OLEH:
I GEDE ANANDA EKA DIANA
1904551037
1
Affandi, H. (2013). Hak asasi manusia, pemerintahan yang baik, dan demokrasi di Indonesia. Bandung: CV. Kancana Salakadomas.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun material
tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh
warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia
demi untuk kesejahteraan hidup bersama. Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, Negara Indonesia menjamin dan
melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya terutama dalam kaitannya dengan
kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah, antaralain berkaitan dengan hak-
hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan agama. Berikut
merupakan rincian dari hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam pasal pasal UUD 1945,
yaitu sebagai berikut :
a. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, Pasal 27 Ayat (1).
b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, Pasal 27 Ayat (2).
c. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, Pasal
28.
d. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, Pasal 29 Ayat (2).
e. Hak dalam usaha pembelaan negara, Pasal 30.
f. Hak mendapat pengajaran, Pasal 31.
g. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, Pasal 32.
h. Hak di bidang perekonomi, Pasal 33.
i. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, Pasal 34.
3
Lihat dalam Pasal I Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat diubah menjadi Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, sehingga
5
Op. Cit., Majda El-Muhtaj, hlm. 108.
6
Negara berdasar atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. (2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. (3) Penguasa memberi perlindungan yang sama kepada segala perkumpulan dan persekutuan agama yang diakui.
(4) Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa kepada penjabat-penjabat agama dan persekutuan-persekutuan atau perkumpulan-perkumpulan agama dilakukan
atas dasar sama hak.(5) Penguasa mengawasi supaya segala persekutuan dan perkumpulan agama patuh-taat kepada undang-undang termasuk aturan-aturan hukum
7
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2011, hlm. 166
Putusan Nomor 2-3/PUU-V/2007 adalah putusan yang menguji konstitusionalitas pidana mati
dalam sistem hukum Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Walaupun yang diuji hanya terhadap satu undang-undang saja, putusan ini
memberikan dampak yang besar terhadap konstitusionalitas pidana mati yang terdapat di dalam
berbagai undang-undang lainnya.
Tercatat ada sekitar 12 (dua belas) undang-undang lain yang mengatur mengenai pidana mati,
yaitu:
Banyaknya undang-undang yang terkait serta sensitifnya isu pidana mati dalam sistem
hukum Indonesia yang tidak hanya berbicara soal hukum semata, melainkan juga berkaitan
dengan ideologi dan pandangan hidup masyarakat Indonesia, Putusan Nomor 2-3/PUU-
V/2007 ini dapat dianggap sebagai salah satu putusan dari Mahkamah Konstitusi yang
sangat penting, bahkan dianggap sebagai landmark decision karena persoalan
konstitusionalitas pidana mati dalam sistem hukum Indonesia akan selalu mengacu kepada
putusan ini.10
10 .
Budiardjo, M. (1977). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia
Selain itu, sebagaimana telah disebutkan di awal, putusan ini juga penting yang
memberikan petunjuk perlunya kebijakan moderasi pidana mati dalam sistem hukum
Indonesia di masa yang akan datang. Mengingat putusan ini menguji suatu kebijakan yang
sifatnya sensitif dan ideologis, maka majelis hakim cukup berhati-hati dalam mengambil
keputusan. Bahkan untuk sampai pada pertimbangan yang bersifat rekomendasi yaitu
pidana mati konstitusional dalam sistem hukum Indonesia dan di masa yang akan datang
harus dimoderasikan, majelis hakim butuh bekerja keras dalam melakukan penafsiran
terhadap pasal-pasal terkait dengan berbagai macam konsep dalam hal pemidanaan, hak
asasi manusia, konstitusi, dan prinsip-prinsip internasional.
DAFTAR PUSTAKA
-Affandi, H. (2013). Hak asasi manusia, pemerintahan yang baik, dan demokrasi di
Indonesia. Bandung: CV. Kancana Salakadomas.
-Lihat dalam Pasal I Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat diubah menjadi
Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, sehingga naskahnya berbunyi
sebagai berikut..
-Op. Cit., Majda El-Muhtaj, hlm. 108.
-Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2011, hlm. 166
-Lihat Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 UUD 1945.
-Miriam Budiardjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2010) hlm. 256
-Budiardjo, M. (1977). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia.