenang untuk
menyelesaikan perselisihan antara Penggugat dengan
Tergugat tersebut, dan guna terciptanya ketertiban dan
kepastian hukum, maka Pengadilan Negeri Banyumas tidak
berwenang mengadili perkara dan persengketaan antara
Penggugat dan Tergugat berkaitan dengan Perjanjian yang
telah disepakati.

11
n. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di
atas, Majelis Hakim berpendapat Eksepsi Tergugat cukup
beralasan dan berdasar hukum untuk dikabulkan.
o. Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Negeri
Banyumas telah dinyatakan tidak berwenang mengadili
perkara ini maka sudah tidak ada urgensinya lagi untuk
mempertimbangkan pokok perkara.
d. Amar Putusan Perkara Perdata Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms
Dalam Eksepsi:
1. Mengabulkan Eksepsi Tergugat;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Banyumas tidak
berwenang mengadili perkara ini;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara
yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp.
2.055.500,00 (dua juta lima puluh ribu lima ratus
rupiah).
2. Pembahasan
a. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Memutus Gugatan Dalam
Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms mengenai Kewenangan Relatif
Perjanjian Kredit.
Berdasarkan hasil penelitian dalam perkara perdata dengan
Nomor register 8/Pdt.G/2018/PN.Bms Penggugat mendapatkan surat
peringatan ketiga dari pihak Tergugat dan pihak Tergugat akan
melakukan pelelangan terhadap objek jaminan SHM nomor 1034
tersebut atas nama Mulyanto (Penggugat) . Hal tersebut menurut
Penggugat bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, KCP. Sokaraja atau
pihak Tergugat di indikasikan melanggar peraturan Bank Indonesia
dan asas kebebasan berkontrak, dengan adanya gugatan tersebut,
tergugat mengajukan jawaban gugatan sebagaimana disebutkan dalam
Eksepsi kompetensi relatif yang isinya kewenangan mengadili secara
relatif yang berdasarkan Pasal 134 dan 136 HIR dan Pasal 99 RV
tentang pemilihan tempat tinggal umum dan tetapnya dengan kantor
panitera Pengadilan Negeri yang diberi wewenang relatif.
Isi perjanjian kredit tersebut dinyatakan bahwa segala
akibatnya serta pelaksanaanya para pihak memilih tempat tinggal bukti

12
tersebut terlihat bahwa para pihak memilih tempat tinggal bukti
tersebut terlihat bahwa para pihak telah sepakat dengan domisili umum
dan tetap daripada kantor kepanitraan Pengadilan Negeri di
Purwokerto apabila terjadi suatu akibat dengan tidak mengurangi hak
dan wewenang bank untuk menuntut pelaksanaan/eksekusi atau
mengajukan tuntutan hukum terhadap pengambil Kredit berdasarkan
perjanjian ini, melalui dihadapan pengadilan-Pengadilan Negeri lainya
dimanapun dalam wilayah NKRI. Dalam hal tersebut diatas dan yang
menjadi obyek gugatan adalah tanah benda tidak bergerak (tanah),
maka ditempat benda yang tidak berbergerak terletak (ketentuan HIR
dalam hal ini berbeda dengan RBg, Menurut Pasal 142 RBg, apabila
objek gugatan adalah tanah, maka gugatan selalu dapat diajukan
kepada Pengadilan Negeri dimana tanah itu terletak).
Majelis Hakim dalam pertimbangan menggunakan Pasal 118
ayat (3) HIR ialah suatu gugatan dengan objek sengketa berupa tanah
harus diajukan di Pengadilan Negeri dimana benda itu berada, namun
ada pengecualianya yang menegaskan para pihak bisa memilih
domisili hukum untuk menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan
sepakat mencamtumkan pengadilan pilihan tersebut dalam suatu akta,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasal 118 ayat (4) HIR lebih
diutamakan mengingat kesepakatan tersebut harus dituangkan dalam
suatu akta yang mengikat dan hal tersebut sesuai dengan azas pacta
sunt servanda (Pasal 1338 KUHPerdata) yang meskipun sengketa
kepemilikan menyangkut obyek tanah maka baru dilihat dimanakah
yuridiksi Pengadilan Negeri manakah tempat obyek sengketa tersebut
berada.
Setelah dicermati dan meneliti lebih dalam ternyata gugatan
berdasarkan perbuatan melawan hukum termasuk golongan gugatan
yang bersifat perorangan karena didasarkan atas perikatan yang
bersumber dari peraturan perUndang-Undangan, khususnya Pasal 1365
BW dan seterusnya. Sedangkan pelaksanaan forum rei sitae

13
merupakan pengaplikasian yurisdiksi in rem sebagai sarana dalam
mengajukan gugatan yang bersifat kebendaan, khususnya terhadap hak
kebendaan atas benda-benda tidak bergerak. Sehingga pada dasarnya
penerapan forum rei sitae terhadap gugatan berdasarkan perbuatan
melawan hukum yang melibatkan kebendaan tetap sebagai objek
sengketa tidak dapat dibenarkan menurut hukum walaupun
berdasarkan Pasal 118 ayat (3) HIR, hal tersebut seolah-olah dapat
dilakukan berdasarkan teori yang ada, forum rei sitae merupakan
penerapan dari yurisdiksi in rem, sedangkan gugatan atas dasar
perbuatan melawan hukum merupakan gugatan yang bersifat in
persona, yang mana antara keduanya tidak dapat saling
dicampuradukkan.
Penulis meneliti selain dari analisis pertimbangan Hakim dalam
Putusan perkara Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms mengenai penerapan
kewenangan relatif perjanjian kredit dapat menggunakan pertimbangan
dasar Buku II tentang Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis
Peradilan Perdata Umum dan Khusus mengenai wewenang Relatif,
menyatakan : “Sesuai ketentuan Pasal 118 HIR/Pasal 142 RBg,
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang daerah
hukumnya, meliputi huruf g. Jika ada pilihan domisili yang tertulis
dalam akta, maka gugatan diajukan di tempat domisili yang dipilih
itu.”9
Dapat ditarik kesimpulanya bahwa Hakim sudah tepat
mengabulkan eksepsi Tergugat, yang menyatakan Pengadilan Negeri
Purwokerto berwenang memeriksa dan memutus perkara ini, dan
menyatakan Pengadilan Negeri Banyumas tidak berwenang memeriksa
dan sudah tidak ada urgensinya lagi untuk mempertimbangkan pokok
perkara Namun kurang dalam penerapan hukumnya karena hanya
berdasarkan Pasal 118 dan Pasal 99 Rv tentang pilihan domisili,
dimana para pihak boleh menyepakati salah satu Pengadilan Negeri
9
Mahkamah Agung RI, 2008, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum
dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, Jakarta., Hlm. 50-51.

14
yang diberi wewenang secara relatif untuk menyelesaikan sengketa
yang timbul di antara mereka dan bukti-bukti dalam persidangan T1-
T4 tentang Akta perjanjian kredit .
b. Akibat Hukum dengan Dikabulkannya Eksepsi Mengenai Kewenangan
Relatif terhadap Pokok Perkaranya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Putusan Nomor
8/Pdt.G/2018/PN.Bms, Majelis Hakim memutus dengan amar
menyatakan bahwa gugatan cacat formil dapat dijadikan dasar bagi
Hakim untuk menjatuhkan putusan akhir yang bersifat negatif dengan
amar yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijke Verklaard).
Dengan dikabulkanya eksepsi kompetensi relatif tergugat
dalam putusan Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms maka akibat
hukum dari dikabulkanya eksepsi tergugat, pokok perkara sama sekali
tidak diperiksa dan diputus. Hubungan hukum antara Penggugat dan
tergugat kembali kepada keadaan semula sebelum adanya putusan
otomatis gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang di tuntutkan
kepada Tergugat dalam hal ini termasuk pokok perkara tidak diperiksa
dan surat peringatan lelang atas obyek sengketa dalam prosesnya
masih dapat terus dilaksanakan. Selain itu dengan amar Putusan
Pengadilan Negeri Banyumas mengabulkan eksepsi maka Penggugat
selaku pihak yang kalah harus membayar biaya perkara.putusan
sebesar Rp. 2.055.500,00 (dua juta lima puluh ribu lima ratus rupiah)
kepada Pengadilan Negeri Banyumas.
Upaya hukum dapat ditempuh apabila salah satu pihak merasa
keberatan dapat mengajukan banding dalam jangka waktu 14 hari yang
diatur dalam Pasal 188-194 HIR dan Pasal 199-205 RBg yang telah
digantikan Undang-Undang Bo. 20/1947 tentang Peraturan Peradilan
Ulangan. Jika tidak ada upaya hukum banding baik dari Penggugat
ataupun Tergugat dalam jangka waktu 14 hari maka Penggugat dapat
mengajukan gugatanya kembali ke pengadilan lain dengan jalan

15
memperbaiki gugatanya sesuai dengan klausul dalam Perjanjian
kreditnya yakni Pengadilan Purwokerto.

16
C. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dasar pertimbangan hukum Hakim dalam memutus
gugatan dalam putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms mengenai
kewenangan relatif. Hakim mengabulkan Eksepsi Tergugat terlebih dahulu
tentang kewenangan mengadili secara relatif. Putusan tersebut telah sesuai
dengan Pasal 134 dan 136 HIR.. Terlepas dari Obyek sengketa atau forum
sitaenya yang berada di wilayah Sokaraja dalam hal ini merupakan
wilayah hukum atau kewenangan Pengadilan Negeri Banyumas. Dengan
pertimbanganya yaitu menggunakan Pasal 118 ayat (2) dan ayat (3) HIR
dan diperjelas lagi dengan Pasal 118 ayat (4) HIR tentang pemilihan
domisili dalam kesepakatan. Berdasarkan fakta kesepakatan tersebut sudah
dituangkan dalam suatu akta yang mengikat didalam bukti T1-T4 dimana
dalam salah satu klausulnya telah mencantumkan Pengadilan
Purwokertolah yang berwenang jika suatu saat terjadi sengketa. Dapat
disimpulkan bahwa pertimbanagan hakim tersebut sudah sesuai dengan
asas pacta sunt servanda (Pasal 1338 KUHPerdata). Segala hal yang telah
disepakati tersebut berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak dalam
perjanjian.
Akibat hukumnya dengan dikabulkannya Eksepsi mengenai
kewenangan relatif terhadap pokok perkaranya pada Putusan Pengadilan
Negeri Banyumas perkara Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms. Dengan Putusan
akhir yang bersifat negatif maka Dengan dikabulkanya eksepsi kompetensi
relatif tergugat dalam putusan Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms
otomatis gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke
Verklaard). Maka akibat hukum dari dikabulkanya eksepsi tergugat,
hubungan hukum antara Penggugat dan tergugat kembali seperti sebelum
adanya gugatan. Selain itu dengan amar Putusan Pengadilan Negeri
Banyumas mengabulkan eksepsi maka Penggugat selaku pihak yang kalah
harus membayar biaya perkara.putusan sebesar Rp. 2.055.500,00 (dua juta
lima puluh ribu lima ratus rupiah) kepada Pengadilan Negeri Banyumas.

17
Upaya hukum apabila salah satu pihak merasa keberatan dapat
mengajukan banding dalam jangka waktu 14 hari yang diatur dalam Pasal
188-194 HIR dan Pasal 199-205 RBg yang telah digantikan Undang-
Undang Bo. 20/1947 tentang Peraturan Peradilan Ulangan. Jika tidak ada
upaya hukum banding baik dari Penggugat ataupun Tergugat dalam jangka
waktu 14 hari maka Penggugat dapat mengajukan gugatan baru ke
pengadilan lain dengan jalan memperbaiki gugatanya tanpa terikat prinsip
nebis in idem(Pasal 1917 KUHPerdata). Akibat hukumnya dikabulkanya
eksepsi sesuai dengan kembalinya keadaan semula setelah perkara tidak
dapat diterima maka kompetensi relatif perbaikan gugatan baru harus
sesuai dengan klausul pemilihan tempat hukum dalam perjanjian kredit
antara Penguggat dan Terguggat semula. Penggugat dapat mengajukan
gugatanya kembali ke pengadilan lain dengan jalan memperbaiki
gugatanya dan mengajukan gugatanya ke pengadilan yang berwenang.
Dalam putusan Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms pengadilan yang
berwenang sesuai dalam klausul perjanjian yakni Pengadilan Purwokerto.
2. Saran
Dalam mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis dapat memberikan
saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam perkara ini.
Advokat yang mewakili Penggugat dalam hal ini hendaknya lebih cermat
dan teliti dalam mengajukan surat gugatan ke pengadilan yang diajukan,
karena untuk mencegah gugatan tidak dapat diterima seperti dalam
sengketa yang diteliti oleh penulis ini, Penggugat dapat mengajukan
gugatan baru ke pengadilan dengan memperhatikan kewenangan relatif
pengadilanya sehingga berikutnya tidak terjadi kesalahan dalam
pengajukan gugatan.

18
E. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Hutang Pihutang, Prenada Media,
Jakarta;
J. Satrio, 1999, Hukum perikatan, perikatan pada umumnya, Alumni,
Bandung;
M. Yahya Harahap, 2007, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan, Putusan Pengadilan,
Bandung;
Retnowulan Sutanto dan Iskandar Oeripkartawinata, 1979, Hukum Acara
Perdata dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung;
Subekti, 1982, Hukum Acara Perdata, Cetakan Kedua, Binacipta, Bandung;
Sudikno Mertokusumo, 1993, Hukum Acara Perdata Indonesia , Liberty,
Yogyakarta;

Soejono Soekamto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif,


Rajawali Press, Jakarta;
Mahkamah Agung RI, 2008, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis
Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007,
Jakarta.
Putusan
Pengadilan Negeri Banyumas, Putusan Nomor 8/Pdt.G/2018/PN.Bms.
Internet
Upaya Hukum Biasa (Banding, Kasasi, Dan Verzet),
https://jdih.kepriprov.go.id/artikel/tulisanhukum/19-upaya-hukum-biasa-
banding-kasasi-verzet, diakses pada tanggal 14 November 2020,pukul 23.00
WIB
Peraturan PerUndang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek) (Staatblad
1847 No. 23).

HIR (Herzien Inlandsch Reglement staat beslag) (Staatblad 1984 No. 16 yang
diperbaharui dengan Staatblad 1941 No. 44).

RBG (Reglement tot Regeling van Het Rechtswezen in de GewestenBuiten


Java En Madura) (Staatblad 1927 No. 227).

19
RV atau BRv (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) (Staatsblad.
1847-52 jo. 1849-63.).

20

Anda mungkin juga menyukai