PENDAHULUAN
Satelit adalah benda yang mengelilingi atau mengorbit benda lain yang ukuran dan massanya
lebih besar. Ada dua jenis satelit yaitu satelit alami dan satelit buatan. Bulan adalah satelit
karena bulan mengelilingi atau mengorbit bumi maka bulan disebut sebagai satelit alami
bumi. Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang diluncurkan ke angkasa dari Bumi
menuju orbitnya. Saat ini ada ribuan satelit buatan yang sedang mengorbit bumi dengan
berbagai macam tujuan, antara lain satelit komunikasi untuk membantu arus komunikasi dan
informasi di Bumi, satelit astronomi untuk mengamati benda-benda luar angkasa, satelit
pengamat bumi untuk mengamati kondisi bumi dan orbitnya, satelit navigasi untuk
menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi, satelit cuaca untuk mengamati cuaca dan
iklim bumi, dan satelit mata-mata untuk keperluan perang. Sejak ditemukannya satelit,
penggunaan satelit komunikasi terus berkembang dan makin masif. Perkembangan teknologi
roket jarak jauh dan bertenaga tinggi yang semula digunakan dalam perang dingin telah
memungkinkan pengiriman satelit komunikasi ke orbit geostasioner yang ada di ketinggian
35.786 km dari Bumi. Penemuan panel surya juga membantu memberi daya gerak satelit,
khususnya untuk menuju titik orbit tujuan. Sedangkan penemuan transistor memungkinkan
pembuatan komponen satelit dalam ukuran kecil dan kompak hingga berat satelit pun makin
ringan dan mempermurah biaya peluncurannya. Sementara berkembangnya teknologi
komputer memungkinkan dilakukannya penghitungan dan pelacakan orbit satelit dengan
lebih cepat. Sebuah satelit bisa bertahan lama di orbit karena di luar angkasa praktis hampa
udara. Karena hampa udara, maka tak ada juga gaya hambat yang dialami sehari-hari oleh
kita yang berada di dalam atmosfer Bumi. Karena tak ada gaya hambat, sesuai dengan hukum
kelembamban/inersia, maka sebuah benda akan terus bergerak dengan kecepatan awalnya.
Gaya yang bekerja pada satelit praktis hanya gaya gravitasi dari Bumi. Gaya gravitasi ini
menarik satelit ke arah Bumi. Tetapi karena satelit sudah diberi kecepatan yang besar dan
arahnya sesuai, maka kecepatan dan gaya ini akan saling mengimbangi. Satelit akan
mengorbit Bumi: tidak jatuh ke Bumi, dan tidak pula terus menjauh dan tak kembali lagi.
Tetapi bukan berarti satelit tak membutuhkan energi setelah diorbitkan. Satelit tetap
membutuhkan energi untuk kedua kebutuhan. Yaitu untuk menjaga fungsi kerja dari satelit
dan untuk menjaga satelit tetap di posisi atau orbitnya. Untuk menjalankan fungsi kerja dari
satelit tersebut. Satelit komunikasi misalnya, perlu energi untuk menerima dan mengirim
sinyal komunikasi dari Bumi. Sementara untuk menjaga agar satelit tetap di posisinya. Satelit
akan mendapat gangguan (perturbasi) terutama dari gravitasi Bulan dan Matahari. Untuk itu
perlu dilakukan orbital station-keeping untuk menjaga agar satelit tetap berada di posisi yang
diinginkan. Untuk kedua keperluan tersebut, satelit membutuhkan energi. Energi ini
umumnya didapatkan dari Matahari melalui panel surya, atau pada bahan bakar kimiawi yang
dibawa satelit.
DASAR TEORI
Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya yang disebabkan oleh reaksi fusi
nuklir yang menghasilkan energi yang terjadi di intinya. Perlu diperhatikan bahwa 'bintang
semu' bukanlah bintang, tetapi planet yang memantulkan cahaya dari bintang lain dan terlihat
bercahaya di langit seperti sebuah bintang. Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah
Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan
pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. Oleh sebab itu
bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak menghasilkan energi tetap disebut
sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar
149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Sentaurus berjarak
sekitar empat tahun cahaya.
Fusi Nuklir
Dalam fisika nuklir, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah
sebuah reaksi di mana dua inti atom bergabung membentuk
satu atau lebih inti atom yang lebih besar dan partikel subatom
(neutron atau proton). Perbedaan dalam massa antara reaktan
dan produk dimanifestasikan sebagai pelepasan energi dalam
jumlah besar. Perbedaan dalam massa ini muncul akibat
perbedaan dalam energi ikatan inti atom antara sebelum dan
setelah reaksi. Fusi nuklir adalah proses yang memberikan
daya bagi bintang untuk bersinar.
Proses fusi yang menghasilkan nukleus lebih ringan dari besi-
56 atau nikel-62 secara umum tidak akan melepaskan
sejumlah energi bersih. Elemen-elemen ini memiliki massa
per nukleon terendah dan energi ikatan per nukleon tertinggi.
Fusi elemen-elemen ringan akan melepas energi (eksotermis), sedangkan fusi yang
menghasilkan inti lebih berat dari elemen ini, akan menghasilkan energi yang ditahan oleh
nukleon yang dihasilkan (reaksi endotermis). Kebalikannya ini benar untuk proses yang
berkebalikan, fisi nuklir. Hal ini berarti untuk elemen ringan, seperti hidrogen dan helium
secara umum lebih mudah fusi; sedangkan untuk elemen yang lebih berat, seperti uranium
dan plutonium, lebih mudah fisi.
Proses fusi membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan
elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang membentuk inti atom yang
lebih berat dan neutron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi
yang dibutuhkan untuk menggabungkan mereka—sebuah reaksi eksotermis yang dapat
menciptakan reaksi yang terjadi sendirinya.
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena energi
pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron
ke inti atom.
Attitude Determination and Control System (ADCS) merupakan salah satu dari subsistem
satelit, yang bertugas untuk mengetahui dan mengontrol orientasi satelit [2]. Pengendalian
orientasi satelit ini sangat penting ketika satelit diperintahkan untuk mengarahkan alat
instrumen-nya kepada titik atau koordinat yang dikehendaki untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Misalnya seperti satelit pengamat bumi yang diperintahkan oleh stasiun
pengendali di bumi untuk mengamati daerah tertentu pada permukaan bumi. Komponen
ADCS yaitu meliputi input, controller, aktuator, measurement, dan output. Block diagram
dari ADCS ditunjukan pada gambar di atas.
Kendali PID
PID merupakan salah satu sistem kontrol yang sudah lazim digunakan dalam teknologi
satelit. Kontrol PID dalam dunia pengendalian terdiri dari tiga macam, yaitu kontrol P
(Proportional) yang berfungsi untuk mempercepat respon, kontrol I (Integral) yang berfungsi
untuk mengkoreksi dan mereduksi offset, dan kontrol D (Derivatif) yang berfungsi untuk
memprediksi dan mereduksi overshoot. Ketiga kontrol ini sebenarnya dapat diaplikasikan
menjadi kontrol P (Proportional), kontrol PI (Proportional-Integral), kontrol PD
(Proportional-Derivatif), dan kontrol PID (Proportional-Integral-Derivatif) [10]. Namun yang
digunakan pada penelitian ini adalah kontrol PID (Proportional-Integral- Derivatif). Kontrol
PID secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Di mana: M(t) adalah keluaran kontroler PID, Kp adalah konstanta proportional, Ti adalah
waktu integral, Td adalah waktu derivative dan e(t) adalah error.
Kontrol PID dimaksudkan supaya memberikan efek mempercepat reaksi sebuah sistem,
mengkoreksi dan mereduksi offset, dan memprediksi dan mengurangi overshoot.
Skala Kardashev
Skala Kardashev (bahasa Rusia: Шкала Кардашева, Shkala Kardasheva) adalah metode
untuk mengukur tingkat kemajuan teknologi suatu peradaban berdasarkan jumlah energi yang
dapat digunakannya. Pengukuran tersebut diusulkan oleh astronom Soviet Nikolai Kardashev
pada tahun 1964 dan kemudian dinamai sesuai namanya.
Dalam skala Kardashev, terdapat tiga pengelompokan, yaitu Tipe I, II, dan III.
Pengelompokan tersebut didasarkan pada penggunaan energi suatu peradaban.
Peradaban Tipe I, telah mampu menguasai energi planetnya, peradaban ini mampu
memanfaatkan 100% energi dari bintang terdekat yang mengenai planet tersebut
Peradaban Tipe II, mampu merekayasa tata suryanya, peradaban tipe ini mampu
menyerap 100% energi dari bintang terdekatnya , menggunakan alat yang mungkin
menyerupai Bulatan Dyson.
Peradaban Tipe III, mampu merekayasa galaksinya, peradaban ini mampu
memanfaatkan 100% energi dari seluruh galaksinya.
Peradaban manusia pada tahun 2010 diperkirakan baru mencapai Tipe 0,72. Diperkirakan
umat manusia bila mampu menambah konsumsi energinya 3% per tahun maka akan
mencapai peradaban Tipe I dalam waktu seratus hingga dua ratus tahun kemudian. Tipe II
baru bisa dijangkau sekitar beberapa ribu tahun lagi, dan Tipe III dalam waktu 100.000
hingga jutaan tahun.
METODE PENILITIAN
DAFTAR PUSTAKA
"What Is a Satellite?," National Aeronautics and Space Administration, 8 February 2018. [Online].
Available: https://www.nasa.gov/audience/forstudents/k- 4/stories/nasa-knows/what-is-a-
satellite-k4.html. [Accessed 5 March 2018].
https://id.wikipedia.org/wiki/Satelit
https://www.dw.com/id/fusi-nuklir-alternatif-bagi-bahan-bakar-fosil/a-64600609
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Fusi_nuklir
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Skala_Kardashev#:~:text=Selain%20itu%2C
%20manusia%20akan%20membuat,4%20%C3%971037%20W.
https://bobo.grid.id/read/082376717/meski-gravitasi-bumi-kuat-mengapa-satelit-yang-
mengelilingi-bumi-tidak-jatuh?page=all
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=12034
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Penyimpanan_energi
https://www.omazaki.co.id/sistem-penyimpanan-energi/#:~:text=Sistem
%20penyimpanan%20energi%20adalah%20serangkaian,dan%20aneka%20bentuk
%20energi%20lainnya.
https://cekricek.id/revolusi-cara-satelit-kembali-ke-bumi-mengatasi-masalah-sampah-
luar-angkasa/