Bab 1-3.
Bab 1-3.
PENDAHULUAN
1) Bagi perawat
Menjadikan karya tulis ilmiah ini sebagai masukan dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan pada pasien dewasa dengan Chronic obstructive
pulmonary disease (PPOK).
Karya tulis ini bermanfaat sebagai masukan atau bahan ajar bagi
dosen dan mahasiswa untuk mempelajari asuhan keperawatan pada
pasien dewasa dengan Chronic obstructive pulmonary disease
(PPOK).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab dari PPOK yaitu pajanan dari partikel antara lain yang pertama
adalah merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang. Perokok aktif akan mengalami hipersekresi mucuc
dan obstruksi jalan napas kronik. Ada hubungan antara penurunan volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP )׀dengan jumlah, jenis lamanya
merokok. Perokok pasif juga menyumbang terhadap symptom saluran
napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-paru akibat
menghisap partikel dan gas-gas berbahaya. Merokok saat hamil akan
meningkatkan risiko terhadap janin dan mempengaruhi pertumbuhan paru-
parunya (Oemiyati, 2013).Kedua adalah polusi dari dalam yaitu memasak
dengan bahan biomassa dengan ventilasi dapur yang jelek misalnya
terpajan asap bahan bakar kayu dari asap bahan bakar minyak diperkirakan
memberi kontribusi sampai 35%. Manusia banyak menghabiskan
waktunya pada lingkungan didalam ruangan, seperti rumah, tempat kerja,
perpustakaan, ruang kelas, mall, dan kendaraan. Polutan di dalam
ruanaganyang penting antara lain SO2, dan CO yang dihasilkan dari
memasak dan kegiatan pemanasan, zat-zat organic yang mudah menguap
dari cat, karpet, dan mebel air, bahan percetakan dan alergi dari gas dan
hewan peliharaan. Ketiga yaitu polusi di luar ruangan, polusi udara
mempunyai pengaruh buruk pada VEP׀, polusi yang paling kuat
menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zincdan debu, bahan asap
pembakaran, asap pabrik, asap tambang. Peningkatan kendaraan bermotor
di jalan raya sebagai masalah polusi pada kota metropolitan di dunia. Pada
negara berkembang sebagian besar rumah tangga dimasyarakat
menggunakan cara masak tradisional dengan minyak tanah dan kayu
bakar.Penyebab yang keempat polusi di tempat kerja mislnya debu-debu
organic (debu sayuran dan bakteri atau racun-racun dari jamur), industri
tekstil (debu dari kapas) dan lingkungan industri (pertambangan, industri
besi dan baja, industri kayu, pembangunan gedung), bahan kimia pabrik
cat, tinta. Selain itu etiologi PPOK adalah karena genetika (Alpha 1-
antitrypsin). Factor risiko dari genetic memberikan kontribusi 1-3% pada
pasien PPOK. Riwayat infeksi saluran napas akut adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
Infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu penyakit terbanyak diderita
anak-anak. Penyakit ini dapat memberikan kecacatan pada saat dewasa,
dimana ada hubungan dengan terjadinya PPOK, jenis kelamin, usia,
konsumsi alcohol dan kurang aktivitas (Oemiyati, 2013).
PPOK merupakan inflamasi local saluran napas paru, akan ditandai dengan
hipersekresimucus dan sumbatan aliran udara yang presisten. Gambaran
ini muncul dikarenakan adanya pembesaran kelenjar bronchus pada
perokok dan membaik saat merokok dihentikan. Terdapat banyak factor
resiko yang diduga kuat merupakan factor etiologi dari PPOK
diantaranyapaparan partikel, genetic, pertumbuhan dan perkembangan
paru, stress oksidatif, jenis kelamin, umur, infeksi saluran napas, status
ekonomi, nutrisi yang kurang baik. (Wahyuningsih, 2013).
2) Ikawati (2016)
b. Pekerjaan Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas
dan keramik yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar
debu katun dan debu gadum toluene diisosianat, dan asbes,
mempunyai resiko yang lebih besar dripada yang bekerja ditempat
selain yang disebutkan diatas.
a) Usia
b) Jenis kelamin Laki – laki lebih berisiko terkena PPOK dari pada
wanita, mungkin ini terkait dengankebiasaan merokok pada pria.
Namun ada kecenderungan peningkatan prevalensi PPOK pada wanita
karena meningkatnya jumlah wanita yang merokok. Selain itu, ada
fenomena menarik bahwa wanita lebih rentan terhadap bahaya
merokok dari pada pria. Bukti – bukti klinis menunjukan bahwa
wanita dapat mengalami penurunan fungsi paru yang lebih besar dari
pada pria dengan status merokok yang relatif sama. Wanita juga akan
mengalami PPOK yang lebih parah dari pada pria. Hal ini diduga
karena ukuran paru-paru wanita umumnya relatif lebih kecil dari pada
pria, sehingga dengan paparan rokok yang sama presentase paru yang
terpapar pada wanita lebih besar dari pada pria.
b. Polusi udara
c. Rokok
b) Bronchitis asmatia
Adalah bronchitis yang menahun kemudian
menunjukkan tanda – tanda hiperaktivitas bronkus, yang
ditandai dengan sesak nafas dan wheezing.
a) Batuk kronis.
b) Produksi sputum
1) Asma
2) Bronkitis
3) Efisema
g) Takipnea
2.1.5 Patofisiologi
Respon Inflamasi
kronis.
a. Pengobatan farmakologi
c. Antibiotik
Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK dengan
pemilihan antibiotic bergantung kepada kebijakan lokal, terapi
secara umum berkisar pada penggunaan yang disukai antara
amoksilin, klaritromisin, atau trimotopri.Biasanya lama terapi tujuh
hari sudah mencukupi (Francis, 2014).
e. Vaksinasi
Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien PPOK antara lain vaksin
influenza dan pneumococcus regular (Brashers, 2012). Vaksinasi
influenza dapat mengurangi angka kesakitan yang serius.Jika tersedia,
vaksin pneumococcusdirekomendasikan bagi penderita PPOK yang
berusia diatas 65 tahun dan mereka yang kurang dari 65 tahun tetapi nilai
FEV1-nya <40% prediksi (Ikawati, 2011).
f. Indikasi oksigen
Pada pasien PPOK dapat dilakukan rehablitasi, ada beberapa teknik lebih
afektif dari lainnya tetapi semuanya berpotensi membantu, teknik control
pernapasan, fisioterapi dada, terapi okupasional, latihan olahraga, latihan
otot pernapasan (Brashers, 2012). Program aktivitas olahraga yang dapat
dilakukan oleh penderita PPOK antara lain: sepeda ergometri, latihan
treadmill atau berjalan diatur dengan waktu, dan frekuensinya dapat
berkisar dari setiap hari sampai setiap minggu (Morton, 2012). Latihan
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran dan melatih fungsi otot
skeletalagar lebih efektif, dilaksanakan jalan sehat (Muttaqin, 2014).
b. Konseling nutrisi
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih
dari 50% pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi
bervariasi sesuai dengan derajat abnormalitas pertukaran gas
(Morton, 2012). Perlu diberikan hidrasi secukupnya (minum air
cukup : 8-10 gelas sehari), dan nutrisi yang tepat, yaitu diet kaya
protein dan mencegah makanan berat menjelang tidur. Susu dapat
menyebabkan sekresi bronkus meningkat, sebaiknya dicegah
(Ikawati, 2011).
c. Penyuluhan
Komplikasi yang terjadi pada PPOK adalah gagal jantung nafas kronik,
gagal nafas akut, infeksi berulang, dan cor pulmonal. Gagal nafas kronik
ditunjukan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg
PaCO2>50 mmHg, serta Ph dapat normal. Gagal nafas akut pada gagal
nafas kronik ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, volume
sputum bertambah dan purulent, demam dang kesadaran menurun. Pada
pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. (Jackson,
2014).
b) Difusi Gas
1) Hipoksemia
2) Hipoksia
a) Menurunnya hemoglobin
1) Saraf Otonom
4) Lingkungan
A. Tahap PraInteraksi
3) Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
C. Tahap Kerja
D. Tahap Terminasi
3) Mencuci tangan
a) Anamnesis
1) Identitas
2) Keluhan utama
Pola fungsi kesehatan yang dapat dikaji pada pasien dengan PPOK
menurut Wahid & Suprapto (2013) adalah sebagai berikut:
a) Pola Nutrisi dan Metabolik.
b) Aktivitas/Istirahat.
c) Sirkulasi.
i) Interaksi Sosial.
a) Inspeksi.
b) Palpasi.
c) Perkusi.
1) Definisi
2) Batasan Karakteristik
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
3. Sianosis
7. Ortopnea
8. Gelisah
9. Mata terbelak
Hasil NOC:
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
2) Kedalaman inspirasi
c) Pasien akan:
1) Batuk efektif.
Intervensi:
Aktivitas Keperawatan:
a) Pengkajian
b) Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SVO2) dan status
hemodinamik ( tingkat MAP [mean anterial pressure] dan irama
jantung) segera sebelum, selama, dan setelah pengisapan.
b) Aktivitas Kolaboratif:
c) Aktivitas Lain:
3) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap dua
jam sekali.
2.5.4 Implementasi
2.5.5 Evaluasi
2) Hasil pemeriksaan gas darah arteri stabil tetapi tidak harus nilai-nilai
yang normal karena perubahan kronis dalam kemampuan pertukaran
gas dari paru.
1) Berhenti merokok.
2) Berhenti merokok.
Oksigenasi
3.2 Kerangka Kerja
Penetapan PICO
Melakukan review dan analisa artikel jurnal yang terpilih dengan menggunakan
Critical Appraisal