Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO.

2, SEPTEMBER 2018: 128 - 137

STUDI KOMPARATIF PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN TEPIDSPONGE


TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DENGAN KEJANG
DEMAM DI RSUD dr. SOEDARSONO PASURUAN

Rizky Nurlaili1, Hurun Ain1, Supono1


1
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jl. Besar Ijen No.77C Malang
oglaf64@gmail.com

(Comparative Study Of Giving Warm Compress And Tepisponge To Decrease


Temperature Children Who Gets Febrile Seizure In Rsud Dr Soedarsono Pasuruan)

ABSTRAK
Tingginya suhu tubuh menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Kejang demam
merupakan kedarutan medis yang memerlukan pertolongan segera. Penanganan perawat pada
saat kejang dema berlangsung adalah memberikan obat anti kejang dan anti piretik sesuai
intruksi dokter kemudian tindakan keperawatan non-farmakologis. Tujuan penelitian untuk
mengetahui perbandingan pemberian kompres hangat daerah temporalis dan tepidsponge
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam di RSUD dr. Soedarsono
Pasuruan. Desaian penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental dengan rancangan
penelitian Pre-Test and post-Test Design With Comparison Treatment. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami kejang demam di RSUD dr. Soedarsono
Pasuruan. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kompres hagat dan kelompok
tepidsponge, masing-masing 15 orang, yang diambil dengan teknik purposive sampling.
Analisis menggunakan univariat dan bivariate dengan uji paired t test dan uji independent t
test. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres
hangat dengan p value = 0,000.
Kata Kunci : Kompres hangat, tepidsponge, kejang demam

ABSTRACT
The high body temperature becomes the trigger factor of febrile seizures. A febrile seizure is a
medical solubility that requires immediate relief. Handling of nurses at the time of seizure in
progress is to provide anti-seizure and anti-pyretic drugs according to the doctor's instructions
then non-pharmacological nursing actions. The purpose of this study was to find out the
compressive compresses of temporal and tepidsponge to the decrease of body temperature in
children with febrile seizures in RSUD dr. Soedarsono Pasuruan. Design used is Quasy
Experimental with Pre-Test and post-Test Design With Comparison Treatment. Population in
this study are all patients who experienced febrile seizures in dr. Soedarsono Pasuruan.
Samples divided into 2 groups, warm compress group and tepidsponge group, each of 15
people, taken by purposive sampling technique. Analysis used univariate and bivariate with
Paired T Test and Independent T Test. The statistical test results show that there is a
difference in the temperature drop between warm compresses with p value = 0,000.
Keywords: Warm compress, tepidsponge, febrile seizures

128
Rizky Nurlaili, Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge...

antipiretik. Sedangkan tindakan non


farmakologis yaitu tindakan tambahan
dalam menurunkan panas setelah
PENDAHULUAN pemberian obat antipiretik. Tindakan non
Kejang Demam adalah bangkitan farmakologis antara lain memberikan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu minuman yang banyak, ditempatkan dalam
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang ruangan bersuhu normal, menggunakan
disebabkan oleh suatu proses pakaian yang tidak tebal, dan memberikan
ekstrakranium. Pada sebagian anak, kompres hangat (Kania, 2007).
tingginya suhu tubuh menjadi faktor Kompres hangat adalah tindakan
pencetus serangan kejang demam. dengan menggunakan kain atau handuk
terjadinya penurunan kesadaran. Kejang yang telah dicelupkan pada air hangat,
demam sering terjadi pada anak dibawah yang ditempelkan pada bagian tubuh
usia 1 tahun sampai awal kelompok usia 2 tertentu sehingga dapat memberikan rasa
tahun sampai 5 tahun, karena pada usia ini nyaman dan menurunkan suhu tubuh
otak anak sangat rentan terhadap (Maharani, 2011). Penelitian yang
peningkatan mendadak suhu badan.sekitar dilakukan oleh S. Purwanti dan Ambarwati
10 % anak mengalami sekurang- (2008) di RSUD dr. Moewardi Surakarta
kurangnya 1 kali kejang. Pada usia 5 menunjukkan bahwa kompres hangat dapat
tahun,sebagian besar anak telah dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses
mengatasi kerentanannya terhadap kejang evaporasi.
(Hidayat, 2008). Tindakan lain yang digunakan
Prevalensi kejadian kejang demam untuk menurunkan panas adalah
pada anak umur dibawah lima tahun terjadi tepidsponge. Tepidsponge merupakan
tiap tahun di Amerika, hampir sebanyak suatu prosedur untuk meningkatkan
1,5 juta dan sebagian besar lebih sering kontrol kehilangan panas tubuh melalui
terjadi pada anak berusia 6 hingga 36 evaporasi dan konveksi, yang biasanya
bulan (2 tahun), terutama pada usia 18 dilakukan pada pasien yang mengalami
bulan (Muti’ah, 2016). Insidensi kejadian demam tinggi (Hidayati, 2014). Pemberian
kejang demam berbeda di berbagai negara. tepidsponge dilakukan dengan cara
Di Indonesia dilaporkan angka kejadian menyeka seluruh tubuh klien dengan air
kejang demam pada tahun 2012 – 2013, hangat. Pemberian tepidsponge yang
terjadi 3-4% dari anak yang berusia 6 diusapkan merata di seluruh tubuh
bulan – 5 tahun (Depkes, 2013). diharapkan makin banyak pembuluh darah
Berdasarkan data yang di peroleh perifer di kulit yang mengalami
dari rekam medik RSUD dr. Soedarsono vasodilatasi (Kusnanto, Widyawati, &
menunjukkan bahwa pada tahun 2017 Cahyanti, 2008). Menurut penelitian
terdapat rata-rata 16 pasien anak kejang Maling (2012) di RSUD Tugurejo
demam tiap bulan dari bulan Januari – Semarang, menunjukkan bahwa suhu
September 2017. Penyakit kejang demam tubuh pada pasien anak setelah pemberian
di RSUD dr. Soedarsono Pasuruan tepidsponge rata-rata mengalami
0
merupakan 5 penyakit tersering yang penurunan sebesar 1,4 C dalam waktu 20
terjadi pada anak. menit.
Penanganan terhadap kejang Berdasarkan hasil wawancara yang
demam dapat dilakukan dengan tindakan dilakukan oleh peneliti kepada perawat
farmakologis, tindakan non farmakologis yang berada di Ruang Anak didapatkan
maupun kombinasi keduanya. Tindakan bahwa penanganan pertama yang
farmakologis yaitu memberikan obat dilakukan di IGD saat anak dengan kondisi
129 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 128 - 137

kejang demam yaitu dengan menggunakan sebelum perlakuan (pre test), dan 30 menit
medikamentosa untuk mengurangi gejala. setelah perlakuan (post test).
Setelah anak mendapatkan penanganan Penelitian ini dilaksanakan di
pertama di IGD, kemudian anak Ruang Anak RSUD dr. Soedarsono
dipindahkan ke ruangan. Saat di ruangan Pasuruan mulai tanggal 04 Januari – 01
biasanya kejang tidak lagi muncul, Februari 2018. Populasi adalah semua anak
penanganan biasanya hanya untuk yang mengalami kejang demam berjumlah
menurunkan demam dengan pemberian 30 anak. Pengambilan sampel
antipiretik sesuai dengan advis dokter. Jika menggunakan teknik purposive sampling
terjadi kejang berulang, akan diberikan sebanyak 30 anak terdiri dari 15 anak
obat antikejang diazepam rektal (stesolid) sebagai kelompok kompres hangat daerah
sesuai advis dokter. Tidak ada tindakan temporalis dan 15 anak sebagai kelompok
non farmakologis yang dilakukan untuk tepidsponge.
menurunkan suhu tubuh pasien anak Analisa pada penelitian ini
kejang demam. menggunakan dua uji hipotesa yaitu
Tujuan umum penelitian ini yaitu Paired T Test dan Independent T Test
untuk mengetahui perbandingan pemberian karena data berdistribusi normal setelah
kompres hangat dan tepidsponge terhadap dilakukan uji kenormalan dengan Shapiro
penurunan suhu tubuh pada anak dengan Wilk dengan hasil p value > 0,05.
kejang demam di RSUD Dr. Soedarsono
Pasuruan. Tujuan khusus penelitian ini HASIL PENELITIAN
antara lain mengidentifikasi rerata suhu Distribusi Frekuensi Karakteristik
tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan Sampel Berdasarkan Usia
pemberian kompres hangat daerah Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi
temporalis, menganalisis perbedaan suhu Karakteristik Sampel
tubuh sebelum dan sesudah dilakukan Berdasarkan Usia
kompres hangat daerah temporalis,
mengidentifikasi rerata suhu tubuh anak Umur Jumlah Persentase (%)
(n=30)
sebelum dan sesudah dilakukan 1 tahun 9 30.0
tepidsponge, menganalisis perbedaan suhu 2 tahun 20 66.7
tubuh sebelum dan sesudah dilakukan 3 tahun 1 3.3
tepidsponge, dan menganalisis Total 30 100.0
perbandingan pemberian kompres hangat
daerah temporalis dan tepidsponge Tabel 1 menunjukkan bahwa
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak distribusi frekuensi karakteristik sampel
yang mengalami kejang demam. berdasarkan usia di Ruang Anak RSUD dr.
Soedarsono Pasuruan tahun 2018, usia
yang paling banyak menjadi sampel yaitu
METODE PENELITIAN pada usia 2 tahun sebanyak 20 orang (66.7
Desaian penelitian ini adalah %) dan pada usia 1 tahun sebanyak 9 orang
Quasi Eksperimental dengan rancangan (30.0 %).
penelitian Pre-test and Post-test Design
With Comparison Treatment. Rancangan Distribusi Frekuensi Karakteristik
penelitian ini, kedua kelompok diberikan Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
perlakuan, kelompok A kompres hangat Tabel 2 Tabel Distibusi Fekuensi
daerah temporalis, kelompok B Karakteristik Sampel
tepidsponge, peneliti mengukur suhu tubuh Berdasakan Jenis Kelamin

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 130


Rizky Nurlaili, Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge...

Jenis Jumlah Persentase (%) tepidsponge sebanyak 8 anak (53.3%)


Kelamin (n=30) dengan observasi febris.
Laki-Laki 20 66.7
Perempuan 10 33.3
Total 30 100.0
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Sampel Berdasarkan Riwayat Kejang
Tabel 2 menunjukkan bahwa Demam Sebelumnya
distribusi frekuensi karakteristik sampel Tabel 4 Tabel Distribusi Frekuensi
berdasarkan jenis kelamin di Ruang Anak Karakteristik Sampel
RSUD dr. Soedarsono Pasuruan tahun Berdasarkan Riwayat Kejang
2018, jenis kelamin yang paling banyak
Demam Sebelumnya
menjadi sampel yaitu laki-laki sebanyak 20
orang (66.7 %). Riwayat Kejang Jumlah Persentase (%)
Demam (n=30)
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sebelumnya
Sampel Berdasarkan Penyakit Penyerta Kelompok
Kompres Hangat
Tabel 3 Tabel Distribusi Frekuensi Ya 6 40.0
Karakteristik Sampel Tidak 9 60.0
Total 15 100
Berdasarkan Penyakit Penyerta Kelompok
Tepidsponge
Penyakit Penyerta Jumlah Persentase
Ya 8 53.3
(n=30) (%)
Tidak 7 46.7
Total 15 100
Penyakit Dasar
Kelompok
Kompres Hangat Tabel 4 menunjukkan bahwa
Observasi Febris distribusi frekuensi karakteristik sampel
ISPA 10 66.7 berdasarkan riwayat kejang demam
Faringitis 2 13.3 sebelumya di Ruang Anak RSUD dr.
GEA 1 6.7
ISK 1 6.7 Soedarsono Pasuruan tahun 2018, riwayat
Total 1 6.7 kejang demam sebelumnya pada
15 100 kelompok kompres hangat yang paling
Penyakit Dasar banyak yaitu tidak, dalam hal ini diartikan
Kelompok sampel baru mengalami kejadian kejang
Tepidsponge
Observasi Febris 8 53.3
demam yaitu sebanyak 9 orang (60 %).
ISPA 4 26.7 Pada kelompok tepidsponge yang banyak
Faringitis 0 0 yaitu ya, dalam hal ini diartikan sampel
GEA 2 13.3 pernah mengalami kejadian kejang demam
ISK 1 6.7 sebelumnya yaitu sebanyak 8 orang (53.3
Total 15 100
%).
Tabel 3 menunjukkan bahwa
Rerata Suhu Tubuh Anak Sebelum dan
distribusi frekuensi karakteristik sampel
Sesudah Dilakukan Pemberian
berdasarkan penyakit dasar di Ruang Anak
Kompres Hangat Daerah Temporalis
RSUD dr. Soedarsono Pasuruan tahun
2018, penyakit dasar yang paling banyak Tabel 5 Tabel Rerata Suhu Tubuh Anak
menjadi sampel pada kelompok kompres Sebelum dan Sesudah Dilakukan
hangat observasi febris sebanyak 10 orang Kompres Hangat Daerah
(66.7%) sedangkan pada kelompok Temporalis

131 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873


JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 128 - 137

Variab Mean Std. Min Max hangat


el Deviation Tabel 6 menunjukkan p value =
(oC) (oC) (oC) ,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan
Suhu 38.360 0.3397 38.0 39.1 ada perbedaan rerata (mean) suhu tubuh
tubuh sebelum dan sesudah tindakan kompres
sebelum hangat daerah temporalis.
tindaka
n Rerata Suhu Tubuh Anak Sebelum dan
kompre
s hangat Sesudah Dilakukan Tepidsponge
Suhu 38.013 0.3461 37.6 38.8 Tabel 7 Tabel Rerata Suhu Tubuh Anak
tubuh Sebelum dan Sesudah Dilakukan
sesudah Tepidponge
tindaka
n Variabel Mea Std. Min Ma
kompre n Devia (oC) x
s hangat (oC) tion (oC
)
Tabel 5 menunjukkan bahwa rerata Suhu tubuh 38.5 0.371 38.0 39.
sebelum tindakan 40 9 2
suhu tubuh sebelum diberi tindakan
tepidsponge
kompres hangat daerah temporalis adalah Suhu tubuh 37.7 0.329 37.2 38.
38.360oC. Sedangkan rerata suhu tubuh sesudah tindakan 00 5 5
sesudah diberikan tindakan kompres tepidsponge
hangat daerah temporalis adalah 38.013oC. Tabel 7 menunjukkan bahwa
rerata suhu tubuh sebelum diberi tindakan
Perbedaan Suhu Tubuh Sebelum dan tepidsponge adalah 38.540oC. Sedangkan
Sesudah Dilakukan Kompres Hangat rerata suhu tubuh sesudah diberikan
Daerah Temporalis tindakan tepidsponge adalah 37.700oC.
Sehingga ada penurunan sebesar 0.84oC.
Tabel 6 Hasil Uji Paired T Test Kelompok
Kompres Hangat Antara Sebelum Perbedaan Suhu Tubuh Sebelum dan
dan Sesudah Dilakukan Kompres Sesudah Dilakukan Tepidsponge
Hangat Daerah Temporalis
Tabel 8 Hasil Uji Paired T Test Kelompok
Variab Mea SD Mea SD SE p t N Tepisponge Antara Sebelum dan
el n n Diff Me val
(oC) Diffe ere an ue Sesudah Dilakukan Tepidsponge
renc nce Diff
e ere Variabel M SD Me SD SE p t N
(oC) nce ea an Di Me val
Suhu 38.36 0.33 n Diff ffe an ue
tubuh 0 97 (o ere re Diff
sebelu C) nce nc ere
m e nce
tindaka Suhu 38. 0.3
n tubuh 54 71
kompre sebelum 0 9
s tindakan
hangat tepidspo
Suhu 38.01 0.34 0.346 0.24 0.06 0.0 5.5 15 nge
tubuh 3 61 7 16 4 00 7 Suhu 37. 0.3 0.84 0.1 0.03 0.0 2 15
sesudah tubuh 70 29 00 35 49 00 4.
tindaka sesudah 0 5 2 0
n tindakan 5
kompre tepidspo 9
s nge

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 132


Rizky Nurlaili, Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge...

Tabel 8 menunjukkan bahwa p PEMBAHASAN


value = 0,000 < α = 0,05, maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rerata (mean) Rerata Suhu Tubuh Anak Sebelum dan
suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan Sesudah Dilakukan Pemberian
tepidsponge. Kompres Hangat Daerah Temporalis

Perbandingan Pemberian Kompres Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui


Hangat Daerah Temporalis dan bahwa rerata suhu tubuh sebelum diberi
Tepidsponge terhadap Penurunan Suhu tindakan kompres hangat daerah
Tubuh pada Anak yang Mengalami temporalis adalah 38.360oC dengan standar
Kejang Demam deviasi 0,3397 oC dan nilai minimum serta
maksimum adalah 38,0 oC dan 39,1 oC.
Tabel 9 Hasil Uji Independent T Test Rerata (mean) suhu tubuh sesudah
Selisih Penurunan Suhu Tubuh diberikan tindakan kompres hangat
Antara Kelompok Kompres daaerah temporalis adalah 38.013oC
Hangat dan Kelomok dengan standar deviasi 0,3461 dan nilai
Tepidspnge pada Anak yang minimum serta maksimum adalah 37,6 oC
Mengalami Kejang Demam dan 38,8 oC. Sehingga ada penurunan
sebesar 0.347 oC.
Selain itu, semua sampel masih
batita seperti pada tabel 1, sangat wajar
apabila terjadi peningkatan suhu tubuh
karena belum terjadi kematangan
mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
Variab Mea SD Mean SE P N menyebabkan tubuh tubuh tidak dapat
el n Diffe Mea va menjaga keseimbangan antara produksi
reanc n lu
e Diff e panas dan pengeluaran panas.
erea
nce Perbedaan Suhu Tubuh Sebelum dan
Suhu 0.34 0.2 - 0.07 0. 30 Sesudah Dilakukan Kompres Hangat
Tubuh 7 416 0.493 15 00 Daerah Temporalis
Kompre 3 0
s Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
Hangat
bahwa nilai p value = 0,000 < α = 0,05
Suhu 0.84 0.1
Tubuh 352 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
Tepidsp rerata (mean) suhu tubuh sebelum dan
onge sesudah tindakan kompres hangat daerah
temporalis.
Tabel 9 menunjukkan bahwa rerata Pemberian kompres hangat
penurunan suhu tubuh setelah pemberian memberikan reaksi fisiologis berupa
kompres hangat sebesar 0.347oC vasodilatasi dari pembuluh darah besar dan
sedangkan rerata penurunan suhu tubuh meningkatkan evaporasi panas dari
setelah tepidsponge sebesar 0.84 oC. Dari permukaaan kulit. Hipotalamus anterior
hasil uji statistik independent t test memberikan sinyal kepada kelenjar
didapatkan p value = 0,000 < α = 0,05, keringat melalui saluran kecil pada
maka dapat disimpulkan ada perbedaan permukaan kulit. Keringat akan mengalami
efektivitas penurunan suhu tubuh pada evaporasi, sehingaa akan terjadi penurunan
kompres hangat dan tepidsponge. suhu tubuh (Potter & Perry, 2010).

133 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873


JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 128 - 137

Hasil ini sejalan dengan penelitian berbeda antara satu anak dengan anak
yang dilakukan oleh Purwanti (2008) di lainnya (Guyton & Hall, 2007). Pada
RSUD dr. Moewardi Surakarta tentang sebagian besar anak, tinnginya suhu tubuh
pengaruh kompres hangat terhadap lebih dari 38oC, bukan kecepatan kenaikan
perubahan suhu tubuh pada pasien anak suhu tubuh, menjadi faktor pencetus
hipertermia, didapatkan hasil p value = serangan kejang demam (Donna L. Wong,
0,001 yang artinya ada pengaruh kompres 2008).
hangat terhadap perubahan suhu tubuh Suhu tubuh pada anak sangat
pasien anak hipertermi. berfluktuasi, hal ini disebakan thermostat
Berdasarkan analisa penelitian pada anak masih belum matur, sehingga
yang diperkuat oleh penelitian Purwanti mudah berubah dan sensitive terhadap
dapat disimpulkan bahwa pemberian perubahan suhu lingkungan. Thermostat
kompres hangat dapat menurunkan suhu pada anak akan matur saat anak memasuki
tubuh pada anak yang mengalami kejang usia remaja (Potter & Perry, 2005).
demam. Kompres hangat pada daerah
temporalis akan memberikan sinyal ke Perbedaan Suhu Tubuh Anak Sebelum
hipotalamus melalui sumsum tulang dan Sesudah Dilakukan Tepidsponge
belakang. Ketika reseptor yang peka
terhadap panas di hipotalamus dirangsang, Berdasarkan Tabel 8 dapat
system afektor mengeluarkan sinyal untuk diketahui bahwa nilai p value = 0,000 < α
memulai berkeringat dan vasodilatasi = 0,05 maka dapat disimpulkan ada
perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah perbedaan rerata (mean) suhu tubuh
diatur oleh pusat vasomotor pada medulla sebelum dan sesudah tindakan
oblongata dari tangkai otak, di bawah tepidsponge.
pengaruh hipotalamik bagian anterior Pada prinsipnya pemberian
sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi tepidsponge dapat menurunkan suhu tubuh
ini yang menyebabkan pembuangan atau melalui proses penguapan dan dapat
kehilangan panas melalui kulit meningkat memperlancar sirkulasi darah, sehingga
sehingga terjadi penurunan suhu tubuh. darah akan mengalir dari organ dalam ke
permukaan tubuh dengan membawa panas.
Rerata Suhu Tubuh Sebelum dan Kulit memiliki banyak pembuluh darah,
Sesudah Dilakukan Tepidsponge terutama tangan, kaki dan telinga. Aliran
darah melalui kulit dapat mencapai 30%
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui dari darah yang dipompakan ke jantung.
bahwa rerata (mean) suhu tubuh sebelum Kemudian panas berpindah dari darah
diberi tindakan tepidsponge adalah melalui dinding pembuluh darah ke
38.540oC dengan standar deviasi 0,3719 permukaan kulit dan hilang ke lingkungan
dan nilai minimum serta maksimumnya sehingga terjadi penurunan suhu tubuh
adalah 38,0oC dan 39,2oC. Sedangkan (Potter & Perry, 2010).
rerata (mean) suhu tubuh sesudah Hasil penelitian ini sejalan dengan
diberikan tindakan tepidsponge adalah Maling (2012) di RSUD Tugurejo
37.700oC dengan standar deviasi 0,3295 Semarang tentang pengaruh kompres
dan nilai minimum dan maksimum adalah tepidsponge terhadap penurunan suhu
37,2 oC dan 38,5 oC. Sehingga ada tubuh anak umur 1 – 10 tahun dengan
penurunan sebesar 0.84oC. hipertermi, didapatkan hasil p value =
Perbedaan proses penyakit yang 0,001 yang artinya ada pengaruh kompres
terjadi pada masing-masing sampel tepidsponge terhadap penurunan suhu
menyebabkan pematokan suhu tubuh yang tubuh pada pasien hipertermi.

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 134


Rizky Nurlaili, Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge...

Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian ini didapatkan hasil
hasil penelitian Malings dimana ada bahwa kompres hangat dan tepidsponge
pengaruh pemberian tepidsponge terhadap sama sama efektif menurunkan suhu tubuh,
penurunan suhu tubuh pada anak yang namun dilihat dari selisih penurunan suhu
mengalami kejang demam. Tepidsponge tubuh, lebih disarankan untuk memilih
dilakukan dengan cara mengelap seluruh tepidsponge . Tepidsponge lebih efektif
tubuh dengan menggunakan waslap menurunkan suhu tubuh anak dengan
lembab hangat selama 15 menit. Efek kejang demam dibandingkan dengan
hangat dari waslap tersebut dapat kompres hangat disebabkan adanya seka
memvasodilatasi pembuluh darah sehingga tubuh pada tepidsponge yang akan
aliran darah lancar. Kulit memiliki banyak mempercepat vasodilatasi pembuluh darah
pembuluh darah, ketika demam panas perifer di seluruh tubuh sehingga evaporasi
kemudian diberikan tindakan tepidsponge, panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan
panas dari darah berpindah melalui dinding lebih cepat dibandingkan hasil yang
pembuluh darah ke permukaan kulit dan diberkan kompres hangat yang hanya
hilang ke luar tubuh. mengandalkan dari stimulasi hipotalamus.
Perbedaan luas rasio body surface area
Perbandingan Pemberian Kompres dengan jumlah luas waslap yang kontak
Hangat Daerah Temporalis dan dengan pembuluh darah perifer yang
Tepidsponge terhadap Penurunan Suhu berbeda antara teknik kompres hangat dan
Tubuh pada Anak yang Mengalami tepidsponge akan turut memberikan
Kejang Demam perbedaan hasil terhadap percepatan
penurunan suhu anak pada kedua
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui kelompok perlakuan tersebut.
bahwa rerata penurunan suhu tubuh setelah Berdasarkan prosedur tindakan,
pemberian kompres hangat sebesar terdapat keunggulan yang dimiliki teknik
0.347oC sedangkan rerata penurunan suhu kompres hangat dibandingkan teknik
tubuh setelah tepidsponge sebesar 0.84 oC. tepidsponge yaitu kecilnya waslap kontak
Hasil uji statistik independen sample t tes dengan tubuh memberkan kenyamanan
didapatkan p value = ,000 < α = 0,05maka yang lebih dibandingkan dengan teknik
dapat disimpulkan ada perbedaan tepidspoge. Ketidaknyamanan ini dapat
efektivitas penurunan suhu tubuh pada dilihat dari kegelisahan anak, dan
kompres hangat dan tepidsponge. menangis. Hal ini sejalan dengan
Tepidsponge merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh Thomas,
prsedur yang diberikan kepada pasien Vijaykumar, Naik, Moses dan Antonisamy
dengan tujuan untuk menurunkan atau (2009) yang mengatakan tindakan
mengurangi suhu tubuh dengan tepidsponge memiliki tingkat
menggunakan air hangat (Dagoon et all, ketidaknyamanan lebih tinggi.
2007). Seperti pada kompres hangat, Ketidaknyamanan dapat terjadi
tepidsponge bekerja dengan cara karena penularan dari orang tua terhadap
mengirimkan impuls ke hipotalamus anaknya. Bentuk penularan
bahwa lingkungan sekitar sedang dalam ketidaknyamanan tersebut berupa cemas
keadaan panas. Keadaan ini akan sebagai respon melihat anaknya yang
mengakibatkan hipotalamus berespon mengalami demam. Hal lain yang data
dengan mematok suhu tubuh yang lebih menyebabkan ketidaknyamanan pada anak
tinggi dengan cara menurunkan produksi adalah penatalaksanaannya, dimana anak
dan konservasi panas tubuh (Guyton & diberi tindakan dengan mengelap seluruh
Hall, 2007). bagian tubuh sehingga anak akan merasa
135 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 128 - 137

gelisah (Setiawati, 2009). Namun seperti tubuh pada anak demam sehingga dapat
yang dijelaskan paragraf sebelumnya, mengurangi resiko kejang demam
kombinasi cara kerja tepidsponge lebih berulang.
unggul menurunkan suhu tubuh pada anak 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
yang mengalami kejang demam Diharapkan hasil penelitian ini sebagai
dibandingkan dengan teknik kompres bahan kajian, dan rujukan dalam
hangat. melakukan penelitian sejenis. Penelitian
ini hanya membandingkan kompres
KESIMPULAN hangat dan tepisdponge terhadap
penurunan suhu tubuh terhadap anak
Hasil penelitian ini menunjukkan ada kejang demam. Penelitian selanjutnya
perbedaan efektifitas pemberian kompres mungkin dapat menggunakan teknik
hangat dan tepidsponge terhadap kompres yang berbeda.
penurunan suhu tubuh pada anak dengan
kejang demam (p value < α, 0,000 < 0,05). DAFTAR PUSTAKA
Diharapkan hasil penelitian ini, perawat
dapat melakukan dan mengajarkan Guyton, A. C., & John E. Hall. (2007).
penggunaan tepidsponge yang benar pada Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
pasien dan juga diharakan hasil penelitian EGC, Jakarta.
ini dapat digunakan untuk masukan SOP
dalam menurunkan suhu tubuh anak yang Hidayat, A. Aziz. (2008). Pengantar Ilmu
mengalami demam secara non farmakologi Kesehatan Anak untuk Kebidanan.
di RSUD dr. Soedarsono Pasuruan. Salemba Medika, Jakarta.

SARAN Hidayati, R., dkk. (2014). Praktik


Laboratorium Keperawatan Jilid 1.
1. Bagi Responden Erlangga, Jakarta..
Bagi para orang tua diharapkan dapat
menggunakan tepidsponge karena lebih Kania, Nia. (2007). Penatalaksanaan
cepat dibandingkan kompres hangat Demam pada Anak. Pustaka UNPAD,
dengan cara menyeka permukaan tubuh Bandung.
anak dengan air hangat.
2. Bagi Pelayanan Keperawanan Kusnanto, Widyawati, I. Y., & Cahyanti, I.
Agar lebih memahami bagaimana S. (2008). Efektivitas Tepid Sponge
manfaat kompres hangat dan Bath Suhu 32oC dan 37oC dalam
tepidsponge dengan cara memberikan Menurunkan Suhu Tubuh Anak
terapi kompres hangat dan tepidsponge Demam (The Effectiveness of Tepid
tidak hanya ketika pasien dirawat di Sponge Bath with 32oC and 37oC to
Rumah Sakit, dan mengajarkan kepada Decrease Body Temperature at
keluarga untuk bisa diaplikasikan di Toddler with Fever) Kusnanto*,.
rumah, sehingga terapi tersebut akan Jurnal Ners, 3(1), 1–7.
lebih dirasakan manfaatnya. Dengan
cara memberikan SOP dan Leaflet Maharani, Lindya. (2011). Perbandingan
tentang prosedur kompres hangat dan Efektifitas Kompres Hangat dan
tepidsponge. Tepid Water Sponge terhadap
3. Bagi Ruang Anak Penurunan Suhu Tubuh Balita yang
Sebagai bahan pertimbangan untuk Mengalami Demam di Puskesmas
dijadikan sebagai teknik non Rawat Inap Karya Wanita Rumbai
farmakologis untuk menurunkan suhu Pesisir. diakses tanggal 10 Agustus
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 136
Rizky Nurlaili, Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat Dan Tepidsponge...

2017, dari
https://www.scribd.com/73195543/all
-ok.

Maling, Haryani & Arief. (2012).


Pengaruh Kompres Tepid Sponge
Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun
Dengan Hipertermia. diakses tanggal
12 Agustus, dari
http://googleschoolar.com.

Muti’ah. (2016). Perilaku Ibu Dalam


Perawatan Kejang Demam Pada
Balita Usia 0-5 Tahun Di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bandung.

Perry dan Potter. (2005). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume
1, Jakarta: EGC, hlm. 760-779

Purwanti, S., & Ambarwati, W. N. (2008).


Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien
Anak Hipertermia di Ruang Rawat
Inap RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-
2697, 1(2), 81–86.

Thomas, S, Vijaykumar, C, Naik, R, &


Moses, Pd. (2009). Comparative
Effectivitiveness of Tepid Sponging
and Antipyretic Drug Versus Only
Antipyretic Drug in The Management
of Fever Among Children. Indian
Pediatrics, vol. 46.

Wong, DL, dkk. (2009). Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6
Volume 2. EGC, Jakarta.

137 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873

Anda mungkin juga menyukai