Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nur Reza Umami

Kelas : 1A2
Nim : 191080200242
BAB I SISTEM BILANGAN DAN KONVERSI BILANGAN
Sistem bilangan adalah suatu cara untuk mempresepsik an sebuah nilai dengan menggunakan
kombinasi beberapa bilangan. Sistem Bilangan menggunakan suatu bilangan dasar atau basis
(base / radix) yang tertentu. Ada 4 jenis yang dikenal dalam system bilangan yaitu:
1. Sistem Bilangan Desimal (Decimal Number System) “Basis 10”,
meliputi : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
2. Sistem Bilangan Binari (Binary Number System) “Basis 2”, meliputi :0,1
3. Sistem Bilangan Oktal (Octal Number System) “Basis 8”, meliputi : 0,1,2,3,4,5,6,7
4. Sistem Bilangan Hexadesimal (Hexadecimal Number System) “Basis 16”
meliputi : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F
konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu system bilangan dengan basis tertentu
akan dijadikan bilangan dengan basis yang lain.
Contoh- contoh konversi :
1. Desimal
a. Desimal ke Binner : Dengan membagi bilangan decimal dengan basis binner (2).
b. Desimal ke Octal : Dengan membagi bilagan decimal dengan basis octal (8).
c. Decimal ke Hexadecimal : Dengan membagi bilangan decimal dengan basis
hexadecimal (16).
2. Biner
a. Biner ke Desimal : Untuk melakukan konversi dari bilangan biner atau bilangan
berbasis selain 10 ke bilangan berbasis 10 (desimal) maka harus mengalikan
setiap digit dari bilangan tersebut dengan pangkat 0, 1, 2, …, dst, dari basis mulai
dari yang paling kanan
b. Biner ke Octal : Untuk melakukan konversi biner ke oktal lakukan bagi setiap 3
digit menjadi sebuah angka oktal dimulai dari paling kanan.
c. Biner ke Hexadesimal : mirip dengan konversi biner ke oktal. Hanya saja
pembagian kelompok terdiri dari 4 digit biner. Selain itu untuk nilai 10, 11, 12, ..,
15 diganti dengan huruf A, B, C, …, F.
3. Oktal
a. Oktal ke Desimal : dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 8 (basis octal)
pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan.
b. Oktal ke Biner : dengan memecah bilangan octal tersebut persatuan bilangan
kemudian masing-masing diubah kebentuk biner tiga angka.
c. Oktal ke Hexadesimal : dengan mengubah bilangan octal menjadi biner kemudian
mengubah binernya menjadi hexadecimal.
4. Hexadesimal
a. Hexadesimal ke Desimal : mengalikan digit bilangan heksa dengan pangkat
bilangan 16 dari kanan ke kiri mulai dengan pangkat 0, 1,2,…dst.
b. Hexadesimal ke Oktal
c. Hexadesimal ke Biner
BAB II PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, PERKALIAN, DAN PEMBAGIAN
BILANGAN BINER
1. Penjumlahan Biner
Hal yang harus dicermati dalam aturan pasangan digit biner sebagai berikut :
0+0=0
0+1=1
1 + 1 = 10 > 0 menyimpan 1
1 + 1 + 1 = 11 > 1 menyimpan 1
2. Penguragan Biner
Dalam pegurangan jika digit yang dikurangkn lebih kecil dari digit yang akan
dikurangai, maka terjadi “konsep peminjaman”. Digit tersebut akan meminjam 1 dari
digit disebelahnya.
Bentuk umum pengurangan sebagai berikut :
0–0=0
1–0=1
1–1=0
0 – 1 = 1 -> meminjam 1 dari digit sebelah kiri
3. Perkalian Biner
Metode yang digunakan dalam perkalian biner pada dasarnya sama dengan bperkalian
decimal, akan terjadi pergeseran ke kiri setiap dikalikan 1 bit pengali. Setelah proses
perkalian setiap bit selesai, dilakukan penjumlahan masing-masing kolom bit.
4. Pembagian Biner
Pembagian pada bilangan biner juga menggunakan metode yang sama dengan
pembagian decimal. Bit-bit yang dibagi diambil bit per bit dari sebelah kiri. Apabila
nilainya lebih dari bit pembagi, maka bagilah bit-bit tersebut, tetapi jika setelah
bergeser 1bit nilainya masih dibawah nilai pembagi maka hsilnya dalah 0.
BAB III GERBANG LOGIKA
Gerbang logika (Logic Gate) adalah dasar pembentuk system elektronika digital yang
berfungsi untuk mengubah satu atau lebih inputan menjadi sebuah sinyal output.
Jenis – jenis gerbang logika :
1. Gerbang AND : Apabila semua inputannya bernilai 1 (True), maka outpunya 1 (True).
2. Gerbang OR : Akan bernilai 1 (True) jika salah satu inputannya bernilai 1 (True).
3. Gerbang NOT : sebagai pembalik (Inverter), outputannya akan bernilai terbalik dari
inputan.
4. Gerbang NAND : Akan bernilai 0 (False) jika semua inputannya bernilai 1 (True).
5. Gerbang NOR : Akan bernilai 1 (True) jika semua inputannya bernilai 0 (False).
6. Gerbang XOR : Akan bernilai 1 (True) jika inputannya berbeda.
7. Gerbang X-NOR : Akan bernilai 1 (True) jika inputannya sama.
BAB IV KARNOUGH MAP/K-MAP
Karnough Map/K-Map adalah grafis yang digunakan unruk menyederhanakan persamaan
logika, mengkonversikan table kebenaran menjadi suatu rangkaian logika.
Langkah – langkah pemetaan K-Map :
- Mengkonversikan persamaan Boolean ke bentuk persamaan SOP (Summary of
Product).
- Membuat table kebenaran.
- Gambar K-Map sesuai jumlah variable.
- Cover minterm bernialai 1 yang berdekatan, dengan aturan:
a. Hanya minterm berdekatan secara horizontal/vertical yang boleh di cover.
b. Jumlah minterm yang boleh dicover adalah 2 , 4, 8, 16, 32.
- Buat persamaan SOP sesuai hasil pengcoveran minterm.
POS (Product of Summary) : dibentuk dari dua atau lebih fungsi OR yang di AND kan
didalam kurung
SOP (Summary of Product) : dibentuk dari dua atau lebih fungsi AND yang di OR kan
didalam kurung
BAB V ALJABAR BOOLEAN
Aljabar Boolean atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Boolean Algebra adalah
matematika yang digunakan untuk menganalisis dan menyederhanakan Gerbang Logika pada
rangkaian-rangkaian Digital Elektronika. Boolean pada dasarnya merupakan Tipe data yang
hanya terdiri dari dua nilai yaitu “True” dan “False” atau “Tinggi” dan “Rendah” yang
biasanya dilambangkan dengan angka “1” dan “0”, pada Gerbang Logika ataupun bahasa
pemrograman komputer.
Hukum – hukum Aljabar Boolean :
a. Hukum Komutatif : menyatakan bahwa penukaran urutan variabel atau sinyal Input
tidak akan berpengaruh terhadap Output Rangkaian Logika.
b. Hukum Asosiatif : menyatakan bahwa urutan operasi logika tidak akan berpengaruh
terhadap Output Rangkaian Logika.
c. Hukum Distributif : menyatakan bahwa variabel-variabel atau sinyal Input dapat
disebarkan tempatnya atau diubah urutan sinyalnya, perubahan tersebut tidak akan
mempengaruhi Output Keluarannya.
d. Hukum AND : disebut hukum AND karena pada hukum ini menggunakan Operasi
Logika AND atau perkalian.
e. Hukum OR : menggunakn Operasi Logika OR atau Penjumlahan.
f. Hukum Inversi (NOT) : menyatakan jika terjadi Inversi ganda (kebalikan 2 kali) maka
hasilnya akan kembali ke nilai aslinya.
g. Hukum Taburan
h. Boolean Algebra
i. Hukum De Morgan
BAB VI RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONA
Rangkaian kombinasional terdiri dari gerbang logika yang memiliki output yang
selalu tergantung pada kombinasi input yang ada
Rangkaian Logika Kombinasional terdiri dari:
1. ENCODER
Encoder adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi untuk mengubah
data atau mengkodekan suatu sinyal masukan diskrit menjadi keluaran kode biner.
Sebuah Enkoder harus memenuhi syarat perancangan m < 2 n . Variabel m adalah
kombinasi masukan dan n adalah jumlah bit keluaran sebuah enkoder. Satu kombinasi
masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi keluaran. Encoder merupakan
kebalikan  dari decoder.
Encoder merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi mengubah data
yang ada pada inputnya menjadi kode-kode biner pada outputnya.

2. DECODER
Rangkaian Dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Enkoder yaitu
merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Sebuah dekoder harus memenuhi
syarat perancangan m < 2 n . Variabel m adalah kombinasi keluaran dan n adalah
jumlah bit masukan. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu
kombinasi keluaran.
Jenis- jenis rangkaian decoder :
1. BCD 2 to 4
2. BCD 3 to 8
3. BCD 4 to 16
4. BCD to Seven Segment
3. MULTIPLEXER
Multiplexer atau MUX adalah alat atau komponen elektronika yang bisa
memilih input (masukan) yang akan diteruskan ke bagian output (keluaran).
Pemilihan input mana yang dipilih akan ditentukan oleh signal yang ada di bagian
control (kendali) Select.

4. DEMULTIPLEXER
Demultiplexer adalah Komponen yang berfungsi kebalikan dari MUX. Pada
DEMUX, jumlah masukannya hanya satu, tetapi bagian keluarannya banyak.
Signal pada bagian input ini akan disalurkan ke bagian output (channel) yang
mana tergantung dari kendali pada bagian SELECTnya.
5. ADDER
Adder merupakan rangkain ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan
untuk menjumlahkan bilangan
Ada 3 jenis Adder, yaitu :
1. Half Adder : Rangkaian yang hanya menjumlahkan dua bit.
2. Full Adder : Rangkaian yang hanya menjumlahkan tiga bit.
3. Pararel Adder : Rangkaian yang hanya menjumlahkan banyak bit.

Anda mungkin juga menyukai