DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PENCEGAHAN SALAH PERLAKUAN dan PENGABAIAN PADA ANAK
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah salah perlakuan dan
pengabaian pada anak yaitu:
Selain pencegahan diatas, terdapat juga cara pencegahan salah perlakuan dan
pengabaian pada anak yang lainnya :
1. Hotlines ervice
Jika ada indikasi maupun pola-pola kekerasan atau pun pengabaian, maka ada
institusi yang khusus membantu menangani masalah tersebut. Baik korban maupun
anggota keluarga bisa menghubungi nomerhotline agar kasusnya segera ditangani.
Salah satu institusi perlindungan bagi anak adalah Komisi Nasional Perlindungan
Anak yang bisa dilihat dari website mereka diwww.komnaspa.or.id
2. Program pendidikan bagi orang tua
Banyak orang tua yang tidak tahu bahwa eksistensi dirinya dan tindakannya bisa
menjadi sumber masalah besar bagi anak di kemudian hari, Pola pikir yang keliru
dan pola asuh yang tidak sehat mempengaruhi pola pikir dan karakter anak. Dengan
membekali orang tua pengetahuan tentang kejiwaan dan pendidikan anak, bisa
mencegah tindakan irasional dan emosional. Selain itu, akan makin bermanfaat kalau
orang tua diberikan informasi seputar peraturan dan perundang-undangan tentang
anak.
3. Rumah Perlindungan
Keberadaan rumah perlindungan sangat diperlukan untuk menampung dan menjamin
keselamatan korban atau pun kelangsungan hidup korban di masa transisi hingga
mereka bisa menemukan langkah selanjutnya.
4. Parent support group
Keberadaan dan kerja sama antar orangtua bisa menjadi jarring pengaman yang kuat
bagi anak-anak. Komunikasi yang intensif dan luas antara satu orang dengan yang
lain di dalam komunitas yang terorganisir dapat membantu mencegah terjadinya
kekerasan terhadap anak. Setiap pihak bisa saling menjadi advisor, counselor,
protector, helper, motivator sehingga bisa mencegah dan membantu anak-anak
mereka yang mengalami kesulitan berkaitan dengan kekerasan atau pengabaian yang
dialami.
5. Pusat pelayanan kesehatan mental masyarakat
Peran pusat pelayanan kesehatan mental masyarakat tidak sebatas pada menerima
masalah, namun lebih proaktif dalam mendidik masyarakat, membangun kesadaran
masyarakat (tidak hanya sekedar kampanye) namun secara kongkrit dan konsisten
melaksanakan program-program interaktif yang bisa melibatkan segala unsur
masyarakat, dimana masyarakat berpartisipasi secara aktif dan merasa ikut
bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang sehat mental, baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Alangkah baiknya jika program kesehatan
mental masyarakat itu diselenggarakan secara komprehensif dan proaktif, hingga
aktivitasnya sampai ke sekolah-sekolah, klub remaja, sehingga program ini tidak
menjadi program eksklusif diawang-awang yang sulit dimengerti bentuk dan
tujuannya, tapi lebih mengena dalam kehidupan sehari-hari.
1. memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih sayang, sandang, pangan dan papan )
2. meluangkan waktu untuk bersama dengan anak
3. berbagi tugas dalam mengasuh anak
4. mendidik anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
5. memperhatikan pergaulan anak
6. memperhatikan perkembangan anak
7. menitipkan anak kepada keluarga atau kerabat yang dapat dipercaya pada saat orang
tua tidak berada di rumah
8. menitipkan anak di tempat penitipan anak
Bermacam-macam sikap orang tua yang salah atau kurang tepat serta akibat-akibat
yang mungkin ditimbulkannya antara lain :
KASUS
A. PENGKAJIAN
Keluarga
1. Kepala Keluarga (KK) : Tidak Terkaji
2. Alamat : Tidak Terkaji
3. Pekerjaan KK : Tidak Terkaji
4. Pendidikan KK : Tidak Terkaji
5. Anggota keluarga : Tidak Terkaji
Anggota Keluarga
Data Lingkungan
14. Karakteristik rumah : Tidak Terkaji
15. Karakteristik tetangga dan komunitas : Tidak Terkaji
16. Mobilitas geografis keluarga : Tidak Terkaji
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: Tidak Terkaji
Struktur Keluarga
18. Struktur Peran : Tidak Terkaji
19. Pola komunikasi keluarga : Tidak Terkaji
20. Struktur kekuatan keluarga : Tidak Terkaji
Fungsi Keluarga
21. Fungsi afektif : Tidak Terkaji
22. Fungsi Sosialisasi : Tidak Terkaji
23. Fungsi Reproduksi : Tidak Terkaji
24. Fungsi Ekonomi : Tidak Terkaji
25. Fungsi Perawatan Kesehatan : Tidak Terkaji
1. Fisik
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan
(+) Tidak rapi Penggunaan pakaian cara berpakaian tidak seperti biasa
tidak sesuai
Jelaskan : penampilan pasien jika dilihat dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapih, yaitu rambut pasien tampak acak-acakan, kancing baju pasien tidak tepat, dan baju
pasien tampak tidak digantiganti
2. Pembicaraan
Jelaskan : pembicaraan klien selama dirumah sakit sering acuh tak acuh dan tampak tidak
tertarik (apatis), klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien sulit diajak komunikasi, kilen
lebih banyak diam, nada bicara pelan dan dan tidak pernah mengobrol dengan orang lain
3. Aktivitas Motorik:
4. Alam perasaaan
Jelaskan : klien merasa ketakutan ketika berada didekat orang asing sehingga klien akan
berteriak-teriak meminta tolong, klien tampak putus asa dengan bebrapa kali mencoba untuk
bunuh diri, klien mengangap dirinya tidak suci lagi, dan klien merasaorang paling jelek dan
kotor, klien merasa benci pada dirinya mengapa kejadian pemerkosaan terjadi pada dirinya.
Klien tampak sedih dan sering menangis apabila mengingat peristiwa pelecahan tersebut.
5. Afek
Jelaskan : afek klien datar, tidak pernah ngobrol dengan orang lain, klien lebih banyak diam
dan klien berkata hanya pada saat perawat bertanya. Emosi klien juga cepat berubah-ubah.
Misalnya pada saat ini klien menangis 10 menit kemudian klien tiba-tiba tertawa.
Jelaskan : Selama berkemonunikasi dengan perawat klien tidak mau menatap perawat, kontak
mata tidak ada, klien lebih banyak diam.
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
Jelaskan : Pada saat perawat melakukan pengkajian klien meloncat dari satu topik ke topik
lainnya. Seperti awalnya klien bercerita soal masa kecilnya tetapi tiba-tiba melompat ke topik
tentang tas kesayangan klien. Klien ketika berbicara juga tiba-tiba terhenti tanpa ada gangguan
ekternal kemudian dilanjutkan kembali.
Waham
Jelaskan : klien ketakutan berada didekat orang lain karena mengingatkan klien denga
pelecehan yang menimpahnya. Klien mengatakan semua orang sama saja, semua orang ingin
menyakitinya dan klien selalu curiga terhadap orang lain. Klien terlihat gelisah melihat area
sekitar dan wajah klien tampak ketakutan.
Disorientasi
Jelaskan : Klien tampak bingung menjawab pertanyaan perawat. Klien tidak mengalami
disorientasi buktinya klien tahu pagi, siang, sore, malam klien juga tahu beberapa pasien lain.
11. Memori
Jelaskan : Ketika dikasih soal klien masih bisa menghitung dan tidak mudah teralih.Tetapi
klien susah untuk berkosentrasi
Jelaskan :kemampuan penilaian klien mengalami gangguan yaitu klien tidak mampu
mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain contohnya ketika klien diminta untuk
memilih mandi atau makan terlebih dahulu klien tidak bisa memilih walaupun sudah diberi
penjelasan.
c. Material aset :
d. Positive believe :
Adaptif Maladaptif
Jelaskan:
Maladaptif: klien suka melempar barang didekatnya, klien mengatakan akan membalas dendam
kepada orang yang melecehkannya, klien tidak mau bertemu orang lain, mengurung diri
dikamar, afek datar,menghindar, menyendiri dan menarik diri dari orang lain, klien merasa
paling jelek dan paling kotor, klien benci kepada diri sendiri mengapa pemerkosaan terjadi
padanya, klien lebih banyak murung, klien mengatakan ingin mati saja.
B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS :
- Semenjak kejadian tersebut Nn A Prilaku kekerasan
sering melempar barang-barang
disekitarnya seperti piring dan
gelas
- Nn A juga sering berteriak-teriak.
- Ibu Nn A mengatakan Nn A ingin
membunuh orang yang sudah
melecehkannya tersebut.
- Nn A juga sering memberantakan
kamar dan tempat tidurnya.
DO:
- Tangan Nn A tampak mengepal
- Terkadang klien masih tampak
melempar barang sekitarnya dan
memberantakan tempat tidurnya.
2. DS :
- Nn A mengatakan takut dan tidak Isolasi social
mau bertemu dengan orang lain
diluar rumahnya dan tidak mau
bertemu tetangganya.
DO :
- Nn A menjadi lebih banyak diam
dan mengurung diri dikamar
- Nn A tidak mau menatap orang lain
dan sering menundukan kepala
- Klien sulit untuk diajak komunikasi
- Klien tampak lesu, senang
menyendiri, tiduran dikamar, tidak
pernah ngobrol dengan orang lain,
afek datar
3. DS :
- Klien mengatakan bahwa klien Harga diri rendah
mengganggap dirinya tidak suci
lagi
- Klien merasa orang yang paling
jelek dan paling kotor
- Nn A mengatakan malu untuk
ketemu orang lain.
- Nn.A benci dengan dirinya sendiri
DO :
- Cara bicara klien lambat dan suara
pelan
- Nn A tidak mau menatap orang lain
dan sering menundukan kepala
- Klien lebih sering berdiam diri
4. DS :
- Ibu klien mengatakan dia dan Koping keluarga inefektif berhubungan
suaminya sering bertengkar dengan keluarga tidak harmonis.
dihadapan anak-anak mereka
- Ibu klien mengatakan sejak kecil
pasien kurang mendapat perhatian
mendapatkan kasih sayang
- Orang tua klien kurang mengawasi
klien karena harus bekerja untuk
mencari uang
DO :
- Orang tua klien tampak menangis
dan menyesali perbuatan mereka
- Klien tampak tidak mau terbuka
kepada kelurganya
- Klien tampak banyak diam didepan
kelurganya.
5. DS :
- Klien mengatakan lebih baik dia Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,
mati saja lingkungan.
- Klien mengatakan tidak ada
gunanya dia hidup
- Kelurga klien mengatakan
beberapa kali klien mencoba bunuh
diri namun gagal
DO :
- Tampak bekas luka dilengan pasien
- Pasien tampak tidak bersemangat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Prilaku kekerasan
2. Isolasi social
3. harga diri rendah
4. Koping keluarga inefektif
5. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Menurut Doenges et.al (2007) pengkajian anak yang mengalami kekrasan seksual (sexual
abus) antara lain :
1) Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,keletihan.
2) Integritas ego
a. Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena
tindakannya terhadap orang tua.
b. Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
d. Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan
yang paling dominan/menonjol)
e. Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk,
takut (terutama jika ada pelaku)
f. Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan finansial,
pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
g. Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
3) Eliminasia.
a. Enuresisi,enkopresis
b. Infeksi saluran kemih yang berulang
c. Perubahan tonus sfingter.
4) Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia),makan
berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat badan yang
sesuai
5) Higiene
a. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca(penganiayaan
seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan
b. Mandi berlebihan /ansietas (penganiayaan seksual), penampilan
kotor/tidak terpelihara.
6) Neurosensori
a. Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau
pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
b. Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya
pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat
waspada, cemas dan depresi.
c. Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan
penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
d. Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan
koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain
e. Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain :
gelisah(korban selamat)
f.Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi ke pribadian
ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (koebaninses
dewasa)
g. Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera
eksternal
7) Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual
b. Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis,spastik
kolon, sakit kepala)
8) Keamanan
a. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air
panas,rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak
wajar,ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid,
jaringanparut, perubahan tonus sfingter.
b. Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal
c. Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas
dengan risiko tinggi
d. Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat
menghindari bahaya di dalam rumah
9) Seksualitas
a. Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif,
permainan seks dewasa sebelum waktunya, kecenderungan mengulang atau
melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang
seks, secara seksual menganiaya anak lain.
b. Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir
c. Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
10) .Interaksi sosial
Merikan diri dari rumah, polainteraksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri.Pencapaian
restasi dis ekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
II. DIAGNOSA
Menurut Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat
dirumuskan pada anak yang mengalami sexual abuse antara lain :
1. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual yang
dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan
persetujuan pribadi seseorang
2. Ketidak berdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak
adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera dengan tujuan untuk
menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktu lama
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,
marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak,
kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu
lama
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
III. INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007)intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnose keperawatan diatas antara
lain :
1. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan
dan persetujuan pribadi seseorang
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
b. Tujuan jangka panjang : anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat,
memulai proses penyembuhan psikologis.
intervensi:
a. Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasi kan empat
ucapan berikut ini pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi
padamu, anda aman disini, saya senang anda hidup,anda tidak bersalah.Anda
adalah korban. Ini bukan kesalahan anda. Apapun keputusan yang Anda buat
pada saat pengorbanan adalah hak seseorang karena anda hidup.
Rasional : Wanita tau anak yang telah diperkosa secara seksual takut
terhadap kehidupannya dan harus diyakinkan kembali keamanannya. Ia
mungkin juga sangat ragu-ragu dengan dirinya dan menyalahkan diri sendiri
dan pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa percaya secara bertahap
dan memvalidasi harga diri anak
b. Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa
dilakukan. Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan,cara
tidak menghakimi Rasional : Untuk menurunkan ketakutan atau ansietas dan
untuk meningkaytkan rasa percaya
c. Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang
memberikan perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera.Atau
mengumpulkan bukti segera Rasional : Anak pasca trauma sangat rentan.
Penambahan orang dalam lingkungannya meningkatkan perasaan rentan ini
dan bertindak meningkatkan ansietas
d. Dorong anak untuk menghitung jumlah serangan kekerasan
seksual.Dengarkan, tetapi tidak menyelidiki Rasional : Mendengarkan dengan
tidak menghakimi memberikan kesempatan untuk katarsis bahwa anak perlu
memulai pemulihan. Jumlah yang rinci mungkin dibutuhkan untuk tindak
lanjut secara legal, dan seorang perawat sebagai pembela anak dapat
menolong untuk mengurangitrauma dari pengumpulan bukti
e. Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan
dukungan atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan
Rasional : Karena ansietas berat dan rasa takut, anak mungkin membutuhkan
bantuan dari orang lain selama periode segera pasca-krisis.Berikan informasi
rujukan tertulis untuk referensi selanjutnya (misalnya psikoterapi, klinik
kesehatan jiwa, kelompok pembela masyarakat)
2. Ke tidak berdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Anak mengenali dan menyatakan secara verbal pilihan-
pilihan yang tersedia dengan demikian merasakan beberapa control terhadap situasi
kehidupan (dimensi waktu ditentukan secara individu)
b. Tujuan jangka panjang : Anak memperlihatkan kontrol situasi kehidupan dengan
membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan berkenaan dengan hidup
bersama siklus penganiyaan seksual (dimensi waktu ditentukan secara individual)
Intervensi :
a. Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik,
fraktur, luka bakar mendapatkan perhatian segera, mengambil foto jika anak
mengijinkan merupakan ide yang baik Rasional : Keamanan anak merupakan
prioritas keperawatan. Foto dapat digunakan sebagai bukti jika
tuntutan dilakukan
b. Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan
wawancara Rasional : Jika anak disertai dengan pria yang melakukan pelecehan
seksual pada anak, kemungkinan besar ia tidak jujur sepenuhnya tentang
cederanya atau pengalaman seksualnya.
c. jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang
tuanya,pastikan tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa
pemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obatbius, jika
anak tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi dan apakah ia berminat
dalam tuntutan yang mendesak Rasional : Beberapa anak wanita berusaha untuk
menyimpan rahasia tentang bagimana cedera seksual yang dideritanya terjadi
dalam usaha untuk melindungi orang tuanya atau saudaranya atau karena mereka
takut bahwa orang tuanya atau saudaranya akan membunuh mereka jika
menceritakan hal tersebut
d. Pastikan bahwa usaha-usaha menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat.
Berikan dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harus dibuat oleh
anak Rasional : Membuat keputusan untuk dirinya sendiri memberikan rasa
kontrol situasi kehidupannya sendiri. Memberikan penilaian dan nasehat adalah
tidak terapeutik
e. Tekankan pentingnya keamanan, smith (1987) menyarankan suatu pernyataan
seperti, ya itu telah terjadi. Sekarang ke mana anda ingin pergidari sini ?. Burgess
(1990) menyatakan "Korban perlu dibuat sadar tentang berbagai sumber yang
tersedia untuk dirinya. Hal ini dapat mencakup hotline krisis, kelompok-
kelompok masyarakat untuk wanita dan anak yang pernah dianiaya secara
seksual, tempat perlindungan, berbaga itempat konseling.Rasional : Pengetahuan
tentang pilihan-pilihan yang tersedia dapat membantu menurunkan rasa tidak
berdaya dari korban, tetapi kewenangan yang sesungguhnya datang hanya saat ia
memilih untuk menggunakan pengetahuan itu bagi keuntungannya sendiri.
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang
tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera dengan
tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktulama.
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Anak akan mengembangkan hubungan saling percaya
dengan perawat dan melaporkan bagaimana tanda cedera terjadi(dimensi waktu
ditentukan secara individu)
b. Tujuan jangka panjang : Anak akan mendemonstrasikan perilaku yang konsisten
dengan usia tumbuh dan kembangnya
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang
teliti dari luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan),laserasi, dan
keluhan anak tentang area nyeri pada derah yang spesifik,misalnya kemaluan.
Jangan mengabaikan atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual.
Kaji tanda nonverbal penganiayaan, perilaku agresif, rasa takut yang
berlebihan, hiperaktivitas hebat, apatis, menarik diri, perilaku yang tidak
sesuai dengan usianya Rasional : Suatu pemeriksaan fisik yang akurat dan
seksama dibutuhkan agar perawatan yang tepat dapat diberikan untuk pasien
b. Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang
menyertai anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu
kecelakaan, apakah penjelasan ini berlasan? Apakah cedera tersebut konsisten
dengan penjelasan yang diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan
kemampuan perkembangan anak ?Rasional : Ketakutan terhadap hukuman
penjara atau kehilangan kesempatan memelihara anak mungkin menempatkan
orang tua penyiksa pada sikap membela diri. Ke tidak sesuaian dapat ditandai
dalam deskripsi kejadian, dan adanya usaha untuk menutup keterlibatan
merupakan suatu pertahanan diri yang umum yang dapat dilepaskan dalam
suatu wawancara yang dalam.
c. Gunakan pertandingan atau terapi bermain untuk memperoleh rasa percayaan
Gunakan teknik-teknik ini untuk membantu dalam menjelaskan sisilain dari
cerita anak tersebut Rasional : Menetapkan hubungan saling percaya dengan
seorang anak yang teraniaya sangatlah sukar. Mereka mungkin tidak ingin
untuk disentuh. Jenis-jenis aktivitas bermain ini dapat memberikan suatu
lingkungan yang tidak mengancam yang dapat meningkatkan usaha
anak untuk mendiskusikan masalah-masalah yang menyakitkan ini
d. Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan
kepadayang berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk
kedalam keputusan apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan
penganiayaan seksual anak.Rasional : Suatu laporan (umum nya dibuat) jika
ada alasan untuk mencurigai bahwa seseorang anak telah dicederai sebagai
suatu akibat penganiayaan seksual. Alasan untuk mencirugai ditetapkan saat
ada tanda-tanda ketidak sesuaian atau ketidak konsistenan dalam menjelaskan
cedera pada anak. Kebanayakan negara membutuhkan individu-individu
berikut melaporkan kasus dari anak yang dicurigai dianiaya seksual :
semuapekerja kesehatan, semau terapis kesehatan jiwa, guru-guru, pengasuh-
pengasuh anak,pemadam kebakaran, anggota medis gawat darurat dan
anggota penyelenggara hukum. Laporan dibuat oleh Departemen Pelayanan
Sosial dan rehabiulitasi atau Badan penyelenggara Hukum
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian
anak
Tujuan :
a. Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai
dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :
b. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa
untuk menipulasi orang lain
c. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial
d. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang
dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan
untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasafrustasi
Intervensi:
a. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis Rasional : penting bagi
anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas dimana
kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri
b. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak Rasional : Komunikasi dari pada
penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat
meningkatkan harga diri
c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada
anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya
sebagai negatif Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat
membantumengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif
e. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme
sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah
dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif
Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak
f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut
terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang
berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional :
Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan
anak yang tidak memuaskan
Tujuan :Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat
sedang,sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres .
Intervensi :
a. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten didalam
berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus Rasional :
Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada
hubungan anak dengan staf atau perawat
b. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan
pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan
musik, pekerjaan rumah tangga,permainan-permainan kelompok Rasional :
tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak
melalui aktivitas-aktivitas fisik
c. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan
untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanya Rasional : Anak-
anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan
ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanis mepertahanan projeksi dan pemin
dahan yang dilebih-lebihkan
d. Perawat harus mempertahankan suasana tentang Rasional : Ansietas dengan
mudah dapat menular pada orang lain
e. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan
kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis Rasional : Keamanan anak adalah
prioritas keperawatan
f. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak. Bagaimana pun juga
anak harus berhati-hati terhadap penggunaan nya Rasional : sebagaimana ansietas
dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat
salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi
g. Dengan berkurangnya ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif
pada kejadian selanjutnya Rasional : Rencana tindakan memberikan anak
perasaan aman untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang
sulit jika terjadi lagi
h. Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang diperintahkan.
Kaji untuk ke efektifitasannya, dan beri petunjuk kepada anak mengenai
kemungkinan efek-efek samping yang memberi pengaruh berlawanan Rasional :
Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam,klordiasepoksida, alprazolam)
memberikan perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas
dan mempermudah kerjasama anak dengan terapi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan :
a. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn
setiap malam dengan kriteria hasil:
b. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
c. Tidak ada gangguan-gangguanyang dialamti oleh perawat
d. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai7 jam
tanpa terbangun
Intervensi :
a. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur Rasional
: Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
b. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan
rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu Rasional : Ansietas yang dirasakan
oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi
penyebabnya
c. Duduk dengan anak sampai dia tertidur Rasional : kehadiran seseorang yang
dipercaya memberikan rasa aman
d. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan
dari diet anak Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu
tidur
e. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air
hangat) Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat
bisatidur
f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin
dari istirahat dan aktivitas
g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari
dan dalam keadaan ketakutan Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya
memberikan rasa aman
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau
umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
Tujuan :
a. Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran
waham kebesaran dengan kriteria hasil :
b. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri
c. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidak seimbangan dan
keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan
d. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain
e. Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa
bersikap defensif
Intervensi :
a. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar Rasional : memfokuskan
pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat membantu untuk memperbaiki
konsep diri
b. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan
bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan
oprang lain karena prilakunya sendiri Rasional : Pengenalan masalah adalah
langkah pertama pada prosesperubahan ke arah resolusi
c. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidak mengancam
untuk perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima Rasional : Anak mungkin
kurang pengetahuan tentang bagaiamana dia diterima oleh orang lain. Berikan
informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk
mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan
d. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat
defensif dan praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai
Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situasi-
situasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi
e. Berikan dengan segera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat
diterima Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi
semangat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan
f. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan
memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran
ini Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri
g. Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan
adanya perubahan untuk perbaikan Rasional : Karena keterbatasan
kemampuan untuk memecahkan masalah,bantuan mungkin diperlukan untuk
menetapkan kembali dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di
mana metode-metodekoping baru tertentu terbukti tidak efektif
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai
perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam
jangka waktu lama
Tujuan :
a. Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten danefektif
dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil :
b. Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak
c. Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan
Intervensi :
a. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan
teknik menjadi orang tua yang efektif Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan
yang tepat dapat meningkatkan keefektifan peran orang tua
b. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali
alternatif cara berhubungan dengan anak Rasional : Konseling suportif dapat
membantu keluarga dalam mengembangkan strategi koping
c. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif
Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong
kontinuitas upaya
d. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaksi
keluarga yang lebih efektif Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi
semua anggota keluarga dan tindakan lebih efektif bila setiap orang terlibat
dalam terapi tersebut
e. Libatkan dalam konseling keluarga Rasional : terapi keluarga dapat membantu
mengatasi masalah global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga.
Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga
f. Rujuk pada sumber komunitas sesuai indikasi, termasuk kelompok pendukung
orang tua, kelas menjadi orang tua Rasional : mengembangkan sistem
pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keefektifan orangtua.
Pemberian model peran atau harapan untuk masa depan
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang
informasi
Tujuan :
a. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku,
perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan kriteria hasil :
b. Berpartisipasi dalam pembelajaran dan mulai bertanya dan mencari informasi
secara mandiri
c. Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri,aktivitas
kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi,seperti bus
sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai Rasional : Peredaan dalam
stimulasi lingkungan dapat menurunkan distraktibilitas. Kelompok kecil dapat
meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien
mempelajari interaksi yang tepatdengan orang lain, menghindari
rasa terisolasi
b. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi
langkah Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat
.Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan contoh
situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat prestasi
c. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi
respons perilaku Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak
mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan
studi anak
d. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak,dan
keluarga Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika
terapitidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan
karena kurangnya komunikasi interdisiplin