Anda di halaman 1dari 41

BAB 7

EVOLUSI BINTANG
MIND MAP

Teori Relativitas
Sumber Einstein
Energi
Bintang Fusi Nuklir

Proto Bintang
Lahirnya
Bintang
Zona
EVOLUSI Konvektif-Garis
Hayashi
BINTANG
Evolusi Membakar H
Deret di pusat
Utama
Membakar He
di pusat

Evolusi Lanjut
Raksasa Merah

Katai Putih

Nova- Supernova

Bintang Netron

Black Hole

220
INDIKATOR PEMBELAJARAN.
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan sumber energi bintang
2. menjelaskan proses lahirnya sebuah bintang.
3. menjelaskan tahap evolusi di deret utama.
4. menjelaskan tahap evolusi lanjut.
5. menjelaskan tahap menuju raksasa merah.
6. menjelaskan tahap bintang menjadi katai putih.
7. Menjelaskan terjadinya nova dan supernova
8. Menjelaskan perbedaan bintang neutron dan pulsar
9. Menjelaskan terjadinya black hole

2.1 Sumber Energi Bintang


Pada tahun 1854, Hemholtz dan Kelvin mengajukan teori bahwa sumber
energi matahari berasal dari perubahan sebagian energi potensial gravitasinya
menjadi energi radiasi. Dua sumber energi yang tersimpan dalam bintang adalah
energi termal dan energi gravitasi. Bila suatu bintang mengkerut maka terjadi
perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kalor dan sebagian dari
energi ini berupa energi yang dipancarkan atau energi radiasi. Tetapi teori
kontraksi ini tidak didukung oleh data perhitungan yang tepat karena energi
yang dihasilkan dari pengerutan ini tidak sebesar energi yang dihasilkan
sekarang. Di samping itu, matahari atau bintang tidak dapat mengkerut terus
menerus karena setelah beberapa juta tahun, matahari atau bintang akan menjadi
sangat mampat dan tidak dapat mengkerut lagi. Akibatnya bintang atau matahari
tidak menghasilkan energi lagi dan mendingin dengan cepat dan ini berarti akhir
dari dunia ini.
Teori pengerutan tidak juga didukung oleh skala waktu kosmik. Bila
matahari terus mengkerut diperlukan waktu sekitar 5 x 107 tahun untuk sampai
pada keadaan sekarang. Ini tidak sesuai dengan waktu geologis dimana awal
dari kehidupan di bumi telah dimulai sejak 109 tahun yang lalu. Menurut teori
relativitas khusus Einstein, terdapat kesetaraan antara massa dengan energi yang
dapat berubah dari yang satu ke yang lainnya dengan persamaan:

221
E = m c2 ………………………………………………………. (1)
Pada tahun 1928, Prof. Eddington mengajukan bahwa sumber energi
radiasi yang dihasilkan matahari atau bintang berasal dari proses fusi inti ringan
menjadi inti yang lebih berat. Karena massa matahari atau bintang hampir 99%
terdiri dari hidrogen dan helium, maka diajukan bahwa dalam proses fusi ini
terjadi penggabungan empat inti hidrogen menjadi inti helium, sebagai berikut.
4 inti hidrogen → 1 inti helium + energi.
Dengan massa inti hidrogen (mH) = 1,007825 u dan massa inti helium (mHe)
= 4,002603 u, maka terdapat pengurangan massa sebesar Δm :
4 mH = (4) (1,007825 u) = 4,0313 u
mHe = = 4,0026 u

Δm = 0,0278 u.
Proses penggabungan inti ini disebut juga sebagai fusi nuklir. Massa yang
hilang sebesar Δm disebut defek/usak massa (mass defect). Massa yang hilang
tersebut berubah menjadi energi sesuai dengan hukum kesetaraan energi massa:
∆E = ∆m c2 ……………………………………………………. (2)
= (0,0287) (931,5 MeV) = 17,68 MeV
Energi yang dihasilkan per nukleon (∆E/N) adalah:
∆E/N = 17,68 MeV/4 = 4,42 MeV/nukleon.
Adapun reaksi penggabungan 4 inti hidrogen menjadi inti helium, sebagai
berikut.
1
H + 1H 2
H + e+ + υ
2
H + 1H 3
He + γ
3 3 4
He + He He + 2 1H
Reaksi di atas dinamakan reaksi proton-proton yang terjadi di pusat matahari
yang suhunya sekitar 106 K. Model reaksi ini dikemukakan oleh H.A. Bethe
pada tahun 1938. Untuk menghasilkan luminositas matahari 3,9 x 1020 MW
diperlukan mengubah 600 juta ton hidrogen menjadi helium setiap detiknya.
Dengan massa hidrogen yang ada, matahari mampu menghasilkan energi seperti
sekarang dalam waktu 10 milyar tahun.

222
Dalam perjalanan hidup sebuah bintang, selain reaksi proton-proton menjadi
helium juga terdapat reaksi-reaksi fusi inti helium menjadi inti karbon, inti
karbon menjadi inti oksigen, inti oksigen menjadi inti neon, dan masih banyak
lagi reaksi fusi inti yang lainnya.

2.2 Lahirnya Sebuah Bintang


Secara teoritis semua bintang nantinya akan kehabisan bahan bakar
nuklirnya, sehingga akhirnya akan kehabisan sumber energinya. Bintang-
bintang yang luminositasnya sangat besar (105-106 luminositas matahari) banyak
yang telah terbentuk ketika matahari kita baru terbentuk, bahkan sampai dengan
sekarang pun masih bisa terbentuk bintang-bintang yang baru. Pada mulanya
diperkirakan ruang antar bintang itu hampa, namun tidak ada laboratorium di
bumi yang mampu suatu ruang itu betul-betul hampa karena masih saja ada
molekul gas yang tersisa dalam ruang itu. Demikian pula halnya dengan ruang
antar bintang tidaklah betul-betul hampa sama sekali karena daerah ruang yang
amat besar ini berisikan banyak sekali awan gas dan debu antar bintang yang
disebut materi antar bintang atau interstellar matter. Gas dan debu ini tidak
tersebar secara merata, tetapi terdistribusi sebagian secara tidak teratur pada
suatu daerah lebih rapat dari daerah lainnya sehingga membentuk “awan”.
Seluruh ruang antar bintang pada galaksi kita dan juga galaksi lainnya
berisikan awan gas (terutama hidrogen) dan debu. Debu kosmik akan tampak
bila memantulkan atau menghalangi cahaya dari bintang sekitarnya sehingga
akan tampak sebagai kabut gelap, misalnya kabut kepala kuda (Horsehead
Nebula) di rasi bintang orion (gambar 1). Gas kosmik akan bersinar akan
tampak bersinar bila memantulkan atau menghamburkan cahaya dari bintang di
sekitarnya atau memancarkan cahaya karena berpendar terkena cahaya
ultraviolet dari bintang di dekatnya. Awan gas yang cukup mampat yang bisa
terlihat dinamakan kabut antar bintang atau nebula, misalnya Great Nebula di
rasi Orion (gambar 2) dan Nebula Lagoon di rasi Sagitarius. menyatakan bahwa
bintang bermula dari molekul-molekul awan dingin.

223
(1) (2)
Ada beberapa
Gambar teori tentang
1. Kabut Kepalaterbentuknya bintang.
Kuda (Horsehead Nebula)Salah
di Rasisatunya
Orion, teori yang
Gambar 2 Kabut Besar (Great Nebula) di Rasi Orion.

Pancaran energi molekul-molekul ini menyebabkan awan menjadi dingin


dan mengkerut sehingga kerapatannya bertambah dan membentuk bola gas.
Apabila sudah cukup rapat, maka mulai terjadi ikatan gravitasional atau terjadi
tarik menarik secara gravitasional yang menyebabkan bola gas terus mengkerut.
Pengerutan ini menyebabkan terjadinya perubahan energi potensial gravitasi
menjadi energi radiasi. Kerapatan awan cukup besar dan tidak bisa lagi
ditembus gelombang elektromagnetik, sehingga menyebabkan energi yang
dilepas tidak bisa dipancarkan keluar dan terperangkap di dalam sehingga
memanaskan bagian dalam bintang dan menaikkan tekanannya. Suatu saat
tekanan ini akan cukup besar sehingga mampu menahan pengerutan
gravitasinya dan mencapai kesetimbangan hidrostatik.
Pada mulanya kesetimbangan hidrostatik hanya terjadi pada pusat bola gas
sehingga menghasilkan “janin” (embrio) bintang, sedangkan pada bagian
luarnya masih belum mencapai keseimbangan hidrostatik dan terus mengkerut
serta bertambah rapat menyelubungi bayi bintang sehingga tidak tampak keluar.
Energi yang dihasilkan dari pengerutan gravitasi ini sebagian keluar sebagai
radiasi yang menyebabkan bintang bercahaya dan tampak sebagai bintang baru
(bintang muda) yang dinamakan “protobintang”. Sebagian dari energinya
memanaskan bagian dalam bintang sehingga menaikkan suhu bagian dalamnya
dan menambah tekanan untuk menahan pengerutan lebih jauh.
Pada awal pengerutannya, perpindahan energi internal ini tidak melalui
radiasi tetapi secara konveksi. Pada fase ini dalam diagram H-R, bintang berada

224
pada daerah yang dinamakan “garis Hayashi”. Setelah masa jutaan tahun, arus
konveksi di pusat bintang berhenti dan perpindahan energi di daerah ini yang
berlangsung secara radiasi. Pada fase ini bintang tetap mengkerut perlahan
sehingga suhu dan tekanan dalam protobintang bertambah sampai akhirnya
tekanan radiasi bintang cukup tinggi. Tekanan gas inilah yang menahan
pengerutan sehingga tercapai keseimbangan dan terbentuk suatu bintang yang
stabil. Bintang muda ini masih terus mendapat energinya dari pengerutan
gravitasi sehingga suhu bagian dalam bintang terus bertambah dan mendukung
terjadinya proses reaksi inti dimana inti hidrogen berfungsi membentuk inti
helium dengan melepaskan energi yang sangat besar yang memberikan kalor
pada bagian dalam bintang secepat energi yang dipancarkan keluar sehingga
suhu dan tekanan di pusat bintang menjadi tetap dan pengerutan berhenti.
Bintang kini dalam keadaan stabil dan berada pada deret utama usia nol (zero
age main squence).

Gambar 3. Jejak Bintang Kontraktif dalam Diagram H-R.

225
Bintang yang massanya sekitar massa matahari akan menghabiskan sebagian
terbesar waktu hidupnya di deret utama hingga milyaran tahun. Deret utama
merupakan kedudukan bintang dalam tingkat evolusinya dimana terjadi
pengubahan hidrogen menjadi helium. Hampir sebagian besar bintang
menggunakan sebagian terbesar waktu hidupnya berada di deret utama. Makin
besar massa bintang, maka makin boros penggunaan bahan bakar energinya
sehingga makin cepat keberadaannya dalam tingkat evolusi.

2.3 Evolusi di Deret Utama


Ketika bintang masih berupa gumpalan awan gas hidrogen yang sangat
besar, baur, dan dingin karena pengaruh gaya gravitasinya dia mulai mengkerut
sehingga jarak antar atomnya menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan energi
potensial gravitasinya juga berkurang.
G m1 m 2
V …………..……………………………………. (3)
r
Sesuai dengan hukum kekekalan energi dimana energi total adalah konstan,
maka berkurangnya energi potensial gravitasi (ΔV) berubah menjadi energi
kinetik (ΔK) dan energi radiasi (ΔU) dengan persamaan sebagai berikut.
| ΔV| = ΔK + ΔU ………………………………………………. (4)
Pengerutan ini menyebabkan lebih banyak atom-atom yang tertarik ke pusat
sehingga suhu dan kerapatan dekat pusat massa naik lebih cepat dibandingkan
dengan daerah di luarnya. Begitu suhu naik perlahan, gas mulai memancarkan
energi. Makin tinggi suhu, makin banyak radiasi yang dipancarkan dan gas
mulai bercahaya dengan warna merah pudar. Saat ini ukurannya jauh lebih besar
dari ukuran bintang akhir, kira-kira sepuluh kali lebih besar dan suhunya sekitar
1000 K. Ketika awan gas itu terus mengkerut, maka suhunya naik dengan cepat
hingga mencapai 107 K dan mulai terjadi reaksi fusi nuklir. Banyaknya energi
yang dilepas pada reaksi fusi nuklir ini menghasilkan tekanan radiasi yang
cukup untuk menahan pengerutan gravitasi sehingga bintang menjadi stabil.
Dalam hal ini, protobintang telah menjadi bintang muda dan stabil pada deret
utama dan sebuah bintang baru terlahir.

226
Waktu yang diperlukan mulai dari bintang berkontraksi sampai dimulainya
fusi nuklir (lahirnya bintang) bisa memerlukan waktu sekitar satu juta tahun.
Pengerutan berhenti karena naiknya suhu yang menghasilkan tekanan radiasi
foton bertambah besar sehingga mampu menahan pengerutan gravitasinya.
Reaksi fusi ini menghasilkan energi secara kontinu yang besarnya bergantung
pada massa bintang itu sendiri. Untuk bintang yang sebesar matahari, periode
stabil ini bisa mencapai 1010 tahun, sedangkan untuk kebanyakan bintang yang
lebih besar massanya (10 sampai 100 kali massa matahari) memerlukan waktu
yang lebih sedikit sekitar 107 tahun.

Gambar 4. Reaksi Proton-Proton.

Pada dasarnya reaksi fusi yang memberikan energi yang dipancarkan oleh
bintang adalah penggabungan 4 proton menjadi satu inti helium dengan
memancarkan energi sebesar 26,7 MeV (sekitar 6,7 MeV/nukleon). Umumnya
bintang-bintang sama seperti matahari dimana kebanyakan energinya dihasilkan
dari daur proton-proton. Bintang demikian ini tidak memiliki cukup energi
untuk bisa terjadinya daur karbon-karbon. Siklus proton-proton bisa
berlangsung dalam beberapa bentuk dan dalam hal ini bergantung pada
ketersediaan inti helium (4He). Terdapat tiga kemungkinan proses daur proton-
proton seperti pada bagan berikut ini.

227
Gambar 5. Bagan Proses Daur Proton-Proton.
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Prot
Matahari kita on%E2%80%93proton_chain_reaction.png
mungkin menghasilkan kebanyakan energinya melalui
perangkat reaksi yang kedua. Sedangkan, bintang dengan massa 1,5 kali massa
matahari memproduksi energi lebih banyak energi dibandingkan dengan bentuk
fusi hidrogen yaitu dengan siklus CNO.

Gambar 6. Reaksi CNO cycle.


Sumber: https://id.wikipedia.org

228
Evolusi suatu bintang bisa digambarkan dalam diagram H-R pada Gambar 7.
Selama evolusinya, luminositas maupun suhu efektif bintang berubah sehingga
kedudukannya dalam diagram H-R juga berubah. Gambar 7 memperlihatkan
jejak evolusi dari berbagai bintang yang berbeda massanya dari fase awal
menuju ke deret utama. Sekarang matahari kita sedang berada di deret utama.
Dengan mempelajari jejak bintang yang bermassa 1 M0, kita bisa mengetahui
keadaan matahari sebelum mencapai deret utama. Misalnya dahulu matahari
(ketika berada pada A) luminositasnya jauh lebih besar dari sekarang,
sedangkan suhu efektifnya rendah.

Gambar 7. Diagram Hertzsprung-Russel.

Gambar 8 Evolusi Bintang dalam Diagram H-R


Sumber: www.infoastronomy.org

229
Saat itu di dalam matahari mengalami proses konveksi sehingga energi dari dalam
diangkut ke luar dengan lebih efisien sehingga matahari waktu itu lebih terang
dari sekarang.
Tabel 1. Kelas-Kelas Bintang

(Sumber: Wikibooks, 2008)

Juga terlihat pada diagram H-R ini bahwa bintang yang massanya lebih
besar lebih cepat mencapai deret utama dibanding bintang yang bermassa kecil.
Bintang hampir menghabiskan 2/3 dari seluruh massa hidupnya berada di deret
utama. Bintang pada saat baru saja mencapai deret utama, komposisi kimianya
masih homogen. Saat inilah dikatakan bintang berada pada deret utama usia nol.
Akibat berlangsungnya reaksi inti, hidrogen di pusat bintang berkurang
sedangkan heliumnya bertambah sehingga komposisi kimia di pusat bintang
makin lama berubah. Bintang kini mulai meninggalkan deret utama umur nol
menuju arah ke kanan dari titik 1 ke titik 2 pada Gambar 10.

230
Helium yang terjadi dari proses fusi ini bersama dengan helium yang ada
semula, karena massanya lebih besar dari hidrogen, mengumpul di pusat bintang
sehingga membentuk pusat helium. Pusat helium ini dikelilingi oleh lapisan di
mana terjadi fusi hidrogen. Lapisan ini tebalnya tidak lebih dari 10% dari jejari
bintang. Energi fusi yang dibebaskan terutama 95% membentuk sinar gamma
dan 5% neutrino. Dalam perjalanannya menuju ke permukaan sebelum
dipancarkan ke ruang antariksa, sinar gamma ini berulang kali mengalami
hamburan Compton oleh materi bintang dan baru mencapai permukaan setelah
105 sampai 106 tahun. Ini berarti sinar matahari yang kita lihat sekarang ini
sebenarnya telah dihasilkan sejuta tahun lalu. Dalam setiap hamburan Compton
yang dialami oleh sinar gamma, dia kehilangan energinya sehingga panjang
gelombangnya bertambah panjang dan akhirnya menjadi foton cahaya kasat
mata. Sedangkan neutrino hampir tidak berinteraksi dengan materi bintang
sehingga dapat langsung keluar dari matahari dengan laju cahaya.
Akibat pembakaran hidrogen yang terus berlangsung yang menghasilkan
helium maka timbunan helium di pusat bintang makin lama makin banyak.
Menurut teori Schonberg dan Chandrasekhar, bila massa pusat helium telah
mencapai 10% hingga 15% dari massa bintang, maka pusat bintang akan
mengerut dengan cepat. Harga batas 10-15% massa bintang disebut batas
Schonberg-Chandrasekhar.

Gambar 9. Pusat Helium dan Lapisan Pembakaran Hidrogen.

Pengerutan pusat inti helium berarti melepaskan energi potensial


gravitasinya. Energi yang dilepas ini diserap oleh selubung gas di sekitarnya
sehingga tekanan radiasi selubung gas bertambah. Tekanan radiasi ini akan

231
memberikan tekanan pada lapisan luar bintang yang mengakibatkan bintang
mengembang dengan cepat dan membesar menjadi raksasa merah.
Gambar 10 memperlihatkan jejak evolusi bintang dengan massa yang
berbeda. Antara titik 1 dan 3, bintang berada pada tahap deret utama. Titik 3
merupakan batas Schonberg-Chandrasekhar dan kemudian mengembang ke titik
4 tingkat raksasa merah.

Gambar 10 Evolusi Bintang di Deret Utama Menuju ke Tingkat Raksasa Merah.

Angka dalam jejak evolusi tersebut menyertakan waktu dalam tahun yang
diperlukan oleh bintang untuk mencapai titik tersebut dalam evolusinya setelah
meninggalkan deret utama. Dalam hal tertentu, tingkat raksasa merah
merupakan bagian yang singkat dari kehidupan bintang.

2.4 Tahap Evolusi Lanjut


Riwayat akhir suatu bintang yang telah menghabiskan bahan bakar
hidrogennya akan bergantung pada masa bintang itu sendiri. Bila pembakaran
hidrogen terhenti, maka pengerutan gravitasi berlangsung lagi yang
menyebabkan suhu bintang meningkat. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi
fusi helium dan unsur-unsur yang lebih berat lainnya. Selama bintang dalam

232
keadaan stabil mungkin terjadi proses-proses yang tetap, namun proses yang
lain mungkin mulai terjadi. Tetapi bagaimanapun juga bintang telah memasuki
usia tua dan akan segera menghabiskan energi fusi yang tersedia dan bintang
kehabisan energi dan akan mati. Penghabisan sisa energi ini bisa juga dengan
cara menghamburkan seluruh sisa energi dan seluruh materinya dalam suatu
ledakan yang maha dahsyat yang disebut nova atau supernova.
Dalam awal lahirnya alam semesta ini, materi yang mula-mula dihasilkan
terdiri dari hidrogen 75% dan helium 25%., sedangkan unsur-unsur kimia
lainnya terbentuk dalam bintang itu sendiri melalui reaksi nuklir yang terjadi
pada bagian dalam bintang itu sendiri. Fusi nuklir yang terjadi dalam bintang
mengubah sebagian hidrogen menjadi helium. Suhu pembakaran agar terjadi
reaksi ini adalah sekitar 107 K. Pada suhu yang demikian, energi kinetik termal
cukup besar untuk mengatasi penolakan Coulomb dari proton-proton sehingga
memungkinkan berlangsungnya fusi nuklir.
Ketika hidrogen berubah menjadi helium dan mencapai batas Sconberg,
maka tekanan radiasi tidak mampu lagi menahan tarikan gravitasi sehingga
pengerutan gravitasi kembali berlangsung dan suhu teras bintang naik dari
sekitar 107 K menjadi 108 K. Pada tingkat suhu ini tersedia energi kinetic termal
yang cukup untuk melampaui tolakan Coulomb antara inti helium dan mulailah
berlangsung fusi helium (Krane, Kenneth, 1982: 670). Dalam proses ini, tiga inti
helium diubah manjadi inti karbon 12C melalui dua langkah, sebagai berikut.
4
He  4 He  8 Be
8
Be  4 He 12 C
Reaksi di atas dinamakan pula reaksi tripel alpha. Reaksi pertama bersifat
endotermik dengan nilai Q sebesar 92 keV. Inti 8Be tidaklah stabil dan meluruh
kembali menjadi dua partikel alpha dalam waktu 10-16 detik. Meskipun
demikian, faktor Boltzmann e  ΔE/kT menunjukkan bahwa pada suhu 108 K akan
terdapat konsentrasi kecil inti 8Be. Reaksi kedua berlangsung melalui suatu
resonansi dan karena itu memiliki penampang reaksi yang sangat besar.
Walaupun inti 8Be cepat sekali meluruh, masih ada peluang untuk membentuk
12
inti C (Krane, Kenneth, 1982: 671). Neto nilai Q bagi proses ini adalah 7,3

233
MeV atau sekitar 0,6 MeV per nukleon yang dihasilkan oleh pembakaran
hidrogen.
Harga ini jauh lebih kecil daripada proses pembakaran hidrogen yang
menghasilkan energi 6,7 MeV per nukleon. Bila di pusat bintang telah terbentuk
12
dari inti karbon C yang cukup banyak, maka ini akan memungkinkan
terjadinya reaksi alpha yang lain, seperti.
12
C 4 He 16 O
16
O  4 He  20 Ne
20
Ne  4 He  24 Mg
Setiap reaksi ini bersifat endotermik yang melepaskan energi beberapa MeV dan
ini turut pula memberikan sumbangan pada pembangkitan energi bintang. Pada
suhu yang lebih tinggi yaitu 109 K, mulai terjadi pembakaran karbon dan
oksigen, sebagai berikut.
12
C 12 C 20 Ne 4 He
16
O 16 O 28 Si 4 He
Selain unsur hidrogen (H) dan helium (He) yang melimpah pada bintang,
umumnya unsur yang juga banyak terdapat melimpah pada bintang adalah
nitrogen N yang hampir sama berlimpahnya dengan karbon C dan oksigen O.
Pembentukan unsur hidrogen dalam bintang adalah melalui reaksi karbon
nitrogen, seperti berikut.
12
C 1 H13 N  
13
N13 C  e   
13
C 1 H14 N  
Masih banyak lagi proses-proses reaksi inti dalam pembentukan berbagai
unsur pada bagian dalam bintang seperti natrium Na, dan fosfor P. Akhirnya
akan tercapai unsur besi 36Fe, dan pada titik ini tidak ada lagi cukup energi yang
diperoleh untuk bisa terjadi proses reaksi fusi. Pembentukan unsur-unsur yang
lebih berat dari besi memerlukan adanya cukup neutron dan neutron bisa
dihasilkan dari reaksi dengan inti yang kelebihan neutron seperti isotop 13C, 17O,
dan 21Ne dengan reaksi seperti berikut.

234
13
C 4 He 16 O  n
17
O 4 He  20 Ne  n
21
Ne  4 He  24 Mg  n
Unsur berat terjadi dengan neutron seperti:

59
Fe  n  59 Fe dan 59
Fe 59 Co  e   

2.4.1 Tahap Menuju Raksasa Merah


Bila suatu bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya
sehingga bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak bisa
terjadi lagi. Akibatnya tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan keruntuhan
gravitasi. Oleh karena itu, pusat helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi
perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik termal sehingga
pusat bintang bertambah panas. Demikian pula pusat kerapatan bintang
meningkat dari 100 gr/cm3 menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan suhu naik menjadi
108 K. pada tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur-unsur ruang
lebih berat seperti karbon (C), oksigen (O), dan Neon (Ne). Proses ini
dinamakan pula dengan proses pembakaran helium.
Tekanan radiasi mendorong lapisan luar bintang mengarah ke luar
sehingga bintang menjadi mengembang dan jejarinya menjadi ratusan bahkan
ribuan kali lebih besar. Karena seluruh energi yang dihasilkan dalam bintang
terdistribusi pada permukaan yang luasnya jauh lebih besar menyebabkan
besarnya energi yang dipancarkan per satuan luas menjadi berkurang. Menurut
hukum Stefan-Boltzmann:
W  σT 4 …………..…………………………..………………………. (5)
Berarti karena energi per satuan luas W berkurang, maka suhunya T juga
berkurang. Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi semakin
rendah sehingga cahayanya menjadi semakin merah. Jadi, pada tahapan ini
bintang menjadi bintang yang sangat besar dan dengan cahaya yang kemerahan
sehingga disebut raksasa merah.
Bintang dalam tahap raksasa merah akan terus membakar helium dan
mungkin juga unsur-unsur yang lebih berat sampai siklus fusi ini berakhir
dengan pembentukan inti besi 56Fe. Oleh karenanya pusat bintang kerapatannya

235
menjadi semakin besar, sementara itu materi sekitarnya makin kehabisan
hidrogen dan mengerut mengumpul di pusat bintang. Hal ini menyebabkan
pusat bintang makin kecil dan makin panas sampai suhunya cukup tinggi untuk
memenuhi terjadinya reaksi triple alpha. Selanjutnya, proses ini menghasilkan
tambahan energi yang cukup besar dan ditransmisikan dengan cepat sehingga
memanaskan seluruh helium yang ada disana. Akibatnya suhu naik dengan tiba-
tiba dan terjadi akselerasi pembakaran helium sehingga terjadi pembakaran
helium besar-besaran dalam waktu yang singkat dan menghasilkan energi yang
sangat besar dalam tempo singkat. Gejala seperti ini dinamakan kilatan helium
atau helium flash.
Energi yang baru dilepaskan ini menyebabkan pusat bintang mengkerut
dengan cepat dan suhu permukaannya meningkat pesat. Pembentukan inti
karbon yang baru bergabung dengan inti helium yang menghasilkan inti
oksigen. Akan tetapi begitu pusat bintang kehabisan helium, maka energi yang
dilepas pada reaksi triple alpha terhenti. Kini terjadi inti karbon dan oksigen dan
mungkin juga unsur yang lebih berat, dikelilingi oleh lapisan dimana
pembakaran helium masih terjadi dan selanjutnya pada bagian yang lebih luar
lagi ada lapisan dimana masih terjadi pembakaran hidrogen. Bintang kini stabil
berada pada tingkat raksasa merah, dan evolusi di tingkat ini berlangsung
selama puluhan hingga ratusan juta tahun.

2.4.2 Menjadi Bintang Katai Putih (White Dwarf)


Bintang katai putih (white dwarf) merupakan bintang yang mencapai
kerapatan yang luar biasa besarnya dan menjadi bintang yang kecil dan mampat
dengan kerapatan massa mencapai 103 kg/cm3 dan suhu permukaannya
mencapai 104K.
Dalam keadaan yang mampat ini, atom-atom sangat rapat satu dengan
yang lainnya sehingga fungsi elektronnya mulai tumpang tindih. Berdasarkan
prinsip larangan Paulli, pada tingkat energi yang sama elektron tidak boleh
memiliki bilangan kuantum yang identik sehingga terjadi degenerasi energi
elektron. Energi degenerasi ini menghasilkan gaya tolakan yang cenderumg
melawan tumpang tindih elektron itu. Hal yang demikian ini sama seperti pada

236
pembentukan molekul. Adanya degenerasi elektron inilah yang menahan
keruntuhan gravitasi lebih jauh sehingga bintang mencapai kesetimbangan
hidrostatik dan menjadi stabil.
Bintang katai putih biasanya terbentuk dari bintang yang akan mengakhiri
evolusinya terutama bintang-bintang yang memiliki massa tidak terlalu tinggi.
Elektron yang mencapai jarak yang sangat rapat atau hampir kontinu, maka
energi elektron mengikuti distribusi Fermi-Dirac dengan rentang energi dari 0
sampai energi Fermi (EF), dimana:
2/3
n -2  3π 2 N e 
EF    …………..………………………. (6)
2m e  V 

dimana: Ne/V = kerapatan elektron


Ne = banyaknya elektron
Energi rata-rata elektron (Ee) = 3/5 EF. Oleh karena itu energi total elektron Ee =
3
3/5 Ne EF. Energi potensial gravitasi total V   GM 2 R
5
dimana: M = massa total bintang
R = jejari bintang
Dengan memandang bintang itu berbentuk bola dengan kerapatan seragam dan
suhu konstan, maka energi total bintang katai putih adalah:
2/3
n  2  3π N e 
2
3 3 GM 2 3
E  Ne     N a kT  E rad …......……. (7)
5 2m e  V  5 R 5

Suku pertama menyatakan gerak elektron, suku kedua adalah energi


potensial gravitas, suku ketiga menyatakan gerak termal atom-atom yang
banyaknya Na atom, dan suku keempat adalah energi yang dipancarkan oleh
bintang. Untuk sementara kita mengabaikan suku ketiga dan keempat serta
menganggap bintang terdiri dari N buah nukleon dan mendekati 1/2 N buah
elektron. Untuk mendapatkan keseimbangan jejari kita ambil dE/dR  0 dan
kita dapatkan:
3 4/3 π 2/3 n 2
R 2
N 1/3 ……………………………………. (8)
8 Gm e m n
Persamaan di atas menyatakan jejari bintang katai putih. Untuk suatu bintang
dengan massa sekitar massa matahari (M = 2,0 x 1030 kg) sehingga harga N =

237
1,2 X 1057, maka kita dapatkan harga R = 7,1 X 103 km yang hampir sama
dengan jejari bumi dan ini berarti kerapatannya p = 1,1 X 106 gr/cm3. Kembali
ke persamaan (6) kita dapatkan EF = 0,194 MeV, sehingga jumlah total
sumbangan energi elektron adalah:
3
E el  N e E F  7x10 55 MeV …………………...……………. (9)
5
3
Energi termal dapat dihitung dari E  NKT dengan memandang T = 108 K
5
(suhu permukaan 104 K sedangkan suhu pusat 109 K), maka didapat:
3
E term  N a kT
2
E term
3
   
 1,2x10 57 /30 8,6x10 5 eV/K .10 8 K ….…………..…. (10)
2
E term  5x10 53 MeV
(dengan mengambil rerata atom berisikan 30 nukleon).
Berdasarkan perhitungan ini ternyata E term  E el . Energi radiannya dapat

ditaksir dari hukum Stefan-Boltzmann dimana energi radiasi per satuan luas per
satuan waktu adalah: W  σ.T 4 . Jadi energi radiasi yang dipancarkan oleh
bintang adalah:
  
E rad  σ.T 4 4 R 2 t ……...………………………………..... (11)
Dimana t adalah lamanya waktu bintang itu memancarkan energi. Karena suhu
permukaan katai putih dalam orde 104 K, maka dapat diperkirakan energi
radiasinya sebesar:


E rad  5,67x10 8 W/m 2 K 4 10 4 K   4π 7,1x10 m   ………...
4 6 2
(12)
Andaikan bintang telah memancarkan energi sesuai jagad raya ini 5 x 109 tahun
atau 5 x 1017 s, energi radiasi yang dipancarkan:
  
E rad  2,3x10 36 Mev/s 5x10 17 s = sekitar 1054 MeV

Ini berarti E rad  E el .

Bintang katai putih merupakan keadaan materi yang luar biasa,


kerapatannya sekitar 106 gr/cm3 dan kerapatan pusatnya mungkin mendekati 108
gr/cm3. Hal ini berarti bahwa 1 cm3 zat seperti itu di bumi beratnya 100 ton.
Jadi, bintang katai putih mencapai kesetimbangan hidrostatik yang

238
menyebabkan bintang ini stabil dihasilkan oleh tekanan degenerasi elektron. Ini
berarti kestabilan ini tidak bergantung pada suhu tetapi hanya bergantung pada
kerapatannya. Oleh karena itu, ukuran katai putih itu bergantung pada
massanya, makin besar massanya makin kecil ukurannya. Sebuah katai putih
yang massanya satu kali massa matahari maka jejarinya sekitar satu persen dari
jejari matahari atau sekitar sama dengan jejari bumi. Makin lebih besar
massanya dari massa matahari maka jejarinya makin lebih kecil dari satu persen
jejari matahari dan akhirnya mencapai massa sekitar 1,4 kali massa matahari
yang merupakan batas massa katai putih dalam kesetimbangan.
Perhitungan ini ditemukan oleh S. Chandrasekhar, maka massa batas 1,4
kali massa matahari dinamakan limit Chandrasekhar. Apabila massa bintang
lebih besar dari batas Chandrasekhar ini, maka bintang akan terus mengalami
keruntuhan sehingga ukurannya akan menjadi lebih kecil lagi. Jadi, untuk
bintang yang berevolusi ke tingkat katai putih massa aslinya haruslah lebih dari
1,4 massa matahari karena selama evolusinya bintang akan kehilangan bahan
bakar nuklirnya dan melepaskan sebagian materinya ke ruang angkasa. Bagian
dalam katai putih itu suhunya sangat tinggi bisa sampai 107 K, sehingga sisa-
sisa hidrogen terus mengalami fusi menjadi helium dan ini menyebabkan
luminositas bintang lebih tinggi dari apa yang diamati. Karena bintang katai
putih terus memancarkan energinya, maka lama kelamaan akan kehabisan
sumber energi nuklirnya.

Gambar 11. Jejak Evolusi Bintang dengan Massa sekitar 1,2 Massa Matahari.

239
Meskipun demikian, dia tidak dapat mengkerut lagi karena tekanan
degenerasi gas elektron yang sangat besar yang menahan pengerutan ini. Satu-
satunya sumber energi adalah energi termal dari inti atom yang tak
terdegenerasi. Akibatnya bintang makin lama makin mendingin. Selama
pendinginan ini kedudukannya dalam diagram H-R bergeser sepanjang garis
diagonal ke arah kanan bawah (suhu dan luminositas yang rendah) seperti
terlihat pada gambar 11, semakin lama katai putih berubah menjadi katai merah
dan akhimya berhenti bersinar dan menjadi bintang dingin yang gelap dengan
massa gas terdegenerasi. Pada tahap akhir ini .dikatakan bintang menjadi katai
hitam atau black dwarf.

2.4.3 Terjadinya Nova dan Supernova


Suatu bintang sering dengan tiba-tiba memancarkan ledakan cahaya,
dimana luminositasnya meningkat sampai terlihat dengan mata telanjang seakan
muncul suatu bintang baru. Kejadian ini dinamakan Nova. Cahaya nova ini bisa
terang sampai beberapa hari atau beberapa minggu lalu kemudian secara
berlahan memudar.
Menurut teori terbaru, nova terjadi dalam sistem bintang ganda yang
berdekatan dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh pasangannya. Bila
kedua pasangan bintang ganda memiliki massa yang berbeda, yang lebih besar
akan berevolusi lebih cepat dan lebih dahulu mencapai tingkat katai putih.
Ketika anggota yang kedua mengembang menjadi raksasa merah maka akan
terjadi aliran materi, berupa bahan kaya hidrogen dari lapisan luar raksasa merah
menuju ke katai putih. Penimbunan materi ini menyebabkan kenaikan suhunya
sampai mendekati bagian dalam katai putih yang terdegenerasi sehingga
menimbulkan ketidakstabilan, yang secara eksplosif menyulut pembakaran
hidogen melalui daur CNO sehingga terjadi suatu ledakan energi dan hamburan
materi yang telat terakumulasi pada katai putih. Luminositasnya meningkat
dengan cepat sampai puluhan ribu kali lenih terang sehingga sepertinya tampak
dilangit tercipta bintang baru, oleh karena itu diberi nama “nova”
Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan
energi yang teramat besar. Peristiwa ini menandai berakhirnya riwayat suatu

240
bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan
bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya bintang
tersebut dari semula. Energi yang dipancarkan oleh supernova amatlah besar.
Bahkan pancaran energi yang dipancarkan saat supernova terjadi dalam
beberapa detik saja dapat menyamai pancaran energi sebuah bintang dalam
kurun waktu jutaan hingga miliaran tahun. Pancaran energi supernova dapat
dihitung berdasarkan sifat-sifat pancaran radiasinya.
Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya usia suatu bintang. Saat
bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis, maka tidak akan dapat terjadi
reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang dan bila
sudah tidak dapat dilakukan fusi nuklir ini, maka bintang akan mati dan
melakukan supernova.

Gambar 12 Supernova 1987A yang Terjadi di Awan Magellan Besar.


(Sumber: http://ms.wikipedia.org/wiki/supernova)

Tanda panah di bagian kanan menunjukkan bintang sebelum meledak. Tiga


supernova yang sangat terkenal yang teramati selama milinium kedua dalam
galaksi kita, sebagai berikut.
1. Supernova tahun 1054 di rasi Taurus.
2. Bintang Tycho tahun 1572 di rasi Cassiopiea
3. Supernova tahun 1604 di rasi Serpen yang disebutkan oleh Kepler dan
Gallileo.

1) Proses Terjadinya Supernova


Suatu bintang yang telah habis masa hidupnya biasanya akan melakukan
supernova. Urutan kejadian terjadinya supernova, sebagai berikut.

241
1. Pembengkakan
Bintang membengkak karena mengirimkan inti helium di dalamnya ke
permukaan. Sehingga bintang akan menjadi sebuah bintang raksasa yang
amat besar dan berwarna merah. Hal ini diakibatkan oleh reaksi fusi yang
berlangsung terus menerus pada bintang, di mana reaksi tersebut dapat
dituliskan, sebagai berikut.
411 H 42 He  2e   2 e  2 ………………………………….……. (13)

Ketika hidrogen berubah menjadi helium dan mencapai batas Schonberg,


maka tekanan radiasi tidak mampu lagi menahan tarikan gravitasi sehingga
terjadi lagi pengkerutan gravitasi. Berkurangnya energi potensial gravitasi
ini menghasilkan energi kinetik termal yang menyebabkan energi pusat
bintang meningkat lagi dari 107 K menjadi 108 K. Pada suhu yang setinggi
ini, energi kinetik termal sudah cukup mengatasi penolakan Coulomb dari
inti helium sehingga kini memungkinkan berlangsungnya reaksi fusi helium.
Dalam proses ini tiga inti helium diubah menjadi inti karbon (12C) melalui
dua langkah, sebagai berikut.
4
2 He  42 He  8 Be
8
Be  42 He 12 C

Reaksi di atas dinamakan pula reaksi triple alpha. Energi yang dihasilkan
dengan proses ini adalah 7,3 MeV atau sekitar 0,6 MeV per nukleon. Harga
ini jauh lebih kecil dari pada proses pembakaran hidrogen yang
menghasilkan energi 6,7 MeV per nukleon.
Bila di pusat bintang telah terbentuk inti karbon (12C) yang cukup
banyak maka ini akan memungkinkan terjadinya reaksi alpha yang lain,
seperti berikut.
12
C 42 He 16 O
16
O 42 He  20 Ne
20
Ne  42 He  24 Mg
Masing-masing energi ini melepaskan energi beberapa MeV dan ini
memberi sumbangan pada penghasil energi bintang. Pada suhu yang lebih
tinggi yaitu 109 K mulai terjadi pembakaran karbon dan oksigen, yaitu:

242
12
C 12 C 20 Ne  42 He
16
O 16 O 28 Si  42 He
Masih banyak lagi proses-proses reaksi inti dalam pembentukan berbagai
unsur pada bagian dalam bintang seperti natrium dan fospor. Akhirnya akan
56
tercapai unsur besi Fe dan pada titik ini tidak ada lagi cukup energi yang
diperoleh untuk bisa terjadi reaksi fusi

Gambar 13. Posisi Unsur-Unsur pada Reaksi di Dalam Bintang.


(Sumber: http://ms.wikipedia.org/wiki/supernova)

Bila suatu bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya


sehingga bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak
bisa terjadi lagi. Akibatnya, tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan
keruntuhan gravitasi. Oleh karena itu pusat helium mulai runtuh sehingga
terjadi lagi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik
termal sehingga pusat bintang bertambah panas.
Demikian pula kerapatan pusat bintang meningkat dari 100 gr/cm3
menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan suhu naik menjadi 108 K. Pada tingkat suhu
ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur-unsur ruang lebih berat seperti
karbon, oksigen, neon. Proses ini dinamakan pula proses pembakaran
helium. Di samping itu, meningkatnya suhu karena runtuhnya pusat bintang
menyebabkan tekanan radiasi yang meningkat pula. Tekanan radiasi ini lalu
mendorong lapisan luar bintang keluar sehingga bintang menjadi
mengembang dan jejarinya menjadi ratusan bahkan ribuan kali lebih besar.
Karena seluruh energi yang dihasilkan dalam bintang terdistribusi pada
permukaan yang luasnya jauh lebih besar menyebabkan besarnya energi

243
yang dipancarkan per satuan luas menjadi berkurang. Menurut hukum
Stefan-Boltzmann:
W  σ T 4 ……………………….……………………………..……. (14)
Berarti karena energi per satuan luas W berkurang maka suhunya T juga
berkurang. Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi
semakin rendah sehingga cahaya menjadi semakin merah. Jadi, pada tahapan
ini bintang menjadi bintang yang sangat besar dan dengan cahaya yang
kemerahan sehingga disebut raksasa merah.
2. Inti Besi
Bintang pada tahap raksasa merah akan terus membakar helium dan
mungkin juga unsur-unsur yang lebih berat sampai siklus fusi ini berakhir
56
dengan pembentukan inti besi Fe. Oleh karenanya pusat bintang
kerapatannya menjadi semakin besar, sementara itu materi sekitarnya
semakin kehabisan hidrogen dan mengerut mengumpul di pusat bintang.
Saat semua bagian inti bintang telah hilang dan yang tertinggal di dalam
hanyalah unsur besi, maka kurang dari satu detik kemudian suatu bintang
memasuki tahap akhir dari kehancurannya. Ini dikarenakan struktur nuklir
besi tidak memungkinkan atom-atom dalam bintang untuk melakukan reaksi
fusi untuk menjadi elemen yang lebih berat.
3. Peledakan
Adanya penumpukan besi hingga massa bintang neutron menjadi 1,4 kali
massa matahari menyebabkan pada fase ini gaya degenerasi elektron yang
selama ini mampu melawan gaya pengerutan gravitasi mulai menyerah.
Tekanan gravitasi yang sangat kuat akan memicu proses electron capture,
yaitu proses penggabungan proton dan elektron menjadi netron dan neutrino.
p   e   n   e ……………………………………………..……. (15)

Karena neutrino sangat halus, diyakini ia berinteraksi sedikit sekali dengan


material bintang dan, setelah membantu terjadinya proses supernova,
neutrino akan pergi.
Tinggallah netron yang selanjutnya membentuk bintang neutron. Pada
tahap ini, suhu pada inti bintang semakin bertambah hingga mencapai 100
miliar derajat celcius. Kemudian energi dari inti ini ditransfer menyelimuti

244
bintang yang kemudian meledak dan menyebarkan gelombang kejut. Saat
gelombang ini menerpa material pada lapisan luar bintang, maka material
tersebut menjadi panas. Pada suhu tertentu, material ini berfusi dan menjadi
elemen-elemen baru dan isotop-isotop radioaktif.

4. Pelontaran
Gelombang kejut akan melontarkan material-material bintang ke ruang
angkasa. Ketika terlempar ke sisi luar bintang, sebagian material menjadi
panas, dan sebagian lagi bergabung membentuk elemen baru dan isotop
radioaktif. Kemudian, material yang tidak meledak akan terlempar ke
angkasa lepas kemudian dikenal sebagai residu supernova. Residu ini terdiri
dari material panas yang mengandung debu isotop radioaktif, dan elektron
bebas. Bila residu yang amat kecil itu bergerak di dalam medan magnetik
dan diselimuti neutron, maka gabungan residu supernova itu kemudian
membentuk bintang neutron. Secara keseluruhan, proses terjadinya
supernova memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun secara tahapan-
tahapan tersebut divisualisasikan seperti pada gambar berikut.

Gambar 14 Proses Terjadinya Supernova.


(Sumber: http://ms.wikipedia.org/wiki/supernova)

2) Dampak Terjadinya Supernova


Supernova memiliki dampak bagi kehidupan di luar bintang tersebut,
diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut.

245
1. Menghasilkan logam.
Pada inti bintang, terjadi reaksi fusi nuklir. Pada reaksi ini dilahirkan
unsur-unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium. Saat supernova
terjadi, unsur-unsur ini dilontarkan keluar bintang dan memperkaya awan
antar bintang di sekitarnya dengan unsur-unsur berat.
2. Menciptakan kehidupan di alam semesta.
Supernova melontarkan unsur-unsur tertentu ke ruang angkasa. Unsur-
unsur ini kemudian berpindah ke bagian-bagian lain yang jauh dari bintang
yang meledak tersebut. Diasumsikan bahwa unsur atau materi tersebut
kemudian bergabung membentuk suatu bintang baru atau bahkan planet di
alam semesta.

2.4.4 Bintang neutron


Bintang neutron merupakan padat kecil yang diperkirakan menandai titik
ajal evolusi bintang yang lebih besar dari matahari. Dari informasi energi ikat
nuklir diketahui bahwa reaksi fusi yang terjadi akan berhenti jika material
bintang telah menjadi besi. Dengan demikian terjadi penumpukan besi hingga
massa bintang neutron menjadi 1,4 kali massa matahari. Setelah mencapai fase
ini gaya degenerasi elektron yang selama ini mampu melawan gaya pengerutan
gravitasi mulai menyerah.

Gambar 15. Terbentuknya Bintang Neutron Setelah Terjadinya Supernova.


(Sumber: http://ms.wikipedia.org/wiki/supernova)
Tekanan gravitasi yang sangat kuat akan memicu proses URCA, yaitu proses
penggabungan proton dan elektron menjadi netron dan neutrino. Karena

246
neutrino sangat halus, maka ia diyakini berinteraksi sedikit sekali dengan
material bintang dan setelah membantu terjadinya proses supernova, neutrino
akan pergi. Tinggalah netron yang selanjutnya membentuk bintang neutron.
Relatif tidak terlalu sulit untuk menghitung tekanan, rapat-massa, dan jari-
jari bintang neutron asalkan rapat-massa di pusat bintang neutron serta
persamaan keadaan materi bintang neutron diketahui. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan salah satu solusi persamaan relativitas umum Einstein
yang disebut sebagai persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff. Dari sini
momen inersia bintang neutron juga dapat dihitung. Saat ini, pengamatan
eksperimen mulai diarahkan untuk mengukur momen inersia bintang neutron.
Masalahnya adalah persamaan keadaan materi yang ekstrem-rapat ini tidak
diketahui secara pasti dan para ilmuwan hanya dapat mengandalkan model
matematis. Adapun skema proses lahirnya bintang neutron dapat ditunjukkan
pada Gambar 16.

Osilasi Parsial

Supernova

Mi > 2,5 M0 Black hole


ya

Katai putih 1,5 M0 < Mi < 2,5 M0

ρ = 106 gr/cm3
ya

Bintang
Neutron/pulsar

ρ = 1013 gr/cm3

Berhenti

Gambar 16. Skenario Kelahiran Bintang Neutron.

247
2.4.5 Black Hole atau Lubang Hitam
Lubang hitam (black hole) adalah sebuah pemusatan massa yang cukup
besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Gaya gravitasi
yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku
terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan lepas di
dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu termasuk radiasi
elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya bahkan cahaya hanya dapat
masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, maka dari sini diperoleh kata
"hitam". Istilah lubang hitam telah tersebar luas meskipun tidak menunjuk ke
sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa di
mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memliki
ukuran apa pun dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat
diamati.

Gambar 17 Lubang Hitam (Black Hole).

Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh
John Michell and Pierre-Simon Laplace yang selanjutnya dikembangkan oleh
astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916 dengan
berdasarkan pada teori relativitas umum dari Albert Einstein dan semakin
dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom
yang percaya bahwa hampir semua galaksi di alam semesta ini mengelilingi
lubang hitam pada pusat galaksi. John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang
memberikan nama "lubang hitam" sehingga menjadi populer di dunia bahkan
juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat
lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke
arahnya.

248
Dengan cara inilah para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan
banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga
diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam. Lubang Hitam tercipta
ketika suatu objek tidak dapat bertahan dari kekuatan tekanan gaya gravitasinya
sendiri. Banyak objek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan pernah menjadi
lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak mencukupi untuk
melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya melawan
tekanan gravitasi. Tetapi sebaliknya untuk objek yang bermassa sangat besar,
tekanan gravitasilah yang menang.
Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua
materi di dekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika
melintas terlalu dekat. Jadi, objek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari
lubang hitam akan terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat
ini yang menyatakan bahwa lubang hitam dapat menghisap apa saja di
sekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap material yang jaraknya sangat
jauh dari dirinya. Dia hanya bisa menarik materi yang lewat sangat dekat
dengannya. Contohnya bayangkan matahari kita menjadi lubang hitam dengan
massa yang sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi disebabkan oleh tidak ada
pancaran cahaya dari lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang
hitam itu dengan jarak dan kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak
terhisap masuk ke dalamnya. Bahaya akan mengancam hanya jika bumi kita
berjarak 10 mil dari lubang hitam, di mana hal ini masih jauh dari kenyataan
bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari. Lubang hitam juga dapat
bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang hitam yang lain
sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.
Teori lubang hitam dikemukakan lebih dari dua ratus tahun yang lalu.
Pada 1783, ilmuwan barat John Mitchell mencetuskan teori mengenai
kemungkinan wujudnya sebuah lubang hitam setelah beliau meneliti dan
mengkaji teori gravitasi Isaac Newton. Beliau berpendapat bahwa jika objek
yang dilemparkan tegak lurus ke atas, maka ia akan terlepas oleh pengaruh
gravitasi bumi setelah mencapai kecepatan lebih dari 11 kilometer per detik,
maka tentu ada planet atau bintang lain yang memiliki gravitasi lebih besar

249
daripada bumi. Istilah lubang hitam pertama kali digunakan oleh ahli fisika
Amerika Serikat, John Archibald Wheeler pada tahun 1968. Wheeler memberi
nama demikian karena lubang hitam tidak dapat dilihat karena cahaya tertarik ke
dalamnya sehingga di sekitarnya menjadi gelap. Menurut teori evolusi bintang,
lubang hitam berasal dari sejenis bintang biru yang memiliki suhu permukaan
lebih dari 25.0000C. Ketika pembakaran hidrogen di bintang biru yang
memakan waktu kira-kira 10 juta tahun, maka akan terbentuk bintang biru
raksasa. Kemudian bintang itu menjadi dingin dan menjadi bintang merah
raksasa. Dalam fase ini, akibat dari tarikan gravitasinya sendiri, bintang merah
raksasa mengalami ledakan yang disebut supernova dan menghasilkan dua
bintang yaitu bintang neutron dan lubang hitam.

Gambar 18 Sebuah Bintang yang Ditarik oleh Lubang Hitam.


Pengamatan dari teleskop sinar-X ruang angkasa selama lebih dari satu dekade
menunjukkan kekuatan tarikan gravitasi lubang hitam menyebabkan banyak
bintang yang hancur dan ditelan olehnya. Berdasarkan pengamatan ahli
astronomi dar Max Planck “Institute for Extraterrestrial Physics”, Jerman
pernah menyaksikan sebuah bintang yang mendekati lubang hitam raksasa dan
akhirnya lenyap ditelan. Lubang hitam raksasa tersebut berada di galaksi RX
J1242-11 yang berjarak 700 juta tahun cahaya dari bumi. Bintang yang ditelan
tersebut memiliki ukuran sebesar matahari sistem tata surya.
Bila massa bintang 3 kali massa matahari, maka gaya tarik gravitasinya
begitu kuat dan bintang mengkerut sehingga diameternya menjadi lebih kecil
lagi dan bertambah kerapatannya. Gaya yang begitu besar ini mengatasi prinsip
larangan Pauli, sehingga terjadi proses keruntuhan gravitasi. Pada proses ini
bintang kehabisan bahan bakar nuklirnya dan tidak lagi memancarkan radiasi,

250
dan tekanan materinya tidak mampu lagi menahan gaya tarik gravitasinya.
Gravitasi menjadi begitu kuat sehingga kecepatan lepas dari bintang lebih besar
dari laju cahaya.

2GM
ve   c …………………………………………..…..……. (16)
R
Jadi, tidak ada radiasi yang dapat lepas dari bintang tersebut sehingga bintang
bisa teramati. Oleh karena itu objek atau bintang semacam ini dinamakan black
hole atau lubang hitam dan sering disebut dengan bintang hantu.
Menurut teori relativitas umum Einstein, di sekitar benda yang massanya
M, ruang waktu melengkung terutama di sekitar benda masif seperti halnya
dengan matahari, maka cahaya yang yang lewat dekat permukaannya akan
mengalami pelenturan. Makin besar massa bintang maka makin besar
pembelokan yang dialami oleh cahaya. Prinsip kesetaraan Einstein ini
berimplikasi bahwa cahaya dibelokkan dalam medan gravitasi.
Pada tahun 1801, Soldner adalah orang yang pertama kali menyatakan
bahwa lenturan cahaya itu juga diramalkan oleh mekanika Newton. Pengukuran
lenturan cahaya dari suatu bintang hanya bisa dilakukan selama gerhana
matahari total, sebab pada kesempatan lainnya cahaya matahari yang
menyilaukan akan menyulitkan pengamatan. Caranya adalah dengan
membandingkan posisi bintang tertentu pada saat gerhana dengan posisi enam
bulan kemudian ketika bintang berada di langit malam. Perbedaan anguler
dalam kedudukan yang tampak itulah merupakan lenturan cahaya. Dari
pengamatan sekitar 400 bintang diperoleh rerata lenturannya adalah 1”,89 dan
hasil ini sesuai dengan yang diramalkan oleh Einstein yaitu 1”,75, sedangkan
mekanika Newton yaitu 0”,875. Keberhasilan pembuktian teori Einstein dalam
gerhana matahari total tahun 1919 telah memberikan dukungan yang luar biasa
terhadap teori relativitas Einstein ini. Demikian pula beberapa eksperimen
terutama yang dilakukan oleh Shapiro dengan kawan-kawannya telah
memperkuat prediksi dari teori relativitas umum Einstein.
Makin masif suatu benda, gravitasi di permukannya makin kuat dan
peleturan cahaya di permukaan benda tersebut makin besar. Seperti misalnya
jika di permukaan matahari cahaya dibelokkan 1”,75, maka cahaya yang lewat

251
dipermukaan katai putih akan mengalami pelenturan 1”, sedang yang lewat di
permukaan bintang neutron akan dibelokkan 30o. Di sekitar benda yang masif
seperti lubang hitam (black hole), pelenturan cahaya luar biasa besarnya
sehingga cahaya yang berasal dari bintang itu sendiri akan dibelokkan kembali
ke bintang itu lagi. Untuk bisa menjadi sebuah lubang hitam, suatu bintang
harus mengalami keruntuhan gravitasi, mengkerut karena tarikan gravitasinya
sendiri lebih kecil atau ada di dalam jejari yang dinamakan jejari Schwazschild
(Rs).
2GM
RS  ………………………………………….…..……. (17)
c2
Di mana Rs = jejari Schwazschil, G = konstanta gravitasi umum, c = laju
cahaya, dan M = massa bintang. Pada umumnya Rs jauh lebih kecil dari jejari
nyata benda yang bersangkutan, misalnya untuk matahari Rs = 2,95 km,
sedangkan untuk bumi Rs = 9 mm.
Pada tahun 1796, seorang ahli matematika Prancis Laplace menyatakan
bahwa suatu benda yang memiliki medan gravitasi yang luar biasa besarnya
sehingga cahaya pun tidak dapat lepas, tetapi dibelokkan menuju ke bintang
tersebut. Dia menuliskan: “Suatu bintang yang sangat terang, dengan
kecepatan yang sama dengan bumi, dan diameternya dua ratus lima puluh kali
lebih besar dari matahari, sebagai akibat dari gaya tarikannya, tidak
mengijinkan setiap sinar samapi kepada kita, karena kemungkinan benda besar
yang amat terang di alam semesta ini mungkin, karena sebab ini menjadi tidak
kelihatan”. Bagaimana cahaya yang dipancarkan oleh bintang itu bisa
terperangkap di dalam bintang itu sendiri sehingga tidak ada radiasi ke luar?
Ada bintang neutron yang kerapatannya amat besar serta gravitasi
permukaannya sangat kuat. Misalnya suatu berkas cahaya dipancarkan dari
permukaan bintang neutron. Cahaya yang tegak lurus permukaan merambat
secara radial dari bintang tersebut. Tetapi cahaya yang membentuk sudut
tertentu, misalnya 30o terhadap garis normal, maka karena pelenturan gravitasi
cahaya akan meninggalkan bintang dengan sudut yang lebih besar dari 30o. bila
bintang mengerut menjadi lebih kecil lagi dan lebih rapat dari bintang neutron,
maka gravitasi permukaannya bertambah dan pembelokan cahaya juga

252
bertambah besar. Akhirnya bintang mencapai ukuran di mana berkas cahya
horizontal memasuki orbit lingkaran. Permukaan pada jejari demikian disebut
dengan bola foton (foton sphere).
Bila bintang mengerut menjadi lebih kecil dari bola foton ini, maka
untuk bisa lepas dari bintang, cahaya harus memancar dalam suatu kerucut tegak
lurus permukaan dengan sudut θ dan cahaya yang memancar dengan sudut lebih
besar dari sudut ini akan jatuh kembali ke bintang. Bila bintang mengalami
keruntuhan maka sudut θ menjadi semakin kecil. Bila jejari bintang sampai dua
per tiga dari bola foton, maka θ akan menjadi nol dan tidak ada lagi cahaya yang
dapat lepas sama sekali. Pada titik ini kecepatan lepas ve dari bintang sama
dengan laju cahaya c.
2GM
RS 
c2
2GM
ve   c ………….………………………….…..……. (18)
R
Bila bintang lebih mengerut lagi, maka cahaya dan apa saja yang lainnya
akan terperangkap di dalam tidak bisa lepas melalui permukaan itu. Permukaan
di mana kecepatan lepas sama dengan laju cahaya yang dinamakan cakrawala
kejadian atau event horizon dan jejarinya disebut jejari Schwazschild.
n

n n
θ

Permukaan
n Black Hole
cakrawala kejadian

BOLA FOTON

Permukaan bintang neutron

Gambar 19 Pelenturan cahaya dari bintang yang sangat mampat

253
Permuakaan inilah yang merupakan tapal batas dari lubang hitam.
Semua yang ada di dalam Rs ini, bahkan bintang yang paling terang sekalipun
akan lenyap dari pandangan alam lainnya. Itulah sebabnya permukaan bola
dengan jejari Rs ini disebut cakrawala kejadian karena semua peristiwa yang
terjadi di dalam Rs tersembunyi dari pandangan pengamat luar, tidak ada signal
optis maupun material yang dapat lepas dari R < Rs ke R > Rs.
Oleh karena itu kebenaran lubang hitam ini sulit untuk dideteksi.
Harapan yang paling baik untuk meneliti lubang hitam ini adalah pada sistem
bintang ganda yang salah satu pasangannya adalah lubang hitam dan anggota
yang lainnya bisa dilihat. Bintang yang tampak itu dapat diidentifikasi sebagai
bagian dari suatu bintang ganda karena adanya suatu pergeseran Doppler yang
periodik pada spektrum cahayanya. Ini menunjukkan gerak mengorbit bintang
ini mengelilingi pusat massa. Massa anggotanya yang terlihat dapat dihitung
dari jenis spektrumnya, sedangkan fungsi massa dapat ditentukan dari periode
dan laju orbitnya, sehingga dengan demikian dapat ditentukan massa dari
anggota yang tak terlihat (M). Bila harga M ini melampaui 3 (massa kritis
untuk keruntuhan gravitasi) benda yang tak terlihat itu mungkin lubang hitam.
Bila kedua bintang itu cukup berdekatan, akan terjadi dampak lainnya
yaitu terjadi penyedotan massa bintang yang tampak oleh gravitasi yang kuat
dari bintang yang tak tampak. Begitu materi ini mendekati lubang hitam, dia
mendapat percepatan yang tinggi dan akan menghasilkan sinar-X jenis tertentu.
Dewasa ini terdapat bukti yang kuat bahwa bintang Cygnus X-1 memancarkan
sinar-X yang sangat kuat dan intensitasnya berfluktuasi dengan kuat pada skala
0,1s. Hal ini menandakan bahwa sumbernya sangat kompak dengan diameter 3
x 107 m atau sekitar ± 1/50 . Berdasarkan gerak orbit pasangan yang tampak
dapat disimpulkan bahwa massa sumber sinar-X tersebut sekitar 14 . Untuk
bintang biasa dengan massa sebesar ini akan memiliki luminositas mutlak yang
jauh melebihi matahari dan bintang ini akan nampak dengan jelas pada jarak
sistem bintang ganda Cygnus X-1 ini (d = 2k pc). Suatu bintang dengan massa
sebesar ini dan tidak lagi memancarkan radiasi semestinya mengalami
keruntuhan gravitasi total, oleh karena itulah disimpulkan bahwa Cygnus X-1
adalah lubang hitam. Secara astrofisik diperkirakan 1% dari bintang-bintang

254
sekarang telah berevolusi menuju lubang hitam (109 di antaranya adalah galaksi
kita). Cara lain untuk menemukan adanya lubang hitam adalah dengan melacak
gelombang gravitasi yang dihasilkan oleh perubahan medan gravitasi yang
sangat cepat yang berkait dengan pembentukan lubang hitam. Dewasa ini telah
tersedia alat yang sangat peka untuk melacak adanya gelombang gravitasi
tersebut.

255
SOAL-SOAL LATIHAN EVOLUSI BINTANG
Soal Objektif

1. Apabila prosentase hidrogen di pusat Matahari kurang dari 10%, maka…


a. radius Matahari mengecil karena gravitasi bertambah
b. radius Matahari membesar karena tekanan radiasi meningkat
c. luminositas Matahari mengecil karena bahan bakar berkurang
d. kerapatan di pusat Matahari mengecil karena massa Matahari
berkurang
e. temperatur permukaan Matahari meningkat karena radius Matahari
bertambah
JAWABAN : B
Saat presentase hidrogen di matahari mulai habis, akan terjadi transisi
evolusi matahari dari Deret Utama menuju fase giant. Yang terjadi adalah
kontraksi gravitasi inti yang memacu pembakaran helium. Hal ini
mengakibatkan peningkatan radiasi dan tekanan, serta kontraksi gravitasi
meningkatkan kerapatan di pusat. Namun, temperatur permukaan matahari
akan turun karena mengembangnya radiusnya walau luminositas matahari
naik.

2. Ketika protobintang menjadi bintang deret utama, sumber energinya


berasal dari…
a. Reaksi fusi hidrogen
b. Aliran konveksi
c. Gelombang kejut dari supernova
d. Kontraksi gravitasi
e. Reaksi fisi hidrogen
JAWABAN : A
Ketika protobintang menjadi bintang deret utama, sumber energinya
berasal dari reaksi fusi hidrogen yang menggabungkan 4 inti hidrogen
menjadi inti helium dan terjadi di pusat/inti bintang. Pada proses fusi ini
terdapat massa yang hilang sebesar ∆m yang disebut pula dengan musk
massa atau mass deffect. Massa yang hilang pada proses ini berubah
menjadi energi sesuai dengan hukum kesetaraan energi massa

3. Ketika sebuah protobintang menjadi bintang deret utama, ukuran dan


temperature masing-masing akan…
a. Menurun
b. Bertambah
c. Tidak berubah
d. Bertambah dan menurun
e. Menurun dan bertambah

256
JAWABAN : E
Untuk dapat mencapai bintang deret utama, maka suhu bintang (terutama
suhu pusatnya) harus terus meningkat sehingga mencapai persyaratan
untuk membakar hidrogen, yaitu suhu di pusat skitar 16 juta Kelvin dan
tekanan 71 juta atm. Peningkatan suhu ini dapat dicapai dari pengerutan
gravitasi atau bintangnya mengerut, jadi dibandingkan kondisi awal
protobintang, kondisi setelah menceapi deret utama adalah suhunya
meningkat tetapi ukurannya mengecil

4. Bila massa pusat helium telah mencapai 10-15%, maka bintang akan
meninggalkan deret utama. Harga batas 10-15% massa pusat helium
disebut…
a. Batas Chandrasekhar
b. Batas Schonberg-Chandrasekhar
c. Limit Chandrasekhar
d. Batas Schonberg
e. A dan C benar
JAWABAN : B
Bila massa pusat helium telah mencapai 10 hingga 15% dari massa
bintang akan mengerut dengan cepat dan bintang akan meninggalkan
deret utama. Harga batas 10-15% massa bintang disebut batas
Schonberg-Chandrasekhar. Sedangkan batas Chandrasekhar adalah
massa maksimum dari suatu bintang katai putih, dan kira-kira besarnya
3 × 1030 kg, sekitar 1,44 kali dari massa matahari.

5. Pada awal pengerutannya, perpindahan energi internal ini tidak melalui


radiasi tetapi secara konveksi. Fase ini dala diagram H-R disebut…
a. Garis spektrum
b. Luminositas
c. Spektrum warna
d. Garis Hayashi
e. Indeks warna
JAWABAN : D
Pada awal pengerutannya, perpindahan energi internal ini tidak melalui
radiasi tetapi secara konveksi. Pada fase ini dalam diagram H-R,
bintang berada pada daerah yang dinamakan “garis Hayashi”.

6. Alat yang digunakan untuk mendeteksi bintang neutron adalah…


a. Quasar
b. Gelombang radio
c. Pulsar
d. Medan magnetic

257
e. Sinar-X

Jawaban : A
Mendeteksi keberadaan bintang neutron yaitu dengan menggunakan
quasar. Quasar adalah sumber radio dengan ukuran sudut yang sangat
kecil. Dengan cara mendeteksi keberadaan sumber radio dengan
mempelajari jumlah sintilasi (twinkle) diamati ketika sumber berada di
sudut berbeda jarak dari matahari.

7. Bintang yang terjadi dalam sistem bintang ganda yang berdekatan


dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh pasangannya yaitu…
a. Nova
b. Supernova
c. Katai putih
d. Raksasa merah
e. Bintang neutron
Jawaban : A
Menurut teori terbaru, nova terjadi dalam sistem bintang ganda yang
berdekatan dimana tingkat evolusi akhirnya dipengaruhi oleh
pasangannya. Bila kedua pasangan bintang ganda itu memiliki massa
yang berbeda, yang lebih besar akan berevolusi lebih cepat dan lebih
dahulu mencapai tingkat katai putih. Ketika anggota yang kedua
mengembang menjad raksasa merah maka akan terjadi aliran materi,
berupa bahan kaya hidrogen, dari lapisan luar raksasa merah munuju ke
katai putih (untuk selama tahunan sampai ratusan tahun). Penimbuhan
materi ini menyebabkan kenaikan suhunya sampai mendekati bagian
dalam katai putih yang terdegenerasi sehingga menimbulkan ketidak
stabilan, yang secara eksplosif menyulut pembakaran hidrogen melalui
daur CNO sehingga terjadi; suatu ledakan energi dan hamburan materi
yang telah terakumulasi pada katai putih itu. Luminositasnya meningkat
dengan cepat sampai puluhan ribu kali lebih terang sehingga sepertinya
tampak di langit tercipta bintang biru, oleh karena itu diberi nama „nova‟
(yang sebenarnya berarti baru).

8. Bagaimana karakterisktik red giant, kecuali…


a. Atmosfer luar yang terbentuk masih sangat lemah
b. Suhu permukaan realtif rendah
c. Diameternya 20-100 kali dari Matahari
d. Suhunya berada pada kisaran 3000 - 4000 K
e. Suhunya berada pada kisaran 1000 - 2000 K

Jawaban : E

258
Karakteristinya Red Giant adalah sebagai berikut.
a. Atmosfer luar yang terbentuk masih sangat lemah
b. Suhu permukaan realtif rendah
c. Diameternya 20 - 100 kali dari Matahari
d. Suhunya berada pada kisaran 3000 - 4000 K

9. Unsur-unsur kimia lainnya terbentuk dalam bintang itu sendiri melalui


proses….
a. Fusi nuklir
b. Fusi helium
c. Pembakaran
d. Pengerutan atom
e. Fusi hydrogen

Jawaban : A
Dalam awal lahirmya alam semesta ini, materi yang mula-mula dihasilkan
terdiri dari hidrogen 75% dan helium 25%. Sedangkan unsur-unsur kimia
lainnya terbentuk dalam bintang itu sendiri melalui reaksi nuklir yang
terjadi pada bagiarn dalam bintang itu sendiri. Hidrogen dan helium yang
asli mengembun atau memampat menjadi bintang-bintang.

10. Fusi nuklir yang terjadi dalam bintang dapat mengubah sebagian…
a. Hidrogen menjadi helium
b. Helium menjadi oksigen
c. Oksigen menjadi karbon
d. Helium menjadi karbon
e. Karbon menjadi helium
Jawaban : A
Fusi nuklir yang terjadi dalam bintang mengubah sebagian hidrogen
menjadi helium. Suhu pembakaran untuk memungkinkan terjadinya
reaksi ini adalah sekitar 107 K.

Soal Uraian
1. Berapakah energi yang dipanacarkan oleh matahari selama 10 milyar
tahun?
JAWAB:

Jika kita menganggap energy matahari selalu konstan selama 10 milyar


tahun, maka tentu energy total yang dipancarkan adalah energy total yang
dipanacarkan tiap detik (disebut luminositas) dikali 10 milyar tahun (ubah
dulu kedetik) jadi :

E total = Luminositas x 10 milyar tahun

259
E Total = (3,826.1026) x (10 x109 x 365,25 x 24 x3600) = 1,21x1044 J

2. Bagaimana proses dari evolusi bintang?


JAWAB:
Secara umum, proses evolusi bintang terjadi reaksi pembakaran hidrogen
berlangsung di lapisan luar yang melingkupi pusat helium. Pada saat pusat
Helium mengerut, lapisan luar bintang mengembang. Bintang berevolusi
menjadi bintang raksasa merah

3. Bagaimana cahaya yang dipancarkan oleh bintang itu bisa terperangkap di


dalam bintang itu sendiri sehingga tidak ada radiasi ke luar?

Jawaban
Ada bintang neutron yang kerapatannya amat besar serta gravitasi
permukaannya sangat kuat. Misalnya suatu berkas cahaya dipancarkan dari
permukaan bintang neutron. Cahaya yang tegak lurus permukaan merambat
secara radial dari bintang tersebut. Tetapi cahaya yang membentuk sudut
tertentu, misalnya 30o terhadap garis normal, maka karena pelenturan
gravitasi cahaya akan meninggalkan bintang dengan sudut yang lebih besar
dari 30o. bila bintang mengerut menjadi lebih kecil lagi dan lebih rapat dari
bintang neutron, maka gravitasi permukaannya bertambah dan pembelokan
cahaya juga bertambah besar. Akhirnya bintang mencapai ukuran di mana
berkas cahya horizontal memasuki orbit lingkaran. Permukaan pada jejari
demikian disebut dengan bola foton (foton sphere). Bila bintang mengerut
menjadi lebih kecil dari bola foton ini, maka untuk bisa lepas dari bintang,
cahaya harus memancar dalam suatu kerucut tegak lurus permukaan dengan
sudut θ dan cahaya yang memancar dengan sudut lebih besar dari sudut ini
akan jatuh kembali ke bintang. Bila bintang mengalami keruntuhan maka
sudut θ menjadi semakin kecil. Bila jejari bintang sampai dua per tiga dari
bola foton, maka θ akan menjadi nol dan tidak ada lagi cahaya yang dapat
lepas sama sekali.

4. Bagaimana proses terjadinya supernova?


Jawaban:
Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya usia suatu bintang. Saat
bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis, maka tidak akan dapat
terjadi reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang
dan bila sudah tidak dapat dilakukan fusi nuklir ini, maka bintang akan
mati dan melakukan supernova.

260

Anda mungkin juga menyukai