Anda di halaman 1dari 9

Galaksi dan Alam Semesta meliputi

Sejarah Kosmologi, Quaser, Kosmik,


dan Materi Antar Bintang
Kosmologi (dalam bahasa Yunani, κόσμος (kósmos), yang
berarti "dunia", dan 'logos' artinya "ilmu") adalah ilmu yang
Kosmologi mempelajari tentang struktur dan sejarah alam semesta
berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan
dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi
dipelajari dalam astronomi, filosofi, dan agama.

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: The Big Bang) merupakan
sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan
kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal
juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahsyat). Berdasarkan
permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan
padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran
terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun
lalu,[1][2] yang kemudian selalu menjadi Referensi sebagai waktu terjadinya Big Bang
tersebut
Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma
Belgia, dianggap sebagai orang pertama yang
mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul
alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "
hipotesis atom purba"

Prinsip kosmologi tidaklah benar-benar sebuah prisip, melainkan asumsi yang digunakan
untuk membatasi dari begitu banyaknya teori kosmologi yang mungkin. Prinsip ini
diturunkan dari pengamatan alam semesta dalam skala besar, dan menyatakan bahwa
Pada skala yang besar, alam semesta adalah homogen dan isotropik.
Dalam sudut pandang kosmologi, galaksi merupakan struktur yang sangat kecil di alam
semesta. Bahkan kluster galaksi (yang dapat beranggotakan hingga ribuan galaksi) pun
hanyalah sebuah fluktuasi kecil dalam hal kerapatan alam semesta. Dengan demikian, pada
skala besar, alam semesta tampak memiliki kerapatan yang sama dimana pun kita berada.
Pada skala ini kita tidak lagi memiliki acuan arah atau acuan tempat.
Quaser

Quasar tampak berkilau di tepian alam semesta


yang dapat kita lihat. Benda ini melepaskan energi
yang setara dengan energi ratusan galaksi yang
digabungkan. Bisa jadi quasar merupakan black
hole yang sangat besar sekali di dalam jantung
galaksi jauh. Gambar ini adalah quasar 3C 273,
yang dipotret pada 1979.

Ketika teleskop radio pertama kali menyalakan langit, titik sumber gelombang radio
ditemukan (bersama dengan penyebaran-keluar daerah emisi bersama Bima Sakti). Para
astronom menggunakan cahaya tampak biasa teleskop berbalik menuju titik-titik radio dan
melihat untuk melihat apa yang ada.
Diperkirakan keruntuhan materi ke dalam lubang hitam supermasif dapat mengakibatkan
di daerah yang sangat panas dimana energi besar yang dilepaskan, powering quasar (yaitu,
menghasilkan cahaya yang dipancarkan, dll).
Elektron dekat pusat Quasar dapat dipercepat hingga kecepatan mendekati kecepatan
cahaya. Di hadapan medan magnet (yang hadir di daerah yang sama), elektron bergerak
sepanjang jalur heliks (jalan yang terlihat seperti Slinky berbaring), dan sebagai hasilnya,
mereka memancarkan gelombang radio (itu disebut sinkrotron radiasi, karena ini gelombang
yang diamati di Bumi ketika fisikawan mengirim elektron energi tinggi berputar-putar
menggunakan medan magnet, di akselerator partikel panggilan synchrotrons).
kosmik

Kalender Kosmik adalah cara membayangkan luasnya sejarah alam semesta


dengan merangkum usianya selama 13,8 miliar tahun menjadi satu tahun
saja. Dalam gambaran ini, Ledakan Besar terjadi pada awal 1 Januari dini
hari, dan masa kini terangkum pada akhir 31 Desember dini hari.[1] Dalam
skala ini, setiap detiknya berarti 438 tahun, setiap jamnya berarti 1,58 juta
tahun, dan setiap harinya berarti 37,8 juta tahun. Konsep ini dipopulerkan
oleh Carl Sagan dalam bukunya, The Dragons of Eden, dan seri televisinya,
Cosmos.
Pada pertengahan terakhir abad ke-20, perkembangan kosmologi
berdasarkan pengamatan, juga disebut fisika kosmologi, mengarahkan
pada pembagian kata alam semesta ini, antara kosmologi pengamatan
dan kosmologi teoretis; yang (biasanya) para ahli menyatakan tidak ada
harapan untuk mengamati keseluruhan dari ruang waktu kontinu,
kemudian harapan ini dimunculkan, mencoba untuk menemukan
spekulasi paling beralasan untuk model keseluruhan dari ruang waktu,
mencoba mengatasi kesulitan dalam mengimajinasikan batasan empiris
untuk spekulasi tersebut dan risiko pengabaian menuju metafisika
Alam Semesta juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dianggap ada secara fisik, seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk
materi serta energi. Istilah semesta atau jagat raya dapat digunakan
dalam indra kontekstual yang sedikit berbeda, yang menunjukkan
konsep-konsep seperti kosmos, dunia, atau alam.
Materi Antar Bintang

Materi antar bintang (interstellar matter) adalah sebutan untuk


pengisi kekosongan itu. Lalu, seberapa penting keberadaan materi
antar bintang (MAB)? Sebenarnya penting sekali, karena sifat materi
penyusunnya mempengaruhi apa yang kita pelajari dalam astronomi.
Dengan mempelajari MAB, kita jadi tahu bagaimana MAB
meredupkan, memerahkan, atau bahkan menghalangi cahaya bintang.
Selain itu juga MAB memberikan petunjuk mengenai komposisi materi
pembentukan bintang, karena bintang lahir dari MAB ini. Artikel kali
ini hanya akan membahas pengaruh MAB terhadap cahaya bintang.
Secara umum terdapat dua jenis penyusun materi antar bintang,
yang pertama adalah debu antar bintang dan yang kedua adalah gas.
Masing-masing jenis materi ini memberikan pengaruh yang berbeda
ketika diamati. Berikut ini akan saya bahas masing-masing dalam dua
poin besar.
A. Debu Antar Bintang
Materi ini jauh lebih kecil kelimpahannya
dibandingkan dengan gas antar bintang, namun i. Nebula Gelap
pengaruhnya terhadap berkas cahaya visual lebih ii. Efek Redupan
besar. Hal ini disebabkan ukuran partikelnya yang
iii. Efek Pemerahan
besar (dalam orde 1/1000 mm), bandingkan
dengan panjang gelombang cahaya tampak iv. Nebula Pantulan
(1/20000 mm), sehingga materi ini cenderung
untuk menyerap dan menghamburkan berkas
cahaya. Debu antar bintang ini tersusun dari
partikel-partikel es, karbon, atau silikat

B. Gas Antar Bintang


Materi utama penyusun gas antar bintang ini adalah
i. Daerah H II, Nebula Hidrogen dengan sedikit Helium. Kepadatan gas
Emisi dalam suatu ruang antar bintang biasanya mencapai
ii. Daerah H I, Awan 1 atom/cm3 , sementara di beberapa tempat,
Hidrogen Netral kepadatan partikel gas antar bintang dapat
iii. Molekul antar bintang mencapai 105 atom/cm3 . Namun kerapatan ini
masih jauh lebih rendah daripada kepadatan gas di
Bumi, 1019 atom/cm3. Nebula gas ini dibagi dua,
daerah H I dan H II.

Anda mungkin juga menyukai