Anda di halaman 1dari 5

Ernie

Vol. 1,H. Purwaningsih


No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antropometri
eJKI

Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya


di Indonesia

Ernie H. Purwaningsih
Departemen Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Pendahuluan misalnya kementerian pertanian, kehutanan,


Jamu telah menjadi bagian budaya dan riset dan teknologi, pendidikan dan kebudayaan,
kekayaan alam Indonesia dan hasil Riset perindustrian, perdagangan dan lain-lain. Untuk
Kesehatan Dasar Tahun 2010 menunjukkan bahwa menganalisis masalah tersebut, dilakukan telaah
penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia lebih jurnal yang membahas masalah jamu dari 3
dari 50%.1 Meskipun demikian belum semua dokter zaman perkembangan jamu di Indonesia yaitu
di Indonesia terutama dokter spesialis menerimanya sebelum abad ke-18, abad ke 18-20 dan abad ke-
dengan alasan tidak memiliki bukti ilmiah (evidence 21, dikhususkan pada masalah di Kementerian
based medicine/EBM). Hal tersebut diperjelas Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan
dengan hilangnya bidang kajian pengobatan Kebudayaan RI.
tradisional, alternatif dan komplementer pada
kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Sebelum Abad XVIII
pasca-Muktamar IDI di Makasar tahun 2012. Dengan ditemukannya fosil di tanah Jawa
Bidang kajian tersebut diperjuangkan PB IDI hasil berupa lumpang, alu dan pipisan yang terbuat dari
muktamar di Palembang tahun 2009, setelah Bapak batu menunjukkan, bahwa penggunaan ramuan
Presiden RI mencanangkan jamu brand Indonesia untuk kesehatan telah dimulai sejak zaman meso-
pada tahun 2008. Pada kenyataannya, di setiap neolitikum. Penggunaan ramuan untuk pengobatan
sidang pleno PB IDI selama tiga tahun, banyak tercantum di prasasti sejak abad 5 M antara lain relief
anggota pengurus yang selalu mempertanyakan di candi Borobudur, candi Prambanan dan candi
bukti ilmiah jamu karena banyak pasien mereka Penataran abad 8-9 M. Usada Bali merupakan uraian
mengalami perforasi lambung bahkan gagal ginjal. penggunaan jamu yang ditulis dalam bahasa Jawa
Penjelasan bahwa jamu tersebut bercampur Kuno, Sansekerta dan bahasa Bali di daun lontar
dengan bahan kimia obat (BKO) sebagai penyebab pada tahun 991-1016 M. Istilah djamoe dimulai
efek samping, tidak menyurutkan pendapat mereka sejak abad 15-16 M yang tersurat dalam primbon
bahwa jamu tidak aman dan tidak berbasis ilmiah. di Kartasuro. Uraian jamu secara lengkap terdapat
Karena pendapat dokter yang melemahkan di serat centini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti
kemanfaatan jamu, Kementerian Kesehatan melalui Adipati Anom Mangkunegoro III tahun 1810-1823.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pada tahun 1850 R. Atmasupana II menulis sekitar
menjalankan program Saintifikasi Jamu (SJ) 1734 ramuan jamu. Djamoe merupakan singkatan
berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan dari djampi yang berarti doa atau obat dan oesodo
RI No.003/PerMenKes/I/2010 untuk membuktikan (husada) yang berarti kesehatan. Dengan kata lain
khasiat jamu dengan metode penelitian berbasis djamoe berarti doa atau obat untuk meningkatkan
pelayanan. Pascapelatihan, sebagian besar dokter kesehatan.2-4 Pemanfaatan jamu di berbagai daerah
SJ yang telah melaksanakan penelitian berbasis dan/atau suku bangsa di Indonesia, selain Jawa,
pelayanan, mengalami kesulitan antara lain Dinas belum tercatat dengan baik.
Kesehatan Kota belum mengetahui program SJ
sehingga tidak bersedia memberikan surat bukti Abad 18-20
registrasi (SBR) yang diperlukan dokter SJ. Menurut Pols,5 sejak zaman penjajahan
Masalah di atas merupakan sebagian kecil dari Belanda pada awal abad ke-17, para dokter
masalah yang kompleks karena peningkatan jamu berkebangsaan Belanda, Inggris ataupun Jerman
bukan hanya masalah kementerian kesehatan tertarik mempelajari jamu sampai beberapa di
saja, melainkan melibatkan berbagai kementerian antaranya menuliskannya ke dalam buku, misalnya
yang terkait pengelolaan jamu dari hulu ke hilir, “Practical Observations on a Number of Javanese

85
Vol. 1, K.
Calvin No.M,2,Fransisca,
Agustus 2013
Karina M. P, Kevin, Melissa L, Sri Sukmaniah Jamu, Obat Tradisional
eJKI

Medications” oleh dr. Carl Waitz pada tahun 1829. Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran
Isi buku antara lain menjelaskan bahwa obat Obat Tradisonal. Guna menjamin peningkatan
yang lazim digunakan di Eropa dapat digantikan penggunaan dan pengawasan terhadap obat
oleh herbal/tanaman (jamu) Indonesia, misalnya tradisional, pemerintah mengeluarkan Keputusan
rebusan sirih (Piper bettle) untuk batuk, rebusan Menteri Kesehatan No. 584/MENKES/SK/VI/1995
kulit kayu manis (Cinnamomum) untuk demam tentang Sentra Pengembangan dan Penerapan
persisten, sedangkan daunnya digunakan untuk Pengobatan Tradisional (SP3T).
gangguan pencernaan. Di lokasi yang sekarang
menjadi RS Gatot Subroto (The Weltevreden Military Bagaimana Pendidikan dan Penelitian Obat
Hospital), pada tahun 1850, seorang ahli kesehatan Tradisional Asli Indonesia?
Geerlof Wassink membuat kebun tanaman obat Pendidikan nonformal berupa pelatihan atau
dan menginstruksikan kepada para dokter agar kursus singkat telah dilaksanakan oleh Direktorat
menggunakan herbal untuk pengobatan. Hasil Bina Kesehatan Masyarakat Departeman
pengobatan tersebut dipublikasikan di Medical Kesehatan RI untuk mendidik dan memberikan
Journal of the Dutch East Indies. sertifikat kepada para pengobat tradisional
Seorang ahli farmasi, Willem Gerbrand (BATTRA) yang telah berpraktik sebelumnya.
Boorsma yang saat itu bertugas sebagai direktur Mereka mendirikan asosiasi pengobat tradisional
“Kebon Raya Bogor” pada tahun 1892 berhasil Indonesia (ASPETRI), sayangnya belum ada
mengisolasi bahan aktif tanaman dan membuktikan mekanisme kontrol yang baik. Hal tersebut
efeknya secara farmakologis yaitu morfin, kinin disebabkan jumlah SP3T masih sangat terbatas
dan koka. Pada abad ke-19 diterbitkan buku (900 (12 provinsi), koordinasi dengan Dinas Kesehatan
halaman) tentang pemanfaatan jamu di Indonesia Kota sebagai pemberi SBR belum berjalan karena
oleh dr. Cornelis L. van der Burg yaitu Materia kurangnya sosialisasi akan hak dan kewajiban
indica. Dengan ditemukan teori baru tentang kedua pihak, dan kurangnya koordinasi antara
bakteri oleh Pasteur dan ditemukannya sinar X, Dinas Kesehatan Kota dengan Dinas Kesehatan
pemanfaatan jamu menurun drastis pada awal Provinsi. Di lain pihak, Direktorat Bina Pelayanan
tahun 1900. Medik Dasar memberikan pelatihan kepada para
Pada akhir tahun 1930, dr. Abdul Rasyid dan dokter melalui SP3T, namun tidak melibatkan PB
dr. Seno Sastroamijoyo menganjurkan penggunaan IDI sehingga dokter yang dilatih tidak mendapatkan
jamu sebagai upaya preventif untuk menggantikan izin praktik dan akhirnya bergabung dengan
obat yang sangat mahal. Pada tahun 1939, IDI ASPETRI.
mengadakan konferensi dan mengundang dua Di bidang penelitian, pada tahun 1978 para
orang pengobat tradisional untuk mempraktikkan pakar jamu mendirikan Himpunan Ahli Bahan Alami
pengobatan tradisional di depan anggota IDI. Indonesia (HIPBOA) dan salah satu pendirinya
Mereka tertarik untuk mempelajari seni pengobatan adalah dr. Sardjono Oerip Santoso. Dari sekian
tradisional Indonesia dan pada tahun yang sama, banyak pendiri, mereka umumnya adalah apoteker
di Solo diadakan konferensi I tentang jamu yang dan hanya beberapa dokter, salah satunya dr.
dihadiri juga oleh para dokter.6 Penggunaan jamu Sardjono Oerip Santoso. HIPBOA kemudian
meningkat tajam saat penjajahan Jepang. Dalam berubah menjadi Perhimpunan Peneliti Bahan
kurun waktu tersebut, terdapat tiga pabrik jamu Alam (PERHIPBA) Indonesia pada tahun 1980.7
besar yaitu PT Jamoe Iboe Jaya (1910), PT Nyonya Pada tahun 1993, Prof.dr. Sardjono O. Santoso
Meneer (1919) dan PT Sido Muncul (1940). dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar
Pada tahun 1966, diadakan konferensi II tetap Departemen Farmakologi FKUI mencetuskan
tentang jamu, juga di Solo untuk mengangkat bahwa dalam kurikulum pendidikan dokter perlu
kembali penggunaan jamu setelah hampir 20 dimasukkan mata ajar pengobatan tradisional
tahun terlupakan terutama akibat perang dunia II Indonesia.8 Hal tersebut sulit dilaksanakan karena
yang berdampak pada sosial-ekonomi masyarakat selalu terbentur dengan pernyataan sebagian besar
Indonesia terutama di Jawa.6 Sejak saat itu, banyak dokter bahwa jamu tidak memiliki bukti ilmiah.
pabrik jamu bermunculan terutama di Jawa Tengah. Hingga akhir abad ke-20, berbagai penelitian
Dengan semakin maraknya pendirian industri bahan alam Indonesia (tanaman, hewan dan
jamu, pemerintah wajib melindungi konsumen mineral) dilaksanakan sendiri-sendiri oleh masing-
dengan mengeluarkan Peraturan Menteri masing institusi pendidikan atau lembaga penelitian
Kesehatan No. 246/MENKES/PER/V/1990 tentang di setiap Departemen pemerintah. Kurangnya

86
Ernie
Vol. 1,H. Purwaningsih
No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antropometri
eJKI

perhatian pemerintah dalam perlindungan hak Pola pikir PB IDI juga berubah dan
kekayaan intelektual dan/atau hak paten kepada mendukung kebijakan pemerintah tersebut
para peneliti Indonesia menyebabkan banyak dengan membentuk Bidang Kajian Pengobatan
tanaman asli Indonesia dipatenkan di luar negeri Tradisional, Alternatif dan Komplementer pasca-
misalnya xanthorrizol dari Curcuma xanthorriza, Muktamar IDI ke-27 di Palembang tahun 2009.
buah merah (Pandanus conoideus), andrografolid Tak kalah pentingnya, Ikatan Alumni Universitas
dari sambiloto (Andrographis panniculata), dll. Indonesia (ILUNI) FK pada tahun 2010 menyusun
rekomendasi pemanfaatan jamu, hasil seminar
Abad ke-21 nasional “Prospek Pengembangan Jamu di
Para pakar jamu baik peneliti di institusi Indonesia Menuju Indonesia Sehat: Harapan dan
pendidikan, lembaga pemerintah maupun Tantangannya” yang kemudian dikirimkan kepada
industri jamu terus berjuang agar jamu menjadi Menteri Kesehatan RI.9
tuan rumah di negeri sendiri. Berbagai seminar Beberapa pertemuan nasional tentang jamu
tentang jamu dan/atau obat tradisional Indonesia mengusulkan penambahan kata jamu kepada
mulai meningkat. Masing-masing kementerian BPOM RI yaitu Peraturan Kepala BPOM RI
berlomba-lomba menyusun peta jalan (road map) nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan
tentang jamu/obat tradisional Indonesia. Siapa Tatalaksana pendaftaran Obat Tradisional, Obat
sebenarnya yang menjadi koordinator penyusunan Herbal terstandar dan Fitofarmaka, menjadi “Jamu
peta jalan tersebut juga tidak jelas, sampai akhirnya Obat Tradisional, Jamu Obat Herbal Terstandar
disepakati akan dikoordinasi oleh Kementerian dan Jamu Fitofarmaka”. Sayangnya, hingga 3 kali
Koordinator Ekonomi dan Industri yang akan pergantian Kepala Badan POM, usulan tersebut
menyiapkan peristiwa nasional Hari Kebangkitan masih tetap dalam pertimbangan.
Jamu dan Jamu dijadikan brand Indonesia pada Pada tahun 2007, Kepala Badan Penelitian
tahun 2007. Selanjutnya, dikeluarkan keputusan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Menteri Kesehatan No. 381/MENKES/SK/III/2007 Kesehatan RI memprakarsai isian kuesioner
tentang Kebijakan Obat Tradisional dan Peraturan riskesdas 2007 tentang pemanfaatan jamu oleh
Menteri Kesehatan No. 1109/MENKES/PER/ masyarakat Indonesia. Hasilnya menunjukkan
IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan bahwa 35,7% masyarakat menggunakan jamu dan
Komplementer-Alternatif di fasilitas pelayanan lebih dari 85% di antaranya mengakui bahwa jamu
kesehatan. bermanfaat bagi kesehatan.10 Riskesdas 2010
Pada tanggal 27 Mei 2008, Hari Kebangkitan ternyata menunjukkan peningkatan hasil yaitu
Jamu Indonesia diresmikan Presiden Indonesia 59,12% dari 35,7% dan 95,6% dari 85%.1
Bapak Susilo Bambang Yudoyono, di Istana Selain pencapaian hasil yang bermakna dalam
Merdeka sekaligus meresmikan jamu sebagai riskesdas 2007 dan 2010, disiapkan pula program
brand Indonesia. saintifikasi Jamu untuk membuktikan secara
Gelora jamu seakan mewarnai kembali ilmiah bahwa jamu efektif untuk indikasi tertentu
kebijakan pemerintah setelah pencanangan dengan metode penelitian berbasis pelayanan.
tersebut yaitu dalam bentuk Undang-Undang No 36 Pada awal tahun 2010, diterbitkan Peraturan
tahun 2009 tentang kesehatan. Pada pasal 48 ayat Menteri Kesehatan No. 003/ Menkes/PER/I/2010
1(2) disebutkan bahwa dari 17 upaya kesehatan tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian
tercantum upaya pelayanan kesehatan tradisional berbasis Pelayanan Kesehatan. Hingga saat ini,
yaitu pengobatan dan/atau perawatan dengan telah menghasilkan 200 dokter yang tersebar
cara dan obat yang mengacu pada pengalaman di hampir seluruh wilayah/provinsi/kabupaten di
dan keterampilan turun temurun secara empiris Indonesia. Masalah baru timbul, ketika mereka
yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak mendapatkan SBR dari Dinas Kesehatan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di Kota, tempat mereka berasal dengan alasan Dinas
masyarakat. Pada saat bersamaan, kementerian Kesehatan tidak mengetahui program SJ. Masalah
kesehatan menyusun Standar Pelayanan Medik lainnya adalah ketika PB IDI pasca-Muktamar IDI
Herbal yang tertuang dalam Keputusan Menteri ke-28 di Makassar pada tahun 2012 menghapuskan
Kesehatan No. 121/MENKES/SK/II/2008 diikuti bidang kajian pengobatan tradisional, alternatif dan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 261/ komplementer, sehingga secara tidak langsung
Menkes/SK/IV/2009 tentang Farmakope Herbal nota kesepahaman (MoU) antara Kepala Badan
Indonesia Edisi pertama. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

87
Vol. 1, K.
Calvin No.M,2,Fransisca,
Agustus 2013
Karina M. P, Kevin, Melissa L, Sri Sukmaniah Jamu, Obat Tradisional
eJKI

Kemenkes RI dengan Ketua Umum PB IDI tidak dokter di Senat Universitas. Program Magister Ilmu
berlaku lagi. Akibatnya, dokter lulusan program Biomedik (PMIB) kekhususan Farmakologi dan
SJ tidak akan mendapatkan izin praktik penelitian Program Pendidikan Dokter Spesialis Farmakologi
berbasis pelayanan jamu di tempat mereka bekerja. Klinik FKUI memberikan mata ajar tanaman obat
Penelitian jamu tetap berlangsung di institusi sebanyak 2 SKS sejak tahun 1990.
pendidikan tinggi di Indonesia, bahkan beberapa di Kurikulum jamu/obat tradisional dalam
antaranya telah melakukan uji klinik, namun, kembali pendidikan dokter di Indonesia masih menjadi
timbul kendala saat akan dilakukan registrasi usulan di Konsil Kedokteran Indonesia yang
di BPOM. Registrasi ternyata hanya diberikan rencananya akan dimasukkan ke dalam standar
kepada industri jamu yang mengusulkan hasil kompetensi dokter Indonesia. Masuknya kurikulum
penelitiannya untuk mendapatkan kriteria sebagai tersebut diharapkan menjadi landasan kompetensi
jamu/obat tradisional atau obat herbal terstandar bagi dokter untuk menghargai dan mengembangkan
atau fitofarmaka dengan kewajiban mengikuti jamu sebagai budaya asli Indonesia.
pedoman uji klinik BPOM. Dengan demikian, hasil Di bidang penelitian, hasil evaluasi terhadap
penelitian perguruan tinggi tersebut tidak dapat 228 tesis magister biomedik tahun 2001-2010
dikembangkan ke pemasaran dan lagi-lagi banyak menunjukkan hanya 14,5% yang meneliti tanaman
dokter belum dapat menerimanya sebagai bukti obat/herbal dan hanya 27% di antaranya adalah
ilmiah karena tidak teregistrasi di BPOM. Uji klinik dokter.12 Penelitian tanaman obat/herbal mulai
yang disyaratkan BPOM masih menggunakan meningkat di kalangan dokter di RSCM dan di
pedoman uji klinik untuk obat konvensional. Jadilah PMIB sejak 2010, namun peserta Program Doktor
keberadaan dan kemanfaatan jamu terpuruk di Ilmu Biomedik FKUI sebagian besar bukan dokter.
negara sendiri karena kebijakan yang kaku dan
sulit dibenahi, masing-masing mempertahankan Kesimpulan
kebenarannya yang juga diwariskan secara turun Hasil analisis literatur menunjukkan bahwa
temurun tanpa mengikuti perkembangan dunia. pemanfaatan jamu di Indonesia tidak konsisten
Setelah Indonesia mengikuti empat kali dan mengalami pasang surut tergantung siapa
konferensi Herbal Medicine se ASEAN, hasil pemegang kebijakan sehingga beberapa jamu lebih
konferensi ke-4 di Kuala Lumpur tahun 2012 mudah dipatenkan di negara lain. Dokter sebagai
membuka dan memberi pencerahan kepada pengabdi masyarakat terdepan belum secara
pemegang kebijakan di BPOM untuk mengevaluasi aklamasi, menerima jamu karena ketidaktahuan
dan menyusun pedoman uji klinik khusus jamu/ atau karena pola sentral cara berpikir yang hanya
obat tradisional Indonesia. Kriteria registrasi terfokus pada bukti ilmiah konvensional. Untuk
ditambah dari 3 menjadi 5 dengan memasukkan mengatasi masalah tersebut diperlukan beberapa
hasil uji praklinik (A) dan uji klinik (B) dari institusi alternatif yaitu pendidikan jamu secara terstruktur
pendidikan tinggi yaitu (A) di antara jamu dan OHT atau memasukkan mata ajar jamu ke dalam
dan (B) di antara OHT dan fitofarmaka. Semoga kurikulum pendidikan dokter dan yang paling
terealisasi. penting adalah koordinasi dan integrasi yang
Bahasan di atas belum menggambarkan saling bersinergi di antara pemegang kebijakan
kondisi penerimaan jamu/obat tradisional di FKUI di pemerintahan, antara pemerintah dengan
maupun di UI dalam menjalankan tridharma akademisi, pebisnis dan masyarakat serta BPOM.
perguruan tinggi. Di bidang pendidikan, tahun
2010 diresmikan Program Magister Herbal Daftar Pustaka
Indonesia di UI yang bertempat di Departemen 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset
Farmasi FMIPA atas prakarsa Rektor UI dengan PT Kesehatan Dasar 2010.
Martina Berto.11 Program dengan dua peminatan 2. Hari Kebangkitan Jamu Indonesia, 27 Mei 2008.
yaitu Herbal Medik dan Estetika Indonesia telah 3. Pringgoutomo S. Riwayat perkembangan pengobatan
meluluskan lima magister herbal medik (dokter) dengan tanaman obat di dunia timur dan barat. Buku
dan enam magister estetika Indonesia (dokter, ajar kursus herbal dasar untuk dokter. Jakarta: Balai
apoteker, biolog, dll.) tepat waktu pada tahun Penerbit FKUI; 2007:1-5.
2012 dan beberapa di antara hasil penelitiannya 4. Tilaar M. The green scince of jamu. Jakarta: PT Dian
sedang dalam proses paten. Pemakaian kata Rakyat; 2010.
herbal menggantikan kata jamu yang kala itu tidak 5. Pols H. The triumph of jamu. Diunduh dari http://
disetujui dan menjadi perdebatan di antara para www.insideindonesia. org/stories/the-triumph-of-

88
Ernie H. Purwaningsih eJKI

jamu-26061327. Diakses 6 September, 2011. 9. ILUNI FKUI. Seminar nasional Prospek


6. Webster A. Herbal. Diunduh dari www. Pengembangan Jamu di Indonesia Menuju Indonesia
indonesianembassy.ir/english/ images/ Indonesian%20 Sehat: Harapan dan Tantangannya, Jakarta, 2010.
Herbal.pdf. Diakses 6 September, 2011 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kesehatan Dasar 2007.
Perhimpunan Peneliti Bahan Alami Indonesia. Revisi 11. Buku Panduan Program Magister Herbal Indonesia.
25 November 2005. Jakarta: Universitas Indonesia; 2010.
8. Santoso SO. Perkembangan obat tradisional dalam ilmu 12. Purwaningsih EH. Kajian penelitian herbal pada
kedokteran di Indonesia dan upaya pengembangannya Program Magister Ilmu Biomedik FKUI. Lustrum ke
sebagai obat alternatif. Pengukuhan Guru Besar FKUI. IX. Dep. Farmasi FMIPA UI, 2007.
Jakarta, 4 September 1993.

89

Anda mungkin juga menyukai