Anda di halaman 1dari 7

Apa itu siklus bintang?

Semasif apa sebuah


bintang?
Minggu, 29 Apr 2012 | Penulis: Pengembara Angkasa
Aku kok bingung tentang siklus bintang ya? Apa yang dimaksud bintang neutron, bintang ketai
coklat, bintang ketai putih? dan seberapa besar bintang dikatakan masif? Kalau boleh tau bintang
paling masif yang diketahui keberadaannya di alam smesta sebesar apa? dimana letaknya? dan
apa nama bintangnya?
Siklus bintang itu sama seperti siklus kehidupan manusia yang dimulai dari lahir, bertumbuh
menjadi bintang muda dan kemudian seiring usia bintang memasuki masa tua sampai akhirnya
bintang juga mengakhiri hidupnya.

Siklus hidup bintang. Kredit : http://seasky.org


Bintang lahir dari awan gas dan debu di dalam galaksi yang berinteraksi. Sama seperti manusia
bintang juga butuh energi untuk tetap bertahan. Energi pada bintang dihasilkan oleh pembakaran
hidrogen di dalamnya. Tapi ada juga bintang yang tidak bisa membangkitkan pembakaran di
dalam dirinya, dan kita kenal sebagai bintang katai coklat atau sering disebut sebagai bintang
yang gagal.
Saat hidrogen habis, yang menjadi bahan bakar berikutnya adalah helium. Ketika hidrogen di inti
habis, pembakaran hidrogen berlangsung di selubung bintang. Inti bintang runtuh dan terjadi
pembakaran helium di inti. Pada saat itu, selubung akan mengembang dan bintang memasuki
tahap raksasa merah.

Nah ketika helium sudah habis terbakar maka bintang-bintang hanya memiliki unsur berat di
dalam bintang. Dan di tahap ini bintang sudah mulai menuju akhir hidup. Akhir hidup bintang itu
sendiri bermacam-macam tergantung massa bintang itu sendiri.
Untuk bintang dengan massa rendah atau kurang dari 0,08 5 massa Matahari saat berada di
Deret Utama akan menjalani rute sebagai planetari nebula. Dan untuk inti bermassa rendah (1,4
massa Matahari) akan berakhir sebagai bintang katai putih.
Bintang massa menengah dengan inti antara 1,4 3 massa Matahari akan berakhir sebagai
bintang netron. Setelah terjadi keruntuhan, bintang kecil tersebut menjadi sebuah bintang netron.
Yang unik, bintang netron ini memiliki massa sekitar 2 kali massa Matahari tapi ukurannya
sangat kecil hanya selebar 24 km atau 60000 kali lebih kecil dari Matahari. Bintang netron ini
sangat mampat dan memiliki neutron sebagai penyusunnya. Untuk inti bintang menjadi bintang
neutron terlebih dahulu terjadi ledakan supernova yang menghempaskan selubung bintang.
Bintang yang lebih masif antara 10 -20 massa Matahari akan berakhir dengan ledakan supernova.
Sebuah bintang dikatakan masif kalau massanya lebih dari 8 massa Matahari. Dan sampai saat
ini bintang paling masif yang ditemukan massanya sekitar 150-200 massa Matahari yakni
bintang R136a1, sebuah bintang hiper raksasa biru yang massanya 265 massa Matahari. Bintang
R136a1 berada di Nebula Tarantula, di Awan Magelan Besar.

Struktur Bintang : Sejarah dan


Pengukurannya
Kamis, 7 Jan 2010 | Penulis: Gabriel Iwan
Pengetahuan mengenai struktur bintang menempuh perjalanan yang panjang. Untuk
mengetahuinya para astronom hanya mengandalkan penampakan bintang dari luar saja. Tulisan
ini mencoba mengetengahkan bagaimana perjalanan itu berlangsung.
Apakah bintang itu?

Bintang-bintang. Sumber: wikipedia


Sebelum menyelam lebih dalam untuk mengetahui struktur bintang, orang harus dapat
mendefinisikan terlebih dahulu apakah bintang itu sebenarnya berdasarkan penampakannya dari
luar.
Sejak jaman dulu, orang mencoba menerka-nerka apa sebenarnya bintang itu, si bintik-bintik
cahaya kecil di langit. Bahwa bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain yang letaknya
sangat jauh, sudah dipostulatkan oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno, Demokritus dan Epikurus, dan
dipertegas pada 1584 oleh Giordano Bruno, seorang filsuf Italia, hingga akhirnya mencapai
konsensus di kalangan astronom seabad kemudian.
Satu-satunya penghubung antara Matahari/bintang dan pengamat hanyalah cahayanya. Untuk
dapat menjawab apakah sebenarnya bintang itu, cahaya inilah yang diubek-ubek, dikumpulkan,
disebarkan lagi, dipilah-pilah, diputar-putar, dan sebagainya. Joseph von Fraunhofer pada
1814, melewatkan cahaya Matahari pada sebuah prisma. Dia mencatat dan memetakan sejumlah
garis-garis gelap dalam spektrum Matahari, yang kemudian disebut sebagai garis-garis
Fraunhofer. Gustav Robert Kirchhoff dan Robert Bunsen kemudian menemukan bahwa garisgaris tersebut berasal dari gas bertekanan rendah dan berhubungan dengan suatu elemen kimia
yang berada di lapisan atas matahari. Fraunhofer juga kemudian menemukan bahwa bintangbintang lain juga memiliki spektrum seperti Matahari, tetapi dengan pola garis-garis gelap yang
berbeda. Jadi dari sini kemudian astronom berkesimpulan bahwa bintang sebenarnya adalah
sebuah bola gas.

Garis-garis Fraunhofer. Sumber : Wikipedia


Penelitian spektrum bintang dapat mengungkap elemen apa saja yang ada di bintang, namun
seberapa besar kelimpahan elemen ini baru bisa ditentukan pada 1925 setelah Cecilia PayneGaposchkin, dengan menggunakan teori ionisasi dari Meghnad Saha, berhasil mengungkapkan
bahwa hidrogen adalah elemen kimia paling berlimpah. Jadi bintang adalah sebuah bola gas yang
berpijar dengan hidrogen sebagai elemen paling berlimpah.
Pembangkitan energi di dalam bintang
OK, deal, bintang adalah bola gas yang berpijar dengan hidrogen adalah unsur paling berlimpah.
Untuk mengetahui strukturnya, astronom melakukan pendekatan baik dari luar maupun dari
dalam. Pendekatan dari luar dilakukan sesederhana pengamatan dari luar. Pendekatan dari dalam
memunculkan satu pertanyaan penting: apa yang terjadi di pusat bintang? Bintang bisa bersinar
haruslah ada energi yang dibangkitkan di bagian dalamnya.

Reaksi rantai proton-proton. Sumber: Wikipedia


Di pertengahan abad ke-19, Lord Kelvin dan Hermann von Helmholtz, dengan menggunakan
teori konservasi energi mempostulatkan bahwa energi yang dihasilkan Matahari berasal dari
pengerutan gravitasi. Proses pengerutan mengubah energi gravitasi menjadi energi panas dan
meningkatkan suhu di inti Matahari. Dengan harga massa dan radius Matahari sekarang, dan
kemudian membaginya dengan jumlah energi yang dipancarkannya, akan didapatkan usia
Matahari berdasarkan mekanisme Kelvin-Helmholtz pada kisaran 18 juta tahun saja. Tentu saja
hal ini bertentangan dengan bukti-bukti geologi dan biologi yang mendukung bahwa kehidupan
sudah berlangsung selama miliaran tahun dan seharusnya Matahari sudah ada sejak saat itu.
Walau begitu mekanisme Kelvin-Helmholtz penting pada masa-masa awal pembentukan
Matahari.
Perkembangan fisika kuantum, menelurkan teori baru akan pembangkitan energi di dalam
bintang. Adalah Sir Arthur Eddington pada 1920 yang mengemukakannya untuk pertama kali,
melibatkan dua proton yang bergabung untuk membentuk satu inti helium dikuti dengan
pelepasan energi. Pada 1939, Hans Bethe mengemukakan mekanisme daur proton-proton untuk
pembangkitan energi di dalam bintang sekelas matahari, melengkapi teori mekanisme daur
karbon-nitrogen-oksigen yang dikemukakan sebelumnya pada 1938 oleh Carl Friedrich von
Weizscker.
Ketika Eddington mengungkapkan usulannya untuk pertama kali, didapati bahwa tekanan dan
temperatur Matahari tidak cukup tinggi untuk melangsungkan pembakaran fusi hidrogen. Bethe

melihat bahwa efek terowong dalam fisika kuantum dapat mengatasi masalah ini, sehingga
reaksi fusi dapat terjadi dalam lingkungan dengan temperatur dan tekanan yang tidak terlalu
tinggi. Daur proton-proton yang diusulkan oleh Hans Bethe adalah reaksi fusi yang tidak terlalu
peka terhadap suhu dan berlangsung dengan lambat. Daur ini juga yang membuat bintangbintang sekelas matahari dan yang lebih kecil dapat berumur jauh lebih panjang.
Di lain pihak, daur karbon-nitrogen-oksigen berlangsung pada temperatur dan tekanan yang
tinggi yaitu saat energi kinetik mampu mengatasi penghalang gaya Coulomb. Daur karbonnitrogen-oksigen berlangsung dengan laju cepat, sehingga sekali bintang memiliki cukup tekanan
dan temperatur, daur ini akan lebih dominan ketimbang rantai proton-proton. Dengan daur CNO,
terjadi semacam siklus melingkar, semakin tinggi temperatur, semakin cepat reaksi berlangsung,
dan semakin cepat reaksi berlangsung, semakin tinggi temperatur. Daur ini yang dominan terjadi
pada bintang-bintang yang lebih masif daripada matahari.

Reaksi daur CNO. Sumber : Wikipedia


Perbedaan mekanisme fusi nuklir di dalam bintang ini akan membuat perbedaan struktur bintang
antara yang bermassa lebih kecil dari matahari dan yang lebih besar.
Penghantaran energi
Mengetahui cara energi diangkut keluar dari pusat bintang adalah penting ketika kita ingin
mengetahui struktur bintang. Kita mengenal berbagai cara perpindahan energi: konduksi,
konveksi, dan radiasi. Di dalam bintang, energi utamanya diangkut dengan dua cara, yaitu
konveksi dan radiasi. Perbedaan mekanisme pembangkitan energi yang telah diuraikan di atas

membuat struktur bintang sekelas matahari dan yang lebih kecil berbeda dengan struktur bintang
yang lebih masif.
Struktur bintang sekelas matahari atau yang lebih kecil
Konveksi terjadi ketika terdapat perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua lapisan
fluida. Gas dan plasma, dua wujud zat di dalam bintang, berlaku sebagai fluida. Dalam konveksi,
energi dibawa oleh materi yang bergerak dari lapisan yang bertemperatur tinggi ke rendah.
Seperti yang telah dibicarakan di atas, pembangkitan energi pada bintang-bintang sekelas
matahari atau yang lebih kecil, terutama ditempuh melalui mekanisme rantai proton-proton yang
tidak terlalu peka terhadap suhu. Hal ini menyebabkan temperatur pada lapisan-lapisan di bagian
inti tidak terlalu jauh berbeda sehingga konveksi tidak terjadi. Energi di bagian inti diangkut
keluar dengan cara radiasi.
Sebaliknya di bagian luar bintang, temperatur cukup rendah sehingga mengijinkan atom
hidrogen berada dalam keadaan netral. Pada satu titik di dalam bintang antara inti dan
permukaan, foton-foton berenergi tinggi dalam panjang gelombang ultra violet yang diradiasikan
dari inti kemudian diserap oleh hidrogen-hidrogen netral untuk mengionisasi diri, sehingga
seolah-olah lapisan ini menjadi tidak tembus cahaya ultra violet. Dari titik ini penghantaran
dengan cara radiasi berhenti dan energi kemudian diangkut secara konveksi.

Struktur Matahari. Sumber : WIkipedia


Jadi untuk bintang-bintang sekelas matahari atau yang lebih kecil, lapisan radiasi dominan di
bagian inti sementara lapisan konveksi dominan di bagian luar.
Struktur bintang yang lebih masif dari matahari

Zona konveksi dan radiasi dari bintang-bintang dengan massa berbeda. Sumber: Wikipedia
Pada bintang-bintang bermassa lebih besar daripada matahari, reaksi CNO yang sangat peka
pada temperatur membuat gradien temperatur di inti sangat besar. Semakin dalam kita masuk ke
lapisan-lapisan di bagian inti maka semakin tinggi temperatur, sehingga semakin cepat reaksi
berlangsung. Semakin cepat reaksi berlangsung, berakibat pada semakin tingginya temperatur,
begitu seterusnya, sehingga perbedaan temperatur antar lapisan di bagian inti menjadi begitu
besar yang membuat pengangkutan energi di pusat diangkut dengan cara konveksi.
Energi yang begitu besar yang dibangkitkan dari reaksi CNO membuat bagian luar bintang juga
memiliki temperatur yang tinggi sehingga hampir semua atom hidrogen berada dalam keadaan
terionisasi. Hal ini menyebabkan foton-foton ultra violet tidak menemui halangan dan lolos
begitu saja, sehingga penghantaran energi dengan cara radiasi lebih dominan di bagian kulit
bintang.
Jadi untuk bintang-bintang yang lebih masif daripada matahari, lapisan radiasi dominan di
bagian kulit/luar sementara lapisan konveksi dominan di bagian inti.

Anda mungkin juga menyukai