Anda di halaman 1dari 20

ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

(KONSEP KODE ETIK MORAL)

A. Pendahuluan
Perkembangan zaman dewasa ini berimplikasi pada perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) pada berbagai bidang kehidupan. Seiring dengan perkembangan IPTEK
yang demikian cepat, meningkat pula pengetahuan masyarakat yang berakibat terhadap semakin
tingginya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Selain itu, kesadaran masyarakat akan hukum dan haknya dalam menerima pelayanan kesehatan
semakin menuntut bidan untuk meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi kebidanan dalam
memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Bidan dituntut agar lebih berhati – hati dan
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan sehingga bisa meningkatkan profesionalisme
bidan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang baik diperlukan landasan
komitmen yang kuat berdasarkan pada etika, moral dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Pemahaman yang baik dan positif tentang sikap etis dan moral beserta aplikasinya
merupakan hal yang utama bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap klien.
Sikap yang etis profesional bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya dalam memberikan
pelayanan kebidanan termasuk performance bidan serta dalam pengambilan keputusan sesuai
situasi dan kondisi yang ada.

B. Konsep Kode Etik Moral


Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat global
diperlukan suatu sistem yang mampu meregulasi bagaimana seharusnya manusi bergaul. Dengan
adanya sistem tersebut, diharapkan agar setiap manusia bisa saling menghormati, menghargai
hak, mengerti kewajiban, satu dengan yang lain. Sistem tersebut dikenal dengan sebutan sopan
santun, tata krama, etika.
1. Pengertian
a) Bidan
1) Bidan dalam bahasa Inggris berasal dari kata MIDWIFE yang artinya Pendamping
wanita, sedangkan dalam bahasa Sanksekerta “Wirdhan” yang artinya “Wanita
Bijaksana”.
2) Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan
sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara
internasional telah diakui oleh Internasional Confederation of Midwives (ICM) tahun
1972 dan Internasional Federation of International Gynaecologist and Obstetritian
(FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan
di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO
(1991) dan WHO (1992).
3) Seseorang yg telah mengikuti prog pendidikan bidan yg diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tsb, serta memenuhi kualifikasi u/ didaftar (register) dan atau memiliki
ijin yg sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (ICM, 2005).
4) Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh
negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik
kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan
memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan
masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung
jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
5) Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka
Ikatan Bidan Indonesia (IBI, 2007) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.
b) Etik dan Etika
1) Pengertian
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik
secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya (Pastur
scalia, 1971). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan
dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Perilaku adalah respon
individu terhadap stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari ataupun tidak. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik dan buruk sikap
dan perilaku manusia.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat
disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu (1) Ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral, (2) Kumpulan azas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat (DepDikbud, 1998).
Terdapat lagi beberapa teori etik, sebagai berikut:
a) Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan
yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang
banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum
melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
Contoh:
- Mengambil keputusan antara melahirkan normal dan melahirkan secara
operasi sesar membawa konsekuesi tersendiri. Namun keduanya bertujuan
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
- Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi misalnya mempertahankan
sampai bayi aterm (cukup bulan) bisa mengakibatkan hal yang tidak nyaman
bagi keluarga, namun hal tersebut bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan
bayinya.

Dalam pelaksanaannya, teori ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:


- Ukuran manfaat tidak jelas. Setiap orang memiliki konsep yang berbeda
tentang manfaat
- Perbedaan prioritas. Setiap orang mempunyai skala prioritas yang berbeda,
sehingga jika mengukur manfaat terhadap sesuatu hal, pendapat orang akan
berbeda.
- Manfaat siapa yang harus dijadikan pertimbangan. Manusia secara intuisi
akan mementingkan manfaat bagi dirinya sendiri dulu sebelum memikirkan
manfaat buat keluarganya.
- Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya.
- Kesulitan membanadingkan keuntungan untuk masing – masing individu,
sehingga kebahagiaan total” bisa berarti dua hal, (1) meningkatkan tingkat
kesenangan individu; (2) meningkatkan jumlah individu yang bahagia.
- Menganggap semua orang sama, padahal setiap manusia mempunyai
karakteristik yang berbeda.
- Dalam manjalani kehidupan bermasyarakat, seringkali indivisu harus
mengorbankan kebahagiaannya untuk orang lain.
- Munculnya ketimpangan moral dan ketidakadilan.

b) Deontology
Deontology berasal dari kata “deon” dari bahasa yunani yang artinya kewajiban.
Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik
jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah
melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan
kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya.
Paham Deontology terbagi menjadi 3, yaitu:
(1) Rational Monism
Teori ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Paham ini meyakini bahwa suatu
tindakan dianggap bermoral jika dilakukan dengan “Sense of duty”.
Immanuel Kant menawarkan teori lain yang mendukung teori ini yaitu
“Categorial imperative” yang mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan
dan tidak dilakukan. Teori ini bersifat pasti dan tegas. Ukurannya adalah hati
nurani individu yang bersangkutan.
(2) Traditional Deontology
Paham ini mempunyai dasar religi yang kuat yaitu meyakini Tuhan dan
kesucian hidup. Semua tindakan yang dilakukan oleh individu harus
berdasarkan perintah Tuhan.
(3) Intuitionistic Pluralism
Menurut paham ini, terdapat 7 kewajiban utama yang harus dilakukan
manusia, yaitu:
- Kewajiban akan kebenaran, kepatuhan, ketaatan, menjaga rahasia, setia,
dan tidak berbohong.
- Kewajiban untuk memberi, dermawan dan membantu orang lain.
- Tidak merugikan orang lain.
- Menjunjung tinggi keadilan.
- Wajib memperbaiki kesalahan yang ada.
- Wajib bersyukur pada Tuhan, membalas budi orang yang telah berbuat
baik kepada kita (orang tua)
- Kewajiban untuk mengembangkan diri.

Pendekatan ini berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip – prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed concent, alokasi sumber – sumber, dan eutanasia.
Tenaga kesehatan diharapkan mengikuti paham deontology karena paham ini
sejalan dengan kemanusiaan.
Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi prilaku. Istilah Etika juga mengandung tiga
pengertian (K. Bertens, 1993):
(1) Sistem nilai yaitu nilai – nilai atau norma – norma moral yang menjadi
pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
(2) Kode etik merupakan kumpulan azas atau nilai moral.
(3) Filsafat moral yaitu ilmu tentang asas – asas atau nilai – nilai tentang yang
dianggap baik dan buruk.

Menurut Shirley R. Jones(2000), etika terbagi dlm 3 bagian :


(1) Meta – Ethics (Ethics) merupakan bentuk filsafah moral yang paling abstrak,
mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian.
(2) Ethical/Moral Theory merupakan mekanisme untuk menyelesaikan masalah
etika atau pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi
konsekuensi dari keputusan tersebut.
(3) Practical Ethics merupakan aplikasi bentuk etika dalam wujud sikap atau
perilaku untuk menghadapi masalah etika yang dihadapi.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata Etika berarti:


 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan –
kemungkinan etis yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan
seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis.
 Kumpulan asas atau nilai akhlak (moral), yang dimaksud disini adalah kode
etik, misalnya Kode Etik Kebidanan, Kode Etik Keperawatan.

Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke


dalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip – prinsip dan konsep yang
membimbing manusia dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang
dilandasi oleh nilai - nilai yang dianutnya.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which
can act as the performanceindex or reference for our control system” yang
artinya disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk
sistem kendali kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus
bertindak.
Etika adalah acuan dasar bagi bidan dalam menjalankan profesinya baik
yang berkaitan dengan pemakaian teknologi kebidanan maupun pengetahuan
kebidanan. Seringkali bidan dihadapkan pada situasi yang memerlukan
keputusan untuk mengambil tindakan. Bidan memberi asuhan kebidanan pada
individu, keluarga dan masyarakat, menerima tanggungjawab untuk membuat
keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang memungkinkan untuk
melayani klien sesuai kebutuhan dan menekankan pencegahan komplikasi
kebidanan serta memberikan pendidikan kesehatan.
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip – prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.

Contoh penerapan etika:


 Seorang dosen memergoki salah satu mahasiswa sedang menyontek saat ujian di kelas.
Si dosen memutuskan bahwa tindakan mahasiswa tersebut merupakan “perilaku buruk
/kejahatan”. Pemikiran tersebut merupakan respons si dosen setelah ia melihat perbuatan
mahasiswinya (meta-ethics).
 Dalam fase ini, si dosen sedang menimbang tindakan yang akan ia lakukan berdasarkan
nilai dan norma yang ia yakini. Ia mengetahui bahwa perbuatan mahasiswa itu salah.
Namun tindakan apa yang paling tepat ia lakukan untuk menyadarkan bahwa perbuatan
mahasiswa tersebut salah dan membuat mahasiswa jera sehingga tidak akan
mengulanginya lagi. Pilihannya antara lain mengeluarkan anak itu dari kelas dan
menskorsnya atau ia akan memanggil orang tua mahasiswa tersebut sehingga orang tua
bisa turut memperbaiki perilaku si anak (ethical/ moral theory)
 Si dosen mengambil tindakan yang dianggapnya paling tepat (practical ethics)
2) Tipe etika dapat dibagi menjadi:
a) Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan
pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih
sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi
teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan
takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
b) Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya
persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
c) Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan.  Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia,
sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik.

3) Prinsip etik meliputi:


(a) Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
(b) Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
(c) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
(d) Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
(e) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.
(f) Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
(g) Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan.
(h) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan, dimana “tindakan”
yang dilakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu
pertanggungjawaban atas hasil asuhan kebidanan mengarah langsung pada praktik itu
sendiri.

c) Etiket
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok
dengan manusia lain.
Etiket berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.
Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau
terpencil atau di tengah hutan.
Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan
yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi,
pesta dan resepsi un¬tuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan
tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus
dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara,
dan cara bertamu dengan si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan
formal atau resmi.
Definisi etiket menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata
cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan
bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan
menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik
dan menyenangkan.
Persamaan Etika dan Etiket adalah:
 Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
 Keduanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut
sering dicampuradukkan.

Perbedaan Etika dan Etiket adalah:


Etika Etiket
1.    Etiket menyangkut cara melakukan1.    Etika tidak terbatas pada cara
perbuatan manusia. Etiket menunjukkan melakukan sebuah perbuatan, etika
cara yang tepat artinya cara yang member norma tentang perbuatan itu
diharapkan serta ditentukan dalam sebuah sendiri. Etika menyangkut masalah
kalangan tertentu apakah sebuah perbuatan boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2.    Etika selalu berlaku walaupun tidak
2.    Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. ada orang lain.
Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak
sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja3.    Etika jauh lebih absolut. Perintah
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. seperti “jangan berbohong”, “jangan
3.    Etiket hanya memandang manusia dari mencuri” merupakan prinsip etika
segi lahiriah saja yang tidak dapat ditawar-tawar.

d) Nilai, Norma dan Moral


(1) Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai – nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal.
Contoh nilai – nilai penting:
-       Kelangsungan hidup individu dan kelompok
-       Pengalaman diri
(2) Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin “mos” (Mores), yang berarti kebiasaan atau adat. Kata
mores dipakai oleh banyak bahasa masih dalam arti yang sama, termasuk bahasa indonesia.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, “moral” dijelaskan dengan membedakan tiga arti: “(1)
Ajaran tentang baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila (2) kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan
perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan (3) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik
dari suatu cerita.”
(3) Norma
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku – siku, suatu
alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma
sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai
untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Contoh norma adalah sebagai berikut:
 Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan tamu
atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap
tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.
 Seseorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harusdiantar sampai di muka
pintu rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap
sombong dan tidak menghormati tamunya.
 Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka
sanksinya cukup berat dan bersangkutandikenakan sanksi hukuman, baik hukuman
pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).

e) Nilai Moral
Setiap nilai dapat memperoleh satu sebab moral bila diikutsertakan dalam tingkah laku moral.
Contoh :
- Kejujuran merupakan suatu nilai moral akan tidak ada artinya bila tidak disertakan
dalam nilai lainnya (misal: nilai ekonomi).
- Kesetiaan adalah nilai moral. Nilai moral akan tidak ada artinya bila tidak diterapkan
dalam norma – norma kehidupan manusiawi (misal: cinta pada suami).
Nilai – nilai tersebut bersifat pra moral dan bila diikutsertakan dalm tingkah laku moral
menjadi nilai moral. Walaupun nilai – nilai moral menumpang pada nilai – nilai lain
(ekonomi, estetika, nilai dasar) tapi akan muncul sebagai nilai baru. Nilai moral berkaitan
dengan tanggungjawab, ciri keharusan nilai moral adalah nilai itu berkaitan dengan pribadi
manusia yang bertanggungjawab yang dapat diwujudkan dalam perbuatan sepenuhnya
menjadi tanggungjawab orang tersebut. Nilai moral menyebabkan seseorang pada posisi
bersalah atau tidak bersalah. Kebebasan dan tanggungjawab merupakan syarat mutlak nilai
moral. Manusia sebagai sumber nilai – nilai moral
Contoh:
 Anak dengan intelegensi rendah
Orang tua boleh sedih tapi harus diterima dan bukan menjadi tanggungjawab anak atau
orang tua.
 Seorang anak mempunyai watak/bakat yang bagus
Seorang anak yang demikian adalah menyenangkan, tapi ini bukan merupakan hasil
jasanya, sehingga tidak menjadi tanggungjawab orang tua atau anak.

f) Nilai moral dan hati nurani


Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nurani untuk membimbing perilaku dan cara
berpikir. Meningkatkan kualitas moral dimulai dari kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai
positif ke dalam diri. Ketika dalam hati nurani terisi nilai-nilai negatif yang tidak mampu
membedakan antara benar dan salah, maka diri akan menjadi pencipta bencana, yang setiap saat
dapat memutarbalikkan benar menjadi salah atau salah menjadi benar. Nilai-nilai positif akan
menciptakan keunggulan moral baik. Dan hasilnya, diri dengan moral baik akan menjalankan
etika dan integritas pribadi dengan sepenuh hati.
Memiliki hati nurani yang mampu membedakan benar dan salah melalui empati, akan
menjadikan diri sebagai sumber energi positif untuk melayani kehidupan sosial yang penuh
dinamika. Hati nurani adalah penghasil moral, dan saat hati nurani diisi dengan hal-hal dan
nilai-nilai positif, maka hati nurani akan menghasilkan kualitas moral yang cerdas untuk
memutuskan apa yang baik, apa yang buruk, apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang
adil, apa yang tidak adil, apa yang manusiawi, dan apa yang tidak manusiawi. Pada akhirnya,
kualitas moral yang baik akan memiliki empati dan toleransi dalam melayani kehidupan yang
beragam.
Contoh: Nilai estetis seperti keindahan, indah diwujudkan, dipamerkan, diperdengarkan

g) Pengertian Baik dan Buruk


- Batasan baik dan buruk meliputi:
Sesuatu disebut “Baik” bila dapat mendatangkan sesuatu yang berguna dan memberikan
perasaan senang atau bahagia bagi diri sendiri maupun orang lain. Sesuatu dikatakan buruk
bila dianggap tercela dan mencelakakan diri dan orang lain.
- Kriteria Baik dan Buruk:
 Aliran Tradisionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa norma “baik” dan “buruk” adalah tradisi atau adat
kebiasaan. Tiap suku atau bangsa memiliki adat-istiadat yang diwariskan dari nenek
moyangnya, adat – istiadat atau tradisi itu merupakan hukum yang harus diikuti bagi
suatu suku atau bangsa. Dipandang baik bagi orang yang mengikutinya dan dipandang
buruk bafi orang yang melanggarnya. Contoh: cara berbicara dengan orang Jawa.
 Aliran Hedonisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan norma baik dan buruk. Sesuatu
itu dipandang baik jika mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan itu buruk jika
mendatangkan penderitaan. Dalam aliran ini baik dan buruk dipandang dari sudut
materi. Contoh: film-film dan sinetron.
 Aliran Intuitionisme
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan baik dan buruk adalah intuisi,
(intuisi=bisikan kalbu) intuisi adalah kekuatan batin yang dapat mengenal sesuaitu
yang baik dan buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat manfaat dan akibat yang
ditimbulkan.
 Aliran Evolusionisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini akan mengalami
evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menjadi sempurna termasuk juga akhlak
manusia.
 Aliran Utilitarianisme
Maksud dan paham ini adalah untuk sesama manusia/semua makhluk yang memiliki
perasaan. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan
kegunaanlah yang menentukan segala – galanya. Nabi misalnya menilai bahwa orang
yang baik adalah orang yang memberi manfaat pada yang lainnya.
 Aliran Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Dan terjadi disintegrasi antara yang pandai denga yang bodoh. Aliran ini
terjadi pada masa feodalisme.
 Aliran Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan.
 Aliran Idealisme.
Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakan – tindakan yang
nyata. Aliran naturalisme yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia
menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah/naluri manusia itu
sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.
 Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu
diperintahkan/dilarang oleh – Nya.
h) Hukum
(a) Pengertian
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia
agar tingkah laku manusia dapat terkontrol, hukum adalah aspek terpenting  dalam
pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan,  Hukum mempunyai tugas untuk
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat
berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum
adalah peraturan atau ketentuan – ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah
secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk mengatur tingkah laku manusia
dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh
masyarakat.

Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia:


 Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
 Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
 Patokan (kaidah, ketentuan).
 Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.

Berikut pendapat para tokoh mengenai definisi hukum:


 Aristoteles
“Particular law is that which each community lays down and applies to its own
member. Universal law is the law of nature”.
 Grotius
“Law is a rule of moral action obliging to that which is right”.
 Hobbes
“Where as law, properly is the word of him, that by right had command over others”.
 Prof. Mr Dr C. van Vollenhoven
“Recht is een verschijnsel in rusteloze wisselwerking van stuw en tegenstuw”.
 Immanuel Kant mendeskripsikan hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan
ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dari orang lain, menuruti hukum tentang kebebasan.
 Leon Duguit mengatakan bahwa hukum adalah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat , aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran.
(b) Tujuan Hukum
Tujuan hukum mempunyai  sifat universal seperti  ketertiban, ketentraman, kedamaian,
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya
hukum  maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara
hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk
menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
(c) Fungsi Hukum
 Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Manusia dalam
masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, hukum juga
memberi petunjuk, sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur. Begitu pula
hukum dapat memaksa agar hukum itu ditaati anggota masyarakat.
 Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
 Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang
 Hukum mempunyai sifat memaksa
 Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis
 Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, maka hukum dapat memberi
keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang benar.
 Sebagai sarana penggerak pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau di daya gunakan untuk
menggeraakkan pembangunan. Disini hukum dijadikanalat untuk membawa masyarakat
kea rah yang lebih maju.
 Sebagai fungsi kritis
(d) Sumber Hukum
 Sumber hukum Material
Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum
materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan
social, hubungan kekuatan politik, situasi social ekonomis, tradisi (pandangan
keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalulintas), perkembangan
internasional, keadaan geografis, dll.
 Sumber Hukum Formal
Sumber Hukum Formal, merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Yang diakui umum sebagai sumber
hukum formal ialah UU, perjanjian antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan. Sumber-
sumber hukum formal yaitu:
- Undang-undang (statute)
- Kebiasaan (costum)
- Keputusan-keputusan hakim
- Traktat (treaty)
- Pendapat Sarjana hokum (doktrin)
(e) Jenis Hukum
Secara umum, hukum dibagi menjadi 2 macam:
(1) Hukum Publik
- Hukum sipil
- Hukum perdata
- Hukum dagang
(2) Hukum Privat
- Hukum Tata Negara
Yaitu mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan kekuasaan anatara
lat-alat perlengkapan negara satu sama lain dan hubungan pemerintah pusat dengan
daerah (pemda)
- Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara),
mengatur cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat
perlengkapan negara;
- Hukum Pidana,
mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa saja yang
melanggar dan mengatur bagaimana cara mengajukan perkara ke muka pengadilan
(pidana dilmaksud disini termasuk hukum acaranya juga). Paul Schlten dan
Logemann menganggap hukum pidana bukan hukum publik.
- Hukum Internasional (Perdata dan Publik)
Hukum perdata Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara
warga   negara suatu bangsa dengan warga negara dari negara lain dalam hubungan
internasional.
Hukum Publik Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan anatara negara
yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan Internasional.
(f) Etika dan Hukum
(1) Persamaan Etika dan Hukum
Ada beberapa persamaan antara etika dan hukum, yaitu bahwa keduanya:
- Berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat
- Mempelajari dan menjadikan tingkah laku manusia sebagai obyeknya
- Memberikan batas ruang gerak hak wewenang seseorang dalam pergaulan hidup
supaya tak saling merugikan
- Sumbernya dari pemikiran dan pengalaman
- Menggugah kesadaran manusiawi
(2) Perbedaan Etika dan Hukum
- Etika keberadaannya tidak tertulis sedangkan hukum dalam bentuk tertulis atau
terbukukan sebagai hukum negara
- Etika bersifat subyektif dan fleksibel, sedangkan hukum bersifat obyektif dan tegas
- Etika tidak memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis, sebaliknya hukum
memerlukan bukti fisik dalam menjatuhkan vonis
- Etika bersifat memberikan tuntunan, sedangkan hukum bersifat menuntut
- Etika tidak memerlukan alat untuk menjamin pelaksanaannya, hukum memerlukan
alat penegak hukum untuk pelaksanaannya

Selain itu etika juga mengajarkan pemahaman tentang tanggung jawab dan
kewajiban. “Responsibility is having a characteristic of a free moral agent, capable
of determining one`s acts, capable of detered by consideration of sanction or
consequencences”. Etika apabila ditinjau dari filsafat, maka didukung beberapa
unsur, antara lain:
- Kesadaran, yaitu sadar akan perbuatannya
- Kecintaan atau kesukaan yaitu menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan
kesediaan berkorban
- Keberanian yaitu didorong oleh rasa keikhlasan, tak ragu-ragu, tak takut
rintangan sebagai konsekuensi tindakan yang dilakukan

i) Hubungan etika, moral, dan hokum


Jika bicara tentang etika, tidak bisa terlepas dari masalah moral dan hukum, karena ketiganya
berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, F. A. Moeloek (2002)
menyatakan bahwa etika, moral, dan hukum merupakan “The Guardians” atau pengawal bagi
kemanusiaan.ketiganya mempunyai tugas dan kewenangan untuk memanusiakan manusia dan
menjaga adab dalam kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai