Anda di halaman 1dari 46

TELAAH KURIKULUM

(IPA 19408)

PENYUSUNAN KURIKULUM SEKOLAH

OLEH

NI LUH TIA FEBRIANI (1913071030)


FIRDAUS EKA NGENCA SINURAYA (1913071032)
I GUSTI AYU PUTU WICITRADARI (1913071043)

KELAS 4B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah “Penyususnan
Kurikulum Sekolah” dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam penyusunan
makalah ini tentu terdapat berbagai pihak yang terlibat membantu dan
mendukung prosesnya, untuk itu pada kesempatan ini penulis hendak
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Rai Sujanem, M. Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah
Kurikulum.
2. Ibu Ni Putu Merry Yunithasari, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Telaah Kurikulum.
3. Orang tua, yang telah memberikan dukungan dan doa untuk kesuksesan
penulis.
4. Seluruh teman-teman yang telah mendukung serta pihak yang terlibat baik
secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Singaraja, 20 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Langkah-Langkah Penyusunan dan Sistematika Dokumen I
Kurikulum ............................................................................................. 4
2.1.1 Langkah-langkah Penyusunan Kurikulum ................................... 4
2.1.2 Sistematika Kurikulum ................................................................ 5
2.1.3 Dukumen Kurikulum ................................................................... 7
2.2. Perumusan Kurikulum .......................................................................... 9
2.2.1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum...................... 9
2.2.2 Kerangka Penyusunan Kurikulum .............................................. 10
2.3 Peran Berbagai Pihak dalam Penyusunan Kurikulum .......................... 12
2.4 Draf Kurikulum ..................................................................................... 14
2.4.1 Draf Kurikulum SD..................................................................... 14
2.4.2 Draf Kurikulum SMP .................................................................. 23
2.4.3 Draf Kurikulum SMA ................................................................. 30
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ............................................................................................. 38
3.2 Saran ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Kerja Penyusunan dan Peran Guru pada KBK 2004 ....... 10
Gambar 2. Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006 ........................................ 11
Gambar 3. Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013 ................................ 11

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ............................... 9


Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI .................................................................. 15
Tabel 3. Dasar Pemikiran Perancangan Struktur Kurikulum SD....................... 18
Tabel 4. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SD ......................................... 20
Tabel 5. Struktur Kurikulum Sekarang .............................................................. 22
Tabel 6. Usulan Strtuktur Kurikulum Baru (Alternatif 1) ................................. 22
Tabel 7. Usulan Strtuktur Kurikulum Baru (Alternatif 2) ................................. 23
Tabel 8. Struktur Kurikulum SMP/MTs ............................................................ 24
Tabel 9. Kompetensi Inti SMP/MTs .................................................................. 25
Tabel 10. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP .................................... 28
Tabel 11. Struktur Kurikulum Sekarang ............................................................ 29
Tabel 12. Usulan Strukur Kurikulum Baru ........................................................ 30
Tabel 13. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikulum
SMA/MA ........................................................................................... 32
Tabel 14. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dalam
Kurikulum SMA/MA ........................................................................ 33
Tabel 15. Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA ............................. 35
Tabel 16. Alternatif Rancangan Kurikulum SMA ............................................. 37

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sehingga pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dasar hukum penyusunan :Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, yang kemudian
dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Th 2003 tentang Sistem
Pendidikan nasional dan Peratuan Pemerintah No. 19 Thn 2005
mengamanatkan bahwa kurikulum (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan
Nasional Standar Pendidikan (BNSP). Dalam ha1 ini, baik SI, SKL dan
panduan BNSP merupakan rambu-rambu nasional yang harus dipahami
sehingga KTSP suatu sekolah mempunya kesamaan umum dengan sekolah
lain sebagai pencerminan nasionalisme ke-Indonesiaan dalam bidang
pendidikan. Sejak tahun pelajaran 2013/2014, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013.
Implementasi kurikulum tersebut diatur dalam berbagai peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum ini diterapkan mulai dari jenjang
pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Terdapat berbagai
pembaharuan pada kurikulum ini melengkapi kurikulum telah yang berlaku

1
sebelumnya. Konsep yang terdapat dalam Kurikulum 2013 tidak hanya
berfokus pada pendidikan akademis semata, tetapi juga pendidikan karakter
bagi peserta didik.
Dalam penyususnan kurikulum pemerintah mengelearkan panduan
untuk penyususnan kurikulum hal ini dilakukan agar kurikulum yang
disusun oleh tim penyusun kurikulum sekolah (TPK) dapat menyusunnya
dengan baik sehingga tujuan yang dirumuskan dapat dicapai. Penyusunan
kurikulum tentu melibatkan berbagi pihak yang memiliki pengaruh terhadap
pendidikan. Setiap pihak memiliki peran dan fungsinya tersendiri yang
saling berkesinabungan. Karena pendidikan merupakan tanggung jawab
Bersama seluruk komponen masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah penyusunan dan sistematika dokumen I
kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum dirumuskan?
3. Bagaimana peran pihak-pihak terkait dalam penyusunan kurikulum?
4. Bagaimana draf kurikulum dalam jenjang sekolah dasar dan menengah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui langkah-langkah penyusunan dan sistematika dokumen I
kurikulum.
2. Mengetahui gambaran perumusan kurikulum di Indonesia.
3. Mengetahui dan menganalisis pihak yang terlibat dan peran pihak-pihak
terkait dalam penyusunan kurikulum.
4. Mengetahui dan menganalisi draf kurikulum tingkat sekolah dasar dan
sekolah menengah.
1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yaitu
sebagai brikut.

2
1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis
yaitu pengalaman untuk mengumpulkan berbagai referensi dan
membuat karya tulis. Disamping itu, penulis mendapatkan pula ilmu
untuk memahami materi yang berkaitan dengan penyusunan
kurikulum sekolah.
1.4.2 Bagi Pembaca
Pembaca makalah dapat menelaah, menganalisis, dan memahami
materi dalam perumusan kurikulm sekolah yang mencakup
mengenai langkah-langkah penyusunan dan sistematika dokumen I
kurikulum, perumusan kurikulum, peran pihak-pihak terkait dalam
penyusunan kurikulum, dan draf kurikulum dalam jenjang sekolah
dasar dan menengah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Langkah-Langkah Penyusunan dan Sistematika Dokumen I Kurikulum
2.1.1 Langkah-langkah Penyusunan Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Buku Panduan kerja Kepala Sekolah, 2017). Dalam Menyusun
kurikulum tentu harus melewati beberapa tahapan atau Langkah-langkah.
Untuk menyusun kurikulum dapat mengikuti prosedur/alur berikut.
1. Kepala sekolah membentuk Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah
dan memberi pengarahan teknis untuk melakukan pengembangan
Kurikulum. Arahan sekurang-kurangnya berisi:
a. dasar pelaksanaan pengembangan kurikulum;
b. tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kurikulum;
c. manfaat pengembangan kurikulum;
d. hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan kurikulum; dan
e. unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan
pengembangan kurikulum.
2. TPK menyusun draf rencana dan jadwal pengembangan kurikulum,
sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, dan
jadwal pelaksanaan. Uraian kegiatan pengembangan kurikulum meliputi:
a. pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan analisis
konteks;
b. pembuatan analisis konteks;
c. penyusunan, review, dan revisi draf kurikulum;
d. finalisasi dokumen I kurikulum;
e. penyusunan, review, dan revisi draf silabus mata pelajaran dan
muatan lokal; dan
f. finalisasi silabus mata pelajaran dan muatan lokal (dokumen II
kurikulum).

4
3. Kepala sekolah, komite sekolah, dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK)
sekolah membahas rencana dan jadwal kegiatan.
4. TPK merevisi dan melakukan finalisasi rencana dan jadwal kegiatan.
5. Kepala sekolah menandatangani rencana dan jadwal kegiatan.
6. TPK menyusun draft kurikulum menggunakan hasil analisis konteks
sebagai salah satu acuan.
7. Guru menyusun silabus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
kurikulum menggunakan hasil analisis konteks sebagai salah satu acuan.
8. Kepala sekolah, komite sekolah, TPK dan guru mereviu draft kurikulum,
berdasarkan hasil reviu, TPK dan guru melakukan revisi dan finalisasi
dokumen I dan II kurikulum
9. Kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah menandatangani kurikulum,
kemudian divalidasi dan disetujui oleh pengawas sekolah.
10. Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenagannya
mengesahkan dan menetapkan pemberlakuan dokumen kurikulum.
11. Kepala sekolah menyosialisasikan kepada semua warga sekolah dan
pemangku kepentingan (stakeholders).
12. TPK menggandakan dan mendistribusikan dokumen Kurikulum kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Sistematika Kurikulum
Sistematika dokumen I Kurikulum dapat disusun sebagai berikut :
1. Sampul (cover)
2. Lembar persetujuan Pengawas
3. Lembar Pengesahan (Kepala Sekolah, Komite Sekolah/Ketua
Penyelenggara Pendidikan, dan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota Pejabat yang mewakili atau ditugaskan sesuai
dengan kewenangannya)
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum

5
C. Tujuan
D. Mekanisme :
1) Pengembangan Kurikulum: a. acuan konseptual, b. prinsip
pengembangan, c. prosedur operasional (analisis, penyusunan;
penetapan, dan pengesahan)
2) Pelaksanaan
3) Daya Dukung
E. Pihak yang Terlibat.
7. Bab II Visi, Misi, dan Tujuan Satuan Pendidikan:
A. Visi
B. Misi
C. Tujuan Satuan Pendidikan
8. Bab III Muatan Kurikuler dan Pengaturan Beban Belajar:
A. Muatan Kurikuler:
1) Muatan Nasional:
a. Struktur Kurikulum,
b. Kelompok Mata pelajaran: 1) kelompok mata pelajaran A
(SDLB, SMPLB, dan SMALB), 2) kelompok mata pelajaran B
(SDLB, SMPLB, dan SMALB) 3) kelompok C (program
kebutuhan khusus untuk SDLB dan SMPLB dan pilihan
kemandirian untuk SMALB), 4) kelompok D (program
kebutuhan khusus untuk SMALB),
c. Bimbingan dan Konseling,
d. Ekstrakurikuler Kepramukaan.
2) Muatan Lokal.
B. Pengaturan Beban Belajar dan Beban Kerja sebagai Pendidik:
1) Beban Belajar Sistem Paket,
2) Beban Belajar Tambahan,
3) Beban Kerja sebagai Pendidik,
C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
D. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
E. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

6
F. Kalender Pendidikan:
1) Permulaan Tahun Pelajaran
2) Pengaturan Waktu Belajar Efektif
3) Pengaturan Waktu Libur
4) Kegiatan Khusus Sekolah
5) Libur Khusus Sekolah
9. Bab IV Penutup
10. Glosarium
11. Lampiran-lampiran
2.1.3 Dukumen Kurikulum
Dokumen kurikulum sebenarnya dibuat di awal tahun pelajaran,
biasanya di bulan Juli menjelang tahun ajaran baru, melalui rapat tim
pengembang kurikulum sekolah. Namun, kondisi yang tidak menentu
seperti saat ini membuat banyak sekolah memilih untuk menunda mencetak
dokumen yang sudah disahkan, dan memilih untuk menyimpan dalam
bentuk digital. Tujuannya, jika kelak ada peraturan baru yang keluar akan
lebih mudah untuk diubahsesuaikan. Dalam Permendikud No 36 Tahun
2018 disebutkan tujuan Kurikulum 2013 adalah “Mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia”.Dokumen tebal ini menjadi acuan pelaksanaan
pembelajaran di tingkat satuan pendidikan selama satu tahun ajaran.
Bagian-bagian dokumen kurikulum sekolah yang lengkap umumnya
meliputi:
1. Buku Dokumen 1 terdiri dari: Bagian Awal (halaman sampul, Lembar
Pengesahan, SK Tim Pengembang Kurikulum 2013, SK Penetapan
Kurikulum 2013, Surat Rekomendasi Pengawas, Kata Pengantar, dan
Daftar Isi), Bagian Inti (Pendahuluan, Visi Misi dan Tujuan Sekolah,
Struktur Dan Muatan Kurikulum, Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar, Pembelajaran Tematik Terpadu, dan Kalender Pendidikan),
Bagian Akhir (Penutup dan Lampiran).

7
2. Buku Dokumen 2 berupa Silabus/Program Pembelajaran selama 1 tahun
ajaran.
3. Buku Dokumen 3 berisi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
selama 1 tahun ajaran.
Bagian-bagian di atas berlaku jika situasi berlangsung normal, seperti 1-
2 tahun ajaran belakangan. Namun jika pembelajaran dalam kondisi darurat
atau khusus maka dokumen ini harus menyesuaikan kondisi yang ada.
Sebab tujuan dibuatnya dokumen kurikulum sekolah adalah untuk
memudahkan guru dalam melaksanakan tupoksinya. Sehingga isi dokumen
harus lebih praktis dan relevan dengan kondisi yang sedang terjadi. Untuk
itu, perlu ditambah beberapa poin berikut:
1. Pada Dokumen 1 Bagian Inti ditambah 3 bab (Pembelajaran pada Masa
Darurat Covid-19, Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Masa
Darurat Covid-19, dan Penilaian Hasil Belajar Masa Darurat Covid-
19)
2. Pada Dokumen 2 redaksinya berubah menjadi Silabus dan RPP Kondisi
Darurat Khusus Masa Pandemi Covid 19.
3. Pada bagian lampiran memuat:
A. SK Tim Pengembang Kurikulum Sekolah
B. SK Penetapan Kurikulum
C. Kalender Pendidikan 2020/2021 Jawa Timur
D. SE Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 Pencegahan Covid 19 pada
Satuan Pendidikan
E. SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat
F. SKB 4 Menteri Panduan Penyelengaraan Pembelajaran Tahun
Pelajaran 2020-2021
G. Dokumen 2 Silabus/Program Pembelajaran Kondisi Darurat
Khusus.

8
2.2 Perumusan Kurikulum
2.2.1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
Perumusan kurikulum mengalami penyempurnaan terutama dalam
perumusan kurikulum 2013. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Berdasarkan buku Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudaayan tahun 2014. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum
adalah sebagi berikut.
Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1. Standar Kompetensi lulusan Standar Kompetensi


diturunkan dari standar isi lulusan diturunkan dari
kebutuuhan

2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan Standard isi diturunkan


Tujuan mata Pelajaran (Standar dari standar kompetensi
kompetensi Lulusan Mata lulusan melalui
Pelajaran) yang dirinci menjadi Kompetensi Inti yang
Standar Kompetensi dan bebas mata pelajran.
Kompetensi Mata Pelajaran
3. Pemisahan antara mata pelajaran Semua mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk harus berkontribusi
keterampilan, dan pembentuk terhadap pembentukan
pengetahuan sikap , keterampilan, dan
pengetahuan

4. Kompetensi diturunkan dari mata Mata pelajaran diturunkan


pelajaran dari kompetensi yang
ingin dicapai

9
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

5. Mata pelajaran lepas satu dengan Semua mata pelajaran


yang lain, seperti sekumpulan mata diikat oleh kompetensi inti
pelajaran yang terpisah. (tiap kelas).

2.2.2 Kerangka Penyusunan Kurikulum


Kerangka penyusunan kurikulum juga ikut mengalami beberpa
perubahan pada setiap kurikulum. Mengutip dari buku Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudaayan tahun 2014, kerangka penyusunan kurikulum
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Kerja Penyusunan dan Peran Guru pada KBK 2004
Sumber: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013

10
Gambar 2. Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006
Sumber: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013

Gambar 3. Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013


Sumber: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013

11
2.3 Peran Berbagai Pihak dalam Penyusunan Kurikulum
Penyusunan kurikulum tentu melibatkan berbagi pihak yang memiliki
pengaruh terhadap pendidikan. Setiap pihak memiliki peran dan fungsinya
tersendiri yang saling berkesinabungan. Pihak-pihak yang terkait dalam
penyusunan kurikulum sekolah dan perannya adalah sebagi berikut.
1. Peranan Para Administrator Pendidikan
Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan
kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar
serta program inti kurikulum . Administrator pendidikan terdiri dari:
• Administrator Pusat: direktur dan kepala pusat
• Administrator Daerah: Kepala Kantor Wilayah
• Administrator Lokal: Kepala Kantor Kabupaten, Kecamatan dan Kepala
Sekolah.
2. Peranan Para Ahli
Pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para
ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin
ilmu. Dengan mengacu pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
pemerintah, baik pembangunan secara umum maupun pembangunan
pendidikan, perkembangan tuntutan masyarakat dan masukan dari
pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang berjalan, para ahli
pendidikan memberikan alternative konsep pendidikan dan model
kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
masyarakat.
3. Peranan Guru
Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang
kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-
konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum.Dia
yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan
dikelasnya. Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan
pengembangan kurikulum yang terdepan.
Adapun peran guru dalam mengembangkan kurikulum antara lain:

12
• Guru sebagai perencana pengajaran. Artinya, guru harus membuat
perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan
belajar mengajar.
• Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi
belajar yang memungkinkan tujuan belajar yang telahditentukan.
• Guru sebagai evaluator. Artinya, guru melakukan pengukuran untuk
mengetahui apakah anak didik telah mencapai hasil belajar seperti yang
diharapkan.
4. Peranaan Orang tua Murid
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam
penyusunan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak
semua orang tua dapat ikut serta hanya terbatas kepada beberapa orang saja
yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Kedua,
dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara
guru dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut
kurikulum dilaksanakan dirumah. Dan orang tua mengikuti atau mengamati
kegiatan belajar anakanya dirumah.
5. Peran Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.
Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:
• Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
• Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan.
• Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.

13
• Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
6. Peran Masyarakat
Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pendidikan dalam UU
No.20/2005 Sisdiknas pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam
Pendidikan menyebutkan : (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. (3)
Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
2.4 Draf Kurikulum
2.4.1 Draf Kurikulum SD
Draf kurikulum untuk sekolah dasar seperti diketahui, mata pelajaran
untuk anak SD yang semula berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan
menjadi enam mata pelajaran, yaitu Agama, PPKn, Matematika, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta Seni Budaya dalam
kurikulum baru ini (kurikulum 2013). Sementara empat mata pelajaran yang
dulu berdiri sendiri, yaitu IPA, IPS, muatan lokal, dan pengembangan diri,
diintegrasikan dengan enam mata pelajaran lainnya. 6 mata pelajaran
tersebut berbasis tematik. Pramuka menjadi ekskul wajib.
a. Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau
tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu
untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi
konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk
kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan

14
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan
prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan
pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur
kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar
seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur
kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Struktur Kurikulum SD/MI
ALOKASI WAKTU
BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan 5 6 6 4 4 4
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 6 6 6
(termasuk muatan lokal)*
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan 4 4 4 3 3 3
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)

15
ALOKASI WAKTU
BELAJAR
MATA PELAJARAN PER MINGGU
I II III IV V VI
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

= Pembelajaran Tematik Integratif

Keterangan:

*Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah


Kegiatan Ekstra Kurikuler SD/MI antara lain:
- Pramuka (Wajib)
- UKS
- PMR
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi
kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan
kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek
afektif dan psikomotor.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada
keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan
konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang
berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V dan VI,
Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian
diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.
Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk
masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II,
dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI
masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35
menit. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan
jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang

16
dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik
perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan
berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan
menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga
mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa
yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat
sekitarnya. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru
melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti
harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi
vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi
vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang
di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi
Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata
pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Kompetensi Inti
dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi
2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan

17
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi
Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran
secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan
dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu
pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi
kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok
4).
c. Dasar pemikiran
Tabel 3. Dasar Pemikiran Perancangan Struktur Kurikulum SD
No Permasalahan Penyelesaian
1. Capaian pembelajaran Perlunya ditetapkan standar
disusun berdasarkan materi kompetensi kelulusan dan
pelajaran bukan kompetensi standar kompetensi kelas untuk
yang harus dimiliki peserta menyatakan capaian
didik pembelajaran

2. Kompetensi diturunkan dari Kompetensi dirumuskan dalam


pengetahuan yang diperoleh tiga domain, yaitu sikap,
dari mata pelajaran keterampilan, dan pengetahuan

3. Meskipun kelas I – III Perlunya merumuskan


menerapkan pembelajaran kompetensi inti untuk masing-
tematik, tidak ada masing kelas
kompetensi inti yang
mengikat semua mata
pelajaran

4. Meskipun kelas I – III Mata pelajaran harus


menerapkan pembelajaran dipergunakan sebagai sumber
tematik, tetapi warna mata kompetensi bukan yang
pelajaran sangat kental diajarkan
bahkan berjalan sendiri-

18
No Permasalahan Penyelesaian
sendiri dan saling
mengabaikan

5. Kompetensi siswa hanya Penilaian terhadap semua


diukur dari kompetensi domain kompetensi
pengetahuan yang menggunakan penilaian otentik
diperolehnya melalui (proses dan hasil)
penilaian berbasis tes tertulis

6. Penilaian hanya berdasarkan Penilaian berdasarkan


kompetensi dasar saja kompetensi dasar dan
kompetensi inti

7. Peserta didik pada jenjang Perlunya proses pembelajaran


satuan sekolah dasar belum yang menyuguhkan keutuhan
perlu diajak berfikir pada peserta didik melalui
tersegmentasi dalam mata pemilihan tema
pelajaran-mata pelajaran
terpisah karenaa masih
berfikir utuh

8. Banyak sekolah alternatif Perlunya menerapkan sistem


yang menerapkan sistem pembelajaran integratif
pembelajaran integratif berbasis tema
berbasis tema yang
menunjukkan hasil
menggembirakan

9. Adanya keluhan banyaknya Perlunya penyederhanaan mata


buku yang harus dibawa oleh pelajaran
anak sekolah dasar sesuai
dengan banyaknya mata
pelajaran

19
No Permasalahan Penyelesaian
10. Indonesia menerapkan Perlunya membantu
sistem guru kelas dimana memudahkan tugas guru dalam
semua mata pelajaran menyampaikan pelajaran
(kecuali agama, seni budaya, sebagai guru keutuhan dengan
dan pendidikan jasmani) meminimumkan jumlah mata
diampu oleh satu orang guru pelajaran tanpa melanggar
ketentuan konstitusi (idealnya
tanpa mata pelajaran yang
sama)

d. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SD


Tabel 4. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SD

No Komponen Rancangan Alternatif -1


1. Berbasis tematik –integratif sampai kelas VI
2. Menggunakan kompetensi lulusan untuk merumuskan
kompetensi inti pada tiap kelas
3. Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran
(mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, mencipta) semua mata pelajaran
4. Menggunakan IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada
semua mata pelajaran
5. Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10
dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa
mata pelajaran
- IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dll
- IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn,
Bahasa Indonesia, dll
- Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya
dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan

20
No Komponen Rancangan Alternatif -1
- Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke
semua mata pelajaran
6. Menempatkan IPA dan IPS pada posisi sewajarnya bagi anak
SD yaitu bukan sebagai disiplin ilmu melainkan sebagai
sumber kompetensi untuk membentuk sikap ilmuwan dan
kepedulian dalam berinteraksi sosial dan dengan alam secara
bertanggung jawab
7. Perbedaan antara IPA/IPS dipisah atau diintegrasikan hanyalah
pada apakah buku teksnya terpisah atau jadi satu. Tetapi bila
dipisah dapat berakibat pada beratnya beban guru, kesulitan
bagi bahasa Indonesia untuk mencari materi pembahasan yang
kontekstual, berjalan sendiri melampaui kemampuan
berbahasa peserta didiknya seperti yang terjadi saat ini, dll
8. Menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan
proses pembelajaran dan penilaian
e. Rasional IPA dan IPS di Kelas V – VI SD
Alternatif 2
▪ Peserta didik kelas V – VI (usia 11 – 12 tahun) sudah masuk pada
tahap berpikir abstrak (operasi formal ), sehingga sudah mampu
memahami konsep-konsep keilmuan secara sederhana
▪ Dengan matapelajaran IPA/IPS yang terpisah, proses pembelajaran
di SD tetap dapat dilaksanakan dengan pendekatan tematik-
terintegrasi.
▪ Masalah fokus pembelajaran: ada istilah-istilah IPA yang memiliki
arti berbeda dengan istilah-istilah umum pada matapelajaran
Bahasa Indonesia, misalnya: “gaya”, “usaha”, “daya”, dll.
▪ Tiap matapelajaran memiliki indikator pencapaian masing-masing.
Jika indikator Bahasa Indonesia dan IPA digabung, maka pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi IPA.

21
▪ Jika materi IPA dipaksakan bergabung dengan Bahasa Indonesia,
akan terjadi pendangkalan materi IPA (terhapusnya beberapa
bagian maneri IPA), dampak negatifnya:
• Prestasi kita di TIMSS dan PISA akan menurun
• Anak tidak banyak mengerti istilah-istilah IPA, sehingga tidak
suka membaca surat kabar/majalah yang mempunyai kolom
sains.
f. Pengembangan Struktur Kurikulum SD
Tabel 5. Struktur Kurikulum Sekarang
No Komponen I II III IV V VI

A Matapelajaran

1 Pend. Agama 3 3 3

2 Pend. Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 5 5 5

4 Matematika 5 5 5

5 IPA 4 4 4

6 IPS 3 3 3

7 Seni Budaya & Ketrpln. 4 4 4

8 Pend. Jasmani, OR & Kes. 4 4 4

B Muatan Lokal 2 2 2

C Pengembangan Diri 2 2 2

Jumlah 26 27 28 32 32 32

g. Usulan Struktur Kurikulum Baru


Alternatif 1
Tabel 6. Usulan Strtuktur Kurikulum Baru (Alternatif 1)
No Komponen I II III IV V VI
A Kelompok A Tem atik
1 Pend. Agama 4 4 4 4 4 4

22
No Komponen I II III IV V VI
2 Pend. Pancasila & Kewarganegaraan 5 6 6 6 6 6
3 Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
B Kelompok B
1 Seni Budaya & Prakarya 4 4 4 6 6 6
2 Pend. Jasmani, OR & Kes. 4 4 4 4 4 4
Jumlah 30 32 34 36 36 36
Alternatif 2
Tabel 7. Usulan Strtuktur Kurikulum Baru (Alternatif 2)
No Komponen I II III IV V VI
A Kelompok A Tem atik
1 Pend. Agama 4 4 4 4 3 3
2 Pend. Pancasila & Kewarganegaraan 5 6 6 6 4 4
3 Bahasa Indonesia 8 8 10 10 5 5
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 IPA - - - - 4 4
6 IPS - - - - 4 4
B Kelompok B
1 Seni Budaya & Prakarya 4 4 4 6 6 6
2 Pend. Jasmani, OR & Kes. 4 4 4 4 4 4
Jumlah 30 32 34 36 36 36

2.4.2 Draf Kurikulum SMP


Dalam jenjang SMP, jumlah mata pelajaran juga berkurang dari 12 mata
pelajaran menjadi 10 mata pelajaran. Pada tingkatan ini, IPA dan IPS sudah
muncul, tetapi tetap sebagai mata pelajaran integrative
science dan integrative social studies bukan sebagai pendidikan disiplin
ilmu. Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-
masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.
a. Struktur Kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikut:

23
Tabel 8. Struktur Kurikulum SMP/MTs
ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER MINGGU
MATA PELAJARAN
VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan 3 3 3
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya (termasuk muatan 3 3 3
lokal)*
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 3 3 3
Kesehatan (termasuk muatan lokal)
3. Prakarya(termasuk muatan lokal) 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38


Keterangan:
*Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Ekstra Kurikuler SMP/MTs antara lain:
- Pramuka (Wajib)
- OSIS
- UKS
- PMR
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi
kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan
kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek
afektif dan psikomotor. Seni Budaya dan Prakarya menjadi dua mata

24
pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya didalamnya terdapat pilihan
yang disesuaikan dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik
dalam melaksanakannya. Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada
penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi
38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX. Sedangkan
lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif
belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih
panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena
peserta didik perlu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya,
asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan
guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik
karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar
memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMP/MTs
Kompetensi Inti SMP/MTs adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Kompetensi Inti SMP/MTs
KELAS

VII VIII IX

1. Menghargai 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan


dan menghayati menghayati ajaran menghayati ajaran
ajaran agama agama yang agama yang
yang dianutnya. dianutnya. dianutnya.

2. Menghargai 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan


dan menghayati menghayati perilaku menghayati perilaku
perilaku jujur, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
disiplin, tanggungjawab, tanggungjawab,
tanggungjawab, peduli (toleransi, peduli (toleransi,

25
KELAS

VII VIII IX

peduli gotong royong), gotong royong),


(toleransi, santun, percaya diri, santun, percaya diri,
gotong dalam berinteraksi dalam berinteraksi
royong), secara efektif secara efektif dengan
santun, percaya dengan lingkungan lingkungan sosial dan
diri, dalam sosial dan alam alam dalam
berinteraksi dalam jangkauan jangkauan pergaulan
secara efektif pergaulan dan dan keberadaannya.
dengan keberadaannya.
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.

3. Memahami 3. Memahami dan 3. Memahami dan


pengetahuan menerapkan menerapkan
(faktual, pengetahuan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan (faktual, konseptual, konseptual, dan
prosedural) dan prosedural) prosedural)
berdasarkan berdasarkan rasa berdasarkan rasa
rasa ingin ingin tahunya ingin tahunya tentang
tahunya tentang tentang ilmu ilmu pengetahuan,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
fenomena dan mata.

26
KELAS

VII VIII IX

kejadian kejadian tampak


tampak mata. mata.

4. Mencoba, 4. Mengolah, 4. Mengolah, menyaji,


mengolah, dan menyaji, dan dan menalar dalam
menyaji dalam menalar dalam ranah konkret
ranah konkret ranah konkret (menggunakan,
(menggunakan, (menggunakan, mengurai,
mengurai, mengurai, merangkai,
merangkai, merangkai, memodifikasi, dan
memodifikasi, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
dan membuat) membuat) dan ranah abstrak (menulis,
dan ranah abstrak (menulis, membaca,
abstrak membaca, menghitung,
(menulis, menghitung, menggambar, dan
membaca, menggambar, dan mengarang) sesuai
menghitung, mengarang) sesuai dengan yang
menggambar, dengan yang dipelajari di sekolah
dan dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
mengarang) dan sumber lain sama dalam sudut
sesuai dengan yang sama dalam pandang/teori.
yang dipelajari sudut pandang/teori.
di sekolah dan
sumber lain
yang sama
dalam sudut
pandang/teori

27
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi
Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti
yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari
konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi
hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat
dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin
ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi
rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang
dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian
landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk
kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah
filosofi esensialisme dan perenialisme.
c. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP
Tabel 10. Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP
No Komponen Rancangan
1. Sama dengan SD, akan disusun berdasarkan kompetensi yang harus
dimiliki peserta didik SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
2. Menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan substansi
pelajaran
3. Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran [mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta]
semuamata pelajaran
4. Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat
dikurangi menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran:
-TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak
berdiri sendiri

28
No Komponen Rancangan
-Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya, Prakarya dan
Budidaya
- Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata
pelajaran
5. IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science
dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.
Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawabterhadap lingkungan
alam dan sosial.
6. Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa

7. Menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan


pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian

d. Penataan Kurikulum SMP


1) Struktur Kurikulum Sekarang
Tabel 11. Struktur Kurikulum Sekarang
ALOKASI WAKTU
KOMPONEN MINIMAL PER
MINGGU [JP]

VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 2 2 2
Kesehatan
10 Keterampilan/Teknologi Informasi & 2 2 2
Komunikasi
B. Muatan Lokal 2 2 2

29
ALOKASI WAKTU
KOMPONEN MINIMAL PER
MINGGU [JP]

VII VIII IX
C. Pengembangan Diri 2* 2* 2*
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 32 32 32
2) Usulan Struktur Kurikulum Baru
Tabel 12. Usulan Strukur Kurikulum Baru

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU [JP]

VII VIII IX
Kelompok A
1. Pendidikan Agama 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan 3 3 3
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 5 5 5
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 3 3 3
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 3 3 3
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
3. Prakarya (termasuk muatan lokal) 4 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38

2.4.3 Draf Kurikulum SMA


Pada jenjang menengah atas ini, jumlah mata pelajaran tidak
mengalami perubahan hanya saja waktu belajar tetap ditambah sekitar satu
jam pelajaran per minggu. Sementara itu, diusulkan adanya integrasi
vertikal dengal perguruan tinggi agar memudahkan anak-anak untuk
melanjutkan pendidikan.
a. Struktur Kurikulum SMA
Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:
- Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok
B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi

30
kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan
kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada
aspek afektif dan psikomotor.
- Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga) kelompok
yaitu Peminatan Matematika dan Sains, Peminatan Sosial, dan
Peminatan Bahasa.
- Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat yaitu mata pelajaran yang
dapat diambil oleh peserta didik di luar Kelompok Mata Pelajaran
Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok
Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik yang memilih
Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari
Kelompok Peminatan Sosial dan/atau Kelompok Peminatan
Matematika dan Sains.
- Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah
satu mata pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk persiapan ke
perguruan tinggi.
- Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran
Pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau salah
satu
- Berdasarkan Permendiknas No. 22 Thn. 2006 tentang Standar Isi,
struktur kurikulum SMA adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Struktur Kurikulum SMA


Sumber : Pengembangan Kurikulum 2013

31
b. Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Kelompok Mata Pelajaran Wajib merupakan bagian dari kurikulum
pendidikan menengah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting
untuk mengembangkan logika dan kehidupan pribadi peserta didik,
masyarakat dan bangsa, pengenalan lingkungan fisik dan alam,
kebugaran jasmani, serta seni budaya daerah dan nasional.
Struktur kelompok mata pelajaran wajib dalam kurikulum SMA/MA
adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikulum
SMA/MA
ALOKASI
WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya (termasuk muatan lokal)* 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan (termasuk muatan lokal) 3 3 3
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per 24 24 24
minggu

32
ALOKASI
WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA) 18 20 20
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh 42 44 44
per minggu
Keterangan:
*Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
c. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan
Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam
sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di
perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadap
suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.
Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA/MA adalah
sebagai berikut:
Tabel 14. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dalam
Kurikulum SMA/MA
Kelas
MATA PELAJARAN
X XI XII
Kelompok A dan B (Wajib) 24 24 24
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Sains
I 1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Peminatan Sosial

33
Kelas
MATA PELAJARAN
X XI XII
II 1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosialogi & Antropologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Peminatan Bahasa
III Bahasa dan Sastra 3 4 4
1
Indonesia
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
Bahasa dan Sastra Asing 3 4 4
3
Lainnya
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan
Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau 6 4 4
Pendalaman Minat
Jumlah Jam Pelajaran Yang 66 76 76
Tersedia per minggu
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus 42 44 44
Ditempuh per minggu

d. Beban Belajar
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar
per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38
jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari
38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk setiap
jam belajar adalah 45 menit. Dengan adanya tambahan jam belajar ini
dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan
waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu
yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi

34
karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan mengamati,
menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang
dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon
peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya
jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil
belajar.
e. Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA
Tabel 15. Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA
No Komponen Rancangan
1. Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat:

- Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem


penjurusan di SMA

- Kesulitan dalam penyetaraan ijazah


Dapat melanjutkan ke semua jurusan di perguruan tinggi
2. Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi
terlalu banyak seperti pada SMA Kelas X saat ini, sehingga
diperlukan mata pelajaran pilihan dan mata pelajaran wajib
3. Perlunya memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki
kecerdasan diatas rata-ratauntuk menyelesaikan lebih cepat atau
belajar lebih banyak melalui mata pelajaran pilihan
4. Perlunya ujian nasional yang lebih fleksibel [dapat diambil di
kelas XI]
5. Perlunya integrasi vertikal dengan perguruan tinggi
6. Perlunya memperkuat pelajaran bahasa Indonesia, termasuk
sastra, terutama menulisdan membaca dengan cepat dan paham
7. Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran
matematika
8. Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif

35
f. Alternatif Rancangan Kurikulum SMA
Tabel 16. Alternatif Rancangan Kurikulum SMA

No Alternatif Kelebihan Kekurangan

1. Penjurusan • Ada pengurangan • Peminatan


Mulai Kelas pelajaran di Kelas X ditetapkan
X yang dianggap berdasarkan hasil
memberatkan belajar
• Implementasi mudah sebelumnya
karena tidak banyak (Rapor/UN SMP,
berbeda dengan Tes Penempatan/
yang ada Tes Bakat)
• Peserta didik dapat • Menimbulkan
berkonsentrasi stigma jurusan
penuh mempelajari tertentu lebih
bidang tertentu unggul
• Masih ada
Penjurusan yang
sudah tidak ada
padanannya di
dunia

2. Berdasarkan • Pemilihan mata • Perlunya


Minat pada pelajaran membedakan
Pendidikan berdasarkan minat mata pelajaran
Lanjutan ke pendidikan untuk persiapan
lanjutan ke perguruan
• Memungkinkan tnggi dan untuk
untuk memilih mata memenuhi rasa
pelajaran pada ingin tahu saja
bidang yang berbeda • Memerlukan
• Tidak harus administrasi
mengambil mata

36
No Alternatif Kelebihan Kekurangan

pelajaran yang tidak akademik yang


disukai baik
• Proses bimbingan
harus efektif.
• Sistem UN harus
diubah

3. Non • Siswa belajar mata • Idem diatas


penjurusan pelajaran yang [tetapi lebih
(SKS) sesuai dengan kompleks lagi]
minatnya
• Tersedia pilihan
mata pelajaran untuk
melanjutkan ke
perguruan tinggi
atau untuk sekedar
ingin tahu

37
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Langkah-langkah penyusunan kurikulum terdiri dari 12 langkah yaitu : 1)
kepala sekolah membentuk tim pengembang kurikulum (TPK) sekolah
dan memberi pengarahan teknis untuk melakukan pengembangan
kurikulum, 2) TPK menyusun draf rencana dan jadwal pengembangan
kurikulum, sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan, sasaran/hasil,
pelaksana, dan jadwal pelaksanaan, 3) kepala sekolah, komite sekolah, dan
tim pengembang kurikulum (TPK) sekolah membahas rencana dan jadwal
kegiatan, 4) TPK merevisi dan melakukan finalisasi rencana dan jadwal
kegiatan, 5) kepala sekolah menandatangani rencana dan jadwal
kegiatan, 6) TPK menyusun draft kurikulum menggunakan hasil analisis
konteks sebagai salah satu acuan, 7) guru menyusun silabus yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum menggunakan hasil
analisis konteks sebagai salah satu acuan, 8) kepala sekolah, komite
sekolah, TPK dan guru mereviu draft kurikulum, berdasarkan hasil reviu,
TPK dan guru melakukan revisi dan finalisasi dokumen I dan II kurikulum,
9) kepala sekolah dan ketua komite sekolah menandatangani kurikulum,
kemudian divalidasi dan disetujui oleh pengawas sekolah, 10) dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenagannya
mengesahkan dan menetapkan pemberlakuan dokumen kurikulum, 11)
kepala sekolah menyosialisasikan kepada semua warga sekolah dan
pemangku kepentingan (stakeholders), dan 12) TPK menggandakan dan
mendistribusikan dokumen kurikulum kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Sedangkan Sistematika kurikulum terdiri dari : 1) sampul
(cover), 2) lembar persetujuan pengawas, 3) lembar pengesahan (kepala
sekolah, komite sekolah/ketua penyelenggara pendidikan, dan kepala
dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota pejabat yang mewakili atau
ditugaskan sesuai dengan kewenangannya), 4) kata pengantar, 5) daftar isi,
6) bab i pendahuluan, 7) bab ii visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan, 8)

38
bab iii muatan kurikuler dan pengaturan beban belajar, 9) bab iv penutup,
10) glosarium, dan 11) lampiran-lampiran.
2. Perumusan kurikulum mengalami penyempurnaan terutama dalam
perumusan kurikulum 2013. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Pola perumusan kurikulum 2013 memiliki
perbedaan dengan pola perumusan KBK 2004 dan KTSP 2006.
3. Pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan kurikulum sekolah dan
perannya adalah : 1) peranan para administrator di tingkat pusat dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum, 2) pengembangan
kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli
pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu, 3)
guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang kurikulum
bagi kelasnya, 4) peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal,
pertama dalam penyusunan kurikulum. Kedua, dalam pelaksanaan
kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru dengan para
orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum
dilaksanakan dirumah, 5) komite sekolah berperas sebagai pemberi
pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency), dan
pengontrol (controlling agency), dan mediator antara pemerintah
(eksekutif).
4. Draf kurikulum untuk sekolah dasar seperti diketahui, mata pelajaran
untuk anak SD yang semula berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan
menjadi enam mata pelajaran, yaitu Agama, PPKn, Matematika, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta Seni Budaya dalam
kurikulum baru ini (kurikulum 2013). Sementara empat mata pelajaran
yang dulu berdiri sendiri, yaitu IPA, IPS, muatan lokal, dan pengembangan
diri, diintegrasikan dengan enam mata pelajaran lainnya. 6 mata pelajaran
tersebut berbasis tematik. Pramuka menjadi ekskul wajib. Dalam jenjang
SMP, jumlah mata pelajaran juga berkurang dari 12 mata pelajaran
menjadi 10 mata pelajaran. Pada tingkatan ini, IPA dan IPS sudah muncul,
tetapi tetap sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative

39
social studies bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Beban belajar di
SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per
minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit. Pada jenjang menengah
atas ini, jumlah mata pelajaran tidak mengalami perubahan hanya saja
waktu belajar tetap ditambah sekitar satu jam pelajaran per minggu.
Sementara itu, diusulkan adanya integrasi vertikal dengal perguruan tinggi
agar memudahkan anak-anak untuk melanjutkan pendidikan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak kekurangan. Oleh
karena itu, besar harapan penulis agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat disempurnakan pada
kesempatan selanjutnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Samsul. dkk. 2014. Kurikulum Tingkat satuan pendidikan Kompetensi


Keahlian Analisis Kesehatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Dokumen 1.
Bergas : SMKKesehatan dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pengembangan Kurikulum 2013.
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kompetensi Dasar
Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah
Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA). Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah
Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Paparan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang Pendidikan. Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Diunduh melalui
https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%
20Wamendik.pdf pada 15 Maret 2021.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Dasar dan Menengah. 2017. Panduan Kerja Kepala
Sekolah. Jakarta : Kemendikbud.
Masyurdin dkk. 2016. Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Kurikulum. Universitas
Andalas: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu.
Soehendro, Bambang. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulu Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan
Standard Nasional Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai