Anda di halaman 1dari 5

NAMA :DESAK MADE CHYNTIA DEWI

NIM : 1904551505
KELAS : Z (REGULER SORE)

UTS PENGANTAR FILSAFAT HUKUM

Soal Ujian :
1. Istilah Filsafat berasal dari istilah Philosophia yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Apakah
yang dimaksud dengan cinta akan kebijaksanaan tersebut?
2. Apakah sebab seseorang yang berfilsafat atau seorang filsuf dikatakan bijaksana?
3. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri berfikir Filsafat!
4. Sebutkan dan jelaskan Cabang-cabang Filsafat!
5. Jelaskan secara singkat mengenai sejarah perkembangan Filsafat!
Jawaban
1. Kata filsafat yang sering digunakan didalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan dengan
kata philosophia (Latin), philosophic (Jerman), philosophy (Inggris), falsafah (arab), dan
semua itu merujuk pada satu kata yang berasal dari bahasa Yunani dimana filsafat itu lahir
yaitu Philosophia. Jadi secara etimologi filsafat adalah cinta kebijaksanaan. yang di maksud
dengan “cinta kebijaksaan” itu apa? Jadi yang dimaksudkan cinta kebijaksaan itu begini,
cinta itu adalah keinginan atau ketertarikan kepada, suka sekali, dan terpikat. Orang yang
sedang jatuh cinta akan berusaha mencapai apa yang sedang dicintainya.Sedangkan
kebijaksaan, menurut KBBI, adalah selalu menggunakan akal budi (pengalaman dan
pengetahuannya), arif; tajam pikiran; pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb), apabila
menghadapi kesulitan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijaksaan
merupakan pengetahuan yang mendalam. Jadi, secara sederhana “cinta kebijaksanaan”
merupakan sebuah tindakan untuk mengetahui suatu pengetahuan secara mendalam.
2. Dikatakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah mencari kebijaksanaan. Untuk menjadi
bijaksana seorang filsuf harus mengetahui banyak hal, dan demikianlah seorang filsuf pasti
akan menghabiskan hidupnya untuk pengetahuan. Seorang filsuf dapat dikatakan bijaksana
jika ia pandai mempergunakan akal pemikiran serta dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, arif, selalu dengan nalar. Dengan demikian kata seorang filsuf dapat
dikatakan bijaksana jika terdapat begitu erat hubungan antara sikap bijaksana dengan
berfikir. Kebijaksanaan dapat diperoleh dengan cara berfikir secara mendalam terhadap
segala sesuatu sehingga keputusan yang kita ambil tepat guna, tepat waktu, dan tepat sasaran.
3. Ciri-ciri berpikir kefilsafatan yaitu :
1.Radikal artinya berfikir sampai keakar akarnya. Radikal berasal dari bahasa yunani, yaitu
radix yang berarti akar. Maksud dari berfikir sampai ke akar akarnya adalah sampai pada
hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang difikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan
akal berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang
mendasari segala pengetahuan indrawi. Contoh: Jika memikirkan tentang kuda, maka kita
perlu mempertanyakan hal-hal sampai ke substansi yang paling dalam yang melibatkan
seluruh indrawi manusia, seperti: kuda termasuk hewan apa? seperti apa ciri-ciri kuda?
Berapa kaki kuda? berapa kuku yang dimiliki masing masing kuda? apa guna kuku tersebut?
mengapa kuku kuda berbeda dengan kuku binatang lainnya? dan lain sebagainya.
2.Universal dan Umum. Universal yang dimaksud disini adalah berfikir secara umum atau
berfikir tentang hal hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang
filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal hal yang bersifat khusus yang ada dalam
kenyataan. Contoh; jika kita memikirkan tentang alam semesta dalam lingkup galaksi
Bimasakti, maka yang dipikirkan bukan hanya satu planet bumu saja, akan tetapi secara
umum yang difikirkan adalah semua planet yang ada dalam galaksi bimasakti tersebut,
melingkupi merkurius, venus, bumi, mars, jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus.
3.Konseptual. Konsptual yang dimaksud disini merupakan hasil generalisasi dan abstraksi
dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan
tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan
oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog,
melainkan bersangkutan dengan pemikiran "apakah kebebasan itu?"
4.Koheren dan Konsisten, artinya berpikir sesuai kaidah-kaidah berpikir yang tidak
mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut. Runtut
artinya berfikir filsafat harus berfikir dari awal hingga akhir. Seperti membuat makalah/karya
ilmiah, kita tidak bisa membuat karya ilmiah dari pembahasan terlebih dahulu tanpa adanya
pendahuluan. Tidak mengandung kontradiksi artinya tidak mengandung pertentangan antara
dua hal yang difikirkan, karena dua hal tersebut tidak dapat sama-sama benar pada waktu
yang sama dan dalam pengertian yang sama. Misalnya, kita memikirkan tentang Bumi. Si A
mengatakan bahwa bumi itu bulat, sedangkan si B mengatakan bumi itu datar. Entah siapa
dari mereka yang benar, yang jelas kalau ternyata A benar, berarti B salah. Sebaliknya kalau
A salah berarti B benar. Hanya ada dua kemungkinan dan tidak mungkin kedua duanya sama
sama benar, sehingga kemudia tidak akan dipertentangkan.
5..Sistemik yaitu saling berhubungan antara unsur-unsur yang menyusu suatu bagan
konsseptual. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah para filsuf memakai
pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan
tujuan tertentu. Selain itu, sistemik juga berarti bahwa kita harus berfikir secara berjenjang,
mulai dari yang paling atas terlebih dahulu baru bagian kebawah. Seperti berpikir tentang
peraturan perundang-undangan di Indonesia, maka kita harus memikirkan UUD 1945
terlebih dahuluu baru kemudian membahas aturan yang ada dibawahnya.
6.Komprehensif, yaitu menyeluruh. Berfikir scara komprehensif merupakan berfikir filsafat
yang berusaha untuk menjelaskan alam semesta/segala sesuatu secara keseluruhan. Contoh:
Jika kita memikirkan tentang bumi, maka yang difikirkan adalah apa yang ada dalam planet
bumi ini, termasuk pegunungan, hutan, laut, hingga manusia sebagai salah satu penghuni
bumi.
7.Bebas. makna bebas disini bahwa filsafat merupakan pemikiran yang bebas dari prasangka-
prasangka sosial, historis, kultural, atau religius. berfikir dengan bebas itu bukan berarti
sembarangan, sesuka hati atau anarki, sebaliknya bahwa berpikir bebas adalah berfikir secara
terikat, akan tetapi ikatan itu berasal dari dalam, dari kaidah-kaidah, dari disiplin pikiran itu
sendiri. Dengan demikian pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dala sangatlah terikat.

4. Dalam filsafat dikenal cabang-cabang filsafat diantaranya logika, epistemologi, etika, estetika
dan metafisika.

1. Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu pemikiran kita.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat
dan sehat.

2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan
kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-
ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara mendapatkannya
3. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita mengetahui dan
memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu.
4. Estetika, merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari
estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat
membedakan antara estetika filsafat dan estetika ilmiah, teori-teori keindahan, definisi
seni, nilai seni dan teori penciptaan dalam seni.
5. Metafisika, merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Metafisika
membicarakan sesuaru di balik yang tampak. Dengan belajar metafisika maka seseorang
akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan
antropologi.

5.Sejarah singkat perkembangan filsafat dibagi menjadi beberapa zaman yaitu :

Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)

Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite
dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani
yang telah berhasil mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan
itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam semesta. Cara berpikir
ini berlangsung sampai abad ke-6 SM. Sedangkan sejak abad ke-6 SM orang mulai mencari
jawaban rasional tentang asal usul dan kejadian alam semesta. Periode Yunani Kuno ini lazim
disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian karena pada periode ini ditandai dengan
munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang
diamati di sekitarnya. Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa
Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah
mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah
mereka tidak memeriksa semua penyebabnya. 
Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)

Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak
berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para
filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena
semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut
dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati. Secara garis besar
filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastik Islam dan
periode Scholastik Kristen.

Zaman Renaisans (14 M-16 M)

Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung,
arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman renaisans terkenal
dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir. Pada zaman ini, manusia
mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan
gereja yang selama ini telah membatasi manusia dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan
ilmu pengetahuan. Proses melahirkan kembali ini terjadi pada abad ke-15 dan 16. Dan, yang
melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno ini adalah orang-orang yang biasa
disebut kaum humanis.

Zaman Modern (17 M- 20 M)

Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau zaman modern. Zaman Pencerahan
(Inggris: Enlightenment) berlangsung dari abad ke-17 hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat
peristiwa penting, yaitu revolusi di Inggris dan Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman ini
memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang cerah dan bercahaya berkat
rasio mereka sendiri.Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya,
seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh karena itu, semboyan zaman
pencerahan adalah Sapere aude (beranilah berpikir sendiri).  

Anda mungkin juga menyukai