Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 3 MAKALAH

ELEKTRODINAMIKA
Dosen: Prof. Doddy Sutarno, Ph.D

Pembangkit Energi dengan Memanfaatkan Akselarator Partikel


pada Reaktor Fusi Plasma

Disusun oleh:

Adhi Kusumadjati
20216034
Departemen Fisika
Program Studi Magister Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung

Pembangkit Energi dengan Memanfaatkan Akselarator Partikel pada


Reaktor Fusi Plasma
Adhi Kusumadjati, 20216034
Program Studi Magister Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40131, Indonesia
Email: adhikusumadjati@gmail.com

Abstrak
Saat ini ilmuwan telah banyak mengembangkan berbagai metode untuk memperoleh energi mulai
dari pemanfaatn sumber energi yang tak terbarukan sampai sumber energi yang baru dan
terbarukan. Namun belum diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh energi dalam jumlah
besar secara efisien dengan resiko seminimal mungkin. Sebuah metode pembangkitan energi telah
dikembangkan melalui reaksi penggabungan dua inti ringan menjadi inti yang lebih berat atau
biasa disebut reaksi fusi nuklir. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai plasma yang merupakan
bagian penting dalam reaksi fusi dan bagaimana gerak partikel bermuatan tersebut dalam medan
magnet. Kemudian cara kerja reaktor nuklir yang digunakan pada proses ini beserta material atau
bahan bakar yang digunakan untuk menunjang reaksi tersebut. Serta penerapan dan perkembangan
teknologi ini di dunia.

Kata-kata kunci: Reaktor, Fusi Nuklir, Plasma

I.

Pendahuluan
Energi merupakan kebutuhan dasar dalam segala lini kehidupan. Kemajuan
teknologi mendorong manusia untuk terus berinovasi dalam mengembangka n
teknik dalam pembangkitan energi. Saat ini telah banyak teknologi dalam
menghasilkan energi yaitu seperti pembakaran bahan bakar fosil, sel surya,
pemanfaatan energi gerak (air terjun dan angin) pada turbin, dan reaksi fisi nuklir.
Akan tetapi teknologi-teknologi tersebut memiliki banyak efek samping seperti
bahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca sehingga menyebabkan
pemanasan global, reaksi fisi nuklir menghasilkan sampah radioaktif yang
berbahaya, tidak cukup banyak energi untuk disimpan ketika mendung (berawan),
serta sulitnya mencari tempat yang dapat mempertahankan kecepatan angin
dengan stabil.

Ada suatu teknik pembangkitan energi yang mana reaksi ini terjadi di inti
bintang,

yaitu reaksi fusi (penggabungan) nuklir.

Fusi merupakan proses

termonuklir yang berarti bahan untuk proses ini terjadi harus pada suhu yang
sangat tinggi sehingga elektron dan inti (proton dan neutron) pada atom terlepas
kemudian terbentuk plasma. Proton merupakan muatan positif sehingga proton
dengan proton lainnya akan saling tolak menolak. Untuk mengatasi gaya Coulomb
ini proton harus memiliki energi kinetik yang tinggi yang berarti pada suhu yang
sangat tinggi yaitu sampai pada orde jutaan derajat celcius. Ketika proton-proton
tersebut saling bergabung kemudian akan terbentuk inti yang lebih berat dan
kemudia dihasilkan energi.
Metode inilah yang sedang dikembangkan oleh ilmuwan untuk membuat
pembangkit energi generasi baru. Saat ini ilmuwan mengembangkan dua cara
untuk membentuk plasma yang cukup panas untuk reaksi fusi, cara pertama adalah
reaktor yang menggunakan medan magnet untuk mengurung plasma dalam ruang
berbentuk donat dimana reaksi berlangsung. Kemudian cara kedua adalah
dengan kurungan inersia menggunakan pulsa dari laser bertenaga tinggi untuk
memanaskan permukaan butiran bahan bakar yang digunakan samapai cukup
padat dan panas untuk reaksi fusi. Pada makalah ini kita hanya akan membahas
mengenai reaktor fusi nuklir dengan kurungan magnetik untuk mempercepat
partikel sehingga mengahasilkan plasma untuk terjadinya reaksi fusi.
Eksperimen-eksperimen

yang

saat

ini

dilakukan

didunia

masih

dikembangkan. Meskipun reaksi fusi telah dicapai, namun energi yang diperluka n
untuk melakukan eksperimen tersebut lebih besar dibandingkan energi yang
dihasilkan. Masih diperlukan waktu yang sangat lama untuk teknologi ini dapat
digunakan secara komersil. Namun jika hal ini dapat berhasil, maka akan
didapatkan pembangkit tenaga yang sangat efisien dimana satu gelas air laut
(sumber deuterium) dapat digunakan untuk menghasilkan energi sebanyak energi
yang dihasilkan dalam pembakaran satu barrel minyak tanpa dihasilkan zat
buangan. Karena reaktor fusi menggunakan isotop hidrogen (deuterium dan
tritium), helium, dan lithium sebagai bahan bakarnya dan air laut mengand ung
banyak deuterium. Reaktor fusi tidaklah berbahaya seperti reaktor fisi bahkan

reaktor ini lebih aman dari pada jenis pembangkit tenaga lainnya. Jika kurunga n
magnetik pada reaktor fusi nuklir mengalami kerusakan maka plasma akan
memuai dan reaksi fusi akan terhenti.

II.

Fisika Plasma
1. Plasma
Di alam, materi memiliki keadaan yang dipengaruhi oleh energi ikat
antar molekulnya. Semakin kuat dan stabil ikatannya maka akan menghasilka n
material padat. Jika diberikan energi (suhu tinggi) pada material tersebut maka
energi ikatnya akan melemah dan menghasilkan zat cair. Jika diberikan energi
yang lebih tinggi maka akan terbentuk gas dari material tersebut. Kemudian
jika diberikan energi yang sangat tinggi hingga mendekati energi ionisasainya,
maka akan terbentuk plasma yang merupakan keadaan atau wujud keempat
dari suatu zat. Karena dekomposisi termal memecah ikatan antar atom sebelum
ionisasi, kebanyakan plasma terbentuk dari gas.
Plasma adalah material sangat panas sehingga menyebabkan elektron
terlepas dari atom penyusun gas. Plasma dihasilkan dari ionisasi dari gas netral
yang secara umum mengandung pembawa muatan positif dan negatif yang
jumlahnya sama banyak. Pada keadaan ini, fluida dari muatan yang berlawanan
terkopel dengan kuat dan cenderung

saling

menetralkan

dalam skala

makroskopik. Plasma non-netral yang mengandung muatan sejenis, muncul


dalam eksperimen laboratorium dimana fluida muatan berotasi.
Plasma muncul di alam dalam berbagai bentuk dan meliputi hampir 99%
isi dari alam semesta yang dapat kita amati seperti bintang, nebula, dan di Bumi
sendiri plasma tidak sulit untuk ditemukan, kita dapat melihatnya pada petir,
lampu pijar, auroa dikutub utara dan kutub selatan, berbagai macam
eksperimen di laboratorium seperti percobaan spektrumatom hidrogen, dan
lain-lainnya.

2. Sejarah Singkat Plasma


Plasma berasal dari bahasa Yunani yang memiliki makna
jelly, nama tersebut diberikan oleh ilmuwan medis asal Ceko bernama
Johannes Purkinje (1787 1869). Pemenang Nobel Kimia asal Amerika yaitu
Irving Langmuir pertama kali menggunakan kata plasma untuk menjelaska n
gas ion pada tahun 1927. Bersama koleganya Lewo Tonks menyelidiki fila me n
tungsten

lampu bohlam agar filamen

dapat bertahan lama. Dia juga

menemukan bahwa suatu daerah pada tabung plasma memperlihatkan variasi


periodik dari rapat elektron yang sekarang dinamakan Langmuir Waves.
Setelah

penemuan-penemuan

Langmuir,

penelitian

mengenai

plasma

menyebar ke bidang lainnya dengan lima bidang yang paling signifikan.


Pertama, pengembangan siaran radio lewat penemuan ionosfer (lapisan
pada bagian atas atmosfer yang sebagian terionisasi sehingga memantulka n
gelombang radio) Bumi. Dalam pengembangan komunikasi radio, beberapa
ilmuwan

seperti E.V. Appleton

mengembangkan

teori penjalaran

dan K.G. Budden secara sistematis


gelombang

elektromagnetik

melalui

megnetisasi plasma tak merata. Kedua, astrofisikawan menyadari bahwa alam


semesta terdiri dari plasma dan pemahaman yang lebih baik mengena i
fenomena astrofisika memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang fisika
plasma. Pionir dalam bidang ini adalah Hannes Alfven yang mengembangka n
teori magnetohidrodinamika (MHD) sekitar tahun 1940, pada teori ini plasma
dianggap sebagai fluida konduktor.
Ketiga, pembuatan bom hidrogen pada tahun 1952 menghasilka n
perhatian besar pada pengendalian fusi termonuklir sebagai sumber energi
masa depan. Keempat, James A. Van Allen menemukan sabuk radiasi Van
Allen disekitar Bumi pada tahun 1958 menggunakan data yang ditransmis ika n
oleh satelit U.S Explorer. Hal ini memulai eksplorasi secara sistematis dari
magnetosfer Bumi melalui satelit dan membuka bidang fisika plasma luar
angkasa. Terakhir yaitu yang kelima adalah pengembangan laser tenaga tinggi
pada tahun 1960 membuka bidang fisika plasma laser. Saat sinar laser

bertenaga tinggi mengenai target suatu material padat, material tersebut segara
terkikis dan plasma terbentuk pada batas antara sinar dan target.

3. Plasma sebagai Gas


Suatu gas cukup dijelaskan oleh rata-rata sifat partikel tunggal pada
seluruh fungsi distribusi partikel dan parameter seperti tekanan, temperatur,
dan kerapatan yang dapat menghubungkan sifat rata-rata (makroskopis)
tersebut. Hal ini kita pahami melalui teori kinetik gas. Teori plasma klasik
merupakan statistik Boltzman klasik, jika jarak antar partikel (elektron, ion,
neutron) cukup besar (plasma klasik). Untuk elektron, kasus ini berlaku jika
rata-rata jaraknya,
=

1
( )1 3

(1)

Jarak ini sangat besar dibandingkan rata-rata panjang gelombang de Broglie


B,
=

2
, dengan 2
=

Jika tidak, plasma akan terdegenerasi.


Plasma dapat dijelaskan sebagai gas ideal jika kedua energi potensial dari
elektron dan ion kecil dibandingkan dengan rata-rata energi kinetik 3/2 kBTe,
yaitu jika,
3
2

2
40

(2)

Substitusi kBTe dengan panjang Debye-Huckel, kita peroleh kondisi ekivalen,


=

1
1

(3)

atau
1 4 3 1
=(
) 1
3

(4)

Ungkapan dalam kurung adalah jumalah elektron yang dinamakan Bola


Debye-Huckle dengan volume bola

4
3

3 . g merupakan parameter plasma,

diambil dari teori plasma yang diukur untuk degenerasi atau ketiadaan
degenerasi dalam plasma.
Plasma dengan parameter plasma yang besar adalah non ideal atau
plasma terkopel kuat klasik. Dirumuskan dengan,
1 2

( )3 2

(5)

Maka plasma klasik tidak non-ideal sangat dingin dan kerapatannya


tinggi. Pada kasus tertentu, hubungan antara partikel plasma dapat menjadi
penting. Dalam kondisi laboratorium, hubungan tertentu bisa diamati dalam
awan plasma, dimana awan plasma terkadang mengubah dirinya sendiri
menjadi struktur biasa. Dalam sumber ion plasma kita peroleh g << 1 sebagai
acuan. Beberapa plasma berkelakuakn klasik, yaitu memenuhi statistik klasik
Boltzmann dalam tak terdegenerasi umum dan kondisi (3) dan (4) terpenuhi.

4. Gerak Pertikel Bermuatan dalam Medan Listrik dan Medan Magnet


Tinjau sebuah partikel bermuatan (massa m, muatan q) dalam suatu
kombinasi dari gaya stasioner F tak bergantung pada kecepatan partikel (seperti
dalam medan listrik ) dan suatu medan magnet stasioner dengan induks i
. Kita nyatakan dengan kecepatan partikel tersebut dan dengan turunan
kecepatan terhadap waktu (percepatan) partikel. Persamaan gerak dalam notasi
vektor,
= +

(6)

menyatakan tiga set persamaan differensial. Suku pertama pada sisi kanan
hanya memiliki komponen yang tegak lurus . Maka persamaan untuk gerak
dalam arah sejajar tak bergantung dan menjelaskan suatu konstanta
percepatan sejajar dengan terhadap komponen , dinyatakan dengan .
Komponen dan tegak lurus dan turunannya masing-masing terhadap
waktu akan dinyatakan dalam bentuk , , dan seterusnya.
Maka, tegak lurus terhadap , kita dapatkan sebuah sistem dari dua
persamaan differensial inhomogen terkopel:
= +

(7)

Solusinya

adalah kombinasi

dari solusi umum bagian homogen

dari

persamaan-persamaan tersebut dan solusi khusus dari persamaan inhomo ge n.


Bagian honogen diberikan oleh,
=
Solusi

ini

pengaruh

menjelaskan

gerak

medan magnet

partikel

(8)
dalam

saja. Solusinya

telah

diketahui. Gerak merupakan putaran dalam bidang


tegak lurus , yaitu gerak gerak dengan dengan
kecepatan

konstan

dalam

lingkaran

sehingga

Gambar 1. Gerak
siklotron dari partikel
bermuatan

dinamakan gerak siklotron (gambar 1). Jari-jari


lingkaran (jari-jari siklotron) rB diberikan oleh,
=

(9)

Dimana adalah kecepatan partikel dalam bidang tegak lurus terhadap ,


maka = adalah nilai absolut dari momentum. Frekuensi sudut
(frekuensi siklotrn) B diberikan oleh,
=

Frekuensi ini tidak bergantung

(10)

pada kecepatan

partikel (paling tidak dalam kasus non-relativistik).


Perhatikan bahwa muatan q dapat positif atau negatif.
Dalam definisi kita, memiliki tanda yang sama
yang mendefinisikan arah rotasi.
Kita peroleh solusi khusus dari persamaan

Gambar 2. Lintasan
(drift) partikel
bermuatan

inhomogen dengan mengasumsikan konstan yang berarti percepatan nol.


Pada kasus ini kita peroleh,
=

(11)

Untuk memperoleh kecepatan, kita lakukan perkalian cross pada persamaan ini
dengan menyatakan,
2 = atau =

(12)

Gerak partikel keseluruhan dalam bidang tegak lurus merupakan


superposisi dari putaran dan kecepatan konstan dalam arah tegak lurus
. Gerak siklotron

bergantung

pada kecepatan awal partikel.

Kecepatan-kecepatan tersebut terdistribusi acak. Saat kita merata-ratakan pada


seluruh partikel, nilai rata-rata dari kecepatan putaran akan nol. Jelas terlihat
perbedaan, paling tidak untuk semua partikel yang sebanding muatan
adalah sama. Nilai dan arahnya hanya bergantung pada arah dan besar dari
induksi magnetik dan gaya luar . Keseluruhan populasi dengan partikel yang
sebanding akan melintas dengan arah yang sama. Dengan cara ini kita telah
mereduksi pembahasan gerak partikel menjadi pembahasan gerak dari putaran
pandu pusat sebagai pseudo-partikel.

Strategi ini kita ketahui sebagai

aproksimasi pandu pusat. Hal terpenting adalah kasus dari gaya yang diberikan
oleh medan listrik, = . Pada kasus ini muatan saling meniadakan dalam
persamaan (12). Semua partkel bermuatan menjalar dengan kecepatan yang
sama dalam arah yang sama (E x B drift).
Kita telah menggambarkan penjalaran ini dengan meninjau pengaruh dari
gaya eksternal dari putaran (gambar 2). Bayangkan medan magnet garis-gar is
medan mengarah tegak lurus terhadap bidang kertas. Pada keadaan ini, putaran
terbatas pada bidang kertas (atau sejajar bidang kertas). Kasus yang
ditunjukkan pada gambar 2 merupakan partikel dengan muatan positif dalam
pengaruh medan listrik. Saat partikel bergerak keatas, percepatan dan jari-jari
putarannya meningkat. Saat kebawah melambat dan jari-jari lingkaran putaran
berkurang. Maka lintasannya merupakan sikloid bukannya linkaran tertutup.
Pada kasus partikel bermuatan negatif, arah putaran sebaliknya. Jika gaya
diberikan oleh suatu medan listrik, arah dari gaya F juga sebaliknya, maka
penjalaran pada arah yang sama seperti sebelumnya. Jika arah gaya tak
bergantung partikel bermuatan (seperti pada kasus inersia atau gaya gravitas i),
arah dari penjalaran pada arah berlawanan. Hasilnya dapat berupa suatu arus
listrik ato separasi muatan.
Jika hanya medan magnet kuat yang berkurang dalam arah yang ditandai
oleh panah untuk F, kita dapatkan efek yang sama karena kebergantunga n

radius putaran pada B. Hal ini dinamakan gradien penjalaran yang juga
merupakan contoh transport arus oleh penjalaran. Sebuah pendekatan yang
berbeda pada penjalaran dilakukan oleh suatu gradien dari induksi magnetik B
dengan meninjau partikel berputar sebagai pseudo-partikel dengan momen
. Dalam analogi pada arus pembawa loop kawat, kita dapat
magnetik
perlakukan partikel berputar sebagai arus melingkar = = /2.
Daerah A dalam loop adalah = 2 . Maka,
=

(13)

Ini merpakan dipol magnetik yang mendapat gaya


dengan keberadaan dari gradien medan magnet.
Gaya ini dapat ditinjau sebagai penyebab penjalaran
dan dapat diperlakukan dalam cara yang sama saat

kita perlakukan gaya oleh medan listrik. Arah


selalu berlawanan arah (gambar 3), dalam hal ini
plasma merupakan diamagnetik.

Gambar 3. Momen
magnetik dari partikel
bemuatan yang
berputar

Jika arah gradien medan magnet sejajar , kita


peroleh efek khusus. Hal ini membuat momen magnet oleh partikel berputar
merupakan suatu
bergerak sepanjang konstan jika gradien cukup kecil (
invarian adiabatik)menggunakan hubungan untuk arus I dan area dari putaran
lingkaran A yang diberikan sebelumnya, diperoleh,
= = /

(14)

Dengan, = 2 2 adalah energi kinetik oleh putaran dari tinjauan partikel


bermuatan yaitu oleh gerak tegak lurus arah .
Lebih jauh (asumsikan energi potensial no), energi total,
= +
Juga merupakan

(15)

konstanta gerak. Jika partikel bergerak dalam arah

bertambahnya medan magnet, harus bertambah karena M konstan. Maka


(energi dari gerak sejajar ) harus berkurang dengan jumlah yang sama
untuk menjaga W konstan. Jika menjadi nol, partikel tidak dapat

meneruskan lebih lanjut dan harus kembali. Suatu konfigurasi dengan B


meningkat sepanjang B dinamakan cermin magnetik (gambar 4).

Gambar 4. Konfigurasi cermin magnetik

Pada pembahasan ini telah kita ketahui asumsi bahwa tumbukan antara
partikel plasma tidaklah penting. Jika tumbukan sering terjadi, gerak siklotron
dan penjalaran akan terganggu. Kita dapat perkirakan kondisi untuk penjalaran

dengan membandingkan frekuensi rata-rata dari putaran, = =

dengan frekuensi tumbukan

rata-rata c (perhatikan perbedaan simbol:

frekuensi dan kecepatan v). Jika minimal untuk satu macam partikel
bermuatan , penjalaran dan putaran dikembangkan sepenuhnya pada
partikel-petikel tersebut. kita namakan plasma termagnetisasi. Magnetisas i
secara prinsip selalu dapat diperoleh dengan medan magnet eksternal kuat.
Untuk suatu medan magnet yang diberikan, magnetisasi bergantung pada
plasma dan rapatan netral. Magnetisasi ini paling kuat pada fluida plasma di
tekanan rendah.

III. Reaktor Fusi Nuklir


1.

Reaksi Fusi
Untuk menghasilkan reaksi fusi, dua inti yang cenderung saling tolakmenolak (dua muatan positif) dibuat sedekat mungkin. Maka sejumlah energi
diperlukan untuk mengatasi penghalang tersebut dan mencapai daerah dekat
inti dimana gaya nuklir mampu mengatasi penghalang ini. Probabilita s
melewati penghalang ini ditentukan dengan besaran penampang lintang
reaksi. Variasi dari penampang lintang efektif dari beberapa reaksi fusi
sebagai fungsi dari interaksi energi diberikan oleh atom dan unsur ringan
seperti diperlihatkan gambar 5.

Gambar 5. Penampang Lintang Reaksi Fusi

Penampang lintang dari reaksi fusi berada pada orde 1 barn (1 barn =
10-28 ), sementara reaksi fisi dari

235 U

berada pada orde 600 barn diperoleh

melalui proses thermal atau bombardir neutron. Sehingga reaksi fusi memilik i

penampang lintang yang sangat kecil dibandingkan dengan proses lainnya


seperti ionisasi dan amburan Coulomb (tumbukan partikel bermuatan). Hal
ini merupakan suatu kesulitan yang melekat pada reaksi fusi.
Reaksi fusi memerlukan suhu tinggi, biasanya lebih dari 100 juta derajat
(10 keV). Pada suhu tersebut, elektron terlepas dari inti sehingga plasma
terbentuk. Reaksi fusi yang paling dilakukan melibatkan deuterium dan
tritium, dua isotop dari hidrogen. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam
bagian material untuk reaksi fusi. Penelitian pada pengendalian reaksi fusi
difokuskan pada reaksi ini. Meskipun deuterium berlimpah, namun tritium
hanya tersisa sedikit. Tritium perlu dihasilkan melalui reaksi nuklir dengan
menggunakan Lithium.Reaksi fusi yang paling cocok dan efisien dilakuka n
pada reaktor fusi magnetik seperti tokamak adalah reaksi antar deuterium dan
tritium.

Fusi D-T merupakan reaksi fusi yang dapat dicapai karena

penampang lintang tmbukan dari D-T adalah yang tertinggi dan terjadi pada
suhu terendah.

Gambar 6. Skema reaksi fusi D-T

2.

Reaktor Fusi Kurungan Magnetik


Secara umum reaktor fusi magnetik ditunjukkan seperti pada gambar 6.
Reaktor ini memiliki hal dasar yang diperlukan untuk mengoperasikannya
sebagai alat yang stabil. Reaktor ini berbentuk torus, ini bukanlah bentuk
yang ideal dalam pandangan teknik karena kompleksitas mekanisnya. Sifat
fisis medan magnet diperlukan pada geometri untuk toroida tersebut.
Kemudian penampang lintang plasma diasumsikan melingkar. Ini bukan
merupakan kasus dalam desain yang sebenarnya. Untuk tujuan yang ada saat

ini, hal ini merupakan asumsi yang berguna untuk penyederhanaan matema tis
dan mengarah ke desain pada akurasi yang diinginkan.

Gambar 7. Reaktor fusi toroida umum menunjukkan plasma, pelindung (shield) ,


lapisan (blanket) dan magnet.

Tujuan dari penggunaan medan magnet adalah untuk mengur ung


plasma panas dari dalam dinding pertama reaktor. Setelah dinding pertama
adalah lapisan dimana konversi energi ambil bagian. Disekeliling lapisan
adalah pelindung untuk melindungi magnet dan pekerja dalam instalasi dari
neutron

dan radiasi sinar gamma.

Terakhir

adalah kumparan yang

menghasilkan medan magnet ditempatkan diluar pelindung.


Secara umum magnet yang digunakan harus berupa superkonduktor.
Alasanya adalah magnet tembaga mendisipasikan sejumlah besar daya ohmic
selama proses berlangsung walaupun konduktivitas listrik tembaga cukup
tinggi. Daya yang terdisipasi ini sudah cukup untuk mengganggu seluruh
keseimbangan daya pada reaktor. Dengan kata
lain, daya ohmic dapat sebanding dengan daya
listrik

yang dihasilkan

oleh reaksi fusi.

Superkonduktor magnet tidak mendisipas ika n


daya

pada

keadaan

membutuhkan

sedikit

tetap

dan

hanya

pendingin

untuk

menjaga kondisi superkonduktor magnet.


Hal

lainnya

yaitu

magnet

harus

ditempatkan diluar lapisan dan pelindung


karena superkonduktor magnet internal tidak

Gambar 8. Penampang
lintang reaktor ARIES-AT

dapat menahan hantaman neutron-neutron fusi. Tidak hanya menyebabkan

kerusakan bahan tetapi juga mengembalikan magnet pada kondisi nonsuperkonduktor dengan cepat. Secara umum reaktor fusi terdiri dari plasma
toroid di dalam dinding pertama, kemudian suatu lapisan dan pelindung, dan
terakhir superkonduktor magnet. Reaktor fusi secara umum ditunjukkan oleh
gambar 6 dapat dibandingkan oleh gambar 8 yang lebih realistis. Gambar ini
merupakan detail desain dari bagian dari reaktor ARIES.

3.

Material untuk Reaksi Fusi


Telah disebutkan sebelumnya bahwa reaksi fusi yang melibatka n
deuterium dan tritium paling sering dilakukan. Tritium adalah unsur radoaktif
dengan waktu paruh yang relatif singkat (12,3 tahun) yang akan dihasilk a n
oleh penangkapan neutron dalam lithium. Oleh karena itu, bahan bakar utama
reaksi fusi adalah deuterium dan lithium yang keduanya bukan unsur
radioaktif.
Deuterium adalah isotop stabil dari hidrogen.

Deuterium sangat

berlimpah dan dapat di ekstrak dari air laut (33 gr deuterium per m3 air laut)
dengan proses industri kovensional (distilasi, elektrolisis, pertukaran isotop,
dan lain-lain). Perkiraan sumber daya di laut berada pada orde 4,5 x 1013
metrik ton, sebanding dengan energi potensial 5 x 1011 TW per tahun.
Sehubungan dengan konsumsi global energi saat ini berada pada orde sampai
12 TW per tahun (1990), sumber energi deuterium dapat mencapai masa
hidup matahari (~ 5 milyar tahun).
Kandungan lithium di kerak Bumi mencapai 50 ppm (0,05 g/kg).
Lithium lebih melimpah dari timah dan bahkan 10 kali lebih melimpah dari
uranium (3 - 4 ppm). Lithium terbentuk secara alami dalam campuran dua
isotop: lithium-6 (7,5% secara alami membentuk lithium) dan lithium- 7
(92,5% secara alami membentuk lithium). Walaupun memungkinkan untuk
menggunakan lithium yang secara alami terbentuk dalam reaktor fusi,
campuran dengan porsi banyak lithium-6 (40-90% berdasarkan desain) lebih
dipilih

karena, pada kasus ini,

reaksi eksotermal dan menghasilk a n

penampang lintang yang besar. Proses memperkaya sudah dikenal dan telah

divalidasi (lithium-6 digunakan untuk menghasilkan tritium untuk senjata


nuklir). Lithium juga dapat diekstrak dari air laut yang mengandung 0,17
g/m3 , terdapat potensi cadangan 230.000 juta metrik ton. Usulan metode
ekstraksi berbasis pertukaran ion konvensional, ekstraksi pelarut atau tipe
pengendapan proses kimia.
Penggunaan bahan bakar mutakhir (reaksi D-D atau bahkan D- 3 He)
memiliki dua keistimewaan yaitu menghindari penggunaan tritium dan
menghasilkan

neutron

berenergi tinggi.

Bagaimanapun

juga, kondisi

sehubungan suhu, kerapatan, dan waktu pengurungan perlu diimbangi


penampang lintang yang kecil untuk memberikan implementasinya secara
hipotetik dan pada beberapa kasus tidak memungkinkan dalam waktu dekat.
Hal ini juga harus ditekankan bahwa pada reaktor yang berbasis reaksi
tersebut, hampir semua energi fusi yang dihasilkan terkirim ke elemen
dinding pertama, penekanan pada batas komponen tersebut sudah sangat
tinggi (pada kasus reaksi D-T, 80% energi fusi dibawa oleh neutron yang
memberikan energinya pada pembentukan lapisan tritium).

IV.

Aplikasi dalam Teknologi


1.

Reaktor Fusi Tokamak


Tokamak adalah sebuah torus mesin berbentuk donat yang secara
umum merupakan suatu tabung kontinu. Tokamak pertama kali dipahami di
Moscow pada tahun 1960-an dan kemudian dirancang secara spesifik untuk
menghasilkan suatu kurungan magnet yang rumit tetapi kreatif untuk
mengurung plasma berenergi tinggi. Skema dari reaktor fusi tokamak
ditunjukkan seperti pada gambar 9.

Gambar 9. Skema reaktor fusi berbasis kurungan magnetik dari Tokamak: (a)
Ruang vakum, (b) Plasma, (c) Radiasi plasma, (d) pelapis, (e) listrik dihasilkan

Bahan bakar campuran deuterium/tritium dimasukkan dalam gas atau


bentuk butiran es kedalam ruang vakum (gambar 9.a) tempat dilakukannya
pengurungan dan sistem pemanasan, bahan bakar ini kemudian membentuk
plasma dan terbakar secara kontinu (gambar 9.b). Plasma menghasilk a n
buangan (atom helium untuk plasma D-T) dan energi dalam bentuk partikel
dan radiasi (gambar 9.c). Buangan terekstrak dalam bentuk gas dan diteruskan
keluar reaktor. Partikel bermuatan dan radiasi terserap, kehilangan energinya
pada dinding pertama.
Energi kinetik neutron (~80% dari energi total untuk plasma D-T)
dikonversi (atau bahkan ditingkatkan melalui reaksi nuklir yang tepat)
menjadi panas dalam komponen pelapis (blanket) (gambar 9.d) yang berada
setelah dinding pertama tetapi tetap dalam ruang vakum. Ruang vakum
merupakan ruang tempat reaksi fusi berlangsung. Dinding pertama, pelapis,
dan ruang vakum didinginkan oleh sistem ekstraksi panas. Panas digunaka n
untuk menghasilkan uap yang dikirim ke turbin konvensional dan sistem
pembangkit listrik.

2.

Proyek ITER
ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor) merupakan
salah satu proyek energi yang paling ambisius saat ini. 35 negara bergabung
untuk membangun tokamak terbesar di dunia. Kampanye eksperimen yang

dilakukan oleh ITER adalah pentingnya mengembangkan ilmu fusi dan


mempersiapkan pembangkit tenaga fusi untuk masa depan. ITER akan
menjadi mesin pertama yang menghasilkan energi bersih dan menjaga fusi
untk waktu yang lama. Dan ITER akan menjadi reaktor fusi untuk menguji
secara terintegrasi teknologi, material, dan bidang fisika yang perlu untuk
produksi komersil fusi berbasis listrik.
Dengan volume plasma 10 kali mesin terbesar yang beroperasi saat ini,
tokamak ITER akan menjadi alat eksperimental yang unik. Mampu
mempertahankan plasma lebih lama dan pengurungan yang lebih baik. mesin
ini dirancang untuk menghasilkan 500 MW tenaga fusi. Rekor dunia untuk
tenaga fusi dimiliki oleh tokamak JET eropa. Pada tahun 1997, JET
memproduksi 16 MW tenaga fusi dari total tenaga masukkan 24 MW (Q =
0,67). ITER dirancang untuk menghasilkan 10 kali lipat energi (Q = 10) atau
500 MW tenaga fusi dari 50 MW tenaga masukkan. ITER tidak akan
mengambil energi yang dihasilkan sebagai energi listrik, tetapi sebagai awal
dari semua eksperimen fusi dalam sejarah yang memperoleh energi bersih,
ITER mempersiapkan mesin yang mampu.
ITER juga mendemonstrasikan operasi yang terintegrasi dari teknologi
untuk pembangkit tenaga fusi. ITER akan menjembatani celah antar mesin
eksperimen fusi skala kecil saat ini dan demonstrasi pembangkit tenaga fusi
untuk masa depan. Ilmuwan akan dapat mempelajari plasma dalam keadaan
yang sama dengan yang diharapkan pada pembangkit tenaga masa depan dan
menguji teknologi seperti pemanasan, kontrol, diagnostik, kriogenik, dan
pemeliharaan jarak jauh.
ITER mencapai deuterium-tritium plasma yang mana reaksi tersebut
diperoleh melalui pemanasan internal. Penelitian fusi saat ini berada pada
eksplorasi pembakaran plasma. Ilmuwan yakin bahwa plasma di ITER
tidak akan hanya menghasilkan lebih banyak energi fusi, tetapi juga dapat
stabil dalam jangka waktu yang lebih lama. Salah satu misi untuk tahap
selanjutnya dari operasi ITER adalah mendemonstrasikan kemungkina n
terjadinya produksi tritium dalam ruang vakum. Cadangan tritium dunia

(awalnya dengan menggunakan deuterium sebagai bahan bakar reaksi fusi)


tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pembangkit tenaga masa deapn. ITER
akan menyediakan suatu kesempatan khusus untuk menguji model yang lebih
kompleks pembentukan lapisan tritium dalam ruang pada linkungan fusi
sesungguhnya.
ITER juga memiliki peran penting
dalam sejarah fusi ketika pada tahun 2012,
organisasi ITER memperoleh izin sebagai
operator nuklir di Perancis berbasis pada
ketelitian dan pemeriksaan yang adil pada
keamanan

berkas-berkasnya.

Salah satu

tujuan utama operasi ITER adalah untuk


menunjukkan

kendali pada plasma dan

Gambar 10. Pembangunan


fasilitas ITER di Perancis
Selatan

reaksi fusi dengan sedikit konsekuensi pada


linkungan.

V.

Kesimpulan
Reaktor fusi nuklir memanfaatkan kurungan magnetik berupa toroid yang
menghasilkan medan magnet sebagai akselarator untuk mempercepat gerak
partikel bermuatan sehingga energi kinetiknya meningkat dan kemudian terbentuk
plasma yang meruapakan keadaan suatu zat ketika elektron dan inti (proton dan
neutron) dari atom-atomnya saling terpisah. Saat kedua inti saling bertumbuka n
dengan energi yang cukup untuk kedua bergabung maka reaksi fusi nuklir akan
terjadi dan sejumlah energi yang besar akan terbentuk dari reaksi ini.
Energi fusi memiliki banyak kelebihan dibandingkan pembangkit tenaga
lainnya. Energi fusi memiliki sumber daya energi yang hampir tidak terbatas dan
tidak menimbulkan gas efek rumah kaca atau polusi lingkungan dan juga memilik i
kelebihan dalam hal keamanan. Dengan desain yang baik, sampah radioaktif dari
operasi pembangkit tenaga fusi tidak akan merugikan untuk generasi selanjutnya.
Pemanfaatan energi fusi berada pada tingkatan yang sama dengan kelebiha nkelebihan yang dimilikinya.

Meskipun masih banyak permasalahan-permasalahan seperti pembakaran


plasma, ekstraksi panas, pembuatan komponen-komponen yang canggih seperti
pelapis, dan efek neutron 14 MeV pada material. Dasar ilmu saat ini cukup padat
untuk merealisasikan mesin yang menunjukkan energi fusi secara sains dan
teknologi. Hal ini merupakan tujuan utama proyek internasional ITER.

VI.

Referensi
Fitzpatrick, Richard. 2015. Plasma Physics: An Introduction. Florida: CRC
Press
Freidberg, Jeffrey P. 2007. Plasma Physics and Fusion Energy. New York:
Cambridge University Press
Kikuchi, M; Lackner, K; Tran, M. Q. 2012. Fusion Physics. Vienna :
International Atomic Energy Agency
Magaud, P; Marbach, G; Cook, I. Nuclear Fusion Reactors. Encyclopedia of
Energy Elsevier Inc. 2004. Vol. 4
Wiesemann, K. A Short Introduction to Plasma Physics. CERN Yellow Report.
2013. 007. 85-122
http://www.iter.org/proj/inafewlines
https://ec.europa.eu/research/energy/pdf/ki-77-070-69-en-d_en.pdf

Anda mungkin juga menyukai