Anda di halaman 1dari 50

TUGAS SL KEPERAWATAN JIWA II

PENCEGAHAN SALAH PERLAKUAN / PENGABAIAN PADA ANAK dan


ASKEP PADA ANAK KORBAN KEKERASAN / KDRT

DOSEN PEMBIMBING :

Ners Nurlinawati, S.kep.,M.kep

DISUSUN OLEH:

TANIA FEBRIA AZIZAH (G1B118042)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
PENCEGAHAN SALAH PERLAKUAN dan PENGABAIAN PADA ANAK

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah salah perlakuan dan
pengabaian pada anak yaitu:

a. Pendidikan dan Pengetahuan Orang Tua Yang Cukup


Tindakan kekerasan terhadap anak, sangat berpengaruh terhadap perkembangannya
baik psikis maupun fisik mereka. Oleh karena itu, perlu kita hentikan tindak
kekerasan tersebut. Dengan pendidikan yang lebih tinggi dan pengetahuan yang
cukup diharapkan orang tua mampu mendidik anaknya kearah perkembangan yang
memuaskan tanpa adanya tindak kekerasan.
b. Keluarga Yang Hangat Dan Demokratis
Dalam sebuah study terbukti bahwa IQ anak yang tinggal di rumah yang orangtuanya
acuh tak acuh, bermusuhan dan keras, atau brokenhome, perkembangan IQ anak
mengalami penurunan dalam masa tiga tahun. Sebaliknya anak yang tinggal di
rumah yang orang tuanya penuh pengertian, bersikap hangat penuh kasih sayang dan
menyisihkan waktunya untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya, menjelaskan
tindakanya, memberi kesempatan anak untuk mengambil keputusan, berdialog dan
diskusi, hasilnya rata-rata IQ (bahkan Kecerdasan Emosi ) anak mengalami kenaikan
sekitar 8 point. Hasil penelitian R. Study juga membuktikan bahwa 63 % dari anak
nakal pada suatu lembaga pendidikan anak-anak dilenkuen ( nakal ), berasal dari
keluarga yang tidak utuh ( brokenhome ). Kemudian hasil penelitian K. Gottschaldt
di Leipzig ( Jerman ) menyatakan bahwa 70, 8 persen dari anak-anak yang sulit di
didik ternyata berasal dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh atau mengalami
tekanan hidup yang terlampau berat.
c. Membangun Komunikasi Yang Efektif
Kunci persoalan kekerasan terhadap anak disebabkan karena tidak adanya
komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga. Sehingga yang muncul adalah
stereotyping (stigma) dan predijuce (prasangka). Dua hal itu kemudian mengalami
proses akumulasi yang kadang dibumbui intervensi pihak ketiga. Untuk menghindari
kekerasan terhadap anak maka diperlukan anggota keluarga yang saling berinteraksi
dengan komunikasi yang efektif.
d. Mengintegrasikan isuh hak anak kedalam peraturan perundang- undangan,
kebijakan,program dan kegiatan sampai dengan penganggaran sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi sehingga menjadi responsive
terhadap hak anak.

Selain pencegahan diatas, terdapat juga cara pencegahan salah perlakuan dan
pengabaian pada anak yang lainnya :

1. Hotlines ervice
Jika ada indikasi maupun pola-pola kekerasan atau pun pengabaian, maka ada
institusi yang khusus membantu menangani masalah tersebut. Baik korban maupun
anggota keluarga bisa menghubungi nomerhotline agar kasusnya segera ditangani.
Salah satu institusi perlindungan bagi anak adalah Komisi Nasional Perlindungan
Anak yang bisa dilihat dari website mereka diwww.komnaspa.or.id
2. Program pendidikan bagi orang tua
Banyak orang tua yang tidak tahu bahwa eksistensi dirinya dan tindakannya bisa
menjadi sumber masalah besar bagi anak di kemudian hari, Pola pikir yang keliru
dan pola asuh yang tidak sehat mempengaruhi pola pikir dan karakter anak. Dengan
membekali orang tua pengetahuan tentang kejiwaan dan pendidikan anak, bisa
mencegah tindakan irasional dan emosional. Selain itu, akan makin bermanfaat kalau
orang tua diberikan informasi seputar peraturan dan perundang-undangan tentang
anak.
3. Rumah Perlindungan
Keberadaan rumah perlindungan sangat diperlukan untuk menampung dan menjamin
keselamatan korban atau pun kelangsungan hidup korban di masa transisi hingga
mereka bisa menemukan langkah selanjutnya.
4. Parent support group
Keberadaan dan kerja sama antar orangtua bisa menjadi jarring pengaman yang kuat
bagi anak-anak. Komunikasi yang intensif dan luas antara satu orang dengan yang
lain di dalam komunitas yang terorganisir dapat membantu mencegah terjadinya
kekerasan terhadap anak. Setiap pihak bisa saling menjadi advisor, counselor,
protector, helper, motivator sehingga bisa mencegah dan membantu anak-anak
mereka yang mengalami kesulitan berkaitan dengan kekerasan atau pengabaian yang
dialami.
5. Pusat pelayanan kesehatan mental masyarakat
Peran pusat pelayanan kesehatan mental masyarakat tidak sebatas pada menerima
masalah, namun lebih proaktif dalam mendidik masyarakat, membangun kesadaran
masyarakat (tidak hanya sekedar kampanye) namun secara kongkrit dan konsisten
melaksanakan program-program interaktif yang bisa melibatkan segala unsur
masyarakat, dimana masyarakat berpartisipasi secara aktif dan merasa ikut
bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang sehat mental, baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Alangkah baiknya jika program kesehatan
mental masyarakat itu diselenggarakan secara komprehensif dan proaktif, hingga
aktivitasnya sampai ke sekolah-sekolah, klub remaja, sehingga program ini tidak
menjadi program eksklusif diawang-awang yang sulit dimengerti bentuk dan
tujuannya, tapi lebih mengena dalam kehidupan sehari-hari.

Orangtua / pengasuh berperan penting untuk melakukan upaya pencegahan


kekerasan di dalam rumah/keluarga, dengan cara:

1. Lebih memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak sesuai usianya,


termasuk apa yang dapat menjadi sumber gangguannya.
2. Menyadari diri sebagai pihak yang juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan
terhadap anak, dan berlatih mengelola emosi dalam mengasuh anak.
3. Mau dan berupaya belajar cara berinteraksi dan membangun disiplin anak tanpa
kekerasan
4. Menjaga keharmonisan dan siap memperbaiki kualitas hubungan di dalam keluarga,
baik antar orangtua maupun dengan anak.
5. Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi pendengar yang baik.
6. Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi termasuk mengenali bagian- bagian
tubuhnya serta fungsi bagian tubuh tersebut.
7. Berikan pengertian tentang sentuhan yang harus dihindari oleh anak-anak. Pada
setiap bagian tubuh yang pribadi, jelaskan sentuhan yang salah dan buruk. Sentuhan
yang menyenangkan dan baik adalah ciuman pipi antara orangtua dan anak saat
pamit ke sekolah atau kalau berpergian, berpelukan dengan saudara jika bertemu dan
berpisah, dan berjabat tangan dengan orang lain.
8. Ajarkan anak untuk menolak dan mengatakan TIDAK saat menerima sentuhan buruk
dan tidak nyaman dan mewaspadai tawaran atau diiming-imingi sesuatu.
9. Ajarkan anak untuk berani meminta bantuan, serta untuk tidak takut memberitahu
orangtua atau guru jika terjadi kekerasan seksual kepadanya.
10. Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
11. Aktif dan terlibat dalam kelas pengasuhan di lingkungan masyarakat untuk saling
belajar dan mendukung antara sesama orang tua / pengasuh.
12. Menjadi contoh / teladan di rumah dalam berkata-kata dan bertindak dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang tanpa menggunakan kekerasan, baik terhadap anak
maupun terhadap pasangan dan anggota keluarga lainnya.

Cara mencegah penelantaran pada anak :

1. memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih sayang, sandang, pangan dan papan )
2. meluangkan waktu untuk bersama dengan anak
3. berbagi tugas dalam mengasuh anak
4. mendidik anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
5. memperhatikan pergaulan anak
6. memperhatikan perkembangan anak
7. menitipkan anak kepada keluarga atau kerabat yang dapat dipercaya pada saat orang
tua tidak berada di rumah
8. menitipkan anak di tempat penitipan anak

Bermacam-macam sikap orang tua yang salah atau kurang tepat serta akibat-akibat
yang mungkin ditimbulkannya antara lain :

1. Orang tua yang selalu khawatier dan selalu melindungi


Anak yang diperlakukan dengan penuh kekhawatiran, sering dilarang dan selalu
melindungi, akan tumbuh menjadi anak yang penakut, tidak mempunyai kepercayaan
diri, dan sulit berdiri sendiri. Dalam usaha untuk mengatasi semua akibat itu,
mungkin si anak akan berontak dan justru akan berbuat sesuatu yang sangat
dikhawatirkan atau dilarang orang tua. Konflik ini bisa berakibat terjadinya
kekerasan terhadap anak
2. Orang tua yg terlalu menuntut
Anak yang dididik dengan tuntutan yang tinggi mungkin akan mengambil nilai-nilai
yang terlalu tinggi sehingga tidak realistic. Bila anak tidak mau akan terjadi
pemaksaan orang tua yang berakibat terjadinya kekerasan terhadap anak
3. Orang tua yang terlalu keras
Anak yang diperlakukan demikian cenderung tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang penurut namun penakut. Bila anak berontak terhadap dominasi orang tuanya ia
akan menjadi penentang. Konflik ini bisa berakibat terjadi kekerasan terhadap anak.
(Erwin. 1990 : 31 – 32).
ASKEP KASUS PADA ANAK KORBAN KEKERASAN dan KDRT

KASUS

Nn. A umur 12 tahun tinggal di jalan budiman rt 08 Mojokerto, Jawa Timur. Nn A


seorang pelajar di salah satu SMP Mojokerto, Jawa Timur. Kelurga Nn A hidup dengan
ketergantungan ekonomi dan selalu bertengkar karena kekurangan uang sehingga mereka
kurang memperhatikan Nn A, kakak Nn A, dan adik Nn A. kakak-kakak Nn A juga selalu
memarahi Nn A dan juga tidak peduli kepada Nn A. Orang tua Nn A selalu mencari
uang untuk kebutuhan anak-anaknya sehingga menyebabkan kurangnya pengawasan
dalam waktu yang lama. Dari kecil Nn A kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua
orang tuanya dan Nn A dari kecil sudah disuruh membereskan rumah, mencuci baju dan
mencuci piring. Orang tua Nn A juga tidak mengejarkan kepada Nn A bagaimana melatih
cara melawan pelecahan seksual. Suatu hari ketika Nn A sendirian dirumah Nn.A di
bawa oleh bapak tetangga yang ada dibelakang rumah Nn A ke dalam sebuah gudang,
awalnya tetangga tersebut mengatakan bahwa ada yang mencari Nn A dan Nn A
mengikuti tetangganya tersebut karena Nn A tidak diajarkan oleh orang tuanya untuk
hati-hati terhadap orang lain. Tetapi tetangganya membawa Nn A kedalam gudang. Nn
A berusaha untuk melawan,tapi Nn.A tidak bisa untuk melawan tetangganya tersebut,
lalu tetangga tersebut menyentuh, meraba dan Nn.A diperkosa oleh beberapa lelaki
tersebut.
Besok hari setelah kejadian orang tua klien melihat pakaian dalam klien robek dan
berdarah, cara jalan klien yang tidak seperti biasanya, baju sekolah klien kemarin juga
robek, Sehingga menyebabkan orang tua klien bertanya apa yang terjadi kepada klien,
awalnya klien diam tetapi setelah didesak akhirnya klien jujur bahwa klien sudah
dilecehkan. Orang tua klien tampak syok dan menangis, mereka menyalahkan diri
mereka yang kurang peduli terhadap klien dan gagal menjaga klien. Orang tua klien
marah dan melaporkan tetangga tersebut ke kantor polisi. Klien meminta maaf kepada
orang tua karena tidak bisa menjaga diri.
Semenjak kejadian tersebut Nn A sering melempar barang-barang disekitarnya
seperti piring dan gelas, Nn A juga sering berteriak-teriak. Ibu Nn A mengatakan Nn A
ingin membunuh orang yang sudah melecehkannya tersebut. Nn A juga sering
memberantakan kamar dan tempat tidurnya. Nn A juga sering menangis tiba-tiba. Nn A
juga mengurung diri di kamar, tidak mau mengobrol, dan tidak mau bertemu dengan
orang lain. Oleh karena itu orang tua Nn A memutuskan membawa Nn A ke rumah sakit.
Setelah di rumah sakit Nn A disuruh rujuk ke RSJ sehingga Nn A diantar ke RSJ.
Di RSJ Nn A menjadi lebih banyak diam dan mengurung diri dikamar rumah sakit,
Nn.A mengatakan kepada perawat bahwa Nn A mengganggap dirinya tidak suci lagi, dan
merasa orang yang paling jelek paling kotor. Berdasarkan observasi yang didapat, klien
sulit untuk diajak berkomunikasi, Nn A tidak mau menatap orang lain dan sering
menundukan kepala, lesu, senang menyendiri, tiduran dikamar, tidak pernah ngobrol
dengan orang lain, afek datar. Nn A juga mengatakan bahwa tubuhnya ini kotor. Nn A
mengatakan malu untuk ketemu orang lain. Nn.A benci dengan dirinya sendiri. Nn A
mengatakan mengapa peristiwa tersebut terjadi pada diri klien. Cara bicara klien lambat
dan suara pelan. Terkadang klien masih tampak melempar barang sekitarnya dan
memberantakan tempat tidurnya. Dan juga terkadang tangan klien masih tampak
mengepal.
Ibu klien mengatakan dia dan suaminya sering bertengkar dihadapan anak-anak
mereka, ibu klien mengatakan sejak kecil klien kurang mendapat perhatian mendapatkan
kasih sayang, orang tua klien kurang mengawasi klien karena harus bekerja untuk
mencari uang, orang tua klien tampak menangis dan menyesali perbuatan mereka, klien
tampak tidak mau terbuka kepada kelurganya, klien tampak banyak diam didepan
kelurganya
Nn A beberapa kali mencoba bunuh diri, kelurga pernah mengatakan klien pernah
memutus urat nadinya sendiri yang untungnya masih bisa diselamatkan, tampak beberapa
bekas luka di lengan tangan klien, klien mengatakan lebih baik dia mati saja dari pada
hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KEKERASAN SEKSUAL

A. PENGKAJIAN

A. Data Biografi Pasien


Nama : Nn A
Umur : 12 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Latar Belakang Budaya : Tidak Terkaji
Pendidikan : SMP
Agama : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jalan Budiman Rt 08 Mojokerto, Jawa Timur

Keluarga
1. Kepala Keluarga (KK) : Tidak Terkaji
2. Alamat : Tidak Terkaji
3. Pekerjaan KK : Tidak Terkaji
4. Pendidikan KK : Tidak Terkaji
5. Anggota keluarga : Tidak Terkaji
Anggota Keluarga

No Nama Umur JK Pekerjaan Status Pendidikan Gol Riwayat Ket


Darah Kesehatan

Genogram: Tidak terkaji

Keterangan : Tidak terkaji

6. Tipe Keluarga : Tidak Terkaji


7. Adat/budaya terkait kesehatan : Tidak Terkaji
8. Spiritual : Tidak Terkaji
9. Aktivitas Rekreasi keluarga : Tidak Terkaji

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


10. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tidak Terkaji
11. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tidak Terkaji
12. Riwayat kesehatan keluarga inti : Tidak Terkaji
13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tidak Terkaji

Data Lingkungan
14. Karakteristik rumah : Tidak Terkaji
15. Karakteristik tetangga dan komunitas : Tidak Terkaji
16. Mobilitas geografis keluarga : Tidak Terkaji
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat: Tidak Terkaji

Struktur Keluarga
18. Struktur Peran : Tidak Terkaji
19. Pola komunikasi keluarga : Tidak Terkaji
20. Struktur kekuatan keluarga : Tidak Terkaji

Fungsi Keluarga
21. Fungsi afektif : Tidak Terkaji
22. Fungsi Sosialisasi : Tidak Terkaji
23. Fungsi Reproduksi : Tidak Terkaji
24. Fungsi Ekonomi : Tidak Terkaji
25. Fungsi Perawatan Kesehatan : Tidak Terkaji

Stres dan Koping Keluarga


26. Stresor jangka pendek dan panjang : Tidak Terkaji
27. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor : Tidak Terkaji
28. Strategi koping yg digunakan : Tidak Terkaji
29. Strategi adaptasi disfungsional : Tidak Terkaji
30. Harapan Keluarga : Tidak Terkaji
B. PENGKAJIAN KLIEN

1. Fisik
Tanda-tanda vital

 Suhu :Tidak Terkaji


 Tekanan darah :Tidak Terkaji
 Nadi :Tidak Terkaji
 Pernapasan :Tidak Terkaji
 Tinggi badan :Tidak Terkaji
 Berat badan :Tidak Terkaji

Pemeriksaan Fisik

 Kepala :Tidak Terkaji


 Mata :Tidak Terkaji
 Hidung :Tidak Terkaji
 Telinga :Tidak Terkaji
 Leher :Tidak Terkaji
 Dada :Tidak Terkaji
 Abdomen :Tidak Terkaji
 Ekstremitas :TidakTerkaji
2. STATUS MENTAL

1. Penampilan

(+) Tidak rapi Penggunaan pakaian cara berpakaian tidak seperti biasa
tidak sesuai

Jelaskan : penampilan pasien jika dilihat dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapih, yaitu rambut pasien tampak acak-acakan, kancing baju pasien tidak tepat, dan baju
pasien tampak tidak digantiganti

Masalah keperawatan: defisit perawatan diri : berpakaian dan berhias

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

(+) Apatis Lambat Membisu (+) Tidak mampu memulai


pembicaraan

Jelaskan : pembicaraan klien selama dirumah sakit sering acuh tak acuh dan tampak tidak
tertarik (apatis), klien tidak mampu memulai pembicaraan, klien sulit diajak komunikasi, kilen
lebih banyak diam, nada bicara pelan dan dan tidak pernah mengobrol dengan orang lain

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang (+) Gelisah Agitasi

Tik Grimasen (+)Tremor Kompulsif


Jelaskan : klien tampak panik dan takut sehingga jari-jari tangan klien tampak temor, klien juga
tampak gelisah dan tidak tenang jika berada dikeramaian, klien tampak sering meliha kearah
sekitar.

Masalah keperawatan : Ansietas

4. Alam perasaaan

(+)Sedih (+)Ketakutan (+)Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : klien merasa ketakutan ketika berada didekat orang asing sehingga klien akan
berteriak-teriak meminta tolong, klien tampak putus asa dengan bebrapa kali mencoba untuk
bunuh diri, klien mengangap dirinya tidak suci lagi, dan klien merasaorang paling jelek dan
kotor, klien merasa benci pada dirinya mengapa kejadian pemerkosaan terjadi pada dirinya.
Klien tampak sedih dan sering menangis apabila mengingat peristiwa pelecahan tersebut.

Masalah keperawatan : Ketakutan dan Resiko Tinggi Membahayakan Diri

5. Afek

(+) Datar Tumpul (+) Labil Tidak sesuai

Jelaskan : afek klien datar, tidak pernah ngobrol dengan orang lain, klien lebih banyak diam
dan klien berkata hanya pada saat perawat bertanya. Emosi klien juga cepat berubah-ubah.
Misalnya pada saat ini klien menangis 10 menit kemudian klien tiba-tiba tertawa.

Masalah keperawatan : Kerusakan Komunikasi


6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

(+)Kontak mata Defensif Curiga

Jelaskan : Selama berkemonunikasi dengan perawat klien tidak mau menatap perawat, kontak
mata tidak ada, klien lebih banyak diam.

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien tidak ada masalah pada persepsi pendengaran,Penglihatan, perabaan,


pengecapan, dan penghidu

8. Proses Pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

(+) Flight of idea (+) Blocking Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Pada saat perawat melakukan pengkajian klien meloncat dari satu topik ke topik
lainnya. Seperti awalnya klien bercerita soal masa kecilnya tetapi tiba-tiba melompat ke topik
tentang tas kesayangan klien. Klien ketika berbicara juga tiba-tiba terhenti tanpa ada gangguan
ekternal kemudian dilanjutkan kembali.

Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir


9. Isi Pikir

Obsesi (+)Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Bermusushan Tidak Koperatif Mudah tersinggung

(+) kontak mata Defensif (+) Curiga

Jelaskan : klien ketakutan berada didekat orang lain karena mengingatkan klien denga
pelecehan yang menimpahnya. Klien mengatakan semua orang sama saja, semua orang ingin
menyakitinya dan klien selalu curiga terhadap orang lain. Klien terlihat gelisah melihat area
sekitar dan wajah klien tampak ketakutan.

Masalah keperawatan : perubahan proses pikir : waham curiga

10. Tingkat kesadaran

(+)Bingung sedasi Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Klien tampak bingung menjawab pertanyaan perawat. Klien tidak mengalami
disorientasi buktinya klien tahu pagi, siang, sore, malam klien juga tahu beberapa pasien lain.

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka


pendek

(+)Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi


Jelaskan : klien tidak mengalami gangguan jangka panjang dan jangka pendek buktinya klien
masih mengingat pelecahan yang dialaminya dan kejadian beberapa minggu terakhir. Tetapi
saat ditanya klien kadang-kadang lupa apa yang sudah di tanya klien tampak bingung.

Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih (+)Tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Ketika dikasih soal klien masih bisa menghitung dan tidak mudah teralih.Tetapi
klien susah untuk berkosentrasi

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan (+) Gangguan bermakna

Jelaskan :kemampuan penilaian klien mengalami gangguan yaitu klien tidak mampu
mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain contohnya ketika klien diminta untuk
memilih mandi atau makan terlebih dahulu klien tidak bisa memilih walaupun sudah diberi
penjelasan.

Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita (+) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Nn A mengatakan pemerkosaan ini disebabkan orang tua Nn A yang tidak


menjemput Nn A dan juga menyalahkan gurunya yang mengadakan kerja kelompok.
3. SUMBER KOPING

a. Personal ability :Tidak Terkaji


b. Support system :Tidak Terkaji

Sistem pendukung keluarga/teman sebaya/masyarakat

c. Material aset :

Status Sosial ekonomi keluarga

Berapa penghasilan keluarga dalam sebulan ?

a. Kurang dari UMR (Tidak Terkaji )

b. Sama atau lebih dari UMR (Tidak Terkaji )

Apakah keluarga memiliki asuransi ?

a. BPJS (Tidak Terkaji )


b. Askeskin (Tidak Terkaji )
c. Jamsostek (Tidak Terkaji )
d. Tidak punya (Tidak Terkaji )
e. Lainnya (Tidak Terkaji )

d. Positive believe :

Nilai atau norma keluarga : Tidak Terkaji


4. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

□ Bicara dengan orang lain □ Minum alkohol

□ Mampu menyelesaikan masalah □ reaksi lambat/berlebih

□ Teknik relaksasi □ bekerja berlebihan

□ Aktivitas konstruktif □menghindar (+)

□ Olahraga □ mencederai diri (+)

□ Lainnya _______________ □ lainnya : __________________

Jelaskan:

Maladaptif: klien suka melempar barang didekatnya, klien mengatakan akan membalas dendam
kepada orang yang melecehkannya, klien tidak mau bertemu orang lain, mengurung diri
dikamar, afek datar,menghindar, menyendiri dan menarik diri dari orang lain, klien merasa
paling jelek dan paling kotor, klien benci kepada diri sendiri mengapa pemerkosaan terjadi
padanya, klien lebih banyak murung, klien mengatakan ingin mati saja.

B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS :
- Semenjak kejadian tersebut Nn A Prilaku kekerasan
sering melempar barang-barang
disekitarnya seperti piring dan
gelas
- Nn A juga sering berteriak-teriak.
- Ibu Nn A mengatakan Nn A ingin
membunuh orang yang sudah
melecehkannya tersebut.
- Nn A juga sering memberantakan
kamar dan tempat tidurnya.
DO:
- Tangan Nn A tampak mengepal
- Terkadang klien masih tampak
melempar barang sekitarnya dan
memberantakan tempat tidurnya.
2. DS :
- Nn A mengatakan takut dan tidak Isolasi social
mau bertemu dengan orang lain
diluar rumahnya dan tidak mau
bertemu tetangganya.
DO :
- Nn A menjadi lebih banyak diam
dan mengurung diri dikamar
- Nn A tidak mau menatap orang lain
dan sering menundukan kepala
- Klien sulit untuk diajak komunikasi
- Klien tampak lesu, senang
menyendiri, tiduran dikamar, tidak
pernah ngobrol dengan orang lain,
afek datar
3. DS :
- Klien mengatakan bahwa klien Harga diri rendah
mengganggap dirinya tidak suci
lagi
- Klien merasa orang yang paling
jelek dan paling kotor
- Nn A mengatakan malu untuk
ketemu orang lain.
- Nn.A benci dengan dirinya sendiri
DO :
- Cara bicara klien lambat dan suara
pelan
- Nn A tidak mau menatap orang lain
dan sering menundukan kepala
- Klien lebih sering berdiam diri

4. DS :
- Ibu klien mengatakan dia dan Koping keluarga inefektif berhubungan
suaminya sering bertengkar dengan keluarga tidak harmonis.
dihadapan anak-anak mereka
- Ibu klien mengatakan sejak kecil
pasien kurang mendapat perhatian
mendapatkan kasih sayang
- Orang tua klien kurang mengawasi
klien karena harus bekerja untuk
mencari uang
DO :
- Orang tua klien tampak menangis
dan menyesali perbuatan mereka
- Klien tampak tidak mau terbuka
kepada kelurganya
- Klien tampak banyak diam didepan
kelurganya.

5. DS :
- Klien mengatakan lebih baik dia Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,
mati saja lingkungan.
- Klien mengatakan tidak ada
gunanya dia hidup
- Kelurga klien mengatakan
beberapa kali klien mencoba bunuh
diri namun gagal
DO :
- Tampak bekas luka dilengan pasien
- Pasien tampak tidak bersemangat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Prilaku kekerasan
2. Isolasi social
3. harga diri rendah
4. Koping keluarga inefektif
5. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi


Keperawatan

1. Prilaku Tujuan. 1. Bina hubungan saling percaya


kekerasan  Klien dapat mengontrol dengan menggunakan prinsip
perilaku kekerasan pada saat komunikasi terapeutik.
berhubungan dengan orang Rasional : hubungan saling
lain. percaya memungkinkan klien
terbuka pada perawat dan sebagai
Kriteria hasil: dasar untuk intervensi
 Klien dapat membina selanjutnya.
hubungan saling percaya. 2. Diskusikan kemampuan dan
 Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien.
kemampuan dan aspek yang Rasional : mengidentifikasi hal-
positif yang dimiliki. hal positif yang masih dimiliki
 Klien dapat menilai klien.
kemampuan yang digunakan. 3. Setiap bertemu klien dihindarkan
 Klien dapat menetapkan dan dari memberi penilaian negatif.
merencanakan kegiatan sesuai Rasional : pemberian penilaian
kemampuan yang dimiliki. negatif dapat menurunkan
 Klien dapat melakukan semangat klien dalam hidupnya.
kegiatan sesuai kondisi sakit 4. Utamakan memberi pujian yang
dan kemampuannya. realistik pada kemampuan dan
 Klien dapat memanfaatkan aspek positif klien.
sistem pendukung yang ada. Rasional : meningkatkan harga
diri klien.
5. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang masih dapat
digunakan.
Rasional : mengidentifikasi
kemampuan yang masih dapat
digunakan.
6. Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan penggunaannya
di rumah sakit
Rasional : mengidentifikasi
kemampuan yang masih dapat
dilanjutkan.
7. Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga
diri dan merasa diperhatikan.
8. Minta klien untuk memilih satu
kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat
melakukan kegiatan yang realistis
sesuai kemampuan yang dimiliki.
9. Bantu klien melakukannya jika
perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam
melakukan kegiatan.
10.  Beri pujian atas keberhasilan
klien.
Rasional : meningkatkan
motivasi untuk berbuat lebih
baik.
11. Diskusikan jadwal kegiatan
harian atas kegiatan yang telah
dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien
agar berlatih secara teratur.
12. Beri kesempatan pada klien
untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam
penghayatan pasien adalah
membuatnya menggunakan
respon koping mal adaptif
dengan yang lebih adaptif.
13. Beri pujian atas keberhasilan
klien.
Rasional : meningkatkan harga
diri klien.
14. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong
pengulangan perilaku yang
diharapkan.

2. Isolasi social Tujuan 1. Psikoterapeutik.


 Klien dapat menerima a. Bina hubungan saling percaya
interaksi social terhadap 1) Buat kontrak dengan klien :
individu lainya. memperkenalkan nama perawat
dan waktu interaksi dan tujuan.
Kriteria hasil 2) Ajak klien bercakap-cakap
 Klien dapat membina dengan memanggil nama klien,
hubungan saling percaya untuk menunjukkan
dengan perawat. penghargaan yang tulus.
  Klien dapat berkomunikasi 3) Jelaskan kepada klien bahwa
dengan baik atau jelas dan informasi tentang pribadi klien
terbuka. tidak akan diberitahukan kepada
 Klien dapat menggunakan orang lain yang tidak
koping yang konstruktif. berkepentingan.
  Kecemasan klien telah 4)  Selalu memperhatikan 
berkurang. kebutuhan klien.
b. Berkomunikasi dengan klien
secara jelas dan terbuka
1) Bicarakan dengan klien tentang
sesuatu yang nyata dan pakai
istilah yang sederhana
2)   Gunakan komunikasi verbal
dan non verbal yang sesuai,
jelas dan teratur.
3) Bersama klien menilai manfaat
dari pembicaraannya dengan
perawat.
4) Tunjukkan sikap empati dan
beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan
perasaanya
c. Kenal dan dukung kelebihan klien
1) Tunjukkan cara penyelesaian
masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara
menceritakan perasaanya 
kepada orang lain yang
terdekat/dipercaya.
2)  Bahas bersama klien tentang
koping yang konstruktif
3) Dukung koping klien yang
konstruktif
4) Anjurkan klien untuk
menggunakan koping yang
konstruktif.
d. Bantu klien mengurangi cemasnya
ketika hubungan interpersonal
1) Batasi jumlah orang yang
berhubungan dengan klien pada
awal terapi.
2)  Lakukan interaksi dengan klien 
sesering mungkin.
3)  Temani klien beberapa saat
dengan duduk disamping klien.
4)  Libatkan klien dalam
berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap, dimulai dari
klien dengan perawat, kemudian
dengan dua perawat, kemudian
ditambah dengan satu klien dan
seterusnya.
5)  Libatkan klien dalam aktivitas
kelompok.
2. Pendidikan kesehatan
a. Jelaskan kepada klien cara
mengungkapkan perasaan selain
dengan kata-kata seperti dengan
menulis,menangis,menggambar,
berolah-raga, bermain musik, cara
berhubungan dengan orang lain :
keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
b.  Bicarakan dengan klien peristiwa
yang menyebabkan menarik diri.
c. Jelaskan dan anjurkan kepada
keluarga untuk tetap mengadakan
hubungan dengan klien.
d. Anjurkan pada keluarga agar
mengikutsertakan klien dalam
aktivitas dilingkungan masyarakat.

3. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Bantu klien dalam melaksanakan
kebersihan diri sampai dapat
melaksanakannya sendiri.
b. Bimbing klien berpakaian yang
rapi.      
c. Batasi kesempatan untuk tidur
d. Sediakan sarana informasi dan
hiburan seperti : majalah, surat
kabar, radio dan televisi.
e. Buat dan rencanakan jadwal
kegiatan bersama-sama klien.
4.  Lingkungan Terapeutik
a. Pindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan klien
maupun orang lain dari ruangan.   
b. Cegah  agar klien tidak berada
didalam ruangan yang sendiri
dalam jangka waktu yang lama.   
c. Beri rangsangan sensori seperti :
suara musik, gambar hiasan di
ruangan.

3. Harga diri Tujuan: 1. Bina hubungan saling percaya


rendah  Klien dapat meningkatkan dengan prinsip komunikasi
kedaran tentang hubungan teraupatik
positive terhadap harga diri 2. Bantu klien identifikasi situasi
dan pemecahan masalah penyebab harga diri rendah
yang efektif. 3. Sediakan waktu untuk
 Klien mampu melakukan mendengarkan klien
hal positive untuk 4. Diskusikan bahwa sejulah
meningkatkan harga diri kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien seperti
kegiatan dirumah sakit
Kriteria Hasil :
5. Beri pujian yang realistis
Setelah 1x interaksi di harapkan 6. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang masih dapat
 Mengungkapkan
digunakan saat ini
kemampuan untuk
7. Diskusikan dengan klien
menanggulangi dan
kemampuan yang masih dapat
meminta bantuan jika perlu
digunakan saat ini
 Menunjukkan kemampuan
8. Bantu pasien menyebutkan dan
untuk memecahkan masalah
beri penguatan terhadap
dan ikut serta kemampuan diri yang
bermasyarakat diungkapkan klien
 Mempertahankan bebas dari 9. Rencanakan bersama klien a
prilaku yang destruktif pada ktivitas yang dapat dilakukan
diri sendiri maupun orang sesuai kemampuan khususnya
lain saat menjalani perawatan
 Klien mampu duduk dirumah sakit.
berdampingan dengan 10. Tingaktkan kegiatan sesuai
perawat dan berbincang dengan toleransi kondisi klien
11. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan

4. Koping Tujuan 1. Identifikasi dengan keluarga


keluarga  Koping adatif dapat dilakukan tentang prilaku maladaptif
inefektif dengan optimal. Rasional : Keluarga mengenal dan
mengungkapkan serta menerima
Kriteria hasil perasaannya sehingga
 Keluarga dapat mengenal mempermudah pemberian asuhan
masalah dalam keluarga dan kepada anak dengan benar.
menyelesaikannya dengan 2. Beri reinforcement positif atas
tindakan yang tepat. tindakan keluarga yang adaptif
Rasional : Untuk memotivasi
keluarga dalam mengasuh anak
secara baik dan benar tanpa
menghakimi dan menyalahkan
anak atas keadaan yang buruk
3. Diskusikan dengan keluarga
tentang tindakan yang semestinya
terhadap anak.
Rasional : Memberikan gambaran
tentang tindakan yang semestinya
dapat dilaksanakan keluarga
terhadap anak.
4. Diskusikan dengan keluarga
tentang pentingnya peran orang
tua sebagai status pendukung
dalam proses tumbuh kembang
anak.
Rasional : Memberikan kejelasan
dan memotivasi keluarga untuk
meningkatkan peran sertanya
dalam pengasuhan dan proses
tumbuh kembang anaknya.
5. Kolaborasi dalam pemberian
pendidikan keluarga terhadap
orang tua.
Rasional :Dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman
keluarga ( orang tua ),tentang
pentingnya peran orang tua dalam
tumbuh kembang anak,memiliki
pengetahuan tentang metode
pengasuhan yang baik,dan
menanamkan kesadaran untuk
menerima anaknya dalam keadaan
apapun.

5.Resiko Tujuan. 1. Bina hubungan saling percaya.


mencederai  Klien tidak mencederai diri / Salam terapeutik, perkenalan diri,
diri sendiri, orang lain / lingkungan. beritahu tujuan interaksi, kontrak
orang lain dan Kriteria hasil: waktu yang tepat, ciptakan
lingkungan.  Klien dapat membina lingkungan yang aman dan tenang,
hubungan saling percaya. observasi respon verbal dan non
 Klien bisa mengidentifikasi verbal, bersikap empati.
penyebab perilaku kekerasan Rasional : Hubungan saling
 Klien bisa mengidentifikasi percaya memungkinkan terbuka
tanda-tanda perilaku pada perawat dan sebagai dasar
kekerasan. untuk intervensi selanjutnya.
 Klien bisa mengidentifikasi 2. Beri kesempatan pada klien untuk
perilaku kekekerasan yang mengugkapkan perasaannya.
biasa dilakukan. Rasional : Informasi dari klien
 Klien bisa mengidentifikasi penting bagi perawat untuk
akibat perilaku kekerasan. membantu kien dalam
  Klien dapat melakukan cara menyelesaikan masalah yang
berespons terhadap kemarahan konstruktif.
secara konstruktif. 3. Bantu untuk mengungkapkan
 Klien mendemonstrasikan penyebab perasaan jengkel / kesal.
sikap perilaku kekerasan. Rasional : pengungkapan perasaan
 Klien dapat dukungan keluarga dalam suatu lingkungan yang tidak
dalam mengontrol perilaku mengancam akan menolong pasien
kekerasan. untuk sampai kepada akhir
 Klien dapat menggunakan obat penyelesaian persoalan.
yang benar. 4. Anjurkan klien mengungkapkan
dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan
kekesalan secara konstruktif untuk
mencari penyelesaian masalah
yang konstruktif pula.    
5. Observasi tanda perilaku kekerasan
pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang
dilakukan oleh klien sehingga
memudahkan untuk intervensi.
6. Simpulkan bersama tanda-tanda
jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien
dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
7. Anjurkan klien untuk
mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam
pemberian tindakan kepada
klien.     
8. Bantu klien bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana
cara klien melakukannya.
9. Bicarakan dengan klien apakah
dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam
memberikan motivasi untuk
menyelesaikan masalahnya.
10. Bicarakan akibat / kerugian dan
perilaku kekerasan yang dilakukan
klien.
Rasional : mencari metode koping
yang tepat dan konstruktif.
11. Bersama klien menyimpulkan
akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang
benar dalam mengalihkan perasaan
marah.
12. Tanyakan pada klien “apakah ia
ingin mempelajari cara baru yang
sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan
klien tentang koping yang
konstruktif.
13. Berikan pujian jika klien
mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan
perilaku yang positif,
meningkatkan harga diri klien.
14. Diskusikan dengan klien cara lain
yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam /
memukul botol / kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa
anda sering jengkel / kesal.
Secara sosial : lakukan dalam
kelompok cara-cara marah yang
sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : anjurkan klien
berdua, sembahyang, meminta
pada Tuhan agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat
dengan mudah mengontrol
kemarahan klien.
15. Bantu klien memilih cara yang
paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam
mendemonstrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
16. Bantu klien mengidentifikasi
manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien
terhadap cara yang diberikan.
17. Bantu klien untuk menstimulasikan
cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan
klien melakukan cara yang sehat.
18. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan klien menstimulasi
cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri
klien.
19. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang telah
dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan
klien selama diintervensi.
20. Identifikasi kemampuan keluarga
dalam merawat klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga
dalam memberikan perawatan
kepada klien.
21. Jelaskan peran serta keluarga
dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan
bahwa keluarga sangat berperan
dalam perubahan perilaku klien

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KEKERASAN SEKSUAL

I. PENGKAJIAN
Menurut Doenges et.al (2007) pengkajian anak yang mengalami kekrasan seksual (sexual
abus) antara lain :
1) Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur  (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,keletihan.
2) Integritas ego
a. Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena
tindakannya terhadap orang tua.
b. Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
d. Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan
yang paling dominan/menonjol)
e. Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk,
takut (terutama jika ada pelaku)
f. Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan finansial,
pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
g. Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
3) Eliminasia.
a. Enuresisi,enkopresis
b. Infeksi saluran kemih yang berulang
c. Perubahan tonus sfingter.
4) Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia),makan
berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat badan yang
sesuai
5) Higiene
a. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca(penganiayaan
seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan
b. Mandi berlebihan /ansietas (penganiayaan seksual), penampilan
kotor/tidak terpelihara.

6) Neurosensori
a. Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau
pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
b. Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya
pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat
waspada, cemas dan depresi.
c. Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan
penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
d. Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan
koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain
e. Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain :
gelisah(korban selamat)
f.Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi ke pribadian
ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (koebaninses
dewasa)
g. Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera
eksternal
7) Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual
b. Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis,spastik
kolon, sakit kepala)
8) Keamanan
a. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air
panas,rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak
wajar,ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid,
jaringanparut, perubahan tonus sfingter.
b. Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal
c. Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas
dengan risiko tinggi
d. Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat
menghindari bahaya di dalam rumah
9) Seksualitas
a. Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif,
permainan seks dewasa sebelum waktunya, kecenderungan mengulang atau
melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan tentang
seks, secara seksual menganiaya anak lain.
b. Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir
c. Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
10) .Interaksi sosial
Merikan diri dari rumah, polainteraksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri.Pencapaian
restasi dis ekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.

II. DIAGNOSA
Menurut Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang dapat
dirumuskan pada anak yang mengalami sexual abuse antara lain :
1. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual yang
dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan
persetujuan pribadi seseorang
2. Ketidak berdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak
adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera dengan tujuan untuk
menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktu lama
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif 
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif 
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,
marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak,
kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu
lama
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
III. INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007)intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnose keperawatan diatas antara
lain :
1. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan
dan persetujuan pribadi seseorang
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
b. Tujuan jangka panjang : anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat,
memulai proses penyembuhan psikologis.
intervensi:
a. Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasi kan empat
ucapan berikut ini pada korban perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi
padamu, anda aman disini, saya senang anda hidup,anda tidak bersalah.Anda
adalah korban. Ini bukan kesalahan anda. Apapun keputusan yang Anda buat
pada saat pengorbanan adalah hak seseorang karena anda hidup.
Rasional : Wanita tau anak yang telah diperkosa secara seksual takut
terhadap kehidupannya dan harus diyakinkan kembali keamanannya. Ia
mungkin juga sangat ragu-ragu dengan dirinya dan menyalahkan diri sendiri
dan pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa percaya secara bertahap
dan memvalidasi harga diri anak 
b. Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa
dilakukan. Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam perawatan,cara
tidak menghakimi Rasional : Untuk menurunkan ketakutan atau ansietas dan
untuk meningkaytkan rasa percaya
c. Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang
memberikan perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera.Atau
mengumpulkan bukti segera Rasional : Anak pasca trauma sangat rentan.
Penambahan orang dalam lingkungannya meningkatkan perasaan rentan ini
dan bertindak meningkatkan ansietas
d. Dorong anak untuk menghitung jumlah serangan kekerasan
seksual.Dengarkan, tetapi tidak menyelidiki Rasional : Mendengarkan dengan
tidak menghakimi memberikan kesempatan untuk katarsis bahwa anak perlu
memulai pemulihan. Jumlah yang rinci mungkin dibutuhkan untuk tindak
lanjut secara legal, dan seorang perawat sebagai pembela anak dapat
menolong untuk mengurangitrauma dari pengumpulan bukti
e. Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan
dukungan atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan
Rasional : Karena ansietas berat dan rasa takut, anak mungkin membutuhkan
bantuan dari orang lain selama periode segera pasca-krisis.Berikan informasi
rujukan tertulis untuk referensi selanjutnya (misalnya psikoterapi, klinik
kesehatan jiwa, kelompok pembela masyarakat)
2. Ke tidak berdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Anak mengenali dan menyatakan secara verbal pilihan-
pilihan yang tersedia dengan demikian merasakan beberapa control terhadap situasi
kehidupan (dimensi waktu ditentukan secara individu)
b. Tujuan jangka panjang : Anak memperlihatkan kontrol situasi kehidupan dengan
membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan berkenaan dengan hidup
bersama siklus penganiyaan seksual (dimensi waktu ditentukan secara individual)
Intervensi :
a. Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik,
fraktur, luka bakar mendapatkan perhatian segera, mengambil foto jika anak
mengijinkan merupakan ide yang baik Rasional : Keamanan anak merupakan
prioritas keperawatan. Foto dapat digunakan sebagai bukti jika
tuntutan dilakukan
b. Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan
wawancara Rasional : Jika anak disertai dengan pria yang melakukan pelecehan
seksual pada anak, kemungkinan besar ia tidak jujur sepenuhnya tentang
cederanya atau pengalaman seksualnya.
c. jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang
tuanya,pastikan tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa
pemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obatbius, jika
anak tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi dan apakah ia berminat
dalam tuntutan yang mendesak Rasional : Beberapa anak wanita berusaha untuk
menyimpan rahasia tentang bagimana cedera seksual yang dideritanya terjadi
dalam usaha untuk melindungi orang tuanya atau saudaranya atau karena mereka
takut bahwa orang tuanya atau saudaranya akan membunuh mereka jika
menceritakan hal tersebut
d. Pastikan bahwa usaha-usaha menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat.
Berikan dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harus dibuat oleh
anak Rasional : Membuat keputusan untuk dirinya sendiri memberikan rasa
kontrol situasi kehidupannya sendiri. Memberikan penilaian dan nasehat adalah
tidak terapeutik 
e. Tekankan pentingnya keamanan, smith (1987) menyarankan suatu pernyataan
seperti, ya itu telah terjadi. Sekarang ke mana anda ingin pergidari sini ?. Burgess
(1990) menyatakan "Korban perlu dibuat sadar tentang berbagai sumber yang
tersedia untuk dirinya. Hal ini dapat mencakup hotline krisis, kelompok-
kelompok masyarakat untuk wanita dan anak yang pernah dianiaya secara
seksual, tempat perlindungan, berbaga itempat konseling.Rasional : Pengetahuan
tentang pilihan-pilihan yang tersedia dapat membantu menurunkan rasa tidak
berdaya dari korban, tetapi kewenangan yang sesungguhnya datang hanya saat ia
memilih untuk menggunakan pengetahuan itu bagi keuntungannya sendiri.
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang
tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cidera dengan
tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi dalam waktulama.
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Anak akan mengembangkan hubungan saling percaya
dengan perawat dan melaporkan bagaimana tanda cedera terjadi(dimensi waktu
ditentukan secara individu)
b. Tujuan jangka panjang : Anak akan mendemonstrasikan perilaku yang konsisten
dengan usia tumbuh dan kembangnya
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang
teliti dari luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan),laserasi, dan
keluhan anak tentang area nyeri pada derah yang spesifik,misalnya kemaluan.
Jangan mengabaikan atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual.
Kaji tanda nonverbal penganiayaan, perilaku agresif, rasa takut yang
berlebihan, hiperaktivitas hebat, apatis, menarik diri, perilaku yang tidak
sesuai dengan usianya Rasional : Suatu pemeriksaan fisik yang akurat dan
seksama dibutuhkan agar perawatan yang tepat dapat diberikan untuk pasien
b. Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang
menyertai anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu
kecelakaan, apakah penjelasan ini berlasan? Apakah cedera tersebut konsisten
dengan penjelasan yang diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan
kemampuan perkembangan anak ?Rasional : Ketakutan terhadap hukuman
penjara atau kehilangan kesempatan memelihara anak mungkin menempatkan
orang tua penyiksa pada sikap membela diri. Ke tidak sesuaian dapat ditandai
dalam deskripsi kejadian, dan adanya usaha untuk menutup keterlibatan
merupakan suatu pertahanan diri yang umum yang dapat dilepaskan dalam
suatu wawancara yang dalam.
c. Gunakan pertandingan atau terapi bermain untuk memperoleh rasa percayaan
Gunakan teknik-teknik ini untuk membantu dalam menjelaskan sisilain dari
cerita anak tersebut Rasional : Menetapkan hubungan saling percaya dengan
seorang anak yang teraniaya sangatlah sukar. Mereka mungkin tidak ingin
untuk disentuh. Jenis-jenis aktivitas bermain ini dapat memberikan suatu
lingkungan yang tidak mengancam yang dapat meningkatkan usaha
anak untuk mendiskusikan masalah-masalah yang menyakitkan ini
d. Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan
kepadayang berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk
kedalam keputusan apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan
penganiayaan seksual anak.Rasional : Suatu laporan (umum nya dibuat) jika
ada alasan untuk mencurigai bahwa seseorang anak telah dicederai sebagai
suatu akibat penganiayaan seksual. Alasan untuk mencirugai ditetapkan saat
ada tanda-tanda ketidak sesuaian atau ketidak konsistenan dalam menjelaskan
cedera pada anak. Kebanayakan negara membutuhkan individu-individu
berikut melaporkan kasus dari anak yang dicurigai dianiaya seksual :
semuapekerja kesehatan, semau terapis kesehatan jiwa, guru-guru, pengasuh-
pengasuh anak,pemadam kebakaran, anggota medis gawat darurat dan
anggota penyelenggara hukum. Laporan dibuat oleh Departemen Pelayanan
Sosial dan rehabiulitasi atau Badan penyelenggara Hukum
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kelainan fungsi dari system
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian
anak 
Tujuan :
a. Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai
dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :
b. Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa
untuk menipulasi orang lain
c. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial
d. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang
dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan
untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasafrustasi
Intervensi:
a. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis Rasional : penting bagi
anak untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas dimana
kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri
b. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak Rasional : Komunikasi dari pada
penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat
meningkatkan harga diri
c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada
anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
d. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya
sebagai negatif Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat
membantumengembangkan aspek positif sehingga mempunyai koping
individu yang efektif  
e. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme
sikap defensif. Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah
dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif
Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak 
f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut
terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang
berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan Rasional :
Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan
anak yang tidak memuaskan
Tujuan :Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat
sedang,sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres .
Intervensi :
a. Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten didalam
berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus Rasional :
Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan pada
hubungan anak dengan staf atau perawat
b. Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada penurunan tegangan dan
pengurangan ansietas (misalnya berjalan atau joging, bola voli, latihan dengan
musik, pekerjaan rumah tangga,permainan-permainan kelompok Rasional :
tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak
melalui aktivitas-aktivitas fisik 
c. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan yang sebenarnya dan
untuk mengenali sensiri perasaan-perasaan tersebut padanya Rasional : Anak-
anak cemas sering menolak hubungan antara masalah-masalah emosi dengan
ansietas mereka. Gunakan mekanisme-mekanis mepertahanan projeksi dan pemin
dahan yang dilebih-lebihkan
d. Perawat harus mempertahankan suasana tentang Rasional : Ansietas dengan
mudah dapat menular pada orang lain
e. Tawarkan bantuan pada waktu-waktu terjadi peningkatan ansietas. Pastikan
kembali akan keselamatan fisik dan fisiologis Rasional : Keamanan anak adalah
prioritas keperawatan
f. Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberapa anak. Bagaimana pun juga
anak harus berhati-hati terhadap penggunaan nya Rasional : sebagaimana ansietas
dapat membantu mengembangkan kecurigaan pada beberapa individu yang dapat
salah menafsirkan sentuhan sebagai suatu agresi
g. Dengan berkurangnya ansietas, temani anak untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
tertentu yang mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons alternatif
pada kejadian selanjutnya Rasional : Rencana tindakan memberikan anak
perasaan aman untuk penanganan yang lebih berhasil terhadap kondisi yang
sulit jika terjadi lagi
h. Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai dengan yang diperintahkan.
Kaji untuk ke efektifitasannya, dan beri petunjuk kepada anak mengenai
kemungkinan efek-efek samping yang memberi pengaruh berlawanan Rasional :
Obat-obatan terhadap ansietas (misalnya diazepam,klordiasepoksida, alprazolam)
memberikan perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas
dan mempermudah kerjasama anak dengan terapi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan :
a. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn
setiap malam dengan kriteria hasil:
b. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
c. Tidak ada gangguan-gangguanyang dialamti oleh perawat
d. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai7 jam
tanpa terbangun
Intervensi :
a. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur Rasional
: Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
b. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan
rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu Rasional : Ansietas yang dirasakan
oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi
penyebabnya
c. Duduk dengan anak sampai dia tertidur Rasional : kehadiran seseorang yang
dipercaya memberikan rasa aman
d. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan
dari diet anak Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu
tidur
e. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air
hangat) Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat
bisatidur
f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin
dari istirahat dan aktivitas
g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari
dan dalam keadaan ketakutan Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya
memberikan rasa aman
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau
umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
Tujuan :
a. Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran
waham kebesaran dengan kriteria hasil :
b. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri
c. Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidak seimbangan dan
keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan kemuliaan
d. Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain
e. Anak berinteraksi dengan orang lain dengan situasi-situasi kelompok tanpa
bersikap defensif 
Intervensi :
a. Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar Rasional : memfokuskan
pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat membantu untuk memperbaiki
konsep diri
b. Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan
bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan
oprang lain karena prilakunya sendiri Rasional : Pengenalan masalah adalah
langkah pertama pada prosesperubahan ke arah resolusi
c. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidak mengancam
untuk perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima Rasional : Anak mungkin
kurang pengetahuan tentang bagaiamana dia diterima oleh orang lain. Berikan
informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk
mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan
d. Bantu anak untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menimbulkan sifat
defensif dan praktik bermain peran dengan respons-respons yang lebih sesuai
Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situasi-
situasi yang sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi
e. Berikan dengan segera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat
diterima Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi
semangat untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan
f. Membantu anak untu menetapkan sasaran-sasaran yang realistis, konkret dan
memerlukan tindakan-tindakan yang cocok untuk mencapai sasaran-sasaran
ini Rasional : Keberhasilan akan meningkatkan harga diri
g. Evaluasi dengan anak keefektifan perilaku-perilaku yang baru dan diskusikan
adanya perubahan untuk perbaikan Rasional : Karena keterbatasan
kemampuan untuk memecahkan masalah,bantuan mungkin diperlukan untuk
menetapkan kembali dan mengembangkan strategi baru, pada keadaan di
mana metode-metodekoping baru tertentu terbukti tidak efektif
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai
perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam
jangka waktu lama
Tujuan :
a. Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten danefektif
dalam berespons perilaku anak dengan kriteria hasil :
b. Mengungkatkan dan mengatasi perilaku negatif pada anak 
c. Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang diperlukan
Intervensi :
a. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan
teknik menjadi orang tua yang efektif Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan
yang tepat dapat meningkatkan keefektifan peran orang tua
b. Dorong individu untuk mengungkapkan perasaan secara verbal dan menggali
alternatif cara berhubungan dengan anak Rasional : Konseling suportif dapat
membantu keluarga dalam mengembangkan strategi koping
c. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif
Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong
kontinuitas upaya
d. Libatkan saudara kandung dalam diskusi keluarga dan perencanaan interaksi
keluarga yang lebih efektif  Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi
semua anggota keluarga dan tindakan lebih efektif bila setiap orang terlibat
dalam terapi tersebut
e. Libatkan dalam konseling keluarga Rasional : terapi keluarga dapat membantu
mengatasi masalah global yang mempengaruhi seluruh struktur keluarga.
Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga
f. Rujuk pada sumber komunitas sesuai indikasi, termasuk kelompok pendukung
orang tua, kelas menjadi orang tua Rasional : mengembangkan sistem
pendukung dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keefektifan orangtua.
Pemberian model peran atau harapan untuk masa depan
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang
informasi
Tujuan :
a. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku,
perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan dengan kriteria hasil :
b. Berpartisipasi dalam pembelajaran dan mulai bertanya dan mencari informasi
secara mandiri
c. Mencapai tujuan kognitive yang konsisten sesuai tingkat temperamen
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri,aktivitas
kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi,seperti bus
sekolah, kafetaria yang ramai, aula yang ramai Rasional : Peredaan dalam
stimulasi lingkungan dapat menurunkan distraktibilitas. Kelompok kecil dapat
meningkatkan kemampuan untuk tepat pada tugas dan membantu klien
mempelajari interaksi yang tepatdengan orang lain, menghindari
rasa terisolasi
b. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi
langkah Rasional : Keterampilan belajar yang terurut akan meningkat
.Mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah, mempraktikkan contoh
situasional. Keterampilan efektif dapat meningkatkan tingkat prestasi
c. Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi
respons perilaku Rasional : penggunaan psikostimulan mungkin tidak
mengakibatkan perbaikan kenaikan kelas tanpa perubahan pada ketrampilan
studi anak 
d. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak,dan
keluarga Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika
terapitidak terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan
karena kurangnya komunikasi interdisiplin

IV. IMPLEMENTASI/DISCHARGE PLANNING


Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
penganiayaan seksual (sexual abuse) antara lain
1. Anak tidak mengalami ansietas panik lagi
2. Anak mendemonstrasikan derajat percaya kepada perawat primer
3. Anak menerima perhatian dengan segera terhadap cedera fisiknya
4. Anak memulai perilaku yang konsisten terhadap respons berduka
5. Anak mendapatkan perhatian segera untuk cedera fisiknya jika ada
6. Anak menyatakan secara verbal jaminan keamanannya dengan segera
7. Anak mendiskusikan situasi kehidupannya dengan perawat primer
8. Anak mampu menyatakan secara verbal pilihan- pilihan yang tersedia untuk dirinya
yang dari hal ini ia menerima bantuan
9. Anak mendemosntrasikan rasa percaya kepada perawat utama melalui
mendiskusikan perlakuan penganiayaan melalui penggunaan terapi bermain
10. Anak mendemonstrasikan suatu penurunan dalam perilaku agresif 

Anda mungkin juga menyukai