Nah ketika helium sudah habis terbakar maka bintang-bintang hanya memiliki unsur berat di
dalam bintang. Dan di tahap ini bintang sudah mulai menuju akhir hidup. Akhir hidup bintang itu
sendiri bermacam-macam tergantung massa bintang itu sendiri.
Untuk bintang dengan massa rendah atau kurang dari 0,08 5 massa Matahari saat berada di
Deret Utama akan menjalani rute sebagai planetari nebula. Dan untuk inti bermassa rendah (1,4
massa Matahari) akan berakhir sebagai bintang katai putih.
Bintang massa menengah dengan inti antara 1,4 3 massa Matahari akan berakhir sebagai
bintang netron. Setelah terjadi keruntuhan, bintang kecil tersebut menjadi sebuah bintang netron.
Yang unik, bintang netron ini memiliki massa sekitar 2 kali massa Matahari tapi ukurannya
sangat kecil hanya selebar 24 km atau 60000 kali lebih kecil dari Matahari. Bintang netron ini
sangat mampat dan memiliki neutron sebagai penyusunnya. Untuk inti bintang menjadi bintang
neutron terlebih dahulu terjadi ledakan supernova yang menghempaskan selubung bintang.
Bintang yang lebih masif antara 10 -20 massa Matahari akan berakhir dengan ledakan supernova.
Sebuah bintang dikatakan masif kalau massanya lebih dari 8 massa Matahari. Dan sampai saat
ini bintang paling masif yang ditemukan massanya sekitar 150-200 massa Matahari yakni
bintang R136a1, sebuah bintang hiper raksasa biru yang massanya 265 massa Matahari. Bintang
R136a1 berada di Nebula Tarantula, di Awan Magelan Besar.
melihat bahwa efek terowong dalam fisika kuantum dapat mengatasi masalah ini, sehingga
reaksi fusi dapat terjadi dalam lingkungan dengan temperatur dan tekanan yang tidak terlalu
tinggi. Daur proton-proton yang diusulkan oleh Hans Bethe adalah reaksi fusi yang tidak terlalu
peka terhadap suhu dan berlangsung dengan lambat. Daur ini juga yang membuat bintangbintang sekelas matahari dan yang lebih kecil dapat berumur jauh lebih panjang.
Di lain pihak, daur karbon-nitrogen-oksigen berlangsung pada temperatur dan tekanan yang
tinggi yaitu saat energi kinetik mampu mengatasi penghalang gaya Coulomb. Daur karbonnitrogen-oksigen berlangsung dengan laju cepat, sehingga sekali bintang memiliki cukup tekanan
dan temperatur, daur ini akan lebih dominan ketimbang rantai proton-proton. Dengan daur CNO,
terjadi semacam siklus melingkar, semakin tinggi temperatur, semakin cepat reaksi berlangsung,
dan semakin cepat reaksi berlangsung, semakin tinggi temperatur. Daur ini yang dominan terjadi
pada bintang-bintang yang lebih masif daripada matahari.
membuat struktur bintang sekelas matahari dan yang lebih kecil berbeda dengan struktur bintang
yang lebih masif.
Struktur bintang sekelas matahari atau yang lebih kecil
Konveksi terjadi ketika terdapat perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua lapisan
fluida. Gas dan plasma, dua wujud zat di dalam bintang, berlaku sebagai fluida. Dalam konveksi,
energi dibawa oleh materi yang bergerak dari lapisan yang bertemperatur tinggi ke rendah.
Seperti yang telah dibicarakan di atas, pembangkitan energi pada bintang-bintang sekelas
matahari atau yang lebih kecil, terutama ditempuh melalui mekanisme rantai proton-proton yang
tidak terlalu peka terhadap suhu. Hal ini menyebabkan temperatur pada lapisan-lapisan di bagian
inti tidak terlalu jauh berbeda sehingga konveksi tidak terjadi. Energi di bagian inti diangkut
keluar dengan cara radiasi.
Sebaliknya di bagian luar bintang, temperatur cukup rendah sehingga mengijinkan atom
hidrogen berada dalam keadaan netral. Pada satu titik di dalam bintang antara inti dan
permukaan, foton-foton berenergi tinggi dalam panjang gelombang ultra violet yang diradiasikan
dari inti kemudian diserap oleh hidrogen-hidrogen netral untuk mengionisasi diri, sehingga
seolah-olah lapisan ini menjadi tidak tembus cahaya ultra violet. Dari titik ini penghantaran
dengan cara radiasi berhenti dan energi kemudian diangkut secara konveksi.
Zona konveksi dan radiasi dari bintang-bintang dengan massa berbeda. Sumber: Wikipedia
Pada bintang-bintang bermassa lebih besar daripada matahari, reaksi CNO yang sangat peka
pada temperatur membuat gradien temperatur di inti sangat besar. Semakin dalam kita masuk ke
lapisan-lapisan di bagian inti maka semakin tinggi temperatur, sehingga semakin cepat reaksi
berlangsung. Semakin cepat reaksi berlangsung, berakibat pada semakin tingginya temperatur,
begitu seterusnya, sehingga perbedaan temperatur antar lapisan di bagian inti menjadi begitu
besar yang membuat pengangkutan energi di pusat diangkut dengan cara konveksi.
Energi yang begitu besar yang dibangkitkan dari reaksi CNO membuat bagian luar bintang juga
memiliki temperatur yang tinggi sehingga hampir semua atom hidrogen berada dalam keadaan
terionisasi. Hal ini menyebabkan foton-foton ultra violet tidak menemui halangan dan lolos
begitu saja, sehingga penghantaran energi dengan cara radiasi lebih dominan di bagian kulit
bintang.
Jadi untuk bintang-bintang yang lebih masif daripada matahari, lapisan radiasi dominan di
bagian kulit/luar sementara lapisan konveksi dominan di bagian inti.