Anda di halaman 1dari 14

BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-1

BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

III.1.Hasil Perhitungan
Berikut hasil perhitungan masing-masing untuk variabel flowrate naik dan flowrate
turun pada percobaan solid-liquid fluidization :
Tabel III.1.1 Hasil perhitungan faktor friksi untuk variabel flow rate naik
Flow rate fp Error fp
∆P (Pa) Rep εp fp Ergun
(ml/s) eksperimen (%)
1112,6 0,470
25 0,6717 67,8818 159,3879 57,4110
7 5
1122,4 0,470
54 1,4510 14,6770 74,7305 80,3600
4 5
1229,8 0,494
79 2,1227 7,8978 49,3679 84,0021
0 6
1327,4 0,505
95 2,5526 6,0288 40,4681 85,1022
0 8
1356,6 0,516
129 3,4662 3,4127 29,6435 88,4873
8 6
1366,4 0,516
150 4,0304 2,5422 25,7384 90,1228
4 6
1376,2 0,536
174 4,6753 1,9770 21,5680 90,8337
0 7
1366,4 0,572
204 5,4814 1,5229 17,3533 91,2242
4 4
1395,7 0,602
228 6,1263 1,3117 14,7136 91,0849
2 9
1356,6 0,641
253 6,7980 1,1015 12,3021 91,0461
8 3

Tabel III.1.2 Hasil perhitungan faktor friksi untuk variabel flow rate turun
fp
Flow rate Error fp
∆P (Pa) Rep εp eksperime fp Ergun
(ml/s) (%)
n
253 1356,68 6,7980 0,6772 1,2923 11,2469 88,5093

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-2

230 1376,20 6,1800 0,6549 1,5341 12,9170 88,1235


205 1405,48 5,5083 0,6361 1,9155 14,9622 87,1978
177,5 1405,48 4,7693 0,6076 2,4404 18,2060 86,5958
150 1229,80 4,0304 0,5831 2,8693 22,4400 87,2133
130 1190,76 3,4930 0,5742 3,6426 26,1310 86,0603
100 1171,24 2,687 0,5451 5,7489 35,6063 83,8544
77,5 1132,20 2,0824 0,5451 9,2524 45,4356 79,6362
50 761,30 1,3435 0,4997 13,6999 76,2339 82,0291
24 722,26 0,6449 0,4997 67,8818 156,924 64,0515

Tabel III.1.3 Kecepatan minimum fluidisasi


Variabel flow rate V0m percobaan (m/s) V0m Ergun (m/s) V0m Geldhart (m/s)
Naik 0,0095 0,00052032 0,00038926
Turun 0,0107 0,00086740 0,00038926

Tabel III.1.4 Drag coefficient dan kecepatan terminal


Flow rate
Variabel Rep CD CD.Rep2 Ut (m/s)
(ml/s)
25 0,6717 314,9599 0,0031
54 1,4510 67,5068 0,0066
79 2,1227 31,5414 0,0097
95 2,5526 21,8116 0,0117
129 3,4662 11,8292 142,1204 0,0158
Naik
150 4,0304 8,7489 0,0184
174 4,6753 6,5018 0,0213
204 5,4814 4,7302 0,0250
228 6,1263 3,7867 0,0280
253 6,7980 3,0753 0,0310
253 6,7980 3,0753 0,0310
230 6,1800 3,7212 0,0282
205 5,5083 4,6841 0,0251
177,5 4,7693 6,2480 0,0218
143,1204
Turun 150 4,0340 8,7489 0,0184
130 3,4930 11,6479 0,0159
100 2,6870 19,6850 0,0123
77,5 2,0824 32,7742 0,0095
50 1,3435 78,7400 0,0061
24 0,6449 341,7534 0,0029

Tabel III.1.5 Hasil perhitungan bed void fraction untuk variabel flow rate naik
Tinggi bed
Flowrate (ml/s) ut (m/s) Rep εp ε teori
(cm)
25 21 0,00307 0,6717 0,4705 0,8426

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-3

54 21 0,0066 1,4510 0,4705 0,8388


79 22 0,0097 2,1227 0,4946 0,8432
95 22,5 0,0117 2,5526 0,5058 0,8452
129 23 0,0158 3,4662 0,5166 0,8453
150 23 0,0184 4,0304 0,5166 0,8431
174 24 0,0213 4,6753 0,5367 0,8495
204 26 0,0250 5,4814 0,5724 0,8619
228 28 0,0280 6,1263 0,6029 0,8726
253 31 0,0310 6,7980 0,6413 0,8861

Tabel III.1.6 Hasil perhitungan bed void fraction untuk variabel flow rate turun
Tinggi bed
Flowrate (ml/s) ut (m/s) Rep εp ε teori
(cm)
253 31 0,0310 6,7980 0,6772 0,8993
230 29 0,0282 6,1800 0,6549 0,8922
205 27,5 0,0251 5,5083 0,6361 0,8864
177,5 25,5 0,0218 4,7693 0,6076 0,8773
150 24 0,0184 4,0340 0,5831 0,8699
130 23,5 0,0159 3,4930 0,5742 0,8682
100 22 0,0123 2,6870 0,5451 0,8603
77,5 22 0,0095 2,0824 0,5451 0,8635
50 20 0,0061 1,3435 0,4997 0,8516
25 20 0,0029 0,6449 0,4997 0,8544

III.2. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk untuk mengamati dan mengukur fluidisasi bed padatan
serta mengukur karakteristik bed terfluidisasi. Pada percobaan ini digunakan variabel berupa
flowrate naik dan flowrate turun. Flowrate naik merupakan flowrate yang digunakan pada
awal praktikum dan memiliki nilai dari rendah ke tinggi masing-masing 25; 54; 79; 95; 129;
150; 174; 204; 228; dan 253 ml/s. Praktikum lalu dilanjutkan dengan menggunakan flowrate
turun dan memiliki nilai dari tinggi ke rendah masing-masing 253; 230; 205; 177.5; 150; 130 ;
100; 77.5; 50; dan 24 ml/s. Tujuan digunakannya flowrate naik dan turun adalah untuk
mengetahui kondisi serta karakteristik fluidized bed sebelum terjadi fluidisasi, sesudah terjadi
fluidisasi, serta kondisi apabila fluidized bed dikembalikan ke kondisi awal setelah terjadi
fluidiasi. Dalam praktikum ini, digunakan flowrate masing-masing untuk variabel flowrate
naik dan flowrate turun dengan selang antar flowrate ± 5 ml/s sehingga selang yang tidak
terlalu besar ini dapat mengakuratkan grafik hubungan karakteristik yang akan dibuat.
Flowrate yang digunakan tidak boleh terlalu besar untuk menghindari keluarnya solid dari

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-4

kolom fluidisasi akibat fluida membawa gaya yang terlalu besar serta juga tidak boleh terlalu
kecil yang mengakibatkan gaya yang dibawa fluida belum cukup untuk mendorong solid
sehingga tersuspensikan kedalam fluida. Karakteristik fluidized bed yang akan dihitung pada
praktikum ini meliputi friction factor, solid terminal velocity, serta void fraction dimana hal
ini merupakan karakteristik khusus fluidized bed yang sangat bergantung terhadap jenis solid
yang dipakai, jenis fluida yang dipakai, serta laju alir fluida dalam proses fluidisasi.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-5

Dalam praktikum ini, mula-mula volume air dalam bak penampungan harus terisi 4/5
dari volume total bak sehingga kebutuhan air selama proses fluidisasi terpenuhi sehingga air
tidak habis yang dapat menyebabkan pompa menghisap udara. Kondisi dimana pompa
menghisap udara ini disebut kondisi ‘entrained air’. Kondisi ini dapat menimbulkan efek
seperti peristiwa kavitasi (peristiwa dimana fluida berubah fase menjadi gas akibat
tekanannya turun menjadi lebih rendah dari tekanan uapnya). Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada pompa dimana udara yang masuk dan menerima energi dari impeller pompa
akan menimbulkan kenaikan tekanan didalam pompa dan mengakibatkan pompa menjadi
panas dan dapat menyebabkan pompa meledak. Selain itu, udara yang masuk akan menabrak
komponen-komponen fisik didalam pompa dan menyebabkan kerusakan mekanis pada
komponen-komponen tersebut seperti efek korosi. Lalu, mengukur dimensi kolom fluidisasi
meliputi keliling kolom dan ketinggian awal bed. Setelah itu, membuka penuh bypass valve
pada pompa dengan tetap menutup discharge valve dan main valve. Pembukaan penuh bypass
valve bertujuan untuk menghindari adanya air terjebak di dalam sistem yang dapat menaikkan
tekanan didalam sistem secara drastis. Main valve tetap ditutup untuk menjaga agar air tidak
langsung masuk ke dalam kolom fluidisasi dimana air baru akan dimasukkan kedalam kolom
fluidisasi ketika fluidisasai akan dimulai. Discharge valve tetap akan ditutup karena valve ini
hanya akan dibuka apabila kita ingin menguras air didalam kolom fluidisasi. Setelah itu,
pompa dinyalakan dan dilihat apakah aliran air lancar dalam sistem (tidak ada air terjebak
dalam sistem). Setelah itu, membuka perlahan-lahan main valve dan mengalirkan air kedalam
kolom fluidisasi hingga terjadi overflow. Kondisi terlebih dahulu dibuat overflow untuk
mengatahui apakah solid didalam bed tidak terlalu padat sehingga overflow lambat tercapai
dan menyebabkan air terjebak didalam sistem yang akan menaikkan tekanan sistem. Setelah
itu, mengatur flowrate fluida sesuai variavel flowrate naik dengan mengatur main valve dan
tetap membuka penuh bypass valve dengan mengukur volume air yang keluar dalam satuan
waktut tertentu dengan gelas ukur. Apakah main valve telah dibuka penuh tetapi flowrate
masih terlalu rendah, maka bypass valve ditutup perlahan-lahan sehingga lebih banyak air
yang masuk kedalam kolom fluidisasi. Setelah flowrate telah sesuai, maka ketinggian bed
diukur dengan meteran kain. Lalu, mengukur Pbottom yaitu tekanan didasar bed serta Pabove yaitu
tekanan dipermukaan bed dengan manometer untuk mendapatkan pressure drop. Manometer
yang digunakan untuk mengukur Pabove merupakan manometer terdekat dengan permukaan
bed sehingga manometer tepat membaca tekanan diatas bed bukan tekanan dititik lain.
Setelah itu, kondisi fisik fluidisasi diamati, apakah dalam kondisi fixed bed (solid belum
terangkat), expanded bed (solid terangkat tapi belum tersuspensi dalam fluida) ataukah dalam

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-6

fluidized bed (solid telah tersuspensi kedalam fluida). percobaan diulangi untuk variabel flow
rate turun (dari flow rate besar menuju flow rate kecil). Langkah terakhir adalah mematikan
pompa yang digunakan, melakukan drainase air dalam kolom fluidisasi dengan membuka
discharge valve, dan mengatur semua valve sehingga kembali ke kondisi semula.
(Labour Pump,
2015)
Dari data Pbottom dan Pabove, maka dapat dicari pressure drop dalam bed fluidisasi.
pressure drop sendiri dirumuskan sebagai berikut :
∆ P=¿ Pabove−Pbottom∨¿
adanya pressure drop menunjukkan adanya perbedaan tekanan antara titik pada permukaan
bed dan titik dipermukaan bed. Berdasarkan pengamatan, berdasarkan tabel II.5.1 maupun
tabel II.5.2 untuk variabel flowrate naik maupun flowrate turun, Pabove akan selalu lebih tinggi
daripada Pbottom. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi tekanan pada bagian atas bed, dimana
tekanan terakumulasi akibat aliran fluida yang tidak lancar karena kehadiran solid yang
menghalangi jalannya fluida. Terakumulasinya tekanan pada bagian atas bed juga
menandakan adanya akumulasi gaya dari fluida. Gaya yang timbul akibat pressure drop ini
memegang peranan penting dalam fluidiasi, dimana gaya inilah yang mendorong solid hingga
disuatu titik solid mulai tersuspensi kedalam fluida. Semakin tinggi perbedaan tekanan, maka
mendakan pressure drop akan semakin tinggi, sehingga gaya yang terakumulasi juga makin
tinggi. Pressure drop yang diciptakan pada tiap variabel tersedia pada tabel III.1.1 dan III.1.2.
Selanjutnya, akan dicari hubungan antara pressure drop dan superficial velocity fluida,
dimana
dari data flow rate dapat diketahui kecepatan fluida yang mengalir sepanjang kolom fluidisasi
dengan persamaan berikut:
Q
V=
A
dimana Q adalah flowrate aliran dan A adalah luas penampang kolom fluidisasi yang didapat
dari data keliling kolom fluidisasi (perhitungan tersedia di appendiks). Dari data-data tersebut,
didapat hubungan pressure drop dan superficial velocity yang tersaji dalam grafik berikut :

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-7

1450.0000
1400.0000
1350.0000

Pressure Drop, ∆P (Pa)


1300.0000
1250.0000 Variabel Naik
1200.0000 Variabel
Turun
1150.0000
1100.0000
1050.0000
1000.0000
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Superficial Velocity (m/s)
:
Gambar III.2.1 Grafik hubungan pressure drop dan superficial velocity
dapat ditunjukkan, pada superficial velocity rendah untuk kedua variabel flowrate naik dan
turun menunjukkan kenaikan yang drastis. Hal ini terjadi karena pada superficial velocity
yang rendah, fluida membawa sedikit gaya dimana total dari gaya ini dibantu dengan gaya
apung solid dalam fluida belum dapat mengimbangi gaya berat oleh massa partikel solid.
Karenanya, solid belum bergerak dan bed dikatakan dalam kondisi fixed bed. Kenaikan
pressure drop yang tajam, yang menandakan bed dikatakan dalam kondisi fixed bed teramati
pada superficial velocity 0.0014-0.0048 m/s untuk flowrate naik dan 0.0015-0.0031 m/s untuk
flowrate turun. Kenaikan pressure drop secara drastis ini disebabkan Karena solid belum
bergerak sehingga tekanan akan terakumulasi pada bagian atas bed menyebabkan pressure
drop naik akibat tekanan pada bagian atas bed juga naik. Ketika superficial velocity dinaikkan
dengan menaikkan flowrate pada praktikum, maka akan ada suatu titik dimana solid mulai
terangkat. Titik ketika solid terangkat menandakan kondisi expanded bed. Pada titik ini,
formasi solid masih sama, sehingga pressure drop masih akan naik secara drastis dan teramati
pada superficial velocity 0.0059-0.0095 m/s untuk flowrate naik dan 0.0052- 0,0132 m/s
untuk flowrate turun. Ketika superficial velocity dinaikkan lagi, maka akan ada titik dimana
total gaya akibat pressure drop dibantu gaya apung solid dalam fluida tepat mengimbangi
gaya berat fluida. Titik ini disebut minimum fluidization/onset fluidization dan menandakan
peralihan kondisi dari expanded bed ke fluidized bed. Superficial velocity pada titik ini disebut
minimum fluidization velocity dan diamati sebagai titik akhir fase expanded bed yaitu pada
0.0095 m/s untuk flowrate naik dan 0.0132 m/s untuk flowrate turun. Setelah terfluidisasi,
solid akan terangkat dan menjadi tersuspensi kedalam fluida. Karenanya, tidak ada lagi
pressure yang terakumulasi pada bagian atas bed akibat solid yang semakin renggang karena
telah tersuspensi kedalam fluida. Sehingga, pressure drop akan konstan seiring dinaikkannya
nilai superficial velocity. Tetapi, dalam praktikum ini teramati bahwa pressure drop sedikit

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-8

mengalami penurun untuk kedua variabel walaupun penurunan tidak drastis. Hal ini terjadi
karena flowrate yang tidak konstan akibat kurnag maksimalnya kerja pompa sehingga
superficial velocity terus berubah, ataupun kesalahan dalam pembacaan tekanan pada
manometer.
(University of Florida,
2014)
Bila diperhatikan pada gambar III.2.1, pressure drop pada flowrate naik secara umum
akan lebih tinggi daripada pada flowrate turun. Hal ini terjadi karena setelah fluidisasi,
formasi solid akan menjadi lebih renggang. Karenanya, jalan agar fluida dapat melewati solid
menjadi lebih luas dan menciptakan pressure drop lebih rendah karena kurangnya fluida yang
terakumulasi pada bagian atas bed. Hal ini yang menyebabkan pada superficial velocity yang
sama pressure drop pada variabel naik akan lebih tinggi daripada variabel turun. Karena hal
yang sama pula, minimum fluidization velocity pada variabel naik akan lebih rendah daripada
variabel turun karena pressure drop yang dihasilkan saat variabel turun lebih kecil,
mengakibatkan butuh force lebih tinggi untuk fluidisasi sehinga superficial velocity
minimum yang dibutuhkan juga lebih tinggi. Hal ini teramati pada praktikum dimana
superficial velocity minimum teramati pada 0.0095 m/s untuk flowrate naik dan 0.0132 m/s
untuk flowrate turun.
(McCabe,
1993)
Nilai dari minimum fluidization velocity juga dapat didekatkan dengan persamaan
empiris, yaitu menggunakan persamaan Ergun (29) dan persaman Geldart (30) (perhitungan
tersedia di appendiks). Didapat bahwa minimum fluidization velocity pada variabel naik
menurut persamaan Ergun adalah 0,00052032 m/s dan variabel turun 0,00086740 m/s.
Terlihat bahwa hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya dimana minimum
fluidization velocity pada variabel naik akan lebih rendah daripada variabel turun. Sedangkan
nilai minimum fluidization velocity menurut persamaan Geldart adalah 0,00038926 m/s.
Persamaan Geldart tidak mempertimbangkan nilai minimum fluidization velocity masing-
masing untuk variabel naik dan turun karena dianggap sama. Hal ini terjadi karena persamaan
ini hanya mempertimbangkan properti fisik dari solid dan fluida, yaitu massa jenis solid dan
fluida, diameter solid serta viskositas fluida. Sedangkan, persamaan Ergun
mempertimbangkan lebih banyak faktor yaitu nilai void fraction pada minimum fluidization,
shape factor, massa jenis solid dan fluida, diameter solid serta viskositas fluida. Nilai void
fraction pada minimum fluidization akan berbeda untuk variabel naik dan turun, sehingga

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-9

memberikan nilai minimum fluidization velocity yang berbeda untuk persamaan Ergun.
Sedangkan untuk persamaan Geldart faktor void fraction pada minimum fluidization dan
shape factor didekatkan dengan nilai empiris 0.0008. Karena mempertimbangkan lebih
banyak faktor, maka persamaan Ergun memberikan nilai lebih akurat daripada persamaan
Geldart.
(Geldart, 1973)
Salah satu korelasi lainnya adalah hubungan antara superficial velocity dan ketinggian
bed seperti tersaji dalam grafik dibawah ini :
32

30

28
Tinggi Bed (cm)

26

24 Variabel Naik
22 Variabel Turun

20

18
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250

Superficial Velocity,(m/s)

Gambar III.2.2 Grafik hubungan tinggi bed dan superficial velocity


pada superficial velocity yang rendah, gaya yang dibawa fluida juga rendah, sehingga belum
cukup untuk mengangkat solid (analog dengan penjelasan sebelumnya). Kondisi ini adalah
fixed bed dan ketinggian bed pada titik ini berkisar antara 21-22 cm pada variabel naik dan 20
cm pada variabel turun dengan superficial velocity sama seperti sebelumnya. Setelah
superficial velocity dinaikkan, maka gaya yang dibawa fluida dibantu gaya apung tepat
menyeimbangi gaya berat solid pada titik minimum fluidization dan teramati ketinggian bed
pada titik ini adalah
23 cm untuk variabel naik dan 24 cm untuk variabel turun dengan superficial velocity sama
seperti sebelumnya. Selanjutnya, gaya yang dibawa fluida menjadi lebih besar dengan
kenaikan superficial velocity dan akan mendorong fluida keatas dan menaikkan tinggi bed.
Bed pada kondisi ini disebut fluidized bed, dan teramati memiliki ketinggian 24-31 cm untuk
variabel naik dan 25.5-31 cm untuk variabel turun. Ketinggian bed pada variabel flow rate
turun secara teori lebih tinggi daripada variabel flow rate naik untuk superficial velocity yang
sama. Hal ini dikarenakan partikel bed awal sebelum fluidisasi lebih kompak (mampat),
sedangkan setelah terfluidisasi bed sudah bercampur dengan fluida, sehingga menyebabkan

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-10

komposisi rongga (void) yang lebih besar. Hal ini teramati pada sebagian besar titik
superficial velocity pada gambar III.2.2. Terdapat beberapa titik dimana ketinggian bed pada
flowrate naik lebih tinggi daripada flowrate turun yang diakibatkan kesalahan dalam
membaca meteran kain serta flowrate yang kurang stabil mengakibatkan superficial velocity
berubah-rubah.
(McCabe,
1993)
Hubungan selanjutnya yang akan dibahas adalah hubungan antara void fraction dan
superficial velocity. Void fraction merupakan fraksi volume ruang kosong solid, dinyatakan
dalam hasil bagi total volume ruang kosong terhadap volume total bed. Void fraction secara
eksperimen dapat ditentukan dengan melakukan perbandingan seperti pada rumus (33).
Tetapi, terlebih dahulu kira harus mencari minimum void fraction dengan menerapkan force
balance seperti pada rumus (25). Didapat minimum void fraction masing-masing untuk
variabel naik dan turun adalah 0.5166 dan 0.583. Artinya, minimum void fraction pada
variabel turun lebih besar daripada variabel naik, menandakan lebih banyak ruang kosong
yang tersedia pada variabel turun karena solid yang menjadi lebih renggang setelah fluidisasi
seperti pada penjelasan sebelumnya. Grafik hubungan void fraction dan superficial velocity
tersaji dalam gambar berikut ini :

0.8000
0.7000
0.6000
Void Fraction

0.5000
0.4000 Variabel Naik
0.3000 Variabel Turun
0.2000
0.1000
0.0000
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Superficial Velocity (m/s)

Gambar III.2.3 Grafik hubungan void fraction eksperien dan superficial velocity
baik pada variabel naik dan variabel turun, terlihat bahwa void fraction awalnya konstan
menandakan formasi solid masih tetap akibat gaya yang dibawa fluida belum cukup. Void
fraction ini teramati pada angka 0,4705-0,4946 untuk variabel naik dan 0,5451-0,4997 untuk
variabel turun. Setelah superficial velocity dinaikkan, maka void fraction cenderung naik

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-11

akibat gaya yang dibawa fluida cukup untuk membuat solid terangkat yang mana hal ini
menyebabkan formasi solid menjadi lebih renggang. Void fraction pada wilayah ini teramati
pada 0.5058-0.6413 untuk variabel naik dan 0.5451-0.6772 untuk variabel turun. Bila
diperhatikan, void fraction pada semua titik superficial velocity untuk variabel turun lebih
tinggi daripada variabel naik, menandakan solid menjadi renggang setelah fluidisasi seperti
penjelasan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan grafik pada literatur pada gambar I.2.4.
(Geankoplis, 2003)
Nilai void fraction dapat pula dicari secara teori(empiris) menggunakan persamaan
Richardson-Zaki (17)-(22). Tetapi, perlu dicari terlebih dahulu kecepatan terminal solid dalam
fluida melalui persamaan (18). Pertama-tama, nilai CD pada persamaan (18) didekatkan
dengan persamaan :
4 D 3p ρ ( ρ p− ρ ) g
CD=
3 μ 2 ℜ2p
nilai CD didapatkan antara 314.9599-3,0753 untuk variabel naik dan 3.0753-341,7534 untuk
variabel turun. Plot antara CD dan NRe ditunjukkan dalam grafik dibawah ini :

400.0000
350.0000
300.0000
Drag Coefficient

250.0000
200.0000 Variabel Naik
150.0000 Variabel Turun
100.0000
50.0000
0.0000
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000
Bilangan Reynold

Gambar III.2.4 Grafik hubungan CD dan bilangan Reynold


grafik diatas menunjukkan semakin kecil CD dengan semakin tingginya bilangan Reynold
untuk kedua variabel naik dan turun. Grafik ini sesuai dengan literatur pada gambar I.2.6.
Semakin kecilnya CD disebabkan karena dengan naiknya bilangan Reynold, maka superficial
velocity naik, sehingga waktu kontak antara solid dan fluida menjadi lebih singkat
menyebabkan CD turun. Dari nilai CD, dapat dicari terminal velocity solid, yaitu kecepatan
solid apabila solid mengendap dengan percepatan konstan. Pada variabel naik, terminal
velocity solid berkisar pada angka 0.00307-0,0310 m/s serta untuk variabel turun 0,0029-
0,0310 m/s. Dari nilai ini, dapat dicari void fraction empiris berdasarkan persamaan Zaki-

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-12

Richardson dimana void fraction untuk variabel naik bernilai antara 0,8426-0.8861 serta
variabel turun 0,8993-0.8544. Plot antara void fraction dan superficial velocity berdasarkan
persamaan Zaki-Richardson ditunjukkan dalam grafik dibawah ini :

0.9200

0.9000

0.8800
Void Fraction

0.8600 Variabel Naik


Variabel Turun
0.8400

0.8200

0.8000
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Superficial Velocity (m/s)

Gambar III.2.5 Grafik hubungan void fraction Zaki-Richardson dan superficial velocity
grafik ini menunjukkan trend yang sama dengan grafik pada gambar III.2.3. Perbedaan hasil
void fraction didapat dalam eksperimen serta berdasarkan persamaan Zaki-Richardson
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tidak konstannya flowrate selama prakrikum serta
adanya asumsi nilai d/D pada persamaan (18)-(22) dianggap 0 karena sangat kecil.
Karakteristik terakhir adalah friction factor antara solid dan fluida dalam kolom
fluidisasi. Nilai ini dapat dicari secara eksperimen dengan menggunakan kesetimbangan gaya
dalam solid, dan dengan menggunakan koreksi shape factor seperti pada persamaan (11),
dan secara empiris dengan persamaan Ergun pada persamaan (10). Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa faktor friksi eksperimen berada pada kisaran antara 67,8818 sampai
dengan 1,1015 untuk variabel flow rate naik, dan antara 1,2923 sampai dengan 67,8818 untuk
variabel flow rate turun. Sedangkan secara teoritis dengan persaman Ergun diperoleh kisaran
antara 159,3879 sampai dengan 12,3021 untuk variabel flow rate naik dan antara 11,2469
sampai dengan 156,924 untuk variabel flow rate turun. Dari hasil perhitungan eksperimen dan
korelasi tersebut, diperoleh nilai penyimpangan (error) yang cukup signifikan dikarenakan
korelasi Ergun menggabungkan korelasi untuk wilayah laminar (Kozeny-Carman) dan
korelasi untuk wilayah turbulen (Blake-Plummer), sementara dalam percobaan ini,apabila
melihat selang bilangan Reynold, terlihat bahwa flow rate yang diperoleh merupakan flow
rate dalam wilayah laminar sehingga korelasi Ergun kurang tepat untuk dijadikan
perbandingan terhadap nilai faktor friksi eksperimen (Kunni dan Levenspiel, 1993).

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-13

Hubungan antara friction factor dan superficial velocity baik secara eksperimen
maupun melalui persamaan Ergun ditunjukkan pada grafik dibawah ini :

80.0000
70.0000
60.0000
Faktor Friksi

50.0000
40.0000 Variabel Naik
30.0000 Variabel Turun
20.0000
10.0000
0.0000
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Superficial Velocity (m/s)

Gambar III.2.6 Grafik hubungan friction factor dan superficial velocity melalui eksperimen

180.0000
160.0000
140.0000
120.0000
Faktor Friksi

100.0000 Variabel
Naik
80.0000
60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
0.0000 0.0050 0.0100 0.0150 0.0200 0.0250
Superficial Velocity (m/s)

Gambar III.2.7 Grafik hubungan friction factor Ergun dan superficial velocity
terlihat baik secara eksperimen maupun melalui persamaan Ergun nilai friction factor akan
semakin turun dengan naiknya superficial velocity. Hal ini terjadi karena dengan naiknya
superficial velocity, maka waktu kontak antara solid dan liquid menjadi singkat, sehingga
friksi yang dihasilkan menjadi berkurang dan friction factor turun. Pada kedua grafik pada
gambar III.2.6 dan III.2.7 menunjukkan friction factor pada variabel naik cenderung lebih
tinggi daripada variabel turun. Hal ini terjadi karena pada variabel naik, formasi solid lebih
kompak sehingga luas permukaan yang menghasilkan friksi juga makin luas, menyebabkan
friction factor makin besar. Adanya ketidaksesuaian di beberapa titik disebabkan karena
flowrate yang tidak konstan selama praktikum (Abzaid, 2007).

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS


BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN III-14

Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai