Anda di halaman 1dari 108

Bintang : Lahir Berkembang Mati

Evolusi Bintang
Proses evolusi bintang berlangsung dalam jutaan tahun
 Bagaimana mengamati evolusi bintang ?
Alam semesta dipenuhi berbagai bintang dengan
berbagai tahap evolusi
 Dengan mengamati setiap tahap evolusi kita bisa
mempelajari evolusi bintang secara utuh.
Awan Gas Protobintang
Evolusi Bintang

Maharaksasa Merah
Raksasa Merah Bintang Deret
Utama
HIDROGEN
Bintang-bintang termasuk Matahari memancarkan
cahaya sendiri.
Luminositas Matahari = 3,9 x 1033 erg / det.
Energi yang dipancarkan Matahari dalam sedetik sama
dengan energi yang dibangkitkan oleh semua pembangkit
energi buatan manusia selama jutaan tahun
Apakah sumber energi Matahari dan bintang-bintang
lain?
Hidrogen  unsur paling sederhana di alam  unsur
terbanyak terdapat di alam
Materi di dalam bintang umumnya sebagian besar terdiri
atas hidrogen

Hidrogen adalah ‘bahan bakar’ utama di dalam bintang


Reaksi hidrogen menjadi helium terjadi di bagian bintang
yg suhunya paling tinggi  di pusat bintang
Lambat laun, hidrogen di pusat berkurang dan helium
bertambah
Helium akan bereaksi membentuk karbon  helium
berkurang dan karbon bertambah  karbon akan
bereaksi membentuk oksigen dan neon, dst.  akhirnya
terbentuk inti-inti yang berat seperti besi dan nikel
PEMBENTUKAN BINTANG
Ruang antar bintang tidak kosong, terdapat materi gas
dan debu yang disebut materi antar bintang
Di beberapa tempat terdapat materi antar bintang yang
dapat dilihat sebagai awan antar bintang yang tampak
terang bila disinari bintang-bintang panas di sekitarnya

Awan antar bintang


ini disebut Nebula
Kerapatan awan antar bintang sangat kecil
 Kerapatan di dalam awan antar bintang  10 000
atom/cm3
 Kerapatan di antara awan antar bintang  1 (satu)
atom/cm3
(Kerapatan di permukaan bumi di permukaan laut 
1019 atom/cm3)
 Suatu awan antar bintang mempunyai volume yang
sangat besar
 Materi di dalam awan antar bintang cukup banyak
untuk membentuk ribuan bintang
Bintang terbentuk dari materi antar bintang
 Bintang muda selalu diselimuti awan antarbintang
Contoh : Bintang-bintang muda di Nebula Orion
Dalam proses pembentukan bintang, gaya gravitasi
memegang peranan yang sangat penting,
 Akibat suatu ledakan yang sangat hebat, misalnya
ledakan bintang atau pelontaran massa oleh bintang
 Sekelompok materi antar bintang menjadi lebih
mampat daripada disekitarnya.
 Bagian luar awan akan tertarik oleh gaya gravitasi
materi di bagian dalam
 Akibatnya awan akan mengerut dan menjadi makin
mampat
 Peristiwa ini disebut kondensasi
 Akibat kondensasi tekanan di dalam awan akan
meningkat dan akan melawan pengerutan
Apakah awan akan mengerut terus hingga menjadi
bintang?
 Apabila tekanan melebihi
gravitasi, awan akan
tercerai kembali dan
pengerutan tidak terus
berlangsung.
 Gaya gravitasi akan melebihi tekanan di dalam awan
apabila massa awan cukup besar, yaitu melebihi suatu
harga kritis yang disebut massa Jean (Mj)

 supaya pengerutan gravitasi terjadi, haruslah,


3/2
1 T . . . . . . . . . . . . . (1)
Mj = 1,23 x 10-10
 μ

 MJ dinyatakan dalam M,  = kerapatan massa


dalam awan (dalam gr/cm3), μ = berat molekul
rata-rata dan T = temperatur.
 Suatu awan antar bintang mempunyai kerapatan rata-
rata 10 000 atom per cm3 ( 10-24 gr/cm3), dan
mempunyai temperatur beberapa puluh derajat
Kelvin.
 Dari pers. (1) dapat dihitung harga MJ dan hasilnya
sekitar beberapa ribu massa Matahari.
Sebagai contoh, jika dimisalkan T = 10 K, dan jika
semua materi terdiri dari hidrogen maka μ = 0,5,
maka massa Jean-nya adalah,
3/2
1 T
Mj = 1,23 x 10-10
 μ

= (1,23 x 10-10)(1012)(89,44) = 11 000 M


 Tinjaulah suatu awan gas bermassa 1000 M yang
mengalami pengerutan gravitasi.
 Akibat pengerutan gravitasi, rapat materi akan
bertambah besar. Dari pers. (1)
3/2
1 T
MJ = 1,23 x 10-10
 μ

harga MJ menjadi lebih kecil (karena  lebih besar)

 Jadi supaya kondensasi terjadi, massa yang


diperlukan tidak usah terlalu besar, beberapa ratus
massa Matahari sudah cukup
 Di dalam awan yang berkondensasi selanjutnya akan
terjadi kondensasi-kondensasi yang lebih kecil
 Pada setiap kondensasi
kerapatan gas dalam awan
bertambah besar
 Riwayat awan induk, akan
terulang lagi di dalam
kelompok awan yang lebih
kecil. Di situ akan terjadi
kondensasi yang lebih kecil
lagi. Demikian seterusnya.
 Peristiwa ini disebut
fragmentasi
 Akibat fragmentasi, awan yang tadinya satu terpecah
menjadi ratusan bahkan menjadi ribuan awan, dan
setiap awan mengalami pengerutan gravitasi.

 Pada akhirnya suhu menjadi cukup tinggi sehingga


awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi
“embrio” atau “janin” bintang yang disebut
protobintang.

Bintang-bintang yang
baru lahir di Nebula Orion
yang diamati oleh
teleskop ruang angkasa
Hubble
Empat protobintang yang berada di Nebula Orion yang diamati oleh
Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Pada gambar ini tampak protobintang
diselubungi oleh gas bagaikan ulat yang masih berada dalam
kepompong. Selubung gas ini nantinya bisa membentuk planet-planet
yang akan beredar di sekeliling bintang-bintang tersebut.
http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/2001/13/image/a
Protobintang ganda yang diamati oleh Teleskop
Ruang Angkasa Hubble
http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1998/19/image/f
 Kelahiran bintang bersamaan dari suatu awan antar
bintang yang besar, didukung oleh pengamatan.

 Tidak pernah diamati bintang muda terisolasi


sendirian.
 Banyak bintang yang merupakan anggota gugus
atau assosiasi (kelompok bintang yang lebih
renggang dan lepas)

 Dalam suatu gugus bintang


dapat terdiri atas beberapa
ratus hingga beberapa ribu
bintang.
Gugus Pleiades
 Mengapa banyak bintang yang bukan merupakan
anggota gugus atau assosiasi ?
 Hal ini disebabkan oleh karena ketidakmantapan
gugus/kelompok bintang.

 Suatu gugus/kelompok yang tidak mantap pada


akhirnya akan terurai dan bintang anggotanya
mengembara ke berbagai pelosok dalam galaksi.
 Makin besar jumlah anggota suatu kelompok dan
makin dekat jarak antara satu bintang, makin
mantap kelompok bintang tersebut. Contohnya
gugus bola yang beranggota ratusan ribu bintang
bisa tetap mantap dalam waktu lebih dari 10 milyar
tahun.
Gugus Bola M22 yang berjarak 10 000 tahun cahaya
dan diamaternya sekitar 65 tahun cahaya
 Bintang muda yang panas memancarkan dan
mengionisasikan gas di sekitar bintang. Bintang seperti
ini disebut berada dalam tahapan T Tauri. Nama T Tauri
diambil dari nama prototipe bintang ini yang berada di
rasi Taurus.
 Akibatnya, bintang dilingkungi oleh daerah yang
mengandung ion hidrogen yang disebut daerah HII
yang mengembang dengan cepat.

Daerah HII di gugus Trapezium.


Empat bintang yang membentuk
trapezium berada di pusat gugus.
Keempat bintang ini merupakan
bintang kelas O yang dilingkupi
oleh HII
 Pemuaian selubung ion hidrogen ini dapat
berlangsung secara supersonik hingga
menimbulkan gelombang kejut.

Lontaran selubung gas dan debu


yang melingkupi bintang muda
yang berada dalam tahap T Tauri
yang diamati oleh Teleskop
Ruang Angkasa Hubble. Lontaran
gas dan debu ini mencapai jarak
6 triliun kilometer atau sekitar
40 000 kali jarak Bumi-Matahari.

http://hubblesite.org/gallery/showcase/stars/s2.shtml
Gelombang kejut yang menyerupai busur di
sekitar bintang sangat muda LL Ori yang diamati
oleh Teleskop Ruang Angkasa Hubble
http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/2002/05/image/a
 Akibat gelombang kejut ini, gas dingin di sekitarnya
akan mengalami pemampatan hingga terbentuk
kondensasi dan terbentuklah bintang baru

 Bintang baru ini pun akhirnya akan dilingkungi oleh


daerah HII yang mengembang cepat.

 Bintang lebih baru akan terbentuk lagi akibat


dorongan gas yang memuai ini.
 Begitulah seterusnya, pembentukan bintang
berlangsung secara berantai.
Gambar NGC 3603 yang diambil
oleh Teleskop Ruang Angkasa
Hubble memperlihatkan daur
kehidupan bintang-bintang. Dari
sebelah kanan bawah sampai
atas tengah dapat dilihat awan
gas raksasa dengan embrio
bintang yang berada di ujung
selubung bintang muda,
bintang deret utama yang
berada di gugus bintang dan
bintang maharaksasa dengan
cincinnya dan “bipolar outflow”

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1999/20
JEJAK EVOLUSI PRA DERET UTAMA
Jejak evolusi suatu bintang dapat diikuti pada diagram H-R
Diagram Hertzsprung-Russel (Diagram H-R)

15 M
4

5 M
Log L/L

2
3 M

1 M

4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4

log Te
JEJAK EVOLUSI PRA DERET UTAMA
Jejak evolusi suatu bintang dapat diikuti pada diagram H-R

Protobintang yang telah mengakhiri proses fragmentasi-


nya akan terus mengerut akibat gravitasinya.

 Awalnya temperatur dan luminositas bintang masih


rendah, kedudukannya di diagram H-R berada di
sebelah kanan (titik A)
 Hayashi menunjukkan bahwa bintang dengan
temperatur efektif terlalu rendah tidak mungkin
berada dalam kesetimbangan hidrostatis. Dalam
diagram H-R, daerah ini disebut daerah terlarang
Hayashi.
log L/L

log Te
A
 Kerapatan materi protobintang awalnya seragam,
kemudian materi makin merapat ke arah pusat
 Materi protobintang ini sebagian besar hidrogen
 Pada temperatur yang rendah kebanyakan hidrogen
berupa molekul H2
 Dengan meningkatnya temperatur, tumbukan antar
molekul semakin sering dan semakin hebat.

 Pada T 1 500 K, terjadi penguraian (disosiasi)


molekul hidrogen menjadi atom hidrogen.
 Untuk menyediakan energi yang besar guna
kelangsungan disosiasi, protobintang mengerut
lebih cepat.

 Pada temperatur yang lebih tinggi akan terjadi


proses ionisasi pada atom hidrogen dan helium.
Proses ini menyerap energi sehingga pengerutan
berlangsung terus

 Pengerutan dengan laju besar ini akan berakhir


apabila semua hidrogen dan helium di dalam telah
terionisasi semua.
Evolusi protobintang ditandai dengan keruntuhan cepat.
 Pada akhirnya protobintang akan menyeberang
daerah terlarang Hayashi (titik B)

 Setelah menjadi bintang pra deret utama, bintang akan


mengerut dengan laju yang lebih lambat menyusuri
pinggir luar daerah terlarang Hayashi

 Jejak evolusinya hampir vertikal (Te hampir tidak


berubah). Jejak ini dikenal sebagai jejak Hayashi.
Bintang mengerut dengan radiusnya mempunyai Protobintang menjadi bintang Pra
harga terbesar yang diperbolehkan oleh Deret Utama. L >, karena materi
kesetimbangan hidrostatis masih renggang sehingga energi
bebas terpancar keluar.

B
log L/L

Evolusi pra
D C
deret utama

log Te
Karena kekedapan (κ) menurun dengan naiknya temperatur

 Gradien temperatur di pusat bintang juga menurun


 Berlaku keadaan setimbang pancaran di pusat bintang

 Terbentuklah pusat yang energinya diangkut secara


pancaran
 Dengan membesarnya pusat pancaran yang
kekedapannya kecil, maka bintang pun makin berkurang
kekedapannya.
 Akibatnya akan lebih banyak energi yang mengalir
secara pancaran. Hal ini ditandai dengan naiknya
luminositas (titik C)
Bintang mengerut dengan radiusnya mempunyai Protobintang menjadi bintang Pra
harga terbesar yang diperbolehkan oleh Deret Utama. L >, karena materi
kesetimbangan hidrostatis masih renggang sehingga energi
bebas terpancar keluar.

B
log L/L

Evolusi pra
D C
deret utama

log Te
 Karena bintang tetap mengerut selama luminositasnya
meningkat, permukaan bintang menjadi panas, bintang
bergerak ke atas dan ke kiri dalam diagram H-R

 Laju evolusi pada tahap ini jauh lebih lambat


daripada sebelumnya.
 Pada akhirnya temperatur di pusat bintang cukup
tinggi untuk berlangsungnya pembakaran hidrogen

 Tekanan di dalam bintang menjadi besar dan


pengerutan terhenti
 Bintang menjadi bintang Deret Utama (titik D)
Bintang mengerut dengan radiusnya mempunyai Protobintang menjadi bintang Pra
harga terbesar yang diperbolehkan oleh Deret Utama. L >, karena materi
kesetimbangan hidrostatis masih renggang sehingga energi
bebas terpancar keluar.

B
log L/L

Evolusi pra
D C
deret utama

log Te
Bintang mengerut dengan radiusnya mempunyai Protobintang menjadi bintang Pra
harga terbesar yang diperbolehkan oleh Deret Utama. L >, karena materi
kesetimbangan hidrostatis masih renggang sehingga energi
bebas terpancar keluar.

B
log L/L

Evolusi pra
D C
deret utama

log Te
Waktu yang diperlukan sebuah bintang berevolusi dari
awan antar bintang menjadi bintang deret utama
bergantung pada massanya.
 Makin besar massa bintang, makin singkat waktu yang
diperlukan untuk mencapai deret utama
Waktu yang diperlukan bintang utk
mencapai deret utama

Massa Waktu
(M) (tahun)
15 0,2 x 104
5 5,8 x 105
2 8 x 106
1 5 x 107
0,5 1 x 108
Contoh bintang pra deret utama : Bintang T Tauri

Bintang HL Tau yang merupakan bintang jenis T Tauri yang


diamati oleh Teleskop Canada-France-Hawai.
http://www.ifa.hawaii.edu/ao/images/TTauri/FULL_ring.html
Bintang UY Aur, yaitu bintang ganda jenis T Tauri yang diamati oleh
Teleskop Canada-France-Hawai. Pada gambar tampak kedua bintang
masih diselimuti oleh awan antar bintang.

http://www.ifa.hawaii.edu/ao/images/TTauri/FULL_ring.html
Apabila massa protobintang terlalu kecil, maka temperatur
di pusat tidak cukup tinggi untuk melangsungkan reaksi
pembakaran hidrogen
 Batas massa untuk bisa berlangsungnya pembakaran
hidrogen adalah 0,1 M (0,08 M)
 Protobintang dengan massa lebih kecil dari batas ini
akan mengerut dan luminositasnya menurun
 Protobintang akan mendingin menjadi bintang
katai coklat (Brown Dwarf)
Paramater fisik bintang katai coklat:
Luminositas : 2 x 10-6 L
Temperatur : 700 K
Massa : 20 - 50 MJ = 0,02 – 0,05 M
Bintang katai coklat Gliese 229B yang diamati oleh
teleskop Palomar (kiri) dan yang diamati oleh Teleskop
ruang angkasa Hubble.
http://imgsrc.hubblesite.org/hu/db/1995/48/images/a/formats/web_print.jpg
Bintang katai coklat TWA 5B yang diamati oleh satelit Sinar-X
Chandra. Bintang katai coklat ini mengorbit bintang ganda
muda yang dikenal sebagai TWA 5A. Bintang ini jaraknya 180
tagun cahaya dan berada di konstelasi Hydra. Bintang katai
coklat ini mengorbit bintang ganda pada jarak 2,75 kali jarak
Matahari ke Pluto.
SIFAT BINTANG DI DERET UTAMA
Energi yang dipancarkan bintang pada tahap pra deret
utama berasal dari pengerutan gravitasi.
 Akibat pengerutan gravitasi, temperatur di pusat
menjadi semakin tinggi.
 Pada temperatur sekitar 10 juta derajat, inti hidrogen
mulai bereaksi membentuk helium.
 Energi yang dibangkitkan oleh reaksi ini menyebabkan
tekanan di dalam bintang menahan pengerutan
gravitasi dan bintang menjadi mantap.
 Bintang mencapai deret utama berumur nol (zero
age main sequence – ZAMS)
Kedudukan deret utama berumur nol dalam
diagram H-R bergantung pada komposisi kimia
bintang.

4
1,0
X = 0,75 Kedudukan ZAMS untuk
y = 0,001
bintang dengan berbagai
0,8 1,0 komposisi kimia dan
Mbol

X = 0,999 berbagai massa.


6 Z = 0,001

0,6 0,8

0,6
8

3,8 log Te 3,6


 ZAMS untuk bintang dengan komposisi kimia yang
berbeda merupakan jalur yang hampir sejajar.

 Jadi deret utama berumur nol (ZAMS) merupakan


kedudukan bintang dengan reaksi inti di pusatnya yang
komposisi kimianya masih homogen.

1,0
X = 0,75
4
y = 0,001

0,8 1,0
Mbol

X = 0,999
6 Z = 0,001

0,6 0,8

0,6
8

3,8 log Te 3,6


Akibat reaksi inti di pusat bintang, hidrogen di pusat
bintang berkurang dan helium bertambah.
 Akibatnya struktur bintang berubah secara perlahan
 Kedudukan bintang di diagram H-R berubah secara
perlahan.
 Bintang menjadi lebih terang, radiusnya bertambah
besar dan temperatur efektifnya berkurang, namun
belum bergeser terlalu jauh dari ZAMS.
 Sebagai contoh, apabila hidrogen di pusat bintang
sudah berkurang sebanyak 10%, maka bintang akan
lebih terang paling tinggi dua kalinya, dan
temperatur efektifnya turun sekitar 10%. Tahao
evolusi ini disebut tahap deret utama
Deret utama bagian atas merupakan kedudukan
bintang yang luminositas dan massanya besar

log L/L

log Te

Deret utama bagian bawah merupakan


kedudukan bintang yang luminositas dan
massanya kecil
Massa bintang menentukan berapa lama bintang berada
di deret utama.
Hubungan luminositas (L) dan massa (M) bintang :

L  M3,5
 Makin besar massa bintang, makin besar pula luminositasnya

Lama bintang di deret utama (t) dapat ditaksir oleh rumus :


tE/L
Energi (E) yang terkandung di dalam bintang sebanding
dengan massa bintang :
EM
Dengan demikian : t  M / L sehingga t  M-2,5
Hubungan massa – luminositas bintang deret utama
L  M3,5

Bintang deret utama yang terang mempunyai massa yang


lebih besar daripada yang bintang deret utama yang lemah.

Jadi, bagian atas deret utama adalah bintang-bintang


dengan luminositas dan massa besar, sedangkan bagian
bawah adalah tempat bintang-bintang dengan luminositas
dan massa rendah.

t  M-2,5

Makin besar massa bintang, makin singkat bintang itu


berada di deret utama.
Umur bintang di deret utama

M/M TE (tahun)
15,0 1,0 x 107
10,0 2,0 x 107
5,0 7,0 x 107
3,0 2,0 x 108
1,5 2,0 x 109
1,0 1,0 x 1010
Bintang-bintang dalam suatu gugus bintang mempunyai berbagai
massa; Ketika bintang bermassa kecil masih berada di tahap
deret utama, bintang bermassa besar sudah berakhir hidupnya
Globular Cluster M55

Diagram H-R gugus bintang menunjukkan bahwa di bagian


bawah lebih banyak bintang daripada di bagian atas.
http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap000922.html
Sebagian besar massa hidup bintang dihabiskan di deret
utama (sekitar 2/3 dari massa hidupnya).
 Kemungkinan menjumpai bintang yang berada pada
tahap deret utama jauh lebih besar daripada
menjumpai bintang yang berada dalam tahap lainnya.

 Oleh karena itu dalam


diagram H-R, sebagian
besar bintang menempati
deret utama
 Karena bintang bermassa besar umurnya di deret utama
relatif singkat, maka bintang biru kelas O dan B di ujung
deret utama bukanlah bintang tua, umurnya baru
beberapa juta hingga beberapa puluh juta tahun.
 Jadi semua bintang kelas O dan B ini letaknya belum
jauh dari tempat kelahirannya.
 Dari hasil pengamatan diketahui bahwa banyak bintang-
bintang biru kelas O dan B letaknya berasosiasi dengan
awan antar bintang, contohnya bintang biru di gugus
Pleiades yang masih diselimuti awan antar bintang.
Bintang-bintang di Gugus Pleiades yang
masih diselubungi awan antar bintang.
Umur gugus ini sekitar 100 juta tahun
(1/50 umur matahari)
REAKSI INTI DI DALAM BINTANG
Komposisi kimia bintang  dominan hidrogen dan helium
dengan hidrogen yang paling banyak
Pembangkitan energi di dalam bintang  terutama oleh
reaksi fusi hidrogen menjadi helium
Bintang bermassa kecil seperti Matahari  reaksi proton –
proton (PP) [suhu pusat bintang = 15 juta derajat]

4 1H1 ---> 2He4

Bintang bermassa besar ( > 1,5 M)  reaksi CNO cycle


[suhu pusat bintang > 18 juta derajat]
4 1H1 ---> 2He4
Pada awalnya komposisi bintang homogen (seragam), sama
di seluruh bintang, mulai dari pusat hingga permukaan.
Namun akibat berlangsungnya reaksi inti di pusat bintang,
hidrogen di pusat berkurang sedangkan helium bertambah.
Jadi dengan perlahan terjadi perubahan komposisi kimia di
pusat bintang; Sedikit demi sedikit bintang tidak homogen
lagi komposisi kimianya.
Letak bintang di diagram H-R berubah dengan lambat;
Bintang menjadi lebih terang, radiusnya bertambah, dan
temperatur efektifnya berkurang.
Bintang bergeser ke kanan atas diagram H-R.
3 6 Jejak evolusi bintang
1
15 M
2
setelah deret utama di
diagram H-R untuk bintang
4 3 4
1
2 5
6
dengan berbagai massa
5 M 6 6
Log L/L

3 3 4
1
2
3 M
5

4 5
3
1 2
1
1 M
0

4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4


log Te
EVOLUSI BINTANG BERMASSA 5 M
 Titik 1 : kedudukan deret utama
berumur nol (ZAMS)

4
 Titik 1 s/d 3 : kedudukan deret
utama
3 4
Log L/L

6
3 1
2 5
 Di titik 3 sebagian besar
5 M
hidrogen di pusat sudah habis
2
 Setelah hidrogen di pusat habis
1  pusat helium

0  Jika massa pusat helium


mencapai 10 – 15% massa
4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4
bintang, maka pusat helium
log Te akan runtuh (mengerut dengan
cepat)  disebut batas
Schonberg-Chandrasekhar.
 Pusat helium mengerut dg
cepat dan menjadi panas.
Reaksi pembakaran hidrogen
berlangsung di lapisan luar
yang melingkupi pusat helium

 Pada saat pusat bintang


mengerut, lapisan luar bintang
4 mengembang dengan cepat:
Bintang berevolusi menjadi
3 4
Log L/L

6
3 1
2
bintang raksasa merah.
5
5 M Jejaknya dalam diagram H-R
2 menuju ke kanan (titik 5) yang
disebut cabang raksasa merah
1
(red giant branch; RGB)
0  Pusat yang mengerut
temperaturnya makin tinggi
4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4 hingga helium di pusat yang
log Te tadinya merupakan abu sisa
pembakaran hidrogen,
sekarang menjadi bahan bakar
 Di titik 6, temperatur di pusat sudah cukup tinggi mencapai ratusan
juta derajat, berlangsunglah reaksi triple alpha yang mengubah helium
menjadi karbon dan oksigen (He  C + O)

 Pada saat itu bintang


mempunyai dua sumber energi,
yaitu pembakaran helium di
4 pusat dan pembakaran
3 4
hidrogen di lapisan atasnya.
Log L/L

6
3 1
2 5
5 M
Pusat Helium
2

4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4


log Te

Pembakaran Helium Pembakaran Hidrogen


 Tahap evolusi berikutnya
terjadi ‘looping’ (gerak bolak-
balik) dan selanjutnya bintang
akan mengembang lebih besar
lagi ke tahap cabang raksasa
asimtotis atau asymptotic giant
branch (AGB)

4
 Selang waktu evolusi bintang 5 M
• 1 – 3 : 5 x 107 tahun
3 4
Log L/L

6
3 1
5 M
2 5 pembakaran hidrogen di pusat
2 (deret utama)
• 3 – 5 : 4 x 106 tahun
1
pembakaran hidrogen di
0 selubung
• 6 – .. : 1 x 107 tahun
4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4
log Te pembakaran helium di pusat
EVOLUSI BINTANG BERMASSA 1 M
 Di deret utama: terjadi
pembakaran hidrogen menjadi
helium di pusat (terbentuk pusat
helium di pusat bintang)
 Setelah massa bintang
mencapai batas Schonberg-
Chandrasekhar (10 – 15%
massa Matahari), bintang
meninggalkan deret utama dan
menjadi bintang raksasa merah
(red giant) dimana radius dan
terangnya mencapai puluhan
kali dari yang sekarang (utk
Matahari terjadi setelah
umurnya 10 miliar tahun).
 Temperatur di pusat cukup tinggi   Kilatan Helium  keadaan
terjadi pembakaran helium degenerasi  kerapatan
 Bintang bermassa < 2 – 3 M , reaksi
elektron di pusat sangat tinggi
tidak stabil  laju reaksi meningkat   Akibatnya temperatur di pusat
Kilatan Helium (Helium flash) meningkat tinggi  elektron
tidak lagi terdegenerasi  gas
kembali sbg gas ideal  reaksi
berlangsung stabil 
temperatur efektif meningkat,
besar bintang menyusut shg
Kilatan helium
luminositas menurun  jejak
menuju ke kiri  bintang di
Cabang Horizontal (Horizontal
branch [HB])
 Bintang HB  terjadi
pembakaran helium di pusat
dan pembakaran hidrogen di
selubung
 Helium di pusat habis, menjadi
karbon dan oksigen
Kilatan Helium
Bintang bermassa besar ( > 2 – 3 M)  tidak terjadi
kilatan helium karena tekanan di pusat naik jika
temperatur naik (sifat gas ideal : P  T)
Tekanan naik menyebabkan gas di pusat bintang memuai
sehingga temperatur turun  menahan laju reaksi hingga
tidak meningkat cepat  reaksi pembakaran helium stabil

Bintang bermassa kecil  rapat massa di pusat bintang


sangat tinggi hingga elektron berada dalam keadaan
terdegenerasi  tekanan di pusat bintang diberikan oleh
elektron
Keadaan degenerasi  tekanan tidak bergantung pada
temperatur
Kilatan Helium
Jadi  ketika reaksi pembakaran helium terjadi 
temperatur meningkat namun tekanan tidak ikut meningkat
Reaksi menjadi tidak stabil  laju reaksi meningkat tidak
terkendali  terjadilah kilatan helium
 Panas yang ditimbulkan
 Pusat bintang kembali menyebabkan terbakarnya
mengerut; Pembakaran helium hidrogen yang belum
terjadi di selubung digunakan di sekelilingnya

Bintang mengembang menjadi


bintang Cabang Raksasa
Asimtotis (Asymptotis Gianti
Branch [AGB])
Matahari pada tahap AGB 
radiusnya mencapai 1,5 AU
(mencapai orbit Mars)
6

4 15 M
Luminositas
2
3 M

0
1 M

-2

4,5 4,0 3,5


Log T

Evolusi bintang sangat bergantung pada massa bintang


BINTANG BERMASSA KECIL
Helium
Bintang bermassa kecil
4
Flash seperti Matahari akan
Cabang Horizontal mengalami kilatan helium
3
Log L/L

Cabang
Raksasa  Setelah terjadi kilatan
Merah
2 helium, kedudukan
bintang di diagram H-R
1
akan menyebrang ke
0
cabang horizontal
 Setelah itu bintang
4,6 4,4 4,2 4,0 3,8 4,4
log Te
mengembang ke tahap
AGB (radius = 1 – 1,5 AU)
Lapisan  Helium di selubung
hidrogen pembakaran helium berkurang
 tekanan turun  lapisan
hidrogen ‘ambruk’ mengerut
 temperatur naik  reaksi
Selubung pembakaran hidrogen pembakaran hidrogen menjadi
helium meningkat 
Pusat karbon- menambah lapisan helium 
oksigen
pembakaran helium terpacu
kembali
Lapisan
helium  Terjadi kilatan helium di selubung
 menaikan tekanan  lapisan
hidrogen mengembang kembali
dan mendingin  pembakaran
Selubung pembakaran helium
helium menurun kembali
Struktur pusat bintang AGB
 Peristiwa di atas akan terulang
lagi
 Peristiwa tsb akan menaikkan luminositas berpuluh kali

 Dari waktu ke waktu, lapisan luar bintang akan terlontar keluar


dng kecepatan beberapa puluh km per detik
 Pusat bintang yang panas akan tampak

 Pusat bintang memancarkan radiasi ultraungu yang kuat

 Radiasi ini mengionisasi lapisan luar yang terlontar

 Lapisan luar akan bersinar seperti nebula emisi

Disebut Planetary Nebula


Planetary nebula tampak sebagai bintang panas yang
dikelilingi oleh cincin gas
 Pengamatan menunjukkan bahwa cincin gas itu mengembang dan
pusatnya mengerut
 Bintang pusat yang mengerut tersebut pada akhirnya akan
menjadi bintang katai putih (White Dwarf)
Planetary Nebula Helix yang berjarak 690 tahun cahaya. Gambar
ini merupakan gabungan dari hasil pemotretan dengan teleskop
Ruang Angkasa Hubble dan teleskop 4-m yang berada di Cerro
TololoInter-American Observatory, Chili

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1999/01/
Planetary Nebula NGC 3132 yang diabadikan oleh
teleskop Ruang Angkasa Hubble. Planetary nebula ini
berjarak 2 000 tahun cahaya

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1998/39/
Hydrogen-alpha (red)
ionized nitrogen (green)
neutral oxygen (blue)

Planetary Nebula Mata Kucing (Cat’s Eye Nebula - NGC 6543 yang
diabadikan oleh teleskop Ruang Angkasa Hubble. Planetary nebula
ini merupakan planetary nebula yang sudah tua (  1 000 tahun)
dan penampilannya sangat komplek. Jaraknya 3 000 tahun cahaya

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1995/01/
hydrogen (green)
ionized nitrogen (red)
doubly-ionized oxygen (blue)

Planetary Nebula Jam Gelas (Hourglass Nebula) yang diabadikan


oleh teleskop Ruang Angkasa Hubble. Planetary nebula ini
merupakan planetary nebula yang masih muda dan jaraknya 8 000
tahun cahaya

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1996/07/
Planetary Nebula NGC 2440. Pusatnya adalah bintang katai putih
yang baru terbentuk, merupakan bintang terpanas yang diketahui
(temperaturnya 200 000 derajat)
 Bintang yang massanya terlalu kecil ( 0,5 M) tak akan
mampu melangsungkan reaksi pembakaran helium.

 Evolusi awalnya sama seperti bintang yang


massanya lebih besar. Bintang membentuk pusat
helium yang terdegenerasi, tetapi kilatan helium
tidak terjadi karena temperatur pusatnya kurang
tinggi.

 Setelah membakar hidrogennya, bintang mengerut


menjadi bintang katai putih
 Pada umumnya bintang yang massanya < 5 M akan
berevolusi menjadi bintang katai putih setelah
melontarkan sebagian massanya.

 Setelah sumber tenaga energinya di dalam bintang


habis, bintang katai putih selanjutnya menjadi
bintang katai gelap.
BINTANG BERMASSA BESAR
 Untuk bintang bermassa sedang (5 ~ 10 M ?), akibat reaksi
pembakaran helium, karbon akan tertimbun di pusat
bintang dan membentuk pusat karbon.
 Pusat karbon akan mengerut hingga rapat massa
dan temperatur di pusat bintang makin tinggi.
 Pada temperatur yang cukup tinggi untuk
berlangsungnya pembakaran karbon, materi di
pusat sudah sangat terdegenerasi.
 Reaksi pembakaran karbon dalam keadaan
terdegenerasi akan sangat eksplosif hingga bintang
meledak. Bintang akan hancur berantakan. Ledakan
bintang ini disebut Supernova.
Nebula Kepiting (Crab Nebula) yang
merupakan sisa ledakan Supernova
 Untuk bintang bermassa besar (> 10 M ?), reaksi
pembakaran karbon sudah berlangsung sebelum
materi di pusat terdegenerasi.

 Reaksi pembakaran karbon berlangsung dengan


mantap (tidak eksplosif) demikian juga reaksi-reaksi
berikutnya.

 Dengan demikian di dalam bintang akan terbentuk


aneka inti berat yang pada akhirnya akan terbentuk
inti besi di pusat bintang.

 Inti besi tidak akan bereaksi membentuk unsur


yang lebih berat.
 Sebaliknya pada temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi, inti besi akan terurai menjadi inti
helium.
 Terurainya inti besi menjadi helium akan menyerap
energi. Akibatnya tekanan di pusat bintang
mendadak turun hingga pusat bintang runtuh
dengan dahsyat karena terhimpit beban yang berat.

 Keruntuhan pusat bintang membawa lapisan


luar yang masih kaya akan bahan bakar inti ke
tempat yang temperaturnya tinggi. Terjadilah
reaksi inti dengan laju yang sangat tinggi.

 Proses reaksi inti yang dalam keadaan normal


berlangsung ribuan atau jutaan tahun
dipercepat hanya dalam beberapa detik saja.
 Akibatnya terjadi suatu ledakan nuklir yang
maha dahsyat. Pusat bintang akan runtuh
menjadi benda yang sangat mampat sedangkan
bagian luarnya terlontar dengan kecepatan
puluhan ribu kilometer per detik.

 Supernova

Supernova 1987A
yang diamati oleh
teleskop Hubble
Eta Carinae yang berjarak
lebih dari 8000 tahun
cahaya dan berdiameter 10
milyar kilometer (hampir
sama dengan diameter
tatasurya). Eta Carinae
merupakan sisa-sisa
ledakan supernova yang
terjadi sekitar 150 tahun
yang lalu.

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1996/23/
Pada bulan Januari 2002,
sebuah bintang yang
lemah cahayanya tiba-tiba
menjadi 600 000 kali lebih
terang daripada Matahari
sehingga menjadi bintang
paling terang dalam galaksi
kita. Bintang yang bernama
V838 Monocerotis ini baru
saja meledakan dirinya
menjadi supernova.

http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/2003/10/
BINTANG NEUTRON DAN LUBANG HITAM
 Pusat bintang yang runtuh menjadi sangat mampat.
Elektron di pusat bintang akan terhimpitkan sehingga
makin dekat dengan inti.
 Akhirnya banyak elektron menembus inti.
 Elektron yang menembus inti ini menyatu dengan
proton membentuk neutron
 Akibatnya akan terbentuk gas yang kaya dengan neutron.
 Apabila rapat massa gas mencapai 1015 gram per
cm3 (satu milyar ton per cm3), hampir seluruh
materi berupa neutron.
 Pada keadaan yang sangat mampat ini, gas neutron
terdegenerasi.
 Neutron yang terdegenerasi ini akan memberikan
tekanan balik yang menghentikan pengerutan.

 Bintang akan mantap dengan radius sekitar 10 km


saja, namun massanya menyerupai matahari yang
radiusnya 700 000 km.

 Bintang ini disebut


bintang neutron

Bintang neutron
(anak panah) yang
diabadikan oleh
teleskop Hubble
 Teori bahwa bintang neutron terbentuk dari ledakan
supernova sudah diajukan pada tahun 1934 oleh Baade
dan Zwicky.
 Perhitungan teori mengenai struktur bintang
neutron telah dilakukan oleh Oppenheimer dan
Volkoff pada tahun 1939.
 Bintang neutronnya baru ditemukan pada tahun
1967 oleh seorang mahasiswi yang bernama Jocelyn
Bell.
 Bintang neutron yang ditemukan Bell ini adalah
bintang neutron yang berputar cepat yang disebut
dengan Pulsar (pulsating radio source)
 Pulsar ini memancarkan gelombang radio dari
kutub magnetnya pada arah tertentu, sehingga
pulsar tampak seperti berdenyut (Dari pengamatan
dengan teleskop radio, pulsar memancarkan sinyal
yang berulang dengan irama yang tetap).
Animasi ledakan supernova hingga bintang menjadi Pulsar
Pada tahun 1967, di tengah
nebula kepiting ini
ditemukan sebuah pulsar
yang dikenal dengan nama
Pulsar Kepiting yang
berdenyut dengan periode
0,033 detik
Crab Pulsar "On" Crab Pulsar "Off"
 Bintang yang mengalami keruntuhan gravitasi, medan
magnetnya akan ikut terjerat oleh materi yang
termampatkan hingga kekuatannya menjadi berlipat
ganda.

 Pulsar memancarkan energi dalam bentuk pancaran


dwikutub magnet (magnetic dipole radiation) dan
pancaran partikel relativistik
 Dari pembicaraan yang lalu telah kita ketahui bahwa
apabila pusat suatu bintang mengalami keruntuhan
gravitasi, maka bagian luar bintang akan terlontar
keluar dengan menghamburkan unsur berat yang
dihasilkan oleh reaksi inti di dalam bintang.
 Pusat yang runtuh itu bisa menjadi bintang neutron
yang diamati sebagai pulsar.

 Dari perhitungan teori diperoleh bahwa jika bintang


yang runtuh tersebut massanya lebih dari 3 M, maka
tekanan degenerasi elektron dan neutron tak akan
mampu menghentikan keruntuhan gravitasi bintang.

 Bintang semakin mampat, medan gravitasi di


permukaannya semakin kuat.
 Menurut K. Schwarzschild apabila radius bintang
mencapai

2GM
Rs = . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
c2

maka cahaya tak dapat lepas dari pemukaannya.


Bintang disebut Lubang Hitam (Black Hole),
sedangkan Rs disebut radius Schwarzschild.
Permukaan bola yang radiusnya sama dengan radius
Schwrzschild disebut event horizon. Di pusat lubang hitam
terdapat singularitas, yaitu daerah dimana hukum-hukum fisika
yang ada tidak berlaku karena lingkungannya sangat ekstrem.
Menurut Roger Penrose’s, walau pun hukum-hukum fisika tidak
berlaku di dalam event horizon, namun tidak berpengaruh pada
fisik di luar lubang hitam.
Lubang Hitam di Galaksi NGC
4261 yang berjarak 100 juta
tahun cahaya (Hasil
Pengamatan Teleskop Ruang
Angkasa)
Nebula Orion
Protobintang
Nebula Orion
Bintang Raksasa
Merah

Bintang Deret Utama


(90% umurnya berada
di Deret Utama)

Bintang Maharaksasa
Merah
Planetary Nebula
Bintang dengan
massa kecil

Bintang Raksasa
Merah

Bintang Katai
Gelap

Bintang Katai Putih


Bintang dengan Supernova

massa besar

Bintang
Maharaksasa Merah

Supernova 1987A yang berada di Large


Magellanic Cloud. Gambar kanan (anak
panah) bintang sebelum menjadi supernova,
kiri setelah menjadi supernova

Supernova remnant
(Crab Nebula)
Bintang Neutron

Bintang yang materinya terdiri


dari neutron dengan kerapatan
yang sangat tinggi (~1 milyar
ton per cm3) tetapi radiusnya
kecil (~ 10 km)

Bintang neutron (anak panah) yang


diabadikan oleh teleskop Hubble

Supernova remnant
(Crab Nebula)

Lubang Hitam (Black Hole)

Anda mungkin juga menyukai