Anda di halaman 1dari 8

A.

Teori supernova
Mendengar kata Supernova, rasanya sudah tak asing lagi bagi sebagian pembaca di Indonesia. Bagaimana tidak, supernova pernah diangkat menjadi judul salah satu novel beberapa tahun lalu. Tapi kali ini, kita tidak sedang mebicarakan supernova yang novel itu, melainkan supernova, ledakan bintang maha dsyat yang terjadi di alam semesta. Supernova. Kredit : NASA Dahulu kala, di galaksi yang sangat jauh, sebuah bintang meledak. Ledakannya sangat besar hingga terangnya lebih bercahaya dibanding galaksi tempat ia berada. Tipe ledakan seperti ini kemudian dikenal sebagai Supernova. Nah, supernova di galaksi kita terakhir kali ditemukan sekitar 400 tahun yang lalu. Namun, bukan berarti supernova di tempat lain tak pernah ditemukan. Supernova bisa dikatakan merupakan salah satu cara dari bintang untuk mengakhiri masa hidupnya. Nah, supernova itu sendiri memiliki peran yang sangat penting untuk bisa memahami Galaksi kita. Kenapa begitu?? Supernova memanaskan medium antar bintang, dan mendistribusikan elemen berat (elemen selain Hidrogen dan Helium merupakan elemen berat red) keseluruh Galaksi dan mempercepat sinar kosmik. Sebenarnya, supernova itu sendiri memiliki dua tipe, yakni supernova yang terjadi dari bintang massif tunggal dan supernova yang terjadi akibat transfer massa ke bintang katai putih dalam system bintang ganda. Perbedaan kedua tipe ini terletak pada proses pemicu terjadinya ledakan tersebut. Supernova dari Bintang Tunggal bermassa besar Bintang juga memiliki sebuah siklus hidup, dimana ia akan mengakhiri masa hidupnya suatu saat kelak. Salah satu caranya yah melalui Supernova. Tapi tidak semua bintang akan mengalami supernova. Supernova terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif dari Matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang untuk memnciptakan tekanan keluar sehingga memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar. Pertama-tama, bagian luar bintang akan mengembang menjadi raksasa merah, sementara di bagian dalamnya, pusat bintang akan menghasilkan gravitasi dan memulai terjadinya pengerutan. Saat mengerut pusat bintang menjadi lebih panas dan rapat. Pada titik ini, sejumlah reaksi nuklir mulai terjadi.dan bisa menghentikan keruntuhan pusat bintag untuk sementara. Perlu diingat, Hanya Sementara. Saat di pusat bintang hanya tersisa besi, maka tak ada lagi pembakaran. Saat fusi tak lagi terjadi, dalam hitungan detik, bintang memulai fasa akhirnya yakni keruntuhan gravitasi. Temperatur di pusat bintang naik melebihi 100 miliar, kemudian pusat bintang mengalami tekanan dan mengecil namun kemudian mengembang secara tiba-tiba. Energi pengembangan ini ditransfer ke selubung bintang, yang kemudian memicu terjadinya ledakan dan menimbulkan gelombang kejut. Saat gelombang kejut ini bertemu dengan materi bintang di lapisan terluar, materi dipanaskan dan mengalami pembakaran membentuk elemen baru dan isotop radioaktif. Nah, gelombang kejut ini juga

akan menyebabkan terlepasnya materi ke angkasa. Materi yang terlepas saat ledakan bintang terjadi saat ini dikenal dengan nama supernova remnant. Ledakan Bintang katai Putih Tipe lainnya dari Supernova melibatkan ledakan tiba-tibda dari bintang katai putih dalam system bintang ganda. Bintang katai putih merupakan titik akhir hidup bintang yang massanya sekitar 5 massa matahari. Katai putih sendiri memiliki massa kurang dari 1.4 massa matahari dan hampir seukuran Bumi. Dalam sistem bintang ganda, bintang katai putih akan menarik sejumlah materi bintang pasangannya jika keduanya sangat dekat. Nah hal ini akan memicu terjadinya tarikan gravitasi pada objek yang rapat seperti katai putih. Pada saat materi yang ditarik ini ditransfer ke katai putih, dan saat massa bintang katai putih mencapai 1.4 kali massa Matahari, tekanan di pusat akan mencapai batas ambang bagi nuclei karbon dan oksigen untuk memulai pembakaran secara tidak terkontrol yang pada akhirnya menjadi pemicu terjadinya ledakan.

Ledakan Bintang Yang Mengubah Teori Supernova


Penulis ivie | March 25, 2009 | Astrofisika | 12 Komentar Bagikan11 inShare Teleskop Hubble milik NASA berhasil mengidentifikasi bintang yang satu juta kali lebih terang dari Matahari, sebelum ia meledak sebagai supernova di tahun 2005. Yang menarik, berdasarkan teori evolusi bintang yang ada saat ini, sebuah bintang seharusnya belum menghancurkan diri sendiri di awal kehidupannya. Dengan adanya penemuan ini, bisa jadi pemahaman evolusi bintang masif yang ada selama ini memiliki kesalahan dan perlu adanya revisi. Bintang yang meledak tersebut memiliki massa 100 kali massa Matahari dan masih terlalu muda untuk dapat mengevolusi inti besi yang masif dalam reaksi fusi nuklir. Kondisi tersebut merupakan prasyarat terjadinya keruntuhan inti yang memicu terjadinya ledakan supernova.

Hubble menemukan supernova pada bintang yang masih muda. Kredit : Hubble Ledakan yang di identifikasi sebagai SN 2005gl terlihat pada galaksi spiral NGC 266 tanggal 5 Oktober 2005. Citra pra-ledakan yang diambil pada tahun 1997 menunjukan kalau si bintang yang meledak ini dulunya merupakan titik yang sangat terang dengan magnitudo visual absolutnya mencapai -10,3. Dengan kecerlangan seperti itu, diperkirakan ia berasal dari kelas bintang Luminous Blue Variables (LBVs), karena tidak ada bintang tipe lain yang lebih terang lagi. Seagai bagian dari bintang kelas LBV, evolusi pada bintang untuk melepaskan massanya terjadi lewat angin bintang yang sangat dasyat. Hanya dengan cara ini, si bintang dapat membentuk inti besi yang sangat besar yang pada akhirnya meledak saat terjadi keruntuhan inti. Pada saat itulah ledakan supernova terjadi. Di galaksi Bima Sakti, ada bintang bernama Eta Carinae yang massanya 100 massa Matahari. Eta Carinae diperkirakan mengalami kehilangan selubung hidrogennya saat ia meledak sebagai supernova. Nah, dalam penelitian tampaknya identifikasi awal menunjukan pada sebagian kasus, bintang masif akan meledak sebelum selubung hidrogen terlepas. Dengan demikian bisa dikatakan kalau evolusi inti dan evolusi selubung tidak selamanya harus terjadi seiring, seperti yang diperkirakan selama ini. Penemuan tersebut memberi pemahaman baru untuk merevisi teori evolusi yang sudah ada. Kemungkinan lain yang dihadirkan adalah, SN 2005gl pada awalnya merupakan sepasang bintang yang kemudian bergabung. Jika ini terjadi maka di dalam bintang baru tersebut terjadi penimbunan reaksi nuklir yang membuat bintang terlihat makin terang namun sepertinya kurang berevolusi dibanding kondisi sebenarnya. Jika ini yang terjadi, muncul pertanyaan lain apakah ada mekanisme lain yang bisa memicu terjadinya ledakan supernova?

Menurut Avishay Gal-Yam dari Weizmann Institute of Science, Rehovot, Israel, bisa jadi ada pemahaman dasar tentang bintang super cerlang melalui kehilangan massanya yang luput dari perhatian para peneliti. Hasil pengamatan teleskop Hubble hanya mengungkap sebagian kecil dari massa bintang yang terlepas saat terjadi ledakan. Sebagian besar materi lainnya diperkirakan tertarik masuk ke dalam inti yang runtuh yang kemudian menjadi lubang hitam dengan estimasi massa sekitar 10-15 massa matahari.

Lubang hitam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Lukisan rekaan dari lubang hitam di depan galaksi Bima Sakti yang bermassa 10x massa matahari kita, dilihat dari jarak 600 km.

Lubang hitam adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Gaya gravitasi yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam". Istilah "lubang hitam" telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati.

[sunting] Sejarah
Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi. Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama "Lubang Hitam" sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik / tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.
[sunting] Asal-mula lubang hitam

Lubang Hitam tercipta ketika suatu obyek tidak dapat bertahan dari kekuatan tekanan gaya gravitasinya sendiri. Banyak obyek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan pernah menjadi lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak mencukupi untuk melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya melawan tekanan gravitasi. Tetapi sebaliknya untuk obyek yang bermassa sangat besar, tekanan gravitasi-lah yang menang.

Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu dekat. Jadi obyek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa lubang hitam dapat menghisap apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. dia hanya bisa menarik materi yang lewat sangat dekat dengannya. Contoh : bayangkan matahari kita menjadi lubang hitam dengan massa yang sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi dikarenakan tidak ada pancaran cahaya dari lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang hitam itu dengan jarak dan kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak terhisap masuk kedalamnya. Bahaya akan mengancam hanya jika bumi kita berjarak 10 mil dari lubang hitam, hal ini masih jauh dari kenyataan bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari. Lubang hitam juga dapat bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang hitam yang lain sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.

Bintang Katai Putih Karbon Berpulsasi Berhasil Ditemukan


Penulis ivie | May 2, 2008 | Bintang | 0 Komentar Bagikan inShare Pernah dengar apa itu bintang katai putih? Bintang katai putih merupakan bintang yang berukuran kecil dan sebagian besar komposisinya terdiri dari materi elektron yang terdegenerasi. Bintang jenis ini memiliki kerapatan cukup tinggi dan kecerlangan yang lemah. Bintang katai putih ini biasanya terbentuk dari bintang yang akan mengakhiri evolusinya, terutama bintang-bintang yang memiliki massa tidak terlalu tinggi. Salah satu bintang yang diperkirakan akan mengakhiri hidupnya sebagai bintang katai putih adalah matahari. Dari Universitas Texas di Austin, astronom Michael E Montgomery, Kurtis A Williams, dan Steven DeGennaro mengkonfirmasikan keberadaan tipe terbaru dari bintang variabel. Hasil ini diperoleh dari pengamatan menggunakan 2.1-meter Otto Struve Telescope di McDonald Observatory. Mereka menemukan kelas baru yakni katai putih karbon berpulsasi, sebuah kategori baru dalam kelas bintang variabel katai putih yang ditemukan dalam 25 tahun terakhir. Di alam semesta, jumlah bintang itu sangat banyak. Di galaksi Bimasakti saja ada milyaran bintang, dan di antara milyaran bintang itu sekitar 97% diantaranya akan mengakhiri hidup sebagai bintang katai putih. Nah, dengan mempelajari pulsasi (perubahan cahaya yang dipancarkan) bintang dari contoh kelas yang baru akan menjadi jendela informasi penting mengenai titik akhir kehidupan sebagian besar bintang. Bintang katai putih sendiri bisa dikatakan merupakan sisa bintang serupa Matahari yang telah membakar habis semua bahan bakar nuklir di intinya. Bintang ini sangat rapat, dipepatkan sampai 1.5 kali Massa Matahari dengan volum seukuran Bumi. Sebelum penemuan ini, bintang katai putih diklasifikasikan dalam 2 tipe utama yakni, tipe yang memiliki lapisan terluar hidrogen (80%) dan tipe yang memiliki lapisan teruluar berupa helium (20%). Pada tipe bintang katai putih dengan lapisan terluar berupa helium, diperkirakan lapisan hidrogennya karena sebab tertentu telah hilang. Tahun lalu, astronom dari Universitas Arizona Patrick Dufour dan James Liebert menemukan tipe ke-3 dari bintang katai putih. Sayangnya tipe ini masih sangat jarang, dan dengan alasan yang masih tidak bisa dipahami tipe katai putih karbon panas tersebut telah kehilangan lapisan hlium dan hidrogennya menyisakan lapisan karbonnya terpampang. Diperkirakan bintang katai putih tipe ketiga tersebut ada di antara bintang katai putih yang sangat masif dan merupakan sisa bintang yang cukup kecil untuk bisa mengahiri hidupnya dalam ledakan supernova. Setelah pengumuman penemuan katai putih karbon tersebut, Montgomery melakukan perhitungan pulsasi dari bintang bintang yang kemungkinan masuk kategori tersebut. Bintang pulsasi sangat menarik karena perubahan cahaya yang menjadi keluaran bisa mengungkap apa yang terjadi di dalam bintang. Metode ini mirip dengan cara para geologist dalam mempelajari gelombang seismik dari gempa bumi untuk bisa memahami apa yang

terjadi di interior Bumi. Nah cara pengujian bintang seperti ini dikenal juga dengan nama asteroseismologi.

Bintang SDSS J142625.71+575218.3, bintang katai putih karbon berpulsasi pertama yang ditemukan oleh Michael Montgomery, Kurtis Williams, dan Steven DeGenaro. Kredit Gambar :Sloan Digital Sky Survey (SDSS) Collaboration (http://sdss.org) Dari hasil pengamatan tim Montgomery, akhirnya DeGenaro berhasil menemukan bintang yang memenuhi kriteria untuk masuk dalam tipe katai putih karbon. Bintang yang ditemukan tersebut berada sekitar 800 tahun cahaya di rasi Ursa Mayor. Bintang katai putih bernama SDSS J142625.71+575218.3 memiliki variasi intensitas cahaya regular mendekati 2% setiap 8 menit. Penemuan ini sangat penting, karena bisa membantu para astronom untuk menelusuri interior. Diharapkan dengan memahami interior bintang katai putih maka teka teki darimana karbon di bintang katai putih muncul dan apa yang etrjadi pada helium dan hidrogen bisa dipecahkan. Di langit, SDSS J142625.71+575218.3 berada sekitar 10 derajat di timurnya timur laut Mizar, bintang yang berada di tengah pegangan si gayung raksasa tersebut Bintang katai putih ini massanya hampir sama dengan massa Matahari, namun diameternya lebih kecil dari Bumi. Bintang katai putih ini, suhunya sudah jauh lebih dingin dari Matahari hanya sekitar 19500 C dengan kecerlangan hanya 1/600 kecerlangan Matahari. Di antara bintang-bintang lainnya yang juga diteliti tidak ada lagi yang dikethui berpulsasi selain SDSS J142625.71+575218.3 berdasarkan kalkulasi Montgomery. Diperkirakan pulsasi tersebut disebabkan oleh perubahan pada selubung karbon terluar di bintang saat bintang mengalami pendinginan dari bentuk katai putih panas. Atom karbon yang terionisasi dalam lapisan terluar bintang akan kembali ke fasa netral, memicu terjadinya pulsasi. tapi kemungkinan lain yang menyebabkan terjadinya pulsasi masih harus teus dipelajari dan dicari tahu. Namun bagaimanapun, mempelajari kasus bintang seperti ini akan memberi secercah cahaya pada proses yang tak dikenal yang telah menghilangkan lapisan hidrogen dan helium di permukaan sehingga bisa memperlihatkan interior karbonnya.

Anda mungkin juga menyukai