Anda di halaman 1dari 10

Studi Perkembangan dan Inovasi Satelit Masa Depan

Pemanfaatan Satelit Sebagai Penyerap Energi Bintang


(Fusi Nuklir)
Muhammad Raihan Ziqran
Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin

PENDAHULUAN

Satelit adalah benda yang mengelilingi atau mengorbit benda lain yang ukuran dan massanya
lebih besar. Ada dua jenis satelit yaitu satelit alami dan satelit buatan. Bulan adalah satelit
karena bulan mengelilingi atau mengorbit bumi maka bulan disebut sebagai satelit alami
bumi. Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang diluncurkan ke angkasa dari Bumi
menuju orbitnya. Saat ini ada ribuan satelit buatan yang sedang mengorbit bumi dengan
berbagai macam tujuan, antara lain satelit komunikasi untuk membantu arus komunikasi dan
informasi di Bumi, satelit astronomi untuk mengamati benda-benda luar angkasa, satelit
pengamat bumi untuk mengamati kondisi bumi dan orbitnya, satelit navigasi untuk
menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan bumi, satelit cuaca untuk mengamati cuaca dan
iklim bumi, dan satelit mata-mata untuk keperluan perang. Sejak ditemukannya satelit,
penggunaan satelit komunikasi terus berkembang dan makin masif. Perkembangan teknologi
roket jarak jauh dan bertenaga tinggi yang semula digunakan dalam perang dingin telah
memungkinkan pengiriman satelit komunikasi ke orbit geostasioner yang ada di ketinggian
35.786 km dari Bumi. Penemuan panel surya juga membantu memberi daya gerak satelit,
khususnya untuk menuju titik orbit tujuan. Sedangkan penemuan transistor memungkinkan
pembuatan komponen satelit dalam ukuran kecil dan kompak hingga berat satelit pun makin
ringan dan mempermurah biaya peluncurannya. Sementara berkembangnya teknologi
komputer memungkinkan dilakukannya penghitungan dan pelacakan orbit satelit dengan
lebih cepat. Sebuah satelit bisa bertahan lama di orbit karena di luar angkasa praktis hampa
udara. Karena hampa udara, maka tak ada juga gaya hambat yang dialami sehari-hari oleh
kita yang berada di dalam atmosfer Bumi. Karena tak ada gaya hambat, sesuai dengan hukum
kelembamban/inersia, maka sebuah benda akan terus bergerak dengan kecepatan awalnya.
Gaya yang bekerja pada satelit praktis hanya gaya gravitasi dari Bumi. Gaya gravitasi ini
menarik satelit ke arah Bumi. Tetapi karena satelit sudah diberi kecepatan yang besar dan
arahnya sesuai, maka kecepatan dan gaya ini akan saling mengimbangi. Satelit akan
mengorbit Bumi: tidak jatuh ke Bumi, dan tidak pula terus menjauh dan tak kembali lagi.
Tetapi bukan berarti satelit tak membutuhkan energi setelah diorbitkan. Satelit tetap
membutuhkan energi untuk kedua kebutuhan. Yaitu untuk menjaga fungsi kerja dari satelit
dan untuk menjaga satelit tetap di posisi atau orbitnya. Untuk menjalankan fungsi kerja dari
satelit tersebut. Satelit komunikasi misalnya, perlu energi untuk menerima dan mengirim
sinyal komunikasi dari Bumi. Sementara untuk menjaga agar satelit tetap di posisinya. Satelit
akan mendapat gangguan (perturbasi) terutama dari gravitasi Bulan dan Matahari. Untuk itu
perlu dilakukan orbital station-keeping untuk menjaga agar satelit tetap berada di posisi yang
diinginkan. Untuk kedua keperluan tersebut, satelit membutuhkan energi. Energi ini
umumnya didapatkan dari Matahari melalui panel surya, atau pada bahan bakar kimiawi yang
dibawa satelit.
DASAR TEORI

Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya yang disebabkan oleh reaksi fusi
nuklir yang menghasilkan energi yang terjadi di intinya. Perlu diperhatikan bahwa 'bintang
semu' bukanlah bintang, tetapi planet yang memantulkan cahaya dari bintang lain dan terlihat
bercahaya di langit seperti sebuah bintang. Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah
Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan
pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. Oleh sebab itu
bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak menghasilkan energi tetap disebut
sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar
149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Sentaurus berjarak
sekitar empat tahun cahaya.

Fusi Nuklir
Dalam fisika nuklir, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah
sebuah reaksi di mana dua inti atom bergabung membentuk
satu atau lebih inti atom yang lebih besar dan partikel subatom
(neutron atau proton). Perbedaan dalam massa antara reaktan
dan produk dimanifestasikan sebagai pelepasan energi dalam
jumlah besar. Perbedaan dalam massa ini muncul akibat
perbedaan dalam energi ikatan inti atom antara sebelum dan
setelah reaksi. Fusi nuklir adalah proses yang memberikan
daya bagi bintang untuk bersinar.
Proses fusi yang menghasilkan nukleus lebih ringan dari besi-
56 atau nikel-62 secara umum tidak akan melepaskan
sejumlah energi bersih. Elemen-elemen ini memiliki massa
per nukleon terendah dan energi ikatan per nukleon tertinggi.
Fusi elemen-elemen ringan akan melepas energi (eksotermis), sedangkan fusi yang
menghasilkan inti lebih berat dari elemen ini, akan menghasilkan energi yang ditahan oleh
nukleon yang dihasilkan (reaksi endotermis). Kebalikannya ini benar untuk proses yang
berkebalikan, fisi nuklir. Hal ini berarti untuk elemen ringan, seperti hidrogen dan helium
secara umum lebih mudah fusi; sedangkan untuk elemen yang lebih berat, seperti uranium
dan plutonium, lebih mudah fisi.
Proses fusi membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan
elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang membentuk inti atom yang
lebih berat dan neutron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi
yang dibutuhkan untuk menggabungkan mereka—sebuah reaksi eksotermis yang dapat
menciptakan reaksi yang terjadi sendirinya.
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena energi
pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron
ke inti atom.

Reaktor Nuklir Reaksi Fusi


Reaktor nuklir dengan basis reaksi fusi
diperkirakan akan mulai beroperasi pada
tahun 2025. Jika pembangunan reaktor
nuklir tipe ini berhasil diwujudkan, maka
reaktor ini akan menjadi tonggak penting
bagi pengembangan energi bersih secara masif. Selama ini, reaktor nuklir yang ada masih
menggunakan basis reaksi fisi, kebalikan dari reaksi fusi. Reaksi fisi adalah pembelahan inti
atom. Dalam proses pembelahan ini, material yang dapat membelah yang paling banyak
digunakan adalah Uranium-235.
Proses reaksi fisi juga terjadi dalam bom nuklir. Namun dalam reaktor nuklir reaksi fisi,
pembelahan atom itu dikendalikan atau dikontrol sehinggga energi yang dihasilkan dari
pembelahan itu dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan panas atau listrik. Namun sejumlah
kasus kecelakaan reaktor nuklir reaksi fisi, baik karena keteledoran manusia maupun bencana
alam, membuat trauma dunia yang berkepanjangan dalam penggunaan nuklir. Padahal,
reaktor nuklir merupakan sumber energgi bersih yang mampu menghasilkan listrik dengan
emisi karbon sangat rendah. Karena itu, selama beberapa dekade terakhir, sejumlah ahli
merancang reaktor nuklir reaksi fusi.
Reaksi fusi adalah reaksi yang terjadi di bintang-bintang, termasuk Matahari. Reaktor tipe ini
diharapkan mampu memberi jawaban atas trauma dunia terhadap keamanan energi nuklir
karena reaktor fusi dianggap memiliki tingkat keselamatan lebih baik. Jika reaksi fisi
merupakan pembelahan inti, maka reaksi fusi adalah penggabungan inti. Selama proses fusi,
atom-atom akan dipaksa bergabung membentuk atom yang lebih berat, sekaligus melepaskan
energi. Energi yang dilepaskan itu berupa cahaya dan panas dalam jumlah yang sangat besar.
Namun, mendorong terjadinya reaksi fusi tidak mudah. Di bintang, reaksi fusi bisa terjadi
karena adanya gaya gravitasi dari inti bintang yang sangat besar hingga menghasilkan suhu
yang sangat besar pula. Suhu ekstrem tinggi itulah yang mendorong hidrogen bergabung
membentuk helium.
Karena itu, untuk mendorong terjadinya penggabungan inti atom dalam reaktor nuklir di
Bumi dibutuhkan energi yang sangat besar hingga mampu menghasilkan suhu sekitar 100
juta derajat celsius. Meski demikian, reaksi fusi mampu menghasilkan energi yang jauh lebih
besar dibanding energi yang dibutuhkan untuk mendorong fusi.
Selain itu, reaksi fusi juga tidak menghasilkan berbagai polutan dan gas rumah kaca seperti
karbon dioksida, yang mendorong pemanasan global. Sementara bahan yang dibutuhkan
dalam reaksi fusi tersebut, yaitu hidrogen, sangat berlimpah jumlahnya di Bumi hingga
mampu memenuhi kebutuhan energi manusia selama jutaan tahun.
"Kita membutuhkan solusi untuk mengatasi pemanasan global. Jika tidak, peradaban manusia
ada dalam masalah besar. Reaktor fusi ini akan membantu menyelesaikan persoalan
tersebut," kata peneliti yang juga ahli fisika plasma di Institut Teknologi Massachusetts,
Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, Martin Greenwald, seperti dikutip Live Science,
Kamis (1/10/2020).

Attitude Determination and Control System

Attitude Determination and Control System (ADCS) merupakan salah satu dari subsistem
satelit, yang bertugas untuk mengetahui dan mengontrol orientasi satelit [2]. Pengendalian
orientasi satelit ini sangat penting ketika satelit diperintahkan untuk mengarahkan alat
instrumen-nya kepada titik atau koordinat yang dikehendaki untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Misalnya seperti satelit pengamat bumi yang diperintahkan oleh stasiun
pengendali di bumi untuk mengamati daerah tertentu pada permukaan bumi. Komponen
ADCS yaitu meliputi input, controller, aktuator, measurement, dan output. Block diagram
dari ADCS ditunjukan pada gambar di atas.

Kendali PID
PID merupakan salah satu sistem kontrol yang sudah lazim digunakan dalam teknologi
satelit. Kontrol PID dalam dunia pengendalian terdiri dari tiga macam, yaitu kontrol P
(Proportional) yang berfungsi untuk mempercepat respon, kontrol I (Integral) yang berfungsi
untuk mengkoreksi dan mereduksi offset, dan kontrol D (Derivatif) yang berfungsi untuk
memprediksi dan mereduksi overshoot. Ketiga kontrol ini sebenarnya dapat diaplikasikan
menjadi kontrol P (Proportional), kontrol PI (Proportional-Integral), kontrol PD
(Proportional-Derivatif), dan kontrol PID (Proportional-Integral-Derivatif) [10]. Namun yang
digunakan pada penelitian ini adalah kontrol PID (Proportional-Integral- Derivatif). Kontrol
PID secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Di mana: M(t) adalah keluaran kontroler PID, Kp adalah konstanta proportional, Ti adalah
waktu integral, Td adalah waktu derivative dan e(t) adalah error.
Kontrol PID dimaksudkan supaya memberikan efek mempercepat reaksi sebuah sistem,
mengkoreksi dan mereduksi offset, dan memprediksi dan mengurangi overshoot.

Skala Kardashev
Skala Kardashev (bahasa Rusia: Шкала Кардашева, Shkala Kardasheva) adalah metode
untuk mengukur tingkat kemajuan teknologi suatu peradaban berdasarkan jumlah energi yang
dapat digunakannya. Pengukuran tersebut diusulkan oleh astronom Soviet Nikolai Kardashev
pada tahun 1964 dan kemudian dinamai sesuai namanya.
Dalam skala Kardashev, terdapat tiga pengelompokan, yaitu Tipe I, II, dan III.
Pengelompokan tersebut didasarkan pada penggunaan energi suatu peradaban.
 Peradaban Tipe I, telah mampu menguasai energi planetnya, peradaban ini mampu
memanfaatkan 100% energi dari bintang terdekat yang mengenai planet tersebut
 Peradaban Tipe II, mampu merekayasa tata suryanya, peradaban tipe ini mampu
menyerap 100% energi dari bintang terdekatnya , menggunakan alat yang mungkin
menyerupai Bulatan Dyson.
 Peradaban Tipe III, mampu merekayasa galaksinya, peradaban ini mampu
memanfaatkan 100% energi dari seluruh galaksinya.
Peradaban manusia pada tahun 2010 diperkirakan baru mencapai Tipe 0,72. Diperkirakan
umat manusia bila mampu menambah konsumsi energinya 3% per tahun maka akan
mencapai peradaban Tipe I dalam waktu seratus hingga dua ratus tahun kemudian. Tipe II
baru bisa dijangkau sekitar beberapa ribu tahun lagi, dan Tipe III dalam waktu 100.000
hingga jutaan tahun.
METODE PENILITIAN

Penerbangan Satelit ke Ruang Angkasa


Sebelum kita membahas cara menerbangkan Satelit ke luar angkasa, kita perlu memahami
bagaimana keseluruhan operasi pesawat ruang angkasa ini bekerja. Satelit hanyalah sebuah
pesawat ruang angkasa yang diluncurkan dari bumi dan mengorbit mengelilingi bumi. Alasan
mengapa ia harus pergi ke orbit adalah agar dapat menyampaikan kembali ke bumi dan
menerima data. Data ini dikirim kembali ke bumi dan digunakan untuk membantu navigasi
dan penelitian ilmiah lainnya. Ada tiga jenis satelit yang beroperasi. Ini dikenal sebagai
telekomunikasi, cuaca dan pemetaan.
Satelit telekomunikasi adalah salah satu yang kebanyakan orang pikirkan ketika mendengar
istilah satelit. Ini digunakan untuk berkomunikasi dengan satelit lain serta dengan stasiun
kontrol tanah. Satelit komunikasi sebagian besar berupa jalur elektronik pasif yang tidak
mentransmisikan apa pun dan hanya ada untuk menerima sinyal untuk digunakan oleh entitas
lain. Mereka kebanyakan melingkar dan memiliki jangkauan komunikasi yang terbatas dan
terkadang jumlah tujuan yang terbatas.
Satelit cuaca melangkah lebih jauh dan benar-benar bergerak dalam orbit stasioner di atas
bumi. Ini berarti mereka tinggal di satu tempat dan tidak terbatas pada tempat tertentu di
dunia. Mereka tidak terikat oleh apapun dan dapat bergerak sejauh mata memandang.
Bergerak terus-menerus dalam orbit melingkar akan menyebabkan mereka berada dalam
jangkauan menara transmisi berbasis darat dan tetap berkomunikasi secara konstan dengan
satelit lain atau dengan stasiun kontrol darat. Setiap informasi yang diterima dari satelit cuaca
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa komputer dan dikirim kembali ke bumi.
Satelit pemetaan bekerja dengan cara yang sama tetapi alih-alih menerima informasi dari
tanah, mereka mengirimnya ke luar angkasa. Mereka tidak terbatas pada bumi karena mereka
mengorbit di atas bumi dan sangat tinggi di langit. Ketika satelit dimasukkan ke orbit ini,
dapat dilihat oleh siapa saja yang tahu bagaimana menggunakan teknologi satelit yang tepat.
Setiap gambar atau data yang diterima kemudian diterjemahkan oleh perangkat lunak yang
sesuai dan kemudian informasi tersebut diteruskan ke orang-orang di lapangan.
Pertanyaan pamungkas ketika mempelajari cara menerbangkan satelit ke luar angkasa adalah,
seberapa detail yang ingin Anda pelajari? Ada banyak hal yang perlu diketahui tentang cara
pesawat ruang angkasa kita beroperasi dan bagaimana melindungi mereka dari musuh di
bumi ini. Ada juga seluruh dunia lain untuk dijelajahi di luar bumi itu sendiri. Ada banyak
manfaat untuk mempelajari cara menerbangkan satelit ke luar angkasa.
Oleh karena itu, jika ingin menyerap energi pada bintang khususnya matahari maka di
perlukan teknologi yang lebih maju dan energi yang lebih banyak untuk membawa satelit
hingga berada dekat dengan matahari.

Mempertahankan Satelit pada Posisinya


Saat dilepaskan ke orbit Bumi, satelit diluncurkan menggunakan roket. Kecepatan sebuah
roket bisa mencapai lebih dari 40.000 kilometer per jam. Dengan kecepatan ini, roket bisa
melawan tarikan gaya gravitasi Bumi. Saat sudah sampai di titik tertentu di ruang angkasa,
satelit dilepaskan oleh roket.
Satelit bisa tetap mempertahankan daya gerak dengan menggunakan energi yang diambil dari
roket. Satelit bisa tetap berada di orbit dan tidak melayang ke tempat lain sebenarnya juga
karena gravitasi Bumi. Karena gravitasi Bumi ternyata tetap memengaruhi satelit meskipun
jaraknya ribuan kilometer.
Namun, ada yang membuat satelit tidak jatuh karena tarikan gaya gravitasi. Daya gerak atau
momentum dari satelit dan gaya gravitasi Bumi membuat satelit bisa terus bergerak
mengikuti jalur orbit di sekeliling Bumi. Gaya gravitasi Bumi terhadap satelit lebih kuat jika
satelit berada pada jarak yang lebih dekat dengan Bumi.
Sehingga, jika sebuah satelit berjarak dekat dengan Bumi, maka satelit itu harus bergerak
dengan kecepatan tinggi untuk tetap berada di orbit dan tidak tertarik oleh gaya gravitasi yang
kuat.
Tapi ada juga satelit yang jaraknya cukup jauh dari Bumi. Pengaruh gaya gravitasi Bumi
terhadap satelit yang jaraknya jauh akan lebih lemah. Satelit yang jaraknya jauh ini tidak
perlu bergerak terlalu cepat seperti satelit yang letaknya dekat dengan Bumi.
Jadi, satelit tidak jatuh ke Bumi karena jarak dan kecepatan satelit sudah diatur sedemikian
rupa agar mengimbangi gaya gravitasi Bumi. Sehingga satelit bisa tetap bertahan di jalur
orbitnya, teman-teman. Satelit bisa tetap berada di orbitnya dalam waktu yang sangat lama,
sampai tidak aktif lagi.
Namun, dalam kasus satelit yang kita ingin buat maka tentunya ada beberapa hal tambahan
yang perlu di perhatikan yaitu gravitasi matahari, dan objek-objek sekitar matahari.
Dilansir dari NASA, percepatan gravitasi matahari mencapai 274 meter per sekon kuadrat.
Sebagai perbandingan, percepatan gravitasi bumi hanya sekitar 9,78 meter per sekon.
Artinya, gaya gravitasi matahari 28 kali lebih besar daripada gaya gravitasi bumi. Planet
Merkurius merupakan planet yang terdekat dengan matahari yang memiliki jarak sekitar 58
juta kilometer dari matahari. Planet merkurius ini tidak dapat dilihat hanya dengan kasat
mata. Jadi, usaha yang dilakukan untuk membuat satelit ini harus 28x lebih dari membuat
satelit pada umumnya untuk mempertahankan satelit pada posisinya dekat matahari

Memperkuat Material Struktur Satelit


Bahan-bahan yang digunakan di ruang angkasa, seringkali merupakan bahan-bahan paling
canggih yang pernah diciptakan manusia dan kami terus-menerus meneliti dan menciptakan
bahan-bahan baru dan lebih baik. Bahan-bahan ini harus memiliki sejumlah sifat unik agar
efektif dalam ruang.
Suatu benda yang terus-menerus bergerak masuk dan keluar dari panas langsung matahari
mempunyai fluks suhu yang konstan, yang dapat menyebabkannya mengembang dan
menyusut. Oleh karena itu, para ilmuwan mempertimbangkan kemampuan material untuk
mempertahankan ukuran dan bentuknya meskipun terjadi perubahan suhu, yang dikenal
sebagai stabilitas dimensi.
Struktur di ruang angkasa juga harus mampu bertahan terhadap lingkungan uniknya yang
keras. Hal ini dianggap sebagai stabilitas lingkungan material. Di luar angkasa hal ini berarti
material dapat tetap stabil meskipun terdapat radiasi dan ruang hampa.
Sifat terpenting dari material baru yang akan digunakan di ruang adalah kekuatan dan
kekakuan. Ketika sebuah benda mengorbit mengelilingi bumi, benda tersebut akan terkena
gaya luar biasa yang akan menghancurkan struktur yang lebih lemah.
Peluncuran saja dapat menempatkan suatu material di bawah gaya gravitasi hingga tiga kali
lipat, yang berarti setiap komponen akan berbobot hingga tiga kali lipat beratnya di Bumi.
Materi tersebut harus menjaga integritasnya dan tidak pecah atau bengkok karena kekuatan
yang sangat besar atau satelit tidak akan berfungsi setelah mencapai ruang angkasa.
Setelah satelit berada di luar angkasa, satelit harus mempertahankan fungsinya dalam
gayaberat mikro di mana material komponennya akan berbobot lebih ringan dibandingkan di
Bumi. Variasi kekuatan gravitasi ini berarti bahwa bahan yang digunakan harus sangat
serbaguna dan unik dalam integritasnya.
Strukturnya juga harus mampu menahan tekanan kabin yang berasal dari dalam satelit. Di
Stasiun Luar Angkasa Internasional, oksigen di dalamnya dapat memberikan kekuatan hingga
15 lbs per inci pada permukaan.
Jika bahan tersebut tidak cukup kuat untuk menahan gaya sebesar 15 pon per inci, maka
bahan tersebut dapat pecah dan menyebabkan kebocoran udara, sehingga mengancam nyawa
semua orang di dalamnya.
Ancaman lain terhadap satelit yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah proyektil yang akan
bersentuhan dengan struktur tersebut. Pecahan satelit buatan yang sudah tidak berfungsi
masih mengorbit bumi saat ini sebagai sampah luar angkasa.
Potongan-potongan logam berkecepatan tinggi ini dapat menghancurkan satelit-satelit baru
yang masih berfungsi jika bahan yang digunakan tidak cukup kuat untuk menahan proyektil
tersebut.
Selain ancaman buatan manusia terhadap satelit buatan, meteoroid di luar angkasa dapat
mencapai kecepatan 42 km/s (lebih cepat dari peluru) dan menimbulkan ancaman signifikan
terhadap satelit.
Karena meluncurkan sebuah objek ke orbit Bumi sudah merupakan usaha yang mahal,
material yang dipertimbangkan harus layak secara ekonomi. Para ilmuwan harus
mempertimbangkan betapa mahalnya suatu bahan untuk dibuat dan seberapa mahal biaya
untuk menguji suatu bahan.
Dalam banyak kasus, para ilmuwan tidak dapat terus mempelajari suatu bahan karena
pendanaan untuk pengujian bahan tersebut akan terlalu mahal. Agar suatu material dapat
digunakan di ruang angkasa, material tersebut juga harus sangat ringan. Satu kilogram massa
ekstra dapat meningkatkan biaya peluncuran hingga ribuan dolar.
Salah satu bahan yang sering kali sesuai dengan kebutuhan adalah Kevlar. Kevlar, bahan
yang digunakan dalam rompi antipeluru dan baju besi, merupakan bahan yang sangat ringan
dan kuat sehingga cocok untuk perjalanan luar angkasa.
Selain kekuatannya yang tinggi, kevlar juga sangat tahan terhadap perubahan suhu sehingga
ideal untuk struktur orbit yang masuk dan keluar dari panas langsung matahari saat mengorbit
Bumi. Ketangguhan dan daya tahan Kevlar juga menjadikannya ideal untuk melindungi
satelit buatan dari puing-puing orbital yang berbahaya.
Oleh karena itu, untuk membuat satelit yang akan kita buat perlu mempunyai ketahanan fisik
yang sangat kuat dan tentunya tidak berat, NASA Langley sedang mengerjakan struktur yang
memungkinkan teleskop tetap fokus dan stabil pada objek yang jauh tanpa bergerak lebih dari
empat persejuta inci. Hal ini harus dilakukan dengan menangkal getaran kecil yang mungkin
disebabkan oleh sensor ilmiah dan perangkat tambahan lainnya pada satelit.
Satelit buatan dan struktur luar angkasa di masa depan harus mampu menangkal getaran ini
dan menjaga presisi dan akurasi yang dibutuhkan perangkat ilmiah yang lebih maju. Materi
dan eksperimen baru ini akan memungkinkan kita untuk mengeksplorasi lebih jauh dan
berekspansi ke luar angkasa.

Penyimpanan Energi Yang Sangat Besar


Media penyimpanan energi adalah suatu metode atau alat untuk menyimpan beberapa bentuk
energi yang bisa diambil pada suatu waktu tertentu untuk berbagai kepentingan. Alat yang
digunakan untuk menyimpan energi kadang-kadang disebut dengan akumulator. Semua
bentuk energi yang termasuk ke dalam energi potensial (misal: energi kimia, energi listrik,
dan sebagainya) atau energi termal dapat disimpan. Jam putar mekanis menyimpan energi
potensial dalam tegangan mekanis. Baterai menyimpan energi kimia yang dapat diubah
secara langsung menjadi energi listrik dengan menghubungkan kedua kutubnya dengan
peralatan listrik. Bendungan hidroelektrik menyimpan energi dengan reservoir air sebagai
energi potensial gravitasi. Makanan juga merupakan media penyimpanan energi, yaitu energi
kimia, bahkan es dapat dikatakan sebagai sarana penyimpanan energi termal dan akan
dipergunakan ketika kebutuhan akan temperatur dingin dibutuhkan.
Terkadang penggunaan energi terbarukan tidak langsung ketika energi tersedia, tetapi di
waktu lain. Sebagai contoh, banyak sumber energi terbarukan (seperti angin, energi matahari
atau energi matahari, pasang surut) tersedia secara berselang-seling (intermittent). Energi
surya misalnya, siang hari tersedia, namun malam hari tidak ada. Maka kita membutuhkan
teknologi penyimpanan energi listrik agar energi surya dapat digunakan pada malam hari.
Energi tersedia dalam beraneka bentuk, antara lain radiasi, kimia, mekanis, potensi gravitasi,
potensial listrik, listrik, suhu tinggi, matahari, panas laten dan kinetik. Ada berbagai metode,
perencanaan, teknologi serta sistem untuk menyimpan berbagai bentuk energi. Pilihan
teknologi penyimpanan energi biasanya ditentukan oleh aplikasi, aspek keekonomian
integrasi dalam sistem, dan ketersediaan sumber daya.
Teknologi penyimpanan energi juga terlibat dalam proses mengubah energi dari satu bentuk
yang sulit disimpan ke bentuk yang lebih nyaman atau ekonomis.

Pengembalian Satelit ke Bumi


Bagaimana cara Satelit bergerak atau memindahkan posisi ?
Satelit-Satelit modern umumnya mempunyai alat yang dinamakan "Attitude Control System"
Atau Kontrol Attitude atau Sikap Control, nah ada beberapa cara untuk mengontrol Sikap
atau Gerakan Satelit.
Metode Pertama 1: Dengan menggunakan "Reaction control system" atau "Sistem Kendali
Reaksi". Jadi, metode ini menggunakan Semburan Gas bertekanan tinggi yang berasal dari
bahan bakar di dalam Satelit/Pesawat Luar Angkasa. Terdapat 2 jenis bahan bakar
Satelit/Pesawat Luar Angkasa, yang Pertama adalah Bipropellan dan Kedua adalah
Monopropellant
Ini adalah foto dari Reaction Control System yang
terdapat pada hidung Pesawat Ulang-Alik
Discovery.
Jika satelit ingin bergerak ke atas misalnya, maka
katup akan terbuka sehingga Gas Helium akan
mendorong Bahan Bakar Dan Oksidator ke dalam
Ruang Pembakaran, lalu di Ruang Pembakaran,
kedua Cairan kimia akan bertemu lalu menghasilkan
gas bertekanan tinggi, pas saat reaksi ini terjadi,
Katup Lubang RCS yang berada di bawah Satelit
sehingga menyebabkan Satelit untuk Terdorong ke
atas. Prinsip Mesin ini menggunakan Hukum
Newton Ketiga. Gaya yang diberikan adalah Arah
semburan gas hasil pembakaran tadi, lalu gaya yang
dihasilkan berlawanan sehingga Satelit/Pesawat Luar Angkasa bergerak ke arah yang
ditentukan (Dalam kasus ini, atas Misalnya). Dan juga jika Satelit ingin Menambah kecepatan
orbitnya, Satelit tersebut juga bisa menggunakan Sistem ini untuk memberikan dorongan ke
depan untuk menambah kecepatan.
Metode Kedua 2: Menggunakan alat yang bernama "Reaction Wheel". Alat ini bekerja
dengan menggunakan prinsip "Konservasi Momentum Angular" Atau "Momentum Sudut".
Bayangkan sebuah Piring ditancapkan pada suatu benda (Tancapan Harus Fleksibel), lalu kita
putar piringnya tersebut, pasti benda yang disambungkan (Sambungannya Fleksibel) akan
bergerk berlawanan arah… Berikut ini adalah Ilustrasinya:
Jika kita lihat, "Piring" yang
diilustrasikan berputar ke arah
kanan, sehingga satelitnya pun
bergerak berlawanan arah
dengan arah "Piring" tersebut
Berputar, yaitu Satelit Brgerak
Ke Arah Kiri. Hal yang sama
juga digunakan untuk mengatur
Sumbu X,Y,Z Dari Sebuah
Satelit. Sistem ini sangat bagu
dipakai untuk mengontrol satelit
yang berukuran kecil dan ringan
karena tidak perlu menghabiskan
beban hanya untuk Mesin & Bahan Bakar RCS.
KESIMPULAN
Pemanfaatan satelit sebagai penyerap energi Bintang (fusi nuklir) memang sangat
memerlukan usaha yang sangat extra mengingat banyak hal yang perlu di pertimbangkan
mulai dari energi hingga teknologi yang di perlukan, namun saya yakin dengan kemampuan
kita sebagai umat manusia bahwa kita mampu untuk mewujudkan impian yang kita mimpi-
mimpikan karena kita sebagai makhlup hidup yang berakal dan mampu berevolusi dengan
sangat pesat khususnya di bidang teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

"What Is a Satellite?," National Aeronautics and Space Administration, 8 February 2018. [Online].
Available: https://www.nasa.gov/audience/forstudents/k- 4/stories/nasa-knows/what-is-a-
satellite-k4.html. [Accessed 5 March 2018].

https://id.wikipedia.org/wiki/Satelit
https://www.dw.com/id/fusi-nuklir-alternatif-bagi-bahan-bakar-fosil/a-64600609
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Fusi_nuklir
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Skala_Kardashev#:~:text=Selain%20itu%2C
%20manusia%20akan%20membuat,4%20%C3%971037%20W.

https://bobo.grid.id/read/082376717/meski-gravitasi-bumi-kuat-mengapa-satelit-yang-
mengelilingi-bumi-tidak-jatuh?page=all
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=12034
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Penyimpanan_energi
https://www.omazaki.co.id/sistem-penyimpanan-energi/#:~:text=Sistem
%20penyimpanan%20energi%20adalah%20serangkaian,dan%20aneka%20bentuk
%20energi%20lainnya.

https://cekricek.id/revolusi-cara-satelit-kembali-ke-bumi-mengatasi-masalah-sampah-
luar-angkasa/

Anda mungkin juga menyukai