Anda di halaman 1dari 4

Nama: Faidatul Rohmah

Nim : 1150019035

Kelas : 2A

Infeksi Nosokomial

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai mahkluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara
berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir baru
dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat
merugikan bagi orang –orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-lebih bagi orang-orang
yang sedang dalam keadaan sakit (penderita). Orang yang sehat akan menjadi sakit dan
orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit akan
memperoleh “tambahan beban penderitaan” dari penyebaran mikroba. Mikroba patogen
yang hidup dan berkembang baikpada satu reservoir akan mencari reservoir baru, begitu
seterusnya. Penyebaran mikroba patogen ke tubuh manusia melalui mekanisme tertentu, yaitu
mekanisme penularan.
Dalam garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pasien yang retan
melalui dua cara :
a. Transmisi langsung (Direct Transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk kepada pasien. Sebagai
contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman atau adanya droplet nuclei saat
bersin, batuk, berbicara, atau saat transfuse darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
b. Transmisi tidak langsung (Indirect Transmission)
Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya “media perantara”, baik
berupa barang/bahan, air,udara, makanan/minuman, maupun vector
a. Vehicle –borne
Sebagai media prantara penularan adalah barang/bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah atau
kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfuse
b. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vector (serangga), yang
memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
 Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum(mikroba
patogen), lalu hinggap pada makanan/minuman, dimana
selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pasien.
 Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh penjamu, mikroba mengalami
siklus perkembangbiakan dalam tubuh vector/serangga,
selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh penjamu melalui
gigitan.
c. Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk
menyebarnya mikroba patogen ke pasien, yaitu melalui pintu masuk
saluran cerna.
d. Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif terutama untuk kebutuhan
rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi,
dan bakteriologis, diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga
aman untuk dikonsumsi. Jika tidak sebagai media perantar air sangat
mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk
saluran cerna maupun pintu masuk yang lain.
e. Air-borne
Udara sangat diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara yang
terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi. Mikroba
patogen dalam udara masuk ke saluran nafas dalam bentuk droplet nuclei
yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin, bicara atau
bernafas melalui mulut atau hidung. Penularan melalui udara ini umumnya
mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung,
ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau laboratorium klinik.

Mekanisme trasmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi sangat jelas tergambar
dalam uraian di atas,dari reservoir ke pejamu yang peka atau rentan. Dalam riwayat
perjalanan penyakit, pasien yang terkena akan berinteraksi dengan mikroba patogen , yang
secara alamiah akan melewati 4 tahap.
1. Pada tahap rentan
Tahan rentan adalah saat seseorang memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga
mudah sekali terinfeksi kuman atau virus.
2. Tahap inkubasi
Setelah masuk ke tubuh, mikroba patogen mulai beraksi,namun tanda dan gejala
penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh
pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit di sebut masa
inkubasi.masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya;ada yang
hanay beberapa jam,dan adapula yang bertahun tahun.
3. Tahap Klinis
Tahap Klinis adalah saatasien sudah mengalami gejala-gejala sakit misalnya demam,
sakit kepala, batuk, klinis.
4. Tahap yang terakhir adalah tahap penyembuhan.

Kasus infeksi nosokominal yang bersumber pada rumah sakit dan lingkungannya, dapat pula
dicegah dan dikendalikan dengan memerhatikan tiga sikap pokok berikut.
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas (medical provider) bahwa dirinya
dapat menjadi sumber penularan atau media perantara dalam setiap prosedur dan
taindakan medis (diagnosis dan terapi), sehingga dapat menimbulkan terjadinya
infeksi nosokominal.
2. Selalu ingat akan metode mengeliminasi mikroba patogen melalui tindakan aseptik,
disinfeksi, dan sterilisasi
3. Di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis, khususnya kamar operasi
dan kamar bersalin,harus terjaga mutu sanitasnya.

Proses Terjadinya Infeksi Nosokominal


Misalnya pasien dirawat di rumah sakit dengan penyakit demam berdarah, namun setelah di
opname selama lebih dari 3 hari, ternyata keadaan pasien tambah memburuk, dan setelah di
periksa ternyata pasien positif terkena penyakit hepatitis juga. Penyakit hepatitis ini di
dapatkan dari penularan dari pasien lain pada saat di rawat di rumah sakit. Penderita-
penderita yang menjalani rawat inap ini perlu dilindungi dan dijauhkan dari kemungkinan
terjangkitnya infeksi nosokominal melalui sebuah kebijakan rumah sakit. Dapat disimpulkan
bahwa pencegahan infeksi nosokominal dari sisi petugas adalah :
1. Petugas layanan medis harus menerapkan kebrsihan personal (personal hygiene), dan
segala tindakannya harus pula higienis.
2. Petugas layanan medis harus pula memperlakukan semua material dan instrument
dengan cara higienis.
3. Petugas layanan medis harus melakukan prosedur cuci tangan yang benar
4. Petugas pelayanan medis harus menggunakan apd(alat pelindung diri) dan harus
benar-benar di terapkan.

Petugas pelayanan medis yang selalu kontak dengan penderita, harus menyadari bahwa dia
adalah media perantara penularan sebagai sumber penularan. Tindakan yang ceroboh dalam
menangani material dan instrument agar bebas dari mikroba patogen serta ceroboh dalam
menangani penderita, akan berakibat merugikan penderita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada infeksi nosokomial
a. Faktor-faktor yang ada dari diri penderita (instrinsic factors) seperti umur, jenis
kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi, atau adanya penyakit lain yang
menyetai penyakit dasar (multipatologi) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini
merupakan faktor predisposisi
b. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay), menurunnya
standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita salam satu ruangan
c. Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan
merusak jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan
(reservoir) dengan penderita.

Pada prinsipnya setiap penderita yang menjalani proses asuhan keperawatan , yang
berada di kamar/ruangan/bangsal perawatan dapat terserang infeksi nosokominal, namun
infeksi nosokominal yang terjadi banyak ditentukan oleh prosedur dan tindakan medis yang
dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai