Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

DISUSUN OLEH : AGIT DANISA SUGIANTO


KELAS : XII-MIPA 1

SMA NEGERI 1 PANGKALAN BANTENG


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"FISIKA ATOM, INTI ATOM, dan RADIOAKTIVITAS" sebagai salah satu tugas mata
pelajaran Fisika.
Tiada gading yang tak retak, maka dari itu penulis menyadari bahwa di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan
pengetahuan penulis serta waktu yang ada. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing untuk
kesempurnaan makalah ini Dan penulis berharap melalui makalah ini dapat memberikan
inspirasi bagi siswa untuk lebih giat belajar dan mengukir prestasi. Terlepas dari semua itu.
ucapan "terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
limu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terus dikembangkan den dimanfaatkan
dalam apaya memenuhi kebutuhan dasar manusia, memperpanjang harapan hidup dan
menstimulasi peningkatan kualitas hidup. Dalam pemanfatan iptek untuk berbagai tujuan
selalu ditimbulkan sisa proses limbah, karena efisiensi tidak pernah mencapai 100%
Demikian juga dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek nuklir selalu akan
ditimbulkan limbah radioaktif sebagai sisa proses Limbah radioaktif yang ditimbulkan harus
dikelola dengan baik dan tepat agar tidak mencemari lingkungan, karena pada gilirannya
berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat. Berdasarkan pengalaman di Amerika Senkat,
ditunjukkan bahwa pembersihan lingkungan (clean up) akibat terjadinya pencemaran oleh
limbah radioaktif membutuhkan biaya 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan bila biaya
pengelolaan limbah tersebut secara baik. Uraian ini diharapkan dapat memberikan Informasi
seimbang kepada anggota masyarakat.
B.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dinumuskan permasalahan
sebagai berikut "Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tentang fisika atom, inti atom dan
radioaktivitas terhadap penanganan bahaya limbah radioaktif."
C.Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran tentang fisika atom, inti atom dan
radioaktivitas
2. Untuk mengetahui penanganan bahaya limbah radioaktif secara benar
D.Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan
Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi
permasalahan penanganan bahaya limbah radioaktif dengan mengetahui cara pengaplikasian
pengetahuan tentang fisika atom, inti atom dan radioaktivitas dengan mengacu pada literatur-
literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORI
STRUKTUR ATOM
1.Teori Atom Dalton
John Dalton pada tahun 1803 mengemukakan teorinya sebagai berikut:
a. Atom merupakan bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi lagi.
b. Atom tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan
c. Sifat unsur memiliki sifat yang sama dengan sifat atom penyusunnya.
d. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat bersenyawa
membentuk molekul, dengan jumlah massa sebelum dan sesudah. persenyawaan adalah
sama.
e. Dalam suatu senyawa, atom-atom setiap unsur bergabung dengan perbandingan tertentu
dan sederhana (misalnya: atom C dan atom O membentuk CO dan CO2), Kolemahan teori
Dalton adalah:
a. Ternyata alom masih dapat dibagi lagi seperti proton, neutron dan electron
b. Tidak dapat menjelaskan sifat kelistrikan pada atom.
2. Teori Thomson
Dalam percobaannya menggunakan tabung sinar katoda, menunjukkan bahwa
partikel sinar katoda jauh lebih ringan dari pada atom. Partikel ini oleh Thomson dinamakan
electron. Dengan tabung sinar katoda ini, Thomson dapat menentukan horga perbandingan
muatan electron dengan massa electron. Pada tahun 1904, J.J. Thomson mengemukakan
model atomanya sebagai berikut: "Atom berbentuk bola dan bermuatan positif yang tersebar
merata ke seluruh bagian atom dan dinetralkan oleh electron yang melekat pada
permukaannya". Model atom Thomson ini dikenal sebagai model roti kismis.
3. Teori Emst Rutherford
Rutherford melakukan percobaannya dengan menembakkan partikel a ke arah
lempeng emas, sehingga dapat menyimpulkan: Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan
positif dan dikelilingi oleh elektron yang berputar pada lintasan-lintasan tertentu (seperti
susunan tala surya)
4. Teori Nels Bohr
Berdasarkan model atom Rutherford dan teori kuantum, Neils Bohr mengemukakan
teorinya.
1. Elektron hanya dapat mengelilingi ins atom metatui intasan intasan tenantu saja, tanpa
membebaskan enegg. Masing-masing lintasan hanya dapat titului elektron yang memiliki
momentum anguler kelipatan bulat dari 1/2 m, ve.h2
2. Elektron akan mengalami eksitası (pindah ke lintasan yang lebih tinggi) at ionisasi jika
menyerap energi, dan transisi ke lintasan yang lebih rendah jika mermancarkan energy to
foton, Jan-jari tintasan elektron:

m-528 x 10-11 n2 meter


n-1.2.3. bilangan kuantum utama
Tingkat tingkat enang (energi kulit ke-ko-al
En-(2/22)(-13.6/n2) ev 1 V-1.6x10-19 joule
Blaser
Sifat laser koheren, monokromatik, intensitas tinggi dan pulsanya sejajar Jenis laser
padat (Roby), cair (Larutan kriptosianida), gas (CO2, He-Ne) dan sermi konduktor (Ges As)
Penerapan laser mengukur jarak, alat bodah, gambar 3 dimenal (holografi); mengasah intan,
memotong baja.
C.Inti Atom
Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (IPI) dan netron ( On1) Kedua
partikel pembentuk inti atom ini disebut juga nukleon. Simbol nuklida ZXA atau ZAX
dengan Anomor massa Z jumlah protod dalam inti junilah elektron di kulit terluar N-A-Z
jumlah netron di dalam inti atom Proton bermuatan positif-1,6 x 10-19 C dan netron tidak
bermuatan. Isoton: Atom-atom unsur tertentu (Z sarma) dengan nomor massa berbeda, isoton:
kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda. Isobar kelompok nuklida
dengan A sama tetapi Z berbeda. Massa inti mom selalu lebih kecil dan jumlah massa
nukleon-nuklean pembentuknya. Akibatnya ada eneng ikatinti, Contoh: 2p 2n Energi ikat inti
AE 2Ho4 jadi Am m2p Am c2 Am (2 mp 2n) N minti Dalam fisika inti satuun massa biasa
ditulis 1 sma (1 amu) 1.06 x 10-27 kg 931 MeV C2 satuan Am kg-E-Am-c2 (joule) sma-E-
Am. 931 (MeV) Stabilitas inti: Suatu noklida dikatakan stahil bila terletak dalam daerah
kestabilan pada diagram N-Z (Untuk nuklida ringan (A 83 adalah tidak stabil
Contoh:
1. Sumber energi matahari adalah maksi inti 4 proton 0 helium 20 diketahui massa proton
1,6726 x 10-27 kg massa e 0,000910-27 kg
massa helium 6,6466 x 10-27 kg lika dalam reaksi ini terbentuk 6,6406 gram nelium,
hitunglah energi yang dihasilkannya.
Jawab: Dalam setiap reaksi yang terjadi 4 Ipl 2He42e, selalu terbentuk 12He4 yang massanya
6,6466 x 10-27 kg. Karena terbentuknya 6,6466 gram.
D. Radioaktivitas
Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar o. p, y yang menyerta proses
peluruhan inti. Sinar a:
-identik dengan inti atom helium (2He4)
-daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.
-identik dengan elektron (le.)
-daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil Sinar y bermuatan (gelombang
elektromagnetik).
-tidak daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil (interaksi berupa foto listrik,
Compton den produksi pasangan)
Kuat radiasi suatu bahan radioaktif adalah jumlah partikel (o, B. y) yang dipancarkan tiap
satuan waktu.
R-Kuat radiasi satuan Curie
1 Curie (Ci)-3,7 x 1010 peluruhan per detik.
konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran radioaktif, yang
menyatakan kecepatan peluruhan inti.
Nejumlah atom.
Waktu paruh (1) adalah waktu yang diperlukan oleh unsur radioaktif berubah menjadi
unsurlain.
T-in 2-0,6932-N-Noe-it-No(1)-1/T Jadi setelah waktu simpant To massa unsur mula mula
tinggal separuhnya, N= No. ATAU setelah waktu simpan T zal radioaktif tinggal (n Sinar
radioaktif yang melewati suatu materi akan mengalami pelemahan intensitas dengan rumus
1=ice-ux
Lo=intensitas mula-mula (joule/sm2)
U=koefisien serap materi (m-1 atau cm-1)
X=tebal materi bahan (m atau cm)
Bila 11 lo maka x=0,693/u disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu tebal keping yang
menghasilkan setengah intensitas mula.
Jenis detektor radioaktif
1. Pencacah Geiger (GIM) untuk menentukan mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif
2. Kamar Kabut Wilson untuk mengamati jejak partikel radioaktif
3. Emulsi Film untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif
4. Pencacah Sintilad untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel rradioakti
E. Transmutasi Inti Dan Piranti Eksperimen Fisika Inti Transmusi Inti
1. Fist Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nortior massa yang hampir sama. Contoh: Dalam
reaktor atom: U235nXel40+Sr94+2n
2. Fusi Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti atom baru yang lebih
berat. Contoh: reaksi di matahari 1H2+1H2-2He3ont PIRANTI EKSPERIMEN FISIKA INTI
1. Reaktor Atom Tempat
berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U) dengan netron (n).
menghasilkan barryak n yang dapat dikendalikan. Bila tidak dikendalikan terjadi bom atom
Komponen reaktor:
-batang kendali
-moderator
-perisai
-Bahan bakar
2. Siklotron
Tempat permercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100 MeV
3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.
4.Sinkrotron
. Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.
5. Akselerator
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV. Semua
F. Radioisotop, Ditraksi Sinar-X Dan Pita Energi Radioisotop
Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan reaksi inti
dengan netron, misalnya 92 U 238+0n1-29 U 239+y Penggunaan radioisotop:
-Bidang hidrologi
-Biologi
-Industry

DIFRAKSI SINAR-X
Jika seberkas sinar-X datang pada kristal, maka sinar-sinar yang dipantulkan akan
saling memperkuat (interferensi konstruktif). Dalam hal ini berlaku Persamaan Bragg yaitu:
Ma-2d sin 0
M-1.2.3... orde difraksi
a-panjang gelombang sinar X
d-sudut antara sinar datang dengan permukaan Kristal
PITA ENERGI
Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan. Pita energi
terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah jumlah atom suatu bahan)
2. 2 Pita konduksi (terisi sebagian elektron atou kosong) Di antara pita valensi dan pita
konduksi terdapat celah energi yang layak tidak boleh terisi elektron.
G. Semikonduktor
Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat
dikelompokkan menjadi
1. Konduktor (1040m)
Hubungan hambatan jenis (o) terhadap suhu Pada bahan semikonduktor, hole
(kekosongan) den elektron berfungsi sebagai pembawa muatan listrik (pengantar
arus) Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor yang belum dısısıpkan atom stom Lain
(atom pengotori. Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang sudah dimasukkan
sedikit ketidakmurnian (doping) Akibat doping ini maka hambatan jenis semikonduktor
mengalami penurunan, Semikonduktor jenis ini terdiri dari dua macam, yaitu semikonduktor
tipe-P (pembawa muatan hole) dan tipe-N (pembawa muatan elektron). Komponen
semikonduktor:
1. Dioda, dapat berfungsi sebagai penyearah arus, stabilisasi tegangan dan detektor
2. Transistor, dapat berfungsi sebagai penguat arus/tegangan dan saklar. Transutor terdiri dari
dua jenis yaitu PNP dan NPN
BAB III
PENYAJIAN DATA. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Radiasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Sadarkah anda jika tiap hari tubuh selalu menerima radiaal, Buktinya ada saat anda
membuka jendela kamar di pagi hari. Kehangatan sinar mentari merasaki setiap kehidupan.
Sinar atau cahaya yang dipancarkan sang surya itu dikenal dengan radiasi infra merah.
Orang-orang yang hidup di daerah sub-tropis pada musim panas atau bila berkunjung ke
daerah tropis sebagai taris gemar menjemur diri di pantai untuk mendapatkan radiasi
ultraviolet agar kulit tubuhnya berwarna kecoklatan. Saat ini, manusia dengan rekannya yang
terpisah jauh dapat berkomunikasi dengan suara ataupun gambar Itu juga berkat jasa berkat
radiasi gelombang pendek (microwave) Begitu pula hubungan antara seorang astronot yang
ada di ruang angkasa dengan operator di pusat pengendali bumi. Bukan hal yang aneh pula
hampir setiap dapur di negara-negara maju dilengkapi dengan alat memasak yang disebut
microwave. Nah, artinya kita telah banyak memanfaatkan berbagai jenis radiasi untuk
memudahkan dan meningkatkan kualitas hidup di bumi.
Kalau begitu bisa dikatakan radiasi adalah hal yang sudah akrab dengan kehidupan
manusia. Wajar saja, sebab radiasi sudah ada di bumi sebelum kehidupan ini lahir. Bahkan, ia
sudah hadir di ruang angkasa sebelum bumi itu sendiri nongol. Radiasi merupakan bagian
dari big-bang yang sejauh kita ketahui Iahir kurang lebih dua puluh milyar tahun yang lalu.
Sejak itu radiasi menyelimuti ruang angkasa dan merupakan bagian dari bumi.
Pada 1892 ilmuwan berkebangsaan Prancis, Antoine Henri Becquerel meletakkan
beberapa lempeng film fotografi di dalam laci. Bersama itu pula ditaruh mineral yang
mengandung uranium. Saat film fotografi dicuci dalam larutan pengembang, ia terkejut
karena adanya pengaruh mineral uranium pada film fotografi itu. Sejak itu Becquerel dikenal
sebagai penemu uranium.
Berikutnya, pada 1898, suami Marie Currie, pionir pemakai kata radioaktivitas, yaitu
Pierre menemukan bahwa uranium mengeluarkan radiasi dan ada elemen misterius (ainnya.
Salah satunya adalah apa yang mereka sebut sebagai polonium. Berkat semua itu, ketiganya
dianugrahi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1903. Yang jelas, penemuan radioaktivitas
akhirnya menjadi semacam babak baru dari era fisika modem. Terutama sejak ditemukan
Polonium itu berhasil mengubah banyak hal dan membangkitkan pertanyaan. Misalnya, apa
yang menyebabkan atom-atom meluruh, terbuat dari apa atom-atom itu, gaya-gaya apa yang
bekerja di dalamnya?
Hasilnya, pada abad berikutnya manusia pun menemukan banyak hal tentang radiasi dan
fenomena lainnya dalam fisika.
Pada abad ke-20, manusia telah mengenal berbagai jenis radiasi lainnya, yang
disebut radiasi pengion. Radiasi pengion ini juga sudah banyak dimanfaatkan secara loas
dalam bidang kedokteran Satu diantaranya dipakai untuk membuat foto organ tubuh manusia
(rontgen). Di bidang industri, radiasi pengion ini dipakai untuk mengukur ketebalan kertas
atau pelat besi agar hasil produksinya memiliki ketebalan yang akurat. Bisa pula untuk
mendeteksi kebocoran air di bendungan, atau deteksi adanya potensi kebakaran dalam
detektor asap dan lain sebagainya. Pemakaiun radiasi pengion pun telah banyak memben
keuntungan bagi kehidupan manusia.
Radiasi pengion dihasilkan oleh atom-atom yang sangat kecil dan tak kasat mata
kita. Menurut Erwansyah Lubis, Kepala Biadang Keselamatan Kerja dan Lingkungan, Pusat
Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR), BATAN, di alam terdapat benda
hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) yang secara kimiawi tersusun oleh pelbagai jenis
atom yang sangat kecil. "Di alam, atom-atom ada yang stabil dan ada yang tidak stabil."
Karena punya kelebihan energi di dalam inti, lanjutnya, atom-atom itu ada yang tak stabil.
Akibatnya atom ini akan melepaskan kelebihan energinya (meluruh) untuk jodi jenis atom
lain yang stabil. Kelebihan energi ini dilepaskan dalam bentuk radiasi pengion. "Atau
gampangnya, radiasi dan atom yang tidak stahil ini dikenal dengan sebutan radionuklida
alum," jelas Erwansyah.
Berdasarkan asal usulnya, kata Erwansyah, radionuklida alam dibagi menjadi dua,
primordial dan kosmogenik. Radionuklide primordial adalah radionuklida purba yang ada di
buni dan terjadinya berkaitan erat dengan terbentuknya bumi itu sendiri, Duri sudut
radioekologi, radionuklida prinkordial yang penting adalah unsur-unsur berat dan mempunyai
deret peluruhan yang panjang seperti halnya deret uranium (U-238), aktimium (U-235) dan
torium (Th-2321).
Radionuklida kosmogenik adalah radionuldida yang dihasilkan dari teaksi antara
sinar kosmik dengan inti-inti atom yang terdapat di atmosfer, tanah dan air. Umumnya,
radionuklida ini memiliki konsentrasi yang sangat rendah di alam hingga memerlukan
prosedur yang rumit untuk sampling (pengambilan contoh untuk dianalisis) dan analisisnya.
Radiasi yang dilepaskan oleh radionuklida alam dapat berupa sinar-x dan sinar
gamma. Dapat pula berupa partikel yang mempunyai energi tinggi, seperti partikel alfa, beta
dan proton. Radiasi pengion ini bila menumbuk atau mengenai benda-hidup ataupun bunda
tak-hidup memiliki kemampuan untuk menguraikan atom-atom stabil yang ada dalam benda-
benda itu menjadi ion-ion positif dan negatif. Bila radiasi ini mengenai organ atau jaringan
tubuh manusia maka akan terbentuk ion-ion postif dan negatif. Buntutnya, bakal jadi
penyebab kerusakan sel-sel pada organ atau jaringan itu.
Nan, jika kerusakan sel-sel ini terjadi dalam jumian yang relatie banyak dan berlangsung
secara terus menerus, kesehatan manusia pun dapat terganggu.
"Untuk itu, jumlah sadiasi pengpion yang dapat diterima oleh manusia dibatasi. Ini
berguna agar gangguan kesehatan dalam diri manusia akibat radiasi dapat dicegah subul
Erwansyah, Ukuran jumlah radiasi pengion yang diterima manusia disebut dasus radiasi
Komisi Internasional Perlindungan Bahaya Radiasi (International Commission on
Radiological Protection/ICRP) merekomendasi dosis radiasi yang dapat diterima oleh
manusia dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir adalah seribu micro
sievert (uSv) atau 10 mili sievert (mv) per tahunnya.
Menurut Handbook of Environmental Radiation, radionuklida alam terdapat dalam
pelbagai komponen lingkungan hidup hingga dapat menyebabkan terjadinya paparan radiasi,
eksternal (dari tuar) dan internat (dari dalam), Manusia menerima paparan radiasi yang
berasal dari luar tubuh (eksternal) seperti dari permukaan tanah, dinding rumah dan bahan-
bahan lainnya yang ada di sekitar kehidupan manusis. Sedang paparan radiasi secara internal
(dalam tubuh) bisa melalui udara yang terhirup (inhalas) dan berbagai bahan makanan atau
minuman yang dikonsumsi (ingesi). Beberapa paparan, radiasi alam relatif konstan dan
merata diterima oleh penduduk bumi.
B. Keselamatan Radiasi Lingkungan Dalam Pengelolaan Limbah Kadioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif di Indonesia diatur oleh Undang-undang
Ketenaganukliran, Undang-undang Lingkungan Hidup dan Undang-undang lainnya
yang terkait serta berbagai produk hukum di bawahnya. Teknologi pengolahan limbah
radioaktif yang diadopsi adalah teknologi yang telah mapan (praven) dan umum digunakan di
negara-negata industri nuklir. Dalam pengelolaan limbah radioaktif sesuai ketentuan yang
berlaku diterapkan program pemantauan lingkungan yang dilaksanakan, secara
berkesinambungan, sehingga keselamatan masyarakat dan lingkungan dari potensi dampak
radiologik yang ditimbulkan selalu berada dalam batas keselamatan yang direkomendasikan
secara nasional maupun Internasional.
-Minimisası Limbah
Dalam pemanfaatan iptek nuklir minimisasi limbah diterapkan mulai dari
perencanaan, pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa operasi (pasc
operasi). Pada tahap awal/petencanaan pemanfaatan iptek nuklir diterapkan
azas justifikası, yaitu tidak dibenarkan memanfaatkan suatu iptek nuklir yang
menyebabkan perorangan atau anggota masyarakat menerima paparan radiasi
bila tidak menghasilkan suatu manfaat yang nyata". Dengan menerapkan azas
justifikasi berarti telah memimisasi potensi paparan radiasi dan kontaminasi
sertamembatasi limbahdampak lainnya yang akan ditimbulkan pada
sumbernya Setalah penerapan
azas justifikasi atas suatu pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir tersebut harus
lebih besar manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan ditimbulkannya, dan dalam
pembangunan dan pengoperasiannya harus mendapat izin lokasi, pembangunan, dan
pengoperasian dari Badan Pengawas, seperti telah diuraikan sebelumnya.
Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif
Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan kondisioning limbah, agar
dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi, anggota masyarakat dan lingkungan hidup
aman dari paparan radiasi dan kontaminasi. Teknologi pengolahan yang umum digunakan
antara lain adalah teknologi alih-tempat (dekontaminasi, filtrasi, dll.), teknologi pemekatan
(evaporasi, destilasi, dill.), teknologi transformasi (insinerasi, kalsinasi) dan teknologi
kondisioning (integrasi dengan wadah, imobilisası, adsorpai absorpsi). Limbah yang telah
mengalami reduksi volume selanjutnya dikondisioning dalan matrik beton, aspal, gelas,
keramik, sindrok, dan matrik lainnya, agar zut radioaktif yang terkandung terikat dalam
matrik sehingga tidak mudah terlindi dalam kurun waktu yang relatif lama (ratusan ribuan
tahun) bila limbah tersebut disimpan secara lestari/di disposal ke lingkungan. Pengolahan
limbah ini bertujuan agar setelah ratusan/ribuan tahun sistem disposal ditutup (closure),
hanya sebagian kecil radionuklida waktu-paro (11/2) panjang yang sampai ke lingkungan
hidup (biosphere), sehingga dampak radiologi yang ditimbulkannya minimal dan jauh di
bawah NBD yang ditolerir untuk anggota masyarakat.
-Pembuangan Limbah Radioaktif
Strategi pembuangan limbah radioaktif umumnya dibagi kedalam 2 konsep
pendekatan, yaitu konsep "Encerkan dan Sebarkan (EDS) atau "Pekatkan dan
Tahan (PDT). Kedua strategi ini umumnya diterapkan dalam pemanfaatan
iptok nuklir di negara industri nuklir, sehingga tidak dapat dihindarkan
menggugurkan strategi zero relesse [15]. Pembuangan efluen Dalam
pengoperasian instalasi nuklir tidak dapat dihindarkan terjadinya pembuangan
efluen ke atmosfer dan ke bodan- air. Eftuen gas/partikulat yang dibuang
langsung ke atmosfer berasal dari sistem ventilasi, Udara sistem ventilasi di
tiap instalasi miklir sebelum dibuang ke atmosfer melalui cerobong,
dibersihkan kandungan gas partikulat radioaktif yang terkandung di dalamnya
dengan sistem pembersih udara yang mempunyai efisiensi 99,9%. Efluen cair
yang dapat dibuang langsung ke badan-air hanya berasal sistem ventilasi dan
dari unit pengolahan limbah cair radioaktit. Tiap jenis radionuklida yang
terdapat dalam efluen yang di buang ke lingkungan harus mempunyai
konsentrasi di bawah BME. Pembuangan eftuen radioaktif secara langsung,
terdispersi dan selanjutnya metaui berbagai jalur perantara (pathway) yang terdapat di
lingkungan akan sampai pada manusia sehingga mempunyai potensi meningkatkan
penerimaan dosis terhadap anggota masyarakat. Penerimaan dosis terhadap anggota
masyarakat ini harus dibatasi serendah-rendahnya (penerapan azas optimasi). Dosis maksimal
yang diperkenankan dapat diterima anggota masyarakat dari pembuangan efluen ke
lingkungan dari seluruh jalur perantara yang mungkin adalah 0,3 mSv per tahun [16] Dosis
pembatas (dose constrain) sebesar 0,3 mSv memberikan kemungkinan terjadinya efek
somatik hanya sebesar 3.3-10- 6. Berdasarkan dosis pembatas ini BME tiap jenis
radionuklida yang duzinkan terdapat dalam efluen dapat dihitung dengan teknik menghitung
balik pada metode prakiraan dosis.. BME tiap jenis radioaktif ini harus mendapat izin dan
tiap jenis radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan harus dimonitor secara herkala dan
dilaporkan ke Badan Pengawas BME tiap jenis radioanuklida yang diperkenankan terdapat
dulam efluen radioaktif yang dibuang ke lingkungan untuk tiap instalasi nuklir di PPTN
Serpong telah dihitung dengan metode faktor konsentrasi (concentration factor method) dan
telah diterapkan semenjak reaktor GA. Siwabessy dioperasikan pada bulan Agusutus 1987.
Pembuangan efluen gaspartikulat dan efluen cair ke lingkungan di PPTN Serpong telah
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan baik secara nasional maupun internasional.
-Lokasi Disposal Pemilihan lokasi untuk pembangunan fasilitas disposal mengacu pada
proses seleksi yang direkomendasikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA).
Faktor-faktor teknis yang dipertimbangkan diantaranya faktor geologi, hidrogeologi,
geokimia, tektonik dan kegempaan, berbagai kegiatan yang ada di sekitar calon lokasi,
meteorologi, transportasi limbah, tata-guna lahan, distribusi penduduk dan perlindungan
lingkungan hidup. Faktor lainnya yang sangat penting adalah penerimaan oleh masyarakat.
Di negara-negara industri nuklir moto "Not In My Backyand" (NYMBY) telah merintangi
dalam pemilihan lokasi, tidak hanya untuk disposal limbah radioaktif juga terhadap limbah
industri lainnya. Oleh karena itu perhatian terhadap faktor-faktor sosial (societal issues)
selama pase awal proses pemilihan tokasi memerlukan perhatian ekstra hati-hati dan
seksama. Isu ini menyebabkan negara-negara industri nuklir cenderung memilih lokasi (site)
uklir yang telah ada untuk pembangunan fasilitas disposal. Sebagai contoh diantaranya
fasilitas disposal Drig (United Kingdom). Centre de la Manche (Perancis), Rokkasho (lepang)
dan Oilkiluoto (Finlandia) P2PLR telah melakukan berbagai penelitian dan pengkajian
kemungkinan kawasan nuklir PPTN Serpong dan calon lokas: PLTN di S. Lemahabong dapat
digunakan sebugai lokasi untuk disposal LTR, LTS dan LTT. Hasil pengkajian dan penelitian
ini sementara menyimpulkan bahwa kawasan PPTN Serpong dikarenakan kondisi lingkungan
setempat (pola aliran air tanah, demographi, dll) hanya mermungkinkan untuk pembangunan
sistem disposal eksperimental, sedangkan di calon lokası PLIN telah dapat diidentifikasi
daerah
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Keselamatan radiasi lingkungan datam pengelolaan limbah radioaktif diupayakan
melalui Pembatasan penerimaan dosis. Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditolerir dapat diterima
oleh anggota masyarakat sebesar 1,0 mSv per tahun. NBD untuk anggota masyrakat ini relatif
lebih kecil dari yang diterima rata-rata dari radiasi alam (2.4 mSv per tahun). Penerimaan
dosis oleh anggota masyarakat dari kegiatan pembuangan efluen radioaktif ke atmosfer dan
ke badan-air, serta dari disposal limbah dibutasai maksimal. sebesar 0.3 mSv per tahun
Besarnya dosis pembatas ini, mempunyai potensi kemungkinan terjadinya efek somatik
sebesar 3.3 x 10-6, sesuai dengan standar de minimus, nilai risiko mi termasuk dapat
diabaikan. Pemantauan lingkungan merupakan. ketentuan yang diberlakukan, sehingga bila
terjadi kecenderungan peningkatan penerimaan dosis oleh penduduk di sekitar fasilitas nuklir
dapat secara dini diketahui, sehingga kegiatan nuklir dapat dihentikan segera, dengan
demikian kerugian terhadap masyarakat dan lingkungan dapat diminimalisis serendah-
rendahnya. Pengelolaan limbah radioaktif tingkat rendah (LTR) dan sedang (LTS) telah
mapan (proven) baik secara teknologi maupun keselamatan, dan telah diimplemetasikan
secara komersial. Teknologi pengolahan limbah radioaktif ini telah diadopsi dan
dumplementasikan di Indonesia (Batan) dalam mengelola LTR dan LTS baik yang dihasilkan
dari kegiatan Batan maupun dari kegiatan Non- Batan (industri, rumah sakit, penelitaian dan
lain-lainhya). Pengelolaun limbah radioaktif tingkat tinggi (LTT) di negara-negara industri
nuklir selain berbeda, juga masih berubah-ubah. Sebagian memilih daur tertutup (memilih
opsi olah- ulang) dan sebagian lainnya memilih daur terbuka (memilih opsi disposal).
Indonesia memilih daur terbuka, limbah BBN bekas yang awalnya dipasok dari luar Negeri,
direeksport kembali ke negara asal. Sementara LTT yang ditimbulkan dan Lithang disimpan
di ISSFE yang berada dalam kawasan nuklir, sehingga aman dan terkendali. Kecenderungan
pembangunan fasilitas disposal yang terjadi di negara-negara indextri nuklir dalam
mengantisipasi moto "NYMBY" adalah di kawasan nuklir yang telah ada. Penerimaan
masyarakat
terhadap pemanfaatan iptek nuklit sangat dipengaruhi oleh keamanan dan keselamatan
pengelolaan limbah radioaktif. Dalam permasalahan ini, umumnya negara-negara industri
nuklir melakukan pendekatan secara teknis, namun pendekatan secara sosial masih kurang.

B. SARAN
Penanganan masalah radioaktif adalah sebuah tindakan yang harus dilakukan secara berhati-
hati oleh pemerintah. Diantara langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah:
1. Pemilihan lokasi disposal yang tepat.
2. Pengkajian keselamatan lingkungan.
3. Verifikasi kelayakan pengawasan pembuangan efluen ke lingkungan
4. Malakukan koreksi terhadap kesahihan perhitungan batas konsentrasi tiap jenis
radionuklida yang diperkenankan terdapat dalam efluen
5. Memberikan jaminan pembuktian kepada Badan Pengawas dan masyarakat bahwa dampak
radiologi yang ditimbulkan dalam batasan yang diizinkan diperkenankan.
6. Program pemantauan yang diturunkan dari hasil studi Amdal.

Anda mungkin juga menyukai