Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti manusia, bintang juga mengalami perubahan tahap kehidupan. Sebutannya


adalah evolusi. Mempelajari evolusi bintang sangat penting bagi manusia, terutama karena
kehidupan kita bergantung pada matahari. Matahari sebagai bintang terdekat harus kita
kenali sifat-sifatnya lebih jauh.

Dalam mempelajari evolusi bintang, kita tidak bisa mengikutinya sejak kelahiran
sampai akhir evolusinya. Usia manusia tidak akan cukup untuk mengamati bintang yang
memiliki usia hingga milyaran tahun. Jika demikian tentunya timbul pertanyaan, bagaimana
kita bisa menyimpulkan tahap-tahap evolusi sebuah bintang?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan kembali menganalogikan bintang dengan


manusia. Jumlah manusia di bumi dan bintang di angkasa sangat banyak dengan usia yang
berbeda-beda. Kita bisa mengamati kondisi manusia dan bintang yang berada pada
usia/tahapan evolusi yang berbeda-beda. Ditambah dengan pemodelan, akhirnya kita bisa
menyusun teori evolusi bintang tanpa harus mengamati sebuah bintang sejak kelahiran
hingga akhir evolusinya.

1
BAB II
EVOLUSI BINTANG

Bintang merupakan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Lalu
yang dimaksud evolusi bintang adalah perubahan perlahan-lahan sejak suatu bintang terjadi
sampai menjadi bintang yang stabil, kemudian memasuki deret utama dalam waktu yang
lama, kemudian menjadi bintang raksasa merah, lalu mengalami keadaan degenerasi,
seterusnya melontarkan sebagaian masanya bagian luar dan membentuk masa kecil dengan
kerapatan yang besar. Sampai menjadi bintang neutron dan black hole melalui beberapa
tahapan. Tahap-tahapnya sebagai berikut :

1. Tahap Awal

Bintang terbentuk dari pengerutan gravitasional kabut atau nebula lalu sebagian
energi potensialnya tepancarkan mejadi energi termal dan energi radiasi menjadi gumapalan
membesar lalu suhu pusatnya cukup tinggi untuk berlangsungnya reaksi inti menjadi
tekanannya cukup besar untuk menghentikan pengerutan sehingga bintang menjadi stabil
dan kemudian masuk ke deret utama.

2. Evolusi Deret Utama

Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk membakar hidrogen dalam


reaksi fusi yang menghasilkan helium dengan temperatur dan tekanan yang sangat tinggi di
intinya. Pada fase ini bintang dikatakan berada dalam deret utama dan disebut sebagai
bintang katai putih.

3. Bintang Raksasa Merah

Bila sutau bintang telah mulai menghabiskan bahan bakar hidrogennya sehingga
bintang itu sendiri kebanyakan helium, maka fusi hidrogen tidak bisa terjadi lagi. Akibatnya
tekanan radiasi tidak lagi mampu menahan keruntuhan gravitasi. Oleh karena itu pusat
helium mulai runtuh sehingga terjadi lagi perubahan energi potensial gravitasi menjadi
energi kinetik termal sehingga pusat bintang bertambah panas. Kerapatan pusat bintang
meningkat dari 100 gr/cm3 menjadi sekitar 105 gr/cm3 dan suhu naik menjadi 108K. Pada
tingkat suhu ini mulai terjadi fusi helium menjadi unsur-unsur ruang lebih berat seperti
karbon, oksigen, dan neon. Proses ini dinamakan pula dengan proses pembakaran helium.
Menurut hukum Stfaan-Boltzmann Karena energi per satuan luas W berkurang maka
suhunya T juga berkurang. Dengan demikian kini permukaan bintang suhunya menjadi
semakin rendah sehingga cahayanya menjadi semakin merah. Jadi pada tahapan ini bintang
menjadi bintang yang sangat besar dan dengan cahaya yang kemerahan sehingga disebut
raksasa merah.

2
4. Bintang Katai Putih (white dwarf)

Cepat atau lambat bintang akan kehabisan energi nuklirnya. Kemudian bintang
mengerut dan melepaskan energi potensialnya. Akhirnya bintang yang mengerut ini
mencapai kerapatan yang luar biasa besarnya, dan menjadi bintang yang kecil dan mampat
dengan kerapatan massa mencapai 103 kg/cm3 dan suhu permukaanya mencapai 104K.
Bintang yang seperti ini dinamakan Katai Putih atau White Dwarf.

5. Tahap Pelontaran

Bintang netron dan black hole setelah bintang menangkap elektron dan
mamancarkan netron, tekanan dipusat bintang menurun tajam sekali, sehingga
menimbulkan ledakan dahsyat dengan energi sekitar 10 pangkat 42 sampai 10 pangkat
44 Joule terkenal dengan sebutan supernova, sehingga terlontar seluruh massanya yang
dibagian luar dan tinggal intinya yang menjadi massif dengan kerapatan 10 pangkat 18
Kg/m kubik, yang dinamakan bintang netron atau pulsar dan black hole atau lorong
gelap. Disebut lorong gelap, karena sarnpai saat ini masih belum banyak diketahui orang
keadaan area ini..

a. Bintang Neutron

Mekanisme keruntuhan bintang menjadi bintang neutron disebabkan karena


pengerutan inti oleh gaya gravitasi yang sangat besar yang menyebabkan bintang
mengerut dengan cepat menjadi bintang neutron yang sangat mampat.

b. Black Hole atau Lubang Hitam

Bila massa bintang 3 kali massa matahari, maka gaya tarikan gravitasinya begitu
kuat dan bintang mengerut sehingga diameternya menjadi lebih kecil lagi dan
kerapatannya bertambah besar. Gaya yang begitu besar ini mengatasi prinsip larangan
Pauli, sehingga terjadi proses keruntuhan gravitasi. Pada proses ini, bintang telah
kehabisan bahan bakar nuklirnya dan tidak lagi memancarkan radiasi, dan tekanan
materinya tidak mampu lagi menahan gaya tarikan gravitasinya. Gravitasinya menjadi
begitu kuat sehingga kecepatan lepas dari bintang itu lebih besar dari pada laju cahaya.
Jadi tidak ada radiasi yang dapat lepas dari bintang tersebut, sehingga kita bisa
mengamatinya. Oleh karena itu objek atau bintang semacam ini dinamakan black hole
atau lubang hitam dan sering diberi sebutan dengan bintang hantu.

Untuk bisa menjadi sebuah lubang hitam suatu bintang haruslah mengalami suatu
keruntuhan gravitasi, mengerut karena tarikan gravitasinya sendiri sampai lebih kecil
atau ada di dalam jejari yang dinamakan jejari Schwazschild (Rs).

3
4
BAB III
KELAHIRAN BINTANG

Berdasarkan hasil pengamatan, luar angkasa diantara bintang-bintang ternyata tidak


benar-benar kosong, namun terdapat materi berupa gas dan debu yang disebut materi antar
bintang. Di beberapa tempat materi antar bintang dapat dilihat sebagai awan antar bintang
yang disebut Nebula, contohnya Nebula Orion. Kerapatan awan bintang sangatlah kecil bila
dibandingkan dengan udara di sekeliling kita. Walaupun demikian, awan bintang memiliki
volume yang sangat besar, sehingga cukup banyak untuk membentuk ribuan bintang.

Lalu bagaimana awan antar bintang (Nebula) itu bisa membentuk bintang? Gaya
gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang. Jika
terjadi suatu peristiwa hebat, misalnya ledakan bintang, di suatu tempat sekelompok materi
antar bintang akan menjadi lebih mampat daripada sekitarnya. Bagian luar awan ini akan
tertarik oleh gaya gravitasi materi di bagian dalam. Akibatnya, awan akan mengerut dan
semakin mampat. Peristiwa ini disebut kondensasi.

Tetapi, tidak semua awan yang berkondensasi itu akan menjadi bintang. Akibat
kondensasi tekanan di dalam awan akan meningkat dan akan melawan pengerutan. Bila
tekanan melebihi gaya gravitasi, awan akan tercerai kembali dan proses terbentuknya
bintang tidak akan terjadi.

Pada setiap kondensasi kerapatan gas dalam awan bertambah besar. Riwayat
gumpalan awan induk akan terjadi lagi di dalam gumpalan awan yang lebih kecil.
Demikian seterusnya. Peristiwa ini disebut fragmentasi. Awan yang tadinya satu terpecah
menjadi ratusan bahkan ribuan awan yang mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya,
suhu menjadi cukup tinggi sehingga awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi
embrio bintang yang disebut protostar. Jadi, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri namun
berasal dari suatu kondensasi besar, bintang terbentuk dalam kelompok. Hal ini didukung
oleh pengamatan. Dalam galaksi kita pun terdapat banyak gugus bintang.

1. PROTOSTAR

Suatu protostar yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus mengerut
akibat gravitasinya sendiri. Materi dalam protostar sebagian besar adalah hidrogen dengan
kerapatan seragam pada awalnya. Evolusi protostar ditandai dengan keruntuhan yang
sangat cepat.

5
Laju evolusi pada tahap ini, temperatur di pusat bintang cukup tinggi untuk
berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu tekanan di dalam bintang menjadi
besar dan pengerutan pun berhenti. Ia menjadi bintang di deret utama. Namun bila massa
bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang tidak akan cukup tinggi untuk berlangsungnya
reaksi pembakaran hidrogen. Bintang akhirnya mendingin dan menjadi bintang katai gelap
tanpa adanya reaksi yang berarti.

2. EVOLUSI LANJUT

Selanjutnya bintang mencapai deret utama berumur nol (zero age main-sequence,
ZAMS). Komposisi bintang tersebut masih homogen, mencerminkan komposisi awan antar
bintang yang membentuknya. Energi yang dipancarkan bintang terutama berasal dari reaksi
inti yang berlangsung di pusat bintang. Yaitu reaksi fusi yang merubah hidrogen menjadi
helium, dengan perlahan terjadi perubahan komposisi di pusat bintang, hidrogen berkurang
dan helium bertambah. Akibatnya struktur bintang pun berubah, bintang makin terang, jari-
jari bertambah besar, tempertur efektif berkurang.

Ada perbedaan proses evolusi bintang tergantung dari massa bintang tersebut. Pada
bintang bermassa besar, terjadi reaksi daur karbon yang terkonsentrasi ke pusat, disebut
pusat konveksi. Pada bintang tipe ini, di bagian selubungnya tidak terjadi reaksi inti.
Karena itu, komposisi selubung masih sama dengan komposisi awal. Lain halnya dengan
bintang bermassa rendah yang membangkitkan energinya tidak terkonsentrasi di pusat.
Konveksi justru terjadi di selubung.

Akibat reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah.


Timbunan helium di pusat bintang itu mengakibatkan terjadinya pengerutan gravitasi secara
perlahan. Bila massa pusat helium ini mencapai 10 % hingga 20% massa bintang, pusat
helium tidak lagi mengerut dengan perlahan namun runtuh dengan cepat. Saat itu struktur
bintang berubah, bagian luar bintang akan memuai dengan cepat, bintang berubah menjado
bintang raksasa merah. Saat itu, bintang mempunyai 2 sumber energi yaitu pembakaran
hidrogen di kulit yang melingkupi pusat helium, dan pembakaran helium di pusat bintang.

Evolusi tahap akhir suatu bintang masih belum pasti. Namun dari beberapa
perhitungan didapat bahwa unsur kimia yang lebih berat dari karbon terbentuk di pusat
bintang. Inti helium, berubah menjadi karbon, selanjutnya membentuk oksigen. Hal ini
menyebabkan temperatur pusat meningkat, dan saat mencapai 600 derajat, inti karbon akan
berinteraksi membentuk magnesium, neon, dan natrium. Demikian seterusnya akan terjadi
pembakaran unsur kimia dalam bintang. Hingga akhirnya akan terbentuk inti besi. Besi
merupakan inti yang paling mantap dan tidak akan bereaksi membentuk inti yang lebih

6
berat. Selanjutnya, akan terjadi keruntuhan gravitasi pusat besi yang menyebabkan
Supernova.

3. SUPERNOVA

Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi Supernova,


yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih pasif dari
Matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup
bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga
memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.

Saat ledakan terjadi, bintang akan melepaskan sejumlah besar energi dan
memuntahkan elemen berat seperti kalsium dan besi ke ruang antar bintang. Materi yang
dilepaskan ini kemudian menjadi benih yang mengisi awan debu dan gas dimana bintang
dan planet baru akan dilahirkan. Dan siklus terbentuknya bintang dimulai dari awal.

4. SISA KEMATIAN BINTANG

Materi yang dilepaskan bintang pada saat terjadinya Supernova akan menjadi benih
bintang baru. Lalu bagaimana nasib bintang yang mati? Untuk bintang bermassa sedang, ia
akan berubah menjadi bintang katai putih. Untuk bintang bermassa besar yang setelah
meledak massanya 1.4 3 kali massa Matahari akan berubah menjadi bintang neutron.
Sedangkan yang lebih besar dari 3 kali massa Matahari akan berubah menjadi black hole.

5. KEMBALI KE ASAL

Sepintas supernova merupakan tahap akhir dari kehidupan sebuah bintang. Namun,
kita tidak boleh lupa bahwa bintang-bintang dan planet pengiringnya juga dilahirkan dari
keruntuhan gravitasional awan gas dan debu antar bintang. Dengan demikian, supernova
selain merupakan akhir dari riwayat sebuah bintang, di sisi lain juga merupakan pemicu
tahapan evolusi bintang yang melahirkan bintang-bintang baru.

Banyak dari elemen-elemen berat yang dihasilkan selama hidup sebuah bintang atau
setelah meledak menjadi sebuah supernova tersebar di ruang antar bintang. Sebagian dari
"debu bintang" ini bergabung dengan gas yang runtuh dan membentuk bintang lain di suatu
tempat. Miliaran tahun kemudian, generasi bintang-bintang berikutnya pun terlahir.

7
BAB IV

KESIMPULAN

Bintang tidak berbeda jauh dengan manusia atau makhluk hidup yang ada di Bumi.
Bintang dilahirkan, berkembang, dan pada akhirnya padam, tidak bersinar lagi. Bedanya,
tentu saja bintang tidak berkembang biak. Nah, proses evolusi bintang ini, bila
dibandingkan dengan usia manusia atau bahkan usia seluruh peradaban manusia, tentunya
memakan waktu yang sangat lama hingga milyaran tahun. Contohnya Matahari dalam tata
surya kita, yang tidak tampak berubah sejak zaman nenek moyang hingga saat ini.

Bintang lahir dari sekumpulan awan gas dan debu yang kita sebut nebula. Ukuran
awan ini sangat besar (diameternya mencapai puluhan SA) tetapi kerapatannya sangat
rendah. Awal dari pembentukan bintang dimulai ketika ada gangguan gravitasi (misalnya,
ada bintang meledak/supernova), maka partikel-partikel dalam nebula tersebut akan
bergerak merapat dan memulai interaksi gravitasi di antara mereka setelah sebelumnya
tetap dalam keadaan setimbang. Akibatnya, partikel saling bertumbukan dan temperatur
naik.

Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi Supernova,


yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif
dari Matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki
cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga
memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.

Anda mungkin juga menyukai