Anda di halaman 1dari 46

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Struktur Atom dan Sifat Periodik


Unsur
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Perkembangan Teori Atom
2. Atom, Molekul dan Ion
3. Sistem Periodik Unsur
4. Sifat Keperiodikan Unsur
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep 1. KB 1 (Perkembangan Teori Atom)
(istilah dan definisi) di
modul ini a. Model Atom Dalton
1) Dalton menyatakan bahwa atom tidak
dapat dibagi lagi, kini telah dibuktikan
bahwa atom terbentuk dari partikel dasar
(yang lebih kecil dari atom) yakni elektron,
proton dan neutron.
2) Menurut Dalton, atom tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan.
3) Dalton menyatakan bahwa atom suatu
unsur sama dalam segala hal.
4) Perbandingan unsur dalam satu senyawa
menurut Dalton adalah bilangan bulat
sederhana.

Hukum konservasi massa (law of


conservation of mass), yaitu bahwa “materi
tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan. Karena materi kimia tersusun
atas atom-atom yang tidak berubah dalam
suatu reaksi dasar kimia, maka massa juga
harus kekal"

Hukum perbandingan tetap: “Perbandingan


atom-atom dan unsur-unsur dalam suatu
senyawa haruslah tetap”

b. Model Atom Thomson


Dari hasil percobaan tetes minyak milikan,
J.J Thomson berkesimpulan bahwa sinar
katode merupakan partikel penyusun atom
(partikel sub-atom) yang bermuatan negatif
(1,6022 x 10-19 C) dan mempunyai massa
9,10 x 10-28 gram, dan selanjutnya oleh
Stoney diusulkan nama elektron.

Model atom Thomson: “Atom merupakan


sebuah bola kecil bermuatan positif dan
dipermukaannya tersebar elektron yang
bermuatan negatif”.

c. Model Atom Rutherford


Rutherford melakukan percobaan dengan
menggunakan partikel α untuk mengetahui
struktur atom. Rutherford menemukan bahwa
partikel-partikel bermuatan positif dalam
atom disebut proton dengan massa 1, 67262
× 1024.

Berdasarkan percobaan tersebut Rutherford


merumuskan teori atom yang disebut model
atom Rutherford “atom terdiri dari inti yang
bermuatan positif yang merupakan
terpusatnya massa. Di sekitar inti terdapat
elektron yang bergerak mengelilinginya dalam
ruang hampa”

d. Model Atom Bohr


Model atom Bohr bertitik tolak dari model
atom Rutherford dan teori atom kuantum
Planck yang didasarkan atas anggapan
sebagai berikut ini.
1) Atom terdiri atas inti bermuatan positif.
2) Elektron bergerak mengelilingi inti atom
dalam lintasan atau orbit tertentu.
3) Lintasan yang diperlukan adalah lintasan
dimana momentum sudut elektron
merupakan kelipatan dari ℎ2 𝜋 dengan ℎ
ialah tetapan Planck. Lintasan ini disebut
“lintasan kuantum”.
4) Karena momentum sudut elektron (massa
= m) yang bergerak dengan kecepatan v
dengan jari-jari r adalah m v r maka, m v
r =n ℎ2 𝜋 (n = 1, 2, 3,………)
5) Bila elektron bergerak dalam salah satu
lintasan kuantumnya, maka elektron
tidak akan memancarkan energi. Elektron
dalam lintasan ini berada dalam keadaan
stasioner atau dalam tingkat energi
tertentu.
6) Bila elektron pindah dari tingkat energi
E1 ke tingkat energi E2 yang lebih
rendah, maka akan terjadi radiasi energi
sebanyak, E1 – E2 = h v

e. Model Atom Mekanika Gelombang


Menurut Louis de Broglie (1924), elektron
dalam atom memiliki sifat partikel dan sifat
gelombang sehingga elektron mempunyai sifat
dualistik

Erwin Schrodinger (1927) menggunakan


perhitungan matematika untuk menjelaskan
pola gelombang partikel yang bergerak, yang
dikenal dengan persamaan gelombang yang
melibatkan perilaku partikel dan perilaku
gelombang dari elektron.
Menurut mekanika gelombang orbital
merupakan tingkat energi dari suatu ruang
yang mempunyai peluang terbesar
(kebolehjadian terbesar) untuk menemukan
elektron disekitar inti atom.

Model atom mekanika gelombang yaitu


elektron berputar mengelilingi inti atom
membentuk gelombang, bukan berupa garis
lingkaran seperti yang dikemukakan oleh
Bohr. Akibatnya kedudukan elektron disekitar
inti tidak diketahui dengan pasti, yang
diketahui hanya daerah kebolehjadian atau
orbital.

Bentuk dan ukuran orbital atom hidrogen


dapat ditentukan penerapan persamaan
gelombang Schrodinger yang dinyatakan
dengan empat bilangan kuantum, yaitu:
1. Utama (n)
Bilangan kuantum utama dengan nilai
1, 2, 3 … menunjukan ukuran dan
energi orbital, makin besar n makin
besar ukuran dan energi orbitalnya.
2. Azimut (l)
Bilangan kuantum azimut menunjukan
bentuk orbital, yang dikenal dengan
orbital s (l = 0) orbital p (jika l = 1),
orbital d (jika l = 2) dan orbital d (jika l
= 3).
3. Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik (ml)
menyatakan arah orientasi elektron
dalam ruang atau orbital dalam sumbu
x, y, dan z. nilai dalam bentuk bilangan
bulat negatif, nol dan positif
4. Spin (s)
Bilangan kuantum spin dengan nilai -
1/2 dan +1/2 menujukan arah
perputaran elekrton dalam sumbunya.

Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron menggambarkan
sebaran/susunan elektron dalam suatu atom.
Konfigurasi elektron dapat dituliskan
berdasarkan nomor atom unsur yang
diketahui. Dalam membuat konfigurasi
elektron dari suatu unsur maka harus diikuti
tiga aturan, yaitu prinsip Aufbau, larangan
Pauli, dan aturan Hund

Prinsip Aufbau
Menurut prinsip Aufbau, elektron-elektron
dalam atom sedapat mungkin memiliki energi
terendah. Oleh sebab itu, pengisian elektron
harus dimulai dari orbital yang rendah
menuju ke yang lebih tinggi tingkat energinya

Prinsip Larangan Pauli


Untuk atom berelektron banyak kita
menggunakan prinsip larangan Pauli (Pauli
exclusion principle) untuk menentukan
konfigurasi elektron. Prinsip ini menyatakan
bahwa tidak ada elektron-elektron dalam satu
atom yang mempunyai keempat bilangan
kuantum yang sama.

Aturan Hund
Aturan Hund menyatakan bahwa susunan
elektron yang paling stabil dalam sub kulit
adalah susunan dengan jumlah spin paralel
terbanyak

2. KB 2 (Atom, Molekul dan Ion)


Partikel Penyusun Atom
Partikel materi adalah bagian terkecil dari suatu
materi. Setiap materi mengandung partikel-
partikel kecil yang menyusun zat tersebut yang
dapat berupa atom, ion dan molekul.

Suatu atom terdiri dari sebuah inti (di pusat


atom) yang sangat padat yang tersusun atas
proton dan neutron, dan elektron yang bergerak
di sekitar inti pada jarak yang relatif besar dari
inti.
 Elektron
Elektron merupakan partikel penyusun
atom bermuatan negatif
Massa elektron : m = 9,11 x 10-28 gram
 Proton
Proton merupakan partikel positif terpusat
pada inti atom.
Massa 1 proton = 1,6726 x 10-24 gram. = 1
sma
Muatan 1 proton = +1 = +1,6 x 10-19
Coulomb
 Neutron
Neutron merupakan partikel yang tidak
bermuatan/netral
Massa neutron yaitu 1,6749544 x 10-24
gram.
Massa 1 neutron = 1,6749544 x 10-24
gram = 1 sma
Proton dan neutron mempunyai massa yang kira-
kira sama, yaitu sekitar 1840 kali lebih besar dari
pada massa elektron.

Nomor Atom dan Nomor Massa


Nomor atom suatu unsur adalah jumlah proton
dalam inti atom dari unsur tersebut; nomor atom
menentukan identitas suatu unsur. Nomor massa
adalah hasil penjumlahan antara jumlah proton
dan jumlah neutron dalam inti. Massa atom
merupakan massa dari seluruh partikel
penyusun atom. Oleh karena sangat kecil, maka
massa elektron dapat diabaikan sehingga massa
atom dianggap merupakan jumlah massa proton
dan neuron saja.

Notasi Nomor Massa dan Nomor Atom suatu


Atom.
X = Lambang unsur; A = Nomor massa; dan Z =
Nomor atom

Molekul
Molekul adalah suatu agregat (kumpulan) yang
terdiri dari sedikitnya dua atom dalam susunan
tertentu yang terkait bersama oleh gaya-gaya
kimia (disebut juga ikatan kimia).
molekul diatomik (diatomic molecule) merupakan
molekul yang mengandung hanya dua atom.
Molekul poliatomik (polyatomic molecule) adalah
molekul yang mengandung lebih dari dua atom.

Rumus molekul menunjukkan jumlah eksak


atom-atom dari setiap unsur di dalam unit
terkecil suatu zat.
Rumus empiris adalah rumus kimia yang paling
sederhana; rumus ini ditulis dengan memperkecil
subkrip dalam rumus molekul menjadi bilangan
bulat terkecil yang mungkin.
Rumus Molekul, Rumus Struktur dan Model
untuk Keempat Molekul yang Umum

Ion
Ion adalah sebuah atom atau sekelompok atom
yang mempunyai muatan total positif atau
negatif.
Atom netral yang kehilangan satu atau lebih
elektronnya akan menghasilkan kation (cation),
ion dengan muatan total positif.
Anion adalah ion yang muatan totalnya negatif
akibat adanya kenaikan jumlah elektron.
Senyawa ionik (ionic compound) adalah senyawa
yang dibentuk dari kation dan anion.
ion monatomik (monatomic ion) adalah ion-ion
ini hanya mengandung satu atom.
Ion poliatomik (polyatomic ion) seperti OH- (ion
hidroksida), CN- (ion sianida) dan NH4+ (ion
amonium) adalah ion-ion yang mengandung lebih
daripada satu atom
Isotop adalah atom-atom dari unsur yang sama
yang mempunyai jumlah proton yang sama tetapi
jumlah proton yang bereda.
Isobar adalah sejumlah unsur yang mempunyai
nomor massa sama (Z) tapi nomor atom berbeda.
Isoton adalah sejumlah unsur yang mempunyai
jumlah neutron yang sama tapi proton yang
berbeda.
Isoelektron adalah atom atau ion yang memiliki
jumlah elektron yang sama, sehingga konfigurasi
elektronnya juga sama.

3. KB 3 (Sistem Periodik Unsur)


Perkembangan sistem periodik unsur
a) Sistem Periodik Dobereiner
Johann W Dobereiner, pada tahun 1817
menemukan kelompok tiga unsur yang
mempunyai kemiripan sifat yang ada
hubungannya dengan massa atom relatif.
Kelompok tiga unsur ini disebut “Triad”.
Berdasarkan temuannya, Dobereiner
menemukan suatu hukum:
Suatu triade adalah tiga unsur yang
disusun berdasarkan kenaikan massa atom
relatif (Ar)-nya, sehingga Ar unsur kedua
kira-kira sama dengan rata-rata Ar unsur
pertama dan ketiga.

b) Sistem Periodik Newlands


John Newlands menyusun unsur dalam
kelompok tujuh unsur dan menemukan
hubungan antara sifat unsur dengan massa
atom relatifnya, yaitu:
“Jika unsur disusun berdasarkan kenaikan
massa atom relatifnya, maka pada unsur
kedelapan sifatnya mirip dengan unsur
yang pertama, dan unsur yang kesembilan
dengan unsur yang kedua, dan seterusnya”

c) Sistem Periodik Mendeleev


Mendeleev mengelompokkan semua unsur
yang diketahui dalam sebuah tabel di mana
massa relatif meningkat dari kiri ke kanan
dan unsur-unsur dengan sifat serupa
diselaraskan dalam kolom vertikal yang sama
(Tabel 3). Karena banyak unsur belum
ditemukan, tabel Mendeleev mengandung
beberapa celah, yang memungkinkannya
untuk memprediksi keberadaan unsur yang
belum ditemukan.

d) Sistem Periodik Modern


Sistem periodik modern (disebut juga sistem
periodik panjang) disusun berdasarkan
konfigurasi elektron unsur. Letak unsur
dalam sistem ini ditentukan oleh orbital yang
terisi paling akhir. Sistem periodik terdiri atas
periode (baris/row, horizontal) dan golongan
(kolom vertikal). Dalam sistem periodik, tiap
unsur terletak pada kotak tertentu sehingga
ada kelompok yang mempunyai kemiripan
sifat. Kemiripan itu terdapat dalam arah
vertikal, horizontal dan diagonal.

Penggolongan periodik unsur


Unsur-unsur di kolom yang lebih panjang
(golongan A) dikenal sebagai unsur representatif
atau unsur golongan utama. Yang termasuk
dalam golongan B di tengah tabel disebut unsur
transisi. Unsur dalam dua baris panjang di
bawah badan utama tabel adalah unsur transisi
bagian dalam, dan setiap baris diberi nama
setelah unsur yang mengikuti di bagian utama
tabel. Dengan demikian, unsur 58–71 disebut
unsur lantanida karena mereka mengikuti
lantanum (Z = 57), dan unsur 90-103 disebut
unsur aktinida karena mereka mengikuti
actinium (Z = 89).
Nama Beberapa Golongan dalam Tabel Periodik:

Hubungan Konfigurasi Elektron dengan Sistem


Periodik Unsur
Hubungan antara letak unsur dalam sistem
periodik dengan konfigurasi elektron:
a. Nomor periode sama dengan jumlah
kulit
b. Nomor golongan sama dengan elektron
valensi
Letak unsur dalam sistem periodik dapat
ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron.
4. KB 4 (Sifat Keperiodikan Unsur)
Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah setengah jarak inti dua
atom yang sama dalam ikatan tunggal. Jari-jari
atom unsur logam diukur dari jarak dua atom
kristal padatnya, sedangkan unsur non logam
dari panjang ikatan kovalen tunggal.

Muatan inti efektif atau muatan nuklir efektif


(sering dilambangkan sebagai Zef atau Z) adalah
muatan positif bersih yang dialami oleh sebuah
elektron dalam atom polielektronik. Muatan inti
efektif yang dialami oleh elektron pada kulit
terluar juga disebut sebagai muatan pokok

Energi ionisasi

Energi ionisasi adalah energi minimum yang


diperlukan untuk melepaskan satu elektron dari
atom berwujud gas pada keadaan dasarnya.
Besarnya energi ionisasi merupakan ukuran
usaha yang diperlukan untuk memaksa satu
atom untuk melepaskan elektronnya. Makin
besar energi ionisasi, makin sukar untuk
melepaskan elektronnya

Dalam satu periode, energi ionisasi pertama


bertambah dari kiri ke kanan dan dalam satu
golongan energi ionisasi pertama bertambah dari
atas ke bawah. Bila jarak makin kecil maka daya
tarik makin besar. Akibatnya energi ionisasi
makin besar. Sebaliknya, bila jarak makin besar
maka daya tarik makin kecil. Dari keperiodikan
telah diketahui bahwa dalam satu periode jari-jari
bekurang dari kiri ke kanan. Demikian pula,
dalam satu golongan, energi ionisasi pertamanya
akan bertambah dari bawah ke atas, karena jari-
jari atomnya makin kecil

Energi yang diperlukan untuk melepaskan


elektron pertama dari kulit valensi atom
berwujud gas disebut energi ionisasi pertama
Energi yang diperlukan untuk melepaskan
elektron kedua dari kulit valensi atom berwujud
gas disebut energi ionisasi kedua

Faktor-faktor yang mempengaruhi energi ionisasi


adalah sebagi berikut :
a. Semakin besar jari-jari atom suatu unsur,
energi ionisasi semakin bekurang.
b. Semakin besar muatan inti dalam inti atom,
energi ionisasi semakin bertambah

Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang dilepaskan
atau diperlukan bila satu elektron masuk ke
orbital terluar suatu atom.
Afinitas elektron didefinisikan sebagai besarnya
energi yang dilepaskan atau diserap oleh suatu
atom dalam wujud gas untuk membentuk anion.
Dalam satu periode, afinitas elektron bertambah
dari kiri ke kanan dan dalam satu golongan
afinitas golongan afinitas elektron bertambah dari
atas ke bawah. Satuan afinitas elektron adalah
elektron volt (eV). Tanda negatif (-) pada (-200)
berarti bahwa energi dilepaskan oleh
penambahan elektron
Faktor-faktor yang mempengaruhi afinitas
elektron adalah :
a. Ukuran atom
Semakin besar jari-jari atom, afinitas
elektron semakin berkurang. Sama seperti
pada energi ionisasi dan elektronegativitas.
b. Muatan inti
Dengan semakin naiknya muatan inti
afinitas elektron semakin bertambah. Sama
seperti pada energi ionisasi dan
elektronegativitas.

Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang
menggambarkan kecenderungan relatif suatu
unsur menarik elektron ke pihaknya dalam suatu
ikatan kimia.

Dalam satu periode keelektronegatifan bertambah


dari kiri ke kanan, dan dalam satu golongan
keelektronegatifan bertambah dari atas ke bawah

2 Daftar materi yang sulit 1. Model atom Bohr


dipahami di modul ini 2. Sistem periodik Mendeleev
3. Keelektronegatifan

3 Daftar materi yang sering 1. Model atom Bohr


mengalami miskonsepsi 2. Spektrum atom Hidrogen
3. Tatanama senyawa molekuler
4. Konfigurasi elektron kation dan anion
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Ikatan Kimia
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ikatan Ion
2. Ikatan Kovalen
3. Gaya Antar Molekul
4. Pengaruh Struktur Molekul Terhadap
Sifat Zat
N Butir Refleksi Respon/Jawaban
o
1 Daftar peta konsep (istilah dan KB 1. Ikatan Ion
definisi) di modul ini Ikatan kimia dapat didefenisikan sebagai gaya
yang menyebabkan sekumpulan atom yang sama
atau berbeda menjadi satu kesatuan dengan perilaku
yang sama, memiliki tingkat energi lebih rendah
dan lebih stabil dibandingkan dengan atom-
atomnya.

Kestabilan maksimal tercapai jika atom-atom yang


berikatan telah memiliki konfigurasi elektron yang
sama dengan unsur gas mulia (struktur duplet
atau oktet).

Ikatan kimia terdiri dari :


a. Ikatan ion
b. Ikatan kovalen
c. Ikatan logam

Ikatan ion terbentuk karena transfer elektron


secara penuh dari suatu atom ke atom lain.
Transfer elektron terjadi dari atom-atom yang
mempunyai energi ionisasi rendah (atom atom
logam) ke atom atom yang mempunyai afinitas
elektron besar (atom atom non logam)
menghasilkan kation dan anion dengan muatan
yang berlawanan.

Proses pembentukan ikatan ion :


Atom unsur dengan energi ionisasi rendah
cenderung membentuk kation, sedangkan yang
memiliki afinitas elektron tinggi cenderung
membentuk anion

Energi kisi menunjukkan kekuatan interaksi


ionik, yang mempengaruhi titik lebur, kekerasan,
kelarutan, dan sifat lainnya. Energi kisi
berpengaruh terhadap ukuran ion dan muatan ion.

Siklus Born-Haber, menghubungkan energi kisi


senyawa ion dengan energi ionisasi, afinitas
elektron, dan sifat-sifat atom dan molekul lainnya.

KB 2. Ikatan Kovalen

Ikatan Kovalen adalah ikatan kimia yang mengikat


atom satu sama lain dalam molekul dengan cara
berbagi elektron antar atom yang berinteraksi.

Terdiri dari:
1. ikatan kovalen tunggal (orde 1)
2. ikatan kovalen rangkap 2 (orde 2)
3. ikatan kovalen rangkap 3 (orde 3)

Menurut Gilbert Lewis ikatan kovalen terjadi


dengan cara membentuk pasangan elektron hasil
sumbangan dari masing masing atom yang
berikatan. Elektron yang digunakan untuk berikatan
adalah hanya elektron valensi. Struktur yang
digunakan untuk menggambarkan senyawa kovalen
disebut struktur Lewis. (Halaman 7&8)

Pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam


pembentukan ikatan kovalen disebut elektron non
ikatan atau pasangan elektron bebas (lone pairs).
Pasangan yang digunakan bersama dalam ikatan
disebut pasangan elektron ikatan (bond pairs).
(Halaman 8)

Dua atom yang berikatan melalui sepasang elektron


disebut ikatan tunggal atau orde ikatan 1. Ikatan
rangkap yaitu ikatan yang terbentuk jika dua atom
menggunakan dua atau lebih pasangan elektron
secara bersama-sama. Ikatan antara dua atom yang
mengunakan bersama dua pasang elektron disebut
ikatan rangkap dua (orde ikatan 2), dan tiga
pasang elektron disebut ikatan rangkap tiga (orde
ikatan 3). (Halaman 10)

Energi ikatan (entalpi ikatan atau kekuatan ikatan)


adalah energi yang dibutuhkan untuk mengatasi
tarikan ini dan didefinisikan sebagai perubahan
entalpi standar untuk memutuskan ikatan dalam 1
mol molekul gas (Silberberg, 2010). (Halaman 10)
Panjang ikatan didefinisikan sebagai jarak antar
inti dari dua atom yang berikatan secara kovalen
dalam suatu molekul. (Halaman 11)

Keelektronegatifan dapat membantu dalam


membedakan jenis ikatan apakah ikatan ion,
kovalen nonpolar, atau ikatan kovalen polar

Struktur Lewis dimaksudkan untuk


menggambarkan bagaimana atom berbagi elektron
dalam ikatan kimia dengan menentukan orde ikatan
dan menghitung muatan formal masing masing
atom yang berikatan (Halaman 19)

Muatan formal suatu atom adalah jumlah elektron


valensi dalam atom bebas dikurangi jumlah elektron
yang dimiliki oleh atom tersebut didalam struktur
Lewis (Halaman 21)

Muatan formal memberi kita aturan yang bisa kita


gunakan dalam memilih struktur Lewis terbaik
untuk molekul atau ion: Ketika kita menemui
beberapa struktur Lewis dimungkinkan, struktur
dengan muatan formal paling dekat dengan nol
adalah yang paling stabil dan lebih disukai
(Halaman 23)

Struktur resonansi adalah salah satu dari dua atau


lebih struktur Lewis untuk satu molekul yang tidak
dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya
menggunakan satu struktur Lewis saja (Halaman
26)

Jenis ikatan di mana kedua elektron dari pasangan


bersama berasal dari salah satu dari dua atom, yang
disebut Ikatan kovalen koordinat (Halaman 28)

Geometri molekul merupakan susunan atom dalam


bentuk tiga dimensi dalam suatu molekul. (Halaman
32)

- Model VSEPR menjelaskan bentuk molekul


dengan mengasumsikan bahwa kelompok elektron
meminimalkan tolakannya, dan dengan demikian
menempati ruang seluas mungkin sekitar atom pusat
namun model ini tidak membantu menjelaskan sifat
magnetik dan spektral molekul.

- Hibridisasi (hybridization) adalah istilah yang


digunakan untuk pencampuran orbital-orbital atom
(atom pusat) untuk menghasilkan sekumpulan
orbital hibrida (Halaman 44)

KB 3. Gaya Antar Molekul


Gaya tarik diantara molekul molekul disebut gaya
antarmolekul (intermolecular forces), yang
menyebabkan perilaku gas non-ideal seperti
mempunyai volume dan bentuk sesuai dengan
wadahnya; mudah dimampatkan; bercampur dengan
segera dan merata; dan memiliki kerapatan yang
jauh lebih rendah dibandingkan cairan dan padatan.

Gaya dipol-dipol merupakan gaya yang bekerja


antara molekul-mlekul polar, yaitu antara molekul-
molekul yang memiliki momen dipol. (Halaman 9)

Gaya ion-dipol adalah hasil interaksi elektrostatik


antara ion (bisa kation atau anion) dan muatan
parsial pada suatu molekul polar. (Halaman 11)

Keterpolaran (polarizability) adalah kemudahan


terganggunya distribusi elektron dalam suatu atom
atau molekul (Halaman 15)

Ikatan hidrogen adalah gaya tarik antarmolekul


yang terjadi antara atom hidrogen yang terikat
dengan atom sangat elektronegatif (N, O, atau
F).(Halaman 18)

KB 4. Pengaruh Struktur Molekul Terhadap


Sifat Zat
Kompresibilitas suatu zat adalah ukuran
kemampuannya untuk dipaksa menjadi volume
yang lebih kecil. (Halaman 6)

Ukuran gaya elastis di permukaan cairan adalah


tegangan permukaan.
Ketegangan permukaan adalah energi yang
dibutuhkan untuk menambah luas permukaan
dengan satuan J/m2 (Halaman 9)

Munculnya cairan melalui ruang sempit melawan


tarikan gravitasi disebut aksi kapiler, atau
kapilaritas.

Dua jenis kekuatan menghasilkan aksi kapiler.


Pertama adalah kohesi, yang merupakan tarikan
antar molekul sejenis (dalam kasus ini, molekul air).
Kekuatan kedua, yang disebut adhesi, adalah daya
tarik antara molekul yang berbeda, seperti yang ada
pada air dan sisi tabung gelas (silika). (Halaman 10)

Hambatan cairan mengalir disebut viskositas. Lebih


besar viskositas cairan, semakin lambat mengalir.
(Halaman 12)

2 Daftar materi yang sulit dipahami KB1


di modul ini 1. Cara menentukan energi kisi melalui siklus
Born-Haber
KB2
1. Resonansi
2. Menentukan struktur lewis pada ikatan kovalen
KB3
1. Gaya dispersi
KB4
1. Tegangan permukaan

3 Daftar materi yang sering KB1


mengalami miskonsepsi 1. Energi Kisi
KB2
1. Muatan formal
KB3
1. Ikatan Hidrogen
KB4
Kapilaritas
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Modul 3
Judul Modul Stoikiometri
Judul Kegiatan Belajar 1. Metoda Ilmiah dan Faktor Konversi
(KB) 2. Materi dan Hukum Dasar Kimia
3. Massa Atom, Massa Molar dan Rumus Senyawa
4. Persamaan Reaksi
N Butir Respon/Jawaban
o Refleksi
1 Daftar peta KB 1 Metoda Ilmiah dan Faktor Konversi
konsep
(istilah dan Metoda Ilmiah
definisi) di Pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan eksperimen
disebut data. Data dihasilkan secara akurat yang
modul ini
menggambarkan sesuatu yang kita lihat, dengar dan rasa atau
kita baui.

Tujuan utama ilmuwan mempelajari alam semesta ini adalah


untuk mengorganisasi fakta (data) agar generalisasi dari data
dapat ditetapkan, generalisasi ini dikenal dengan hukum atau
hukum ilmiah.

Gambaran mental yang disebut model teoretis yang


memungkinkan ilmuwan membuat penjelasan tentang hukum
yang berasal dari pengamatan.

Dalam pengembangan model teoritis, peneliti membentuk


penjelasan sementara disebut hipotesis. Hipotesis ini perlu
diuji melalui pengamatan/eksperimen agar dihasilkan data.

Akhirnya, model teoritis akan bertahan jika pengujian


dilakukan berulang menghasilkan data yang sama, maka model
teorits tadi mencapai status teori.

Teori adalah penjelasan yang teruji dari tingkah laku dari


alam.

Cara Faktor Label merupakan cara penyelesaian soal yang


selalu menuliskan angka yang diikuti dengan satuannya.

Faktor konversi merupakan hubungan yang tepat antara dua


kuantitas yang dinyatakan sebagai pecahan

Tetapan Avogadro dapat didefenisikan sebagai jumlah partikel


dalam 1 mol zat.

Massa Molar adalah perbandingan antara massa 1 atom unsur


itu dengan 1/12 massa atom C-12.

Volume Molar Gas Berdasaskan hukum Avogadro dan tetapan


Avogadro, dapat dikatakan bahwa volume 1 mol gas (volume
molar gas) apa saja pada tekanan dan suhu yang tetap adalah
sama.

Cara Rumus Pada cara rumus digunakan satu atau lebih


rumus. Tiap rumus merupakan persamaan aljabar yang
menghubungkan beberapa variabel. Sebuah rumus dapat
berasal dari induksi data kuantitatif atau deduksi matematika
dari dua atau lebih rumus.

KB 2 Materi dan Hukum-hukum Dasar kimia

1. Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur


dan sifat materi serta perubahan yang menyertai materi
tersebut
2. Zat/materi adalah semua benda di sekitar kita.
3. Massa adalah seberapa banyak materi yang ada di objek
tertentu
4. Berat mengacu pada gaya objek tertarik gravitasi
5. Unsur adalah bentuk yang paling sederhana dari zat, atau
zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih
sederhana
6. Senyawa adalah zat yang terbentuk dari dua atau lebih
unsur yang berbeda dimana unsur tersebut selalu
bergabung dan bereaksi dalam perbandingan massa unsur
yang tetap
7. Campuran merupakan gabungan atau pencampuran dua
zat atau lebih yang berbeda
a. Campuran homogen adalah campuran memiliki sifat
yang sama diseluruh campuran tersebut, disebut juga
dengan larutan
b. Campuran heterogen adalah campuran yang terdiri
dari dua atau lebih fase yang berbeda sifatnya
8. Perubahan fisika adalah perubahan yang terjadi pada suatu
zat yang masih mempertahankan sifat aslinya
9. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat
baru ditandai dengan adanya perubahan warna,
terbentuknya gas atau terjadinya endapan.

10. Hukum-hukum dasar kimia:


a. Hukum kekekalan massa (Hukum lavoisier) pada setiap
reaksi kimia, massa zat-zat yang bereaksi adalah sama
dengan massa zat-zat hasil reaksi
b. Hukum perbandingan tetap (Hukum Proust) Setiap
senyawa tersusun dari unsur-unsur dengan
perbandingan tetap
c. Hukum perbandingan berganda (Hukum dalton) seriap
kali dua unsur membentuk lebih dari satu senyawa,
massa yang berbeda satu unsur yang bergabung dengan
massa yang sama dari unsur lainnya dengan
perbandingan bulat yang kecil
d. Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac) pada
temperatur dan tekanan tetap, perbandingan volume
gas-gas yang terlibat dalam suatu reaksi sesuai dengan
koefisien reaksi masing-masing gas tersebut
e. Hukum Avogadro pada temperature dan tekanan yang
sama, semua gas pada volum yang sama mengandung
jumlah molekul sama pula
11. Pemisahan campuran :
a. Penyaringan adalah tekhnik pemisahan campuran
heterogen dengan menggunakan alat penyaring/filter
b. Destilasi adalah pemisahan komponen campuran
yang homogen berdasarkan perbedaan titik didih
komponen penyusun campuran tersebut
c. Kromotografi adalah tekhnik pemisahan molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan fase derak
dan fase diam

KB 3 Massa atom, Massa molar dan Rumus senyawa


1. Massa Atom adalah massa dari atom dalam satuan “atomic
mass unif” (amu). Satu amu didefinikan sebagai massa dari
seperduabelas massa satu atom Carbon-12.
2. Massa Atom Relatif (Ar) adalah massa atom rata-rata atom
unsur dibandingkan dengan massa 1/12 isotop C-12.
3. Rumus Ar

4. Mol dipakai sebagai satuan SI untukjumlah zat


5. Definisi SI untuk mol merujuk ke jumlah atom yang
terdapat tepat pada 12 g isotop Carbon-12
6. Bilangan Avogadro sebesar 6,022 x 1023
7. Massa Molar adalah massa 1 mol unsur atau 1 mol senyawa
8. Massa Molekul adalah jumlah massa atom 1 mol molekul
tersebut.
9. Rumus Empiris adalah rumus yang menunjukan jumlah
dan tipe atom dalam senyawa dengan perbandingan
terendah dan bilangan bulat.
10. Rumus Molekul adalah rumus yang menunjukkan jumlah
dan jenis atom yang sesungguhnya terikat pada suatu
molekul.
11. Rumus Senyawa Ion adalah rumus paling sederhana yang
dikenal dengan rumus empiris
12. Persen Komposisi suatu unsur pada suatu senyawa adalah
persen massa dari setiap unsur pada senyawa tersebut.
13. Komposisi persen diperoleh membagi massa setiap unsur
dengan massa molar dari senyawa dan mengalikan dengan
100 persen.

KB 4. Persamaan Reaksi

1. Reaksi kimia adalah suatu proses di mana suatu zat


diubah menjadi satu atau lebih zat baru.
2. Persamaan reaksi dikenal juga sebagai persamaan kimia.
Persamaan kimia menggunakan rumus kimia untuk
memperlihatkan apa yang terjadi selama reaksi kimia.
3. Reaksi kombinasi adalah reaksi ketika dua atau lebih
unsur bergabung membentuk senyawa tunggal
4. Reaksi dekomposisi atau penguraian adalah reaksi
ketika suatu senyawa terurai menghasilkan dua atau lebih
senywa lain
5. Reaksi pembakaran adalah reaksi yang cepat
menghasilkan nyala. Reaksi yang melibatkan reaksi antara
bahan yang mudah terbakar dan pengoksidasi untuk
membentuk produk yang teroksidasi.
6. Reaktan atau disebut pula Pereaksi merupakan zat atau
senyawa atau spesi yang mengalami reaksi kimia. Rumus
kimia zat di kiri tanda panah
7. Produk adalah zat yang ada setelah reaksi, produk
terbentuk selama perubahan kimia. Terletak di kanan
tanda panah.
8. Koefisien Reaksi Merupakan angka di depan rumus
kimia, yang menunjukkan jumlah relatif molekul yang
terlibat dalam reaksi
9. Persamaan reaksi setara= jumlah mol satu senyawa
adalah ekuivalen (setara, sebanding) dengan jumlah mol
dari senyawa lainnya
10. Pereaksi Pembatas adalah pereaksi yang terdapat dalam
jumlah yang relatif terkecil (dalam hubungan
stoikiometrisnya).
11. Hasil teoritis (theoretical yield) merupakan Perhitungan
jumlah produk yang terbentuk ketika semua reaktan
pembatas habis bereaksi.
12. Hasil sesungguhnya (actual yield) adalah Jumlah produk
sesungguhnya, yang hampir selalu kurang dan tidak akan
pernah lebih besar dari hasil teoritis.

2 Daftar 1. Faktor konversi


materi 2. Hukum Perbandingan Berganda
yang sulit 3. Menghitung stoikiometri dengan faktor konversi
dipahami
di modul
ini
3 Daftar 1. Bilangan Avogadro dan massa molar menggunakan faktor
materi konversi
yang 2. Penggunaan rumus mol=
sering 3. Subscript pada rumus formula senyawa ion
mengalami 4. Hasil teoritis, hasil seseungguhnya dan persentase hasil
miskonsep
si
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Modul 4
Judul Modul KINETIKA KIMIA,
ENERGETIKA, REDOKS DAN
ELEKTROKIMIA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Laju Reaksi
2. Kesetimbangan Kimia
3. Energetika Kimia
4. Redoks dan Elektrokimia
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB 1. Laju Reaksi
dan definisi) di modul ini 1. Laju Reaksi : laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk
per satuan waktu/perubahan
konsentrasi pereaksi maupun produk
dalam satuan waktu.
2. Hukum laju: merupakan persamaan
yang menghubungkan laju reaksi dengan
konstanta laju dan konsentrasi reaktan.
3. Persamaan laju reaksi: r = k [A]x[B]y
4. Orde nol: apabila konsentrasi dari
reaktan tidak mempengaruhi laju reaksi
atau laju reaksi sama dengan kontanta
lajunya atau r = k
5. Orde satu: r = k[A]
6. Orde dua: r = k[A]2
7. Orde tiga: r = k[A]3
8. Orde reaksi keseluruhan: jumlah dari
pangkat-pangkat konsentrasi reaktan
yang ada dalam hukum laju.
9. Reaksi elementer = Merupakan reaksi
yang tidak terdiri dari tahap-tahapan
reaksi.
10. Reaksi rumit: merupakan reaksi yang
terdiri dari beberapa tahap reaksi
elementer.
11. Reaksi rantai: reaksi pembentukan
suatu molekul yang melalui tahap-tahap
inisisasi, propagasi, dan terminasi.
12. Teori tumbukan: menggambarkan
pertemuan partikel-partikel pereaksi
sebagai suatu tumbukan.
13. Tumbukan efektif: tumbukan yang
menghasilkan partikel-partikelproduk
reaksi.
14. Enzim Protease : katalis pada
pemutusan ikatan peptide pada protein
yang terdapat dalam daging.
15. Factor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi:
Keadaan pereaksi/kereaktifan zat,
pengaruh konsentrasi, pengaruh luas
permukaan, pengaruh suhu, dan
pengaruh katalis.
Katalisator: didefinisikan sebagai
substansi yang dapat mengubah laju
suatu reaksi tanpa terdapat sebagai
produk pada akhir reaksi.
16. Kinetika Kimia : bagian dari ilmu kimia
yang mempelajari dinamika reaksi yang
meliputi laju reaksi, orde reaksi yang
diperoleh dari hasil percobaan, hukum
atau persamaan laju, konstanta laju dan
mekanisme reaksi.
17. Laju Reaksi Rata-rata : perubahan
konsentrasi zat dalam selang waktu
tertentu
18. Laju Reaksi Sesaat : perubahan
konsentrasi zat pada waktu tertentu, laju
sesaat dari suatu reaksi tidak dihitung,
tetapi diperoleh dari aluran perubahan
konsentrasi terhadap waktu biasanya
menggunakan diferensial.
19. Orde Reaksi Keseluruhan : jumlah
pangkat-pangkat konsentrasi reaktan
yang ada dalam hukum laju
20. Δ[A] dan Δ[B] : perubahan konsentrasi
(dalam molaritas) selang waktu tertentu
(Δt)
21. Koefisien Stoikiometri : angka yang
ditulis di depan atom, ion, dan molekul
dalam reaksi kimia sebagai penyeimbang
jumlah setiap elemen atau atom dalam
sisi reaktan dan sisi produk dari
persamaan reaksi kimia.
22. Orde Nol : konsentrasi dari reaktan tidak
mempengaruhi laju reaksi.
23. Orde Satu : menunjukkan bahwa laju
reaksi hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi satu reaktan saja, meskipun
reaksi tersebut memiliki dua reaktan.
24. Orde Dua : Reaksi dianggap sebagai
reaksi orde kedua jika ordenya secara
keseluruhan berjumlah dua.
25. Orde Tiga : laju reaksinya berbanding
lurus dengan konsentrasi reaktan
dipangkatkan tiga.
26. Waktu Paro : waktu yang dibutuhkan
oleh raktan untuk bereaksi sehingga
konsentrasi pereaksi menjadi setengah.
27. Persamaan Laju : persamaan yang
menghubungkan laju reaksi dengan
konsentrasi/tekanan spesi yang terlibat
dalam reaksi (pereaksi, hasil reaksi,
katalis, dll.).
28. Konstanta laju : suatu konstanta pada
laju reaksi, dimana laju reaksi apabila
semua konsentrasi pereaksi 1 molar.
29. Metode laju awal : metode yang
digunakan untuk sederetan eksperimen
dengan konsentrasi awal yang berbeda-
beda.
30. Metode waktu fraksi : metode yang
digunakan untuk reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan zat-zat yang bereaksi
yang mempunyai konsentrasi sama dan
biasanya digunakan waktu paro.
31. Teori tumbukan : pertemuan partikel-
partikel pereaksi sebagai suatu
tumbukan, dimana tumbukan tersebut
ada yang menghasilkan reaksi dan ada
yang tidak menghasilkan reaksi.
32. Faktor-faktor yang menentukan
tumbukan efektif : energi kinetic
partikel (molekul) dan orientasi atau arah
partikel.
33. Kemolekulan reaksi : jumlah molekul
pereaksi pada tahap penentu laju.
34. Reaksi rantai : terjadi melalui tahap-
tahap inisiasi, propagasi dan terminasi.
35. Inisiasi : reaksi pembentukan radikal
bebas
36. Propagasi : reaksi radikal bebas dengan
molekul menghasilkan radikal bebas dan
molekul yang lain.
37. Terminasi : pengakhiran tahap
propagasi, antara lain akibat
penggabungan radikal menghasilkan
molekul stabil.
38. Reaksi elementer : reaksi yang tidak
terdiri dari tahapan -tahapan reaksi
39. Reaksi rumit : reaksi yang terdiri dari
beberapa tahap reaksi elementer
40. Katalisator : substansi yang dapat
mengubah laju suatu reaksi tanpa
terdapat sebagai produk pada akhir
reaksi.

KB 2. Kesetimbangan Kimia
1. Kesetimbangan dinamis : keadaan yang
setimbang tetapi didalamnya terjadi
perubahan yang terus menerus/
reaksinya bolak-balik(reversibel), reaksi
ke arah produk dan reaktan.
2. Konsatanta kesetimbangan :
perbandingan hasil kali konsentrasi
produk dipangkatkan koefisien reaksi
terhadap hasil kali konsentrasi reaktan
diapangkatkan koefisien untuk reaksi
yang telah mencapai kesetimbangan
3. Kesetimbangan kimia : kesetimbangan
dinamis dimana laju reaksi kearah
produk sama degan laju reaksi kearah
reaktan dan konsentrasi reaktan dan
produk konstan
4. Kesetimbangan fisika : kesetimbangan
antara dua fasa dari zat yang sama
5. Kesetimbangan homogen :
kesetimbangan yang semua zat pereaksi
dan hasil reaksinya berfase sama
6. Kesetimbangan heterogen :
kesetimbangan kimia yang fasa zat-zat
yang terlibat di dalamnya tidak sama
7. Hukum tetapan kesetimbangan : pada
keadaan setimbang, perbandingan hasil
kali konsentrasi produk yang
dipangkatkan dengan koefisiennya
terhadapa hasil kali konsentrasi reaktan
dipangkatkan koefisiennya adalah tetap
8. Tetapan kesetimbangan antara 2
reaksi melalui persamaan
stoikiometrinya: K2 = √K1
9. Kesetimbangan konsentrasi molar:
adalah nilai tetapan kesetimbangan
berdasarkan konsentrasi molar yang
dihitung dari konsentrasi komponen
pada keadaan setimbang.
10. Tetapan kesetimbangan tekanan
parsial(Kp): tetapan kesetimbangan
berdasarkan tekanan parsial gas dalam
campurannya dimana tekanan total gas
merupakan jumlah tekanan masing-
masing gas penyusunnya.
11. Hubungan Kp dan Kc: Kp = Kc.(RT)ᶺn
12. Reaksi disosiasi : penguraian senyawa
menjadi lebih sederhana dimana
terdapat satu jenis peraksi, sedangkan
hasil reaksinya dapat satu, dua, atau
tiga senyawa atau unsur.
13. Derajat disosiasi: jumlah mol pereaksi
yang terdisosiasi/ jumlah mol pereaksi
mula-mula, dengan nilai α berada antara
0 dan 1.
14. Faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan: konsentrasi, suhu,
volume, dan tekanan.

KB 3. Energetika Kimia
1. Sistem : bagian dari alam semesta yang
menjadi pusat perhatian atau yang akan
kita pelajari
2. Lingkungan : suatu yang berada di luar
sistem
3. Sistem terbuka : terjadinya perpindahan
kalor dan materi dari dalam sistem ke
lingkungan dan dari lingkungan kedalam
sistem
4. Sistem tertutup : terjadinya
perpindahan kalor dari sistem
kelingkungan dan dari lingkungan ke
sistem
5. Sistem terisolasi : tidak terjadi
perpindahan kalor maupun materi dari
dalam sistem ke lingkungan dan dari
lingkungan ke sistem
6. Kerja : setiap bentuk energi yang bukan
kalor yang dipertukarkan antara sistem
dan lingkungan. Dengan W= - p Δ V
7. Kalor : energi yang dipindahkan melalui
batas-batas sistem, akibat perbedaan
suhu dan sistem lingkungan. Dengan q=
m c Δt
8. Energi : kemampuan untuk melakukan
kerja
9. Energi potensial : energi yang
didasarkan pada posisi benda,
dipengaruhi oleh massa, tinggi dan gaya
gravitasi. Dengan Ep= mgh
10. Energi kinetika : energi pada benda
yang bergerak yang dipengaruhi oleh
massa dan kecepatan dari benda.
Dengan Ek= ½ mv2
11. Energi dalam : energi total ( energi
potensial dan energi kinetik ) yang
terkandung dalam suatu materi
12. Hukum pertama termodinamika :
hukum kekekalan energi yang berbunyi
“Energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, hanya dapat
dirubah dari suatu bentuk ke bentuk
yang lain”
13. Perubahan energi dalam terjadi dalam
berbagai macam proses : proses
isotermal, proses isovolum, proses
adiabatik, ekspansi isobarik reversibel,
ekspansi isotermal reversibel
14. Reaksi eksoterm : reaksi yang pada saat
berlangsung disertai pelepasan kalor
atau sistem melepaskan kalor ke
lingkungan
15. Reaksi endoterm : reaksi yang pada
saat berlangsung disertai penyerapan
kalor atau sistem menyerap kalor dari
lingkungan
16. Persamaan termokimia : persamaan
reaksi kimia yang telah setara dan
dilengkapi dengan perubahan entalpi
reaksi
17. Entalpi pembentukan standar
(standart entalphy of formation, ΔHf°)
suatu zat : perubahan entalpi yang
terjadi dalam pembentukan satu mol
zat/senyawa dari unsur-unsurnya
pada keadaan standar(T=298K, P=1
atm)
18. Entalpi penguraian standar : ΔH untuk
menguraikan 1 mol suatu senyawa
menjadi unsur-unsur penyusunnya pada
keadaan standar
19. Entalpi pembakaran standar : ΔH
dalam pembakaran sempurna 1 mol
suatu zat pada keadaan standar
20. Kalor reaksi (ΔH) yang dapat
ditentukan secara kalorimetri : reaksi-
reaksi berkesudahan (irreversibel)
seperti: reaksi pembakaran, reaksi
penetralan, dan reaksi pelarutan
21. Hukum Hess : “Kalor yang menyertai
suatu reaksi tidak bergantung pada jalan
yang ditempuh, tetapi hanya pada
keadaan awal (sebelum reaksi) dan
keadaan akhir (setelah reaksi)
22. Energi ikatan : energi yang terlibat
dalam pembentukan atau pemutusan
ikatan. Dimana energi disosiasi ikatan
(D) dan energi ikatan rata-rata(Ɛ)
23. Energi disosiasi ikatan : perubahan
entalpi yang terjadi dalam proses
pemutusan ikatan dalam molekul
dwiatom atau ikatan tertentu dalam
suatu senyawa dalam keadaan gas
24. Energi ikat rata-rata : energi rata-rata
yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan tertentu dalam semua senyawa
yang mengandung ikatan tersebut
25. Entalpi reaksi berdasarkan data energi
ikat: ditentukan dengan cara ΔHreaksi=
Σ(energi ikat pereaksi)- Σ(energi ikat
produk)
26. Entropi : banyaknya atom, molekul,
atau ion yang terdistribusi secara tidak
teratur dalam ruang tertentu dan dapat
dihitung dari perubahan entropinya, ΔS=
ΣS°produk - ΣS°reaktan.
27. Hukum kedua termodinamika : entropi
alam semesta (universe) akan meningkat
dalam proses spontan dan tidak berubah
dalam proses kesetimbangan.
28. Energi bebas : energi yang tersedia
untuk melakukan kerja, dengan G= H-TS
29. Perubahan energi bebas standar(ΔGf°=
Σ ΔGf°(produk-standard).

KB 4.Redoks dan Elektrokimia


1. Konsep redoks: reaksi transfer elektron
antar spesi yang bereaksi dalam reaksi
kimia.
Oksidasi : bersenyawa dengan oksigen,
melepaskan hidrogen, melepaskan
elektron, dan Kenaikan bilangan
oksidasi.
Reduksi :melepasan oksigen. menangkap
elektron, dan Penurunan bilangan
oksidasi.
2. Oksidator : zat yang mengalami reduksi
3. Reduktor : zat yang mengalami oksidasi
4. Bilangan oksidasi : bilangan yang
menyatakan muatan elektron
5. Reaksi disproporsionasi : reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi
simultan oleh suatu spesi
6. Cara menyetarakan reaksi redoks:
yaitu cara setengah reaksi dan cara
perubahan bilangan oksidasi.
7. Ekivalen oksidator : sejumlah oksidator
yang dapat menerima satu mol elektron
8. Ekivalen reduktor : sejumlah reduktor
yang dapat memberi satu mol elektron
9. Elektrokimia : cabang ilmu kimia yang
mempelajari hubungan antara energi
listrik dan reaksi kimia
10. Sel volta : sel elektrokimia dimana
energi kimia dari reaksi redoks spontan
diubah ke dalam energi listrik
11. Elektroda : penghantar listrik
12. Anoda : elektroda dimana terjadi reaksi
oksidasi
13. Katoda : elektroda dimana terjadi reaksi
reduksi
14. Potensial sel (E0sel) : perbedaan
potensial antara dua elektroda dari sel
volta
15. Sel primer : sel yang reaksinya satu
arah dan tidak dapat dipakai kembali
16. Sel skunder : sel yang dapat dipkai
kembali dengan cara mengembalikan
elektrodanya ke kondisi awal
17. Korosi : reaksi antara logam dan zat lain
yang menyentuh permukaannya
sehingga membentuk oksida logam
18. Sel elektrolisis : sel elektrokimia dimana
arus listrik digunakan untuk
melangsungkan reaksi redoks tidak
spontan
19. Elektrolisis: merupakan peruraian yang
disebabkan arus listrik
20. Overpotensial : tambahan potensial
yang diperlukan sehingga reaksi tak
spontan pada sel elektrolisis dapat
berlangsung
21. Elektroda aktif : elektroda yang ikut
bersaing dengan elektrolit dan air
(elektrolitnya berupa larutan) untuk
terlibat dalam reaksi redoks
22. Konstanta Faraday : muatan 1 mol
elektron sebesar 96.485 Coulomb
(dibulatkan 96500 Coulomb)
23. Hukum Faraday 1: massa zat yang
dibebaskan pada elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang
digunakan.
24. Hukum Faraday 2: jumlah zat yang
dihasilkan oleh arus yang sama dalam
beberapa sel yang berbeda sebanding
dengan berat ekivalen zat tersebut.
2 Daftar materi yang sulit KB 1
dipahami di modul ini Mekanisme penurunan energi aktivasi reaksi
kimia dengan katalis.
KB 2
Hubungan Kc dengan Kp dan mekanisme
pergeseran kesetimbangan
KB 3
1. Perubahan energi Gibbs dan entropi
dalam berbagai macam proses
2. Hukum kedua Termodinamika
KB 4
Aplikasi dari hukum faraday dan persamaan
Nersnt
3 Daftar materi yang sering KB 1
mengalami miskonsepsi Orde reaksi dan konstanta laju reaksi
KB 2
Faktor suhu terhadap kesetimbangan
KB 3
1. Perhitungan hukum Hess dan energi ikat
rata-rata
2. Energi Bebas Gibbs
KB 4
Anoda dan katoda pada sel elektrokimia dan
elktrolisis
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Modul 5
Judul Modul LARUTAN DAN SISTEM KOLOID
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Asam, Basa, pH dan Indikator
2. Reaksi – reaksi asam basa
dan Ksp
3. Sifat Koligaif Larutan
4. Sistem Koloid
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB1.Asam, Basa, pH dan Indikator
dan definisi) di modul ini 1. Larutan : campuran
homogen(membentuk satu fasa)
menyebar rata dalam pelarut antara dua
zat tunggal (unsur dan senyawa) atau
lebih sehingga komposisi dan dan sifat
larutan di seluruh bagian volume larutan
tersebut sama.
2. Pelarut: zat komponen dalam larutan
yang jumlahnya lebih banyak.
3. Zat terlarut: zat komponen larutan yang
jumlahnya lebih sedikit.
4. Larutan tepat jenuh : larutan yang
mengandung sejumlah maksimum zat
yang dapat larut dalam pelarut.
5. Larutan lewat jenuh mengandung lebih
banyak zat terlarut.
6. Larutan belum jenuh mengandung
lebih sedikit zat terlarut
7. Konsentrasi larutan : jumlah zat
terlarut dalam setia satuan pelarut atau
larutan
8. Satuan Konsentrasi Larutan: % berat, %
volum, %berat/volume, % milligram,
ppm, ppb, fraksi mol, formal, molaritas,
molalitas, normalitas, Normalitas.
9. Sifat asam : memiliki rasa
masam,bereaksi dengan logam
menghasilkan gas hidrogen, terionisasi
dalam air,dapat menetralkan sifat basa,
bersifat korosif, mengubah warna kertas
lakmus biru menjadi merah, dll
10. Sifat basa : memiliki rasa pahit
terionisasi dalam air,dapat melarutkan
lemak dll.
11. Indikator asam-basa: adalah zat warna
yang mampu menunjukkan warna-warna
berbeda dalam larutan asam dan basa.
12. Asam Basa Arrhenius
asam : zat yang dalam air melepaskan
H +.
basa : zat dalam air mengahsilkan OH-
dan dapat berupa hidroksida logam,
oksida logam, dan ion oksida.
Valensi asam: jumlah ion H+ yang dapat
dilepaskan oleh satu molekul asam.
Ion sisa asam: ion negatif yang
terbentuk dari asam setelah melepaskan
ion H+.
Asam monoprotik: molekul asam yang
melepaskan satu proton (H+)
Asam diprotik: molekul asam yang
melepaskan 2 proton(H+)
Asam triprotik: molekul asam yang
melepaskan 3 proton (H+)
Valensi basa: jumlah ion OH- yang dapat
dilepaskan oleh satu molekul basa.
13. Asam Basa Bronsted dan Lowry,
asam : spesi donor proton,
basa : spesi akseptor proton.
Asam-basa konjugasi: suatu asam jika
setelah melepas satu proton maka akan
membentuk spesi yang disebut basa
konjugasi dari asam tersebut karena
kekurangan proton/H+.
14. Asam Basa Lewis
asam : menerima pasangan/akseptor
elektron,
basa : memberikan pasangan/donor
elektron
15. Indikator asam basa : zat warna yang
mampu menunjukkan warna berbeda
dalam larutan asam dan basa pada
trayek pH tertentu.
16. Trayek perubahan warna indikator:
adalah batas pH dimana indikator
mengalami perubahan warna.
17. Amfoter: kemampuan air berperan
sebagai asam dan basa sekaligus.
18. Autoionisasi air: proses dimana air
dapat memberikan protonnya ke molekul
air yang lainnya.
19. pH: pangkat ion hidrogen dimana
menunjukkan tingkat keasaman larutan
yang setara dengan jumlah ion H+ yang
terdapat di dalam larutan.
20. Kekuatan larutan asam dan basa :
dipengaruhi banyak sedikitnya ion-ion
yang dihasilkan saat terionisasi
21. Titrasi asam basa : teknik ananlisis
kuantitatif untuk mengetahui
konsentrasi suatu larutan.
22. Titik titrasi : ditandai dengan
perubahan warna dari larutan yang
dititrasi.
23. Titik ekivalen : jumlah mol HCl yang
bereaksi sama dengan jumlah mol NaOH
atau jumlah basa tepat habis bereaksi
dengan sejumlah asam.
24. Titik akhir titrasi: saat berakhirnya
titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna dari larutan yang dititrasi dan
sedekat mungkin dengan titik ekivalen.

KB2. Reaksi Asam Basa dan KSP


1. Asam kuat : asam yang di dalam
larutannya mempunyai derajat ionisasi
besar (terionisasi sempurna)
2. Basa kuat : basa yang di dalam
larutannya mempunyai derajat ionisasi
besar (terionisasi sempurna)
3. Teori bronsted-lowry: sifat asam atau
basa ditentukan oleh kemampuan
senyawa melepas atau menerima
proton(ion H+).
4. Asam lemah dan basa lemah:
asam/basa yang terionisasi sebagian jika
dilarutkan dalam air sehingga reaksi
ionisasi membentuk reaksi
kesetimbangan(reaksi dua arah).
5. Reaksi penetralan: reaksi antara asam
dan basa sampai terjadi suasana netral
atau reaksi penggaraman yang
menghasilkan air.
6. Larutan penyangga:larutan yang pH nya
relatif tidak berubah apabila ditambah
sedikit asam atau basa.
7. Derajat Keasaman (pH) : ukuran
keasaman suatu larutan, dihitung dari
fungsi negatif logaritma dari konsentrasi
ion H+ dalam larutan
8. pH larutan penyangga:

9. Kelarutan: Jumlah maksimum zat


terlarut yang dapat larut dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu.(dengan
satuan g/liter).
10. Kelarutan molar: jumlah mol zat
terlarut dalam 1L larutan jenuh(dengan
satuan mol/liter), sama dengan satuan
molaritas .
11. Hasil kali Kelarutan (Ksp) : hasil kali
konsentrasi (molaritas) dari ion-ion
dipangkatkan koefisien dari suatu
larutan jenuh
12. Hidrolisis garam : reaksi penguraian
garam oleh air, di mana ion garam
tersebut mengalami reaksi dengan air
menghasilkan asam lemah atau basa
lemah
13. Hidrolisis parsial : hidrolisis garam di
mana hanya salah satu ion (kation atau
anion) saja yang bereaksi dengan air
untuk menghasilkan basa lemah atau
asam lemah
14. Hidrolisis total : hidrolisis garam di
mana hanya kedua ion (kation atau
anion) bereaksi dengan air untuk
menghasilkan basa lemah atau asam
lemah
15. Ionisasi : proses fisik mengubah atom
atau molekul menjadi ion dengan
menambahkan atau mengurangi partikel
bermuatan seperti elektron
16. Larutan penyangga (buffer) : larutan
yang pH relatif tidak berubah apabila
ditambah sedikit asam atau basa
17. Larutan penyangga asam : campuran
dari asam lemah dan basa konjugasinya
18. Larutan penyangga basa : campuran
dari basa lemah dan asam konjugasinya.
19. Pengaruh ion senama terhadap
kelarutan: penambahan ion senama
akan menggeser kesetimbangan ionik
dalam larutan ke arah padatan yang
tidak larut/menurunkan kelarutan.

KB 3. Sifat Koligatif Larutan


1. Menguap: adalah merenggangnya
jarak antar molekul zat cair
2. Gaya antar molekul: merupakan
interaksi anatar molekul-molekul
dalam zat cair melalui gaya
elektrostatik(gaya tarik menarik
karena adanya muatan listrik)
3. Uap jenuh : adalah uap saat laju
penguapan sama dengan laju
pengembunan kembali.
4. Tekanan uap jenuh : tekanan uap (gas)
pada permukaan zat cair yang
disebabkan oleh uap jenuh
5. Simbol tekanan uap: tekanan uap jenuh
pelarut dinyatakan dengan P° dan
tekanan uap jenuh larutan dinyatakan
dengan P
6. Perubahan tekanan uap : selisih
tekanan uap yang lebih tinggi dengan
tekanan uap yang lebih rendah.
7. Penurunan tekanan uap (∆P) : turunnya
tekanan uap jenuh suatu larutan (P)
relatif terhadap tekanan uap pelarut
murninya (P0) karena adanya zat terlarut
nonvolatile
8. Menguap : merenggangnya jarak antar
molekul zat cair
9. Molekul polar : molekul yang memiliki
ikatan kovalen polar.
10. Titik didih normal : suhu yang
diperlukan untuk menghasilkan tekanan
uap jenuh suatu zat cair sama dengan
tekanan atmosfer 760 mmHg (1atm).
11. Kenaikan titik didih (∆Tb) : selisih
antara titik didih larutan (Tb) dengan
titik didih pelarut murni (Tb pelarut)
karena terdapatnya sejumlah zat terlarut
12. Mendidih : bertambahnya energi kinetik
molekul cairan.
13. Membeku : perubahan susunan molekul
dari tidak teratur (cair) menjadi teratur
(padat).
14. Penurunan titik beku (ΔTf ) larutan :
selisih antara titik beku larutan (Tb
larutan) dibanding titik beku pelarut
murni (Tf pelarut) karena terdapatnya
sejumlah zat terlarut.
15. Titik beku : suhu pada saat fasa padat
dan fasa cair berada dalam
kesetimbangan (dinamis).
16. Selaput semiparmiable : selaput yang
mempunyai pori-pori dengan ukuran
khusus yang hanya dilewati partikel kecil
seperti molekul air.
17. Osmosis : proses merembes pelarut dari
larutan encer ke larutan pekat melalui
selaput semiparmiable.
18. Tekanan osmosis (π) : tekanan yang
diberikan untuk mencegah peristiwa
osmosis.
Π= MRT.
19. Faktor ionisasi(i)/Van’t Hoft:
perbandingan antara kenaikan titik
didih larutan elektrolit dengan larutan
non elektrolit.
Hubungan I dan derajat ionisasi (α): i = 1
+ (n-1)α
KB 4. Sistem Koloid
1. Zat murni : kumpulan atom-atom yang
secara kimiawi sama, terdiri dari unsur
dan senyawa.
2. Unsur: materi yang paling sederhana dan
tidak bisa terurai lagi melalui reaksi
kimia.
3. Senyawa: materi yang terbentuk dari 2
unsur/lebih dengan komposisi tertentu
dan dapat diuraikan menjadi unsur
pembentuknya dengan reaksi kimia.
4. Campuran : suatu zat yang terbuat dari
gabungan dua atau lebih zat kimia yang
berbeda, terdiri dari campuran homogen
dan heterogen.
5. Larutan : campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat.
6. Koloid : campuran dari dua zat atau
lebih yang tersebar secara merata
dengan ukuran partikel terdispersi
antara 1-1000 nm.
7. Suspensi : suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat.
8. Sol : sistem koloid yang berasal dari
partikel padat yang terdispersi di dalam
zat cair/koloid dengan fase terdispersi
padat dan terbagi menjadi sol padat, sol
cair, dan sol gas/aerosol padat.
9. Emulsi : sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi juga di dalam zat cair, terdiri
dari gel, emulsi cair, dan emulsi
gas/aerosol cair.
10. Fase terdispersi : zat terlarut:
11. Fase pendispersi : zat pelarut
12. Gel : sistem koloid yang bersifat kaku
atau setengah padat dan setengah cair
13. Buih: merupakan koloid dengan fase
terdispersi gas.
14. Emulgator : bahan aktif permukaan
yang dapat menurunkan tegangan antar
muka antara minyak dan air dan
membentuk film yang mengelilingi
tetesan terdispersi sehingga mencegah
koalesensi dan terpisahnya fase
terdispersi
15. Koloid reversibel : koloid yang jika
dibiarkan akan berubah menjadi tidak
koloid, namun bisa berubah kembali
menjadi koloid.
16. Koloid irreversibel : koloid yang jika
dibiarkan akan berubah menjadi bukan
koloid, dan tidak bisa kembali berubah
menjadi koloid.
17. Efek Tyndall : penghamburan berkas
sinar oleh partikel koloid dan tergantung
pada jenis sinar dan ukuran partikel.
18. Gerak Brown : gerakan acak partikel
koloid dalam suatu medium pendispersi
yang terjadi karena tumbukan tidak
seimbang antara partikel koloid dengan
molekul pendispersi.
19. Adsorpsi : suatu proses yang terjadi
ketika suatu fluida, cairan maupun gas,
terikat kepada suatu padatan atau
cairan (zat penyerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis
atau film (zat teryerap, adsorbat) pada
permukaannya.
20. Elektroforesis : pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik.
21. Reaksi hidrolisis : reaksi penguraian
dengan air
22. Reaksi redoks : reaksi yang disertai
perubahan bilangan oksidasi
23. Cara busur bredig(loncatan bunga api):
pembuatan koloid dengan
menggabungkan cara kondensasi dan
disperse. Digunakan pada pembuatan
sol-sol logam dengan menggunakan
electrode yang dicelupkan ke dalam
medium pendispersi dan dihubungkan
dengan tegangan tinggi.
24. Koagulasi : proses destabilisasi partikel
koloid dengan cara penambahan
senyawa kimia yang disebut koagulan
25. Dialisis adalah proses untuk
menghilangkan pengotor yang
mengganggu kestabilan koloid
2 Daftar materi yang sulit KB1
dipahami di modul ini 1. Reaksi Perubahan warna indikator
dengan penambahan asam atau basa
2. Rentang nilai pH menggunakan
beberapa indikator yang berbeda.
KB 2
Penentuan pH dan kelarutan dari ion
senama
KB 3
Proses terjadinya tekanan osmosis
KB 4
Proses terjadinya efek tyndal

3 Daftar materi yang sering KB1


mengalami miskonsepsi 1. Penentuan nilai pH dari larutan asam
kuat/basa kuat yang encer
2. Pasangan asam-basa konjugasi
KB 2
Pengaruh kelarutan ion senama
KB 3
Perbandingan Konsep penurunan tekanan
uap larutan dan kenaikan titik didih larutan
KB4
Elektoda pada sitem Elektroforesis koloid
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Modul 6
Judul Modul KIMIA ORGANIK DAN POLIMER
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1.Hidrokarbon
2.Reaksi Senyawa Organik
3.Biomolekul dan Polimer
4.Penerapan Kimia dalam
Industri dan Lingkungan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB 1. Hidrokarbon
dan definisi) di modul ini 1. Kimia Organik: Berkaitan dengan
penemuan senyawa kimia yang berasal
dari tumbuhan dan hewan.
2. Kimia Karbon: definisi lain dari kimia
organik karena sebagian besar senyawa
organik mengandung karbon.
3. Senyawa Organik : senyawa yang
berasal dari makhluk hidup
4. Senyawa Anorganik : senyawa yang
berasal dari mineral atau tidak berasal
dari makhluk hidup
5. Metode Filtrasi : metode pemisahan
padatan dan cairan dari suatu
campuran dengan menggunakan bahan
berpori berdasarkan perbedaan ukuran
partikel zat-zat yang bercampur.
6. Evaporasi : proses perubahan molekul
zat cair menjadi menjadi gas atau uap
air(proses penguapan).
7. Keistimewaan atom karbon: atom
karbon dapat membentuk ikatan
kovalen(tunggal/rangkap dua/rangkap
3), dan mampu membentuk senyawa
berantai panjang dan bercabang.
8. Struktur Lewis atom karbon :
pelambangan elektron valensi suatu
atom karbon yang berjumlah 4 dengan
lambang 4 titik.
9. Simbol ikatan kovalen: penyimbolan
ikatan kimia yang terjadi antara 2 atom
dengan peletakan tanda 2 titik di antara
2 atom.
10. Struktur Kekule : struktur yang
digambarkan dengan sebuah garis di
antara dua atom yang menunjukkan
dua elektron berikatan kovalen.
11. Rumus termampatkan/rumus ringkas:
sebagian atau semua garis ikatan
dengan atom hidrogen diabaikan dan
ditulis langsung setelah atom yang lain
mengikat hidrogen.
12. Sifat parsial positif dan negatif atom
karbon: kecenderungan atom karbon
untuk bersifat positif atau negatif karena
distribusi electron pada ikatan kovalen
polar yang tidak merata. Bersifat parsial
positif ketika berikatan dengan atom
berelektronegatifitas tinggi(golongan
Halogen) dan parsial negative jika
berikatan dengan atom golongan logam
13. Karbokation : karbon juga dapat
bersifat menyerupai kation
14. Karbanion : karbon juga dapat bersifat
menyerupai anion
15. Orbital : kemungkinan atau
kebolehjadian ditemukannya elektron
suatu atom
16. Hibridisasi : percampuran orbital yang
memiliki tingkat energi yang sama dan
memberikan ikatan yang lebih kuat
akibat adanya tumpang tindih yang
lebih besar. Sehingga molekul yang
dihasilkan berenergi reandah dan lebih
stabil.
17. Orbital hibrida atom karbon : orbital
sp3, sp2, dan sp.
18. Geometri Orbital : bentuk molekul yang
terbentuk berdasarkan teori tolakan
electron yang memungkinkan gugus
yang menempel membentuk jarak
sejauh mungkin antara yang satu
dengan yang lain.
19. Hibridisasi Orbital SP3 atom karbon:
orbital pada atom karbon yang
dihasilkan dari 1 orbital 2s dan 3 orbital
2p. pada orbital 2p yang masih kosong
diisi 1elektron yang berasal dari orbital
2s yang mengalami eksitasi sehingga
atom karbon menyediakan 3 elektron
valensi untuk berikatan kovalen.
Contoh: ikatan kovalen pada senyawa
metana.
20. Geometri tetrahedral: tolakan antar
elektron pada orbital hibrida sp3 yang
membentuk sudut 109,5°
21. Ikatan sigma : ikatan yang selalu ada
ketika dua atom berikatan akibat
adanya proses tumpang tindih orbital
kedua atom dan merupakan ikatan
kovalen yang paling kuat.
22. Hibridisasi orbital SP2: hibridisasi 2
orbital 2p pada atom karbon yang
berikatan rangkap dua, terbentuk ikatan
phi dari 1 orbital p yang tidak digunakan
berhibridisasi, dan membentuk geometri
trigonal dengan sudut tolakan antar
elektron 120°. Contoh senyawa: etilena.
23. Hibridasi orbital SP: Hibridisasi antara
1 orbital 2s dan 1 orbital 2p. ada 2
orbital 2p yang tidak terhibridisasi.
Bentuk geometri molekulnya linear
dengan sudut 180°. Terbentuk 1 ikatan
sigma dan 2 ikatan phi.
24. Alkana : senyawa-senyawa karbon
berantai panjang dan bercabang
berikatan tunggal, hibridisasi orbital
sp3, berumus molekul C2H2n+2., senyawa
non polar, tidak memiliki gugus
fungsional, hidrokarbon jenuh, dan
penamaan senyawa diakhiri dengan –
ana.
25. Gaya tarik Van Der waals: gaya tarik
menarik listrik yang relatif lemah akibat
kepolaran molekul yang bersifat
permanen atau terinduksi dan timbul
dari ikatan kimia yang terbentuk pada
suatu molekul senyawa.
26. Tatanama senyawa: sistem penamaan
suatu senyawa. Nama trivial senyawa
berdasarkan nama penemu, sedangkan
penamaan IUPAC merupakan tata nama
resmi berdasarkan pada struktur suatu
senyawa organik.
27. Alkena : hidrokarbon berikatan rangkap
dua, berumus molekul CnH2n, penamaan
senyawa diakhiri dengan -ena
28. Alkuna : hidrokarbon berikatan rangkap
tiga, berumus molekul CnHn, penamaan
senyawa diakhiri dengan –una.
29. Gugus fungsional : bagian dari molekul
senyawa organik yang merupakan pusat
kereaktifan dan sifat molekul.
30. Isomer : dua senyawa atau lebih yang
memiliki rumus molekul sama, tetapi
rumus strukturnya berbeda.
31. Isomer rangka : dua senyawa dengan
rumus molekul sama, tetapi rangka
berbeda.
32. Isomer posisi : dua senyawa dengan
rumus molekul sama dan gugus fungsi
yang sama, tetapi letak atau posisi
gugus fungsinya yang berbeda.
33. Isomer fungsional : dua senyawa
dengan rumus molekul sama dan jenis
gugus fungsinya berbeda.
34. Isomer geometri : dua senyawa dengan
rumus molekul, gugus fungsional dan
posisi gugus fungsional sama, namun
bentuk geometri (struktur ruang)
berbeda. Isomer cis-trans dan optik.
35. Senyawa bahan alam : segala sesuatu
yang dihasilkan oleh kehidupan, dan
termasuk bahan biotik (misalnya kayu,
sutra), bahan berbasis bio (misalnya
bioplastik, tepung jagung), cairan tubuh
(misalnya susu, eksudat tanaman), dan
bahan alami lainnya.
36. Metabolit primer : molekul organik
yang memiliki fungsi intrinsik yang
penting untuk kelangsungan hidup
organisme
37. Metabolit sekunder : molekul organik
yang biasanya memiliki fungsi ekstrinsik
yang terutama memengaruhi organisme
lain di luar produsen.

KB 2. Reaksi Senyawa Organik


1. Reaksi Substitusi : reaksi yang ditandai
dengan adanya penggantian gugus atau
bagian tertentu pada suatu senyawa
sebelum dan setelah reaksi.
2. Reaksi substitusi nukleofilik
bimolekuler/SN2: suatu reaksi
penyerangan oleh nukleofil kuat yang
menabrak sisi belakang suatu atom
karbon tetrahedral yang terikat pada
suatu gugus pergi yang baik seperti
halogen dimana ikatan baru antara
nukleofil dan karbon tetrahedral sudah
mulai terbentuk dan ikatan antara
karbon tetrahedral dengan halogen juga
mulai putus dengan energi potensial
yang sangat tinggi dengan kemungkinan
kembali menjadi pereaksi atau
diteruskan menjadi produk(keadaan
transisi atau kompleks teraktifkan).
Keadaan transisi ini melibatkan
nukleofil dan gugus pergi dan
merupakan reaksi orde dua.
3. Reaksi Substitusi Nukleofilik
Unimolekuler/SN1: reaksi subtitusi
pada senyawa halida tersier yang
melibatkan ionisasi daklam pelarut polar
seperti H2O yang menghasilkan suatu
karbokation, kemudian diikuti
penyerangan karbokation oleh suatu
nukleofilik lemah yang menghasilkan
suatu alkohol berproton dengan
lepasnya H+ melalui reaksi asam-basa
dan berlaju reaksi orde satu.
4. Gugus pergi : bagian yang terusir
5. Nukleofil : senyawa atau bagian
senyawa yang bertindak sebagai
penyerang
6. Inversi konfigurasi atau inversi
Walden : Gugus-gugus yang terikat pada
karbon yang diserang nukleofil akan
berubah posisi menjadi rata dalam
keadaan transsisi dan berubah menjadi
posisi berkebalikan dengan posisi awal
pada saat telah menjadi produk.
7. Reaksi substitusi elektrofilik : suatu
reaksi yang ditandai dengan adanya
pergantian satu atau lebih atom
hidrogen pada cincin senyawa aromatis
(benzena) dengan satu atau lebih
substituent dengan bantuan katalis
suatu asam lewis.
8. Substitusi elektrofil pertama/SE1:
substitusi yang melibatkan suatu katalis
asam lewis yang bereaksi dengan
pereaksi halogen sehingga menghasilkan
suatu elektrofil yang dapat
mensubstitusi salah satu hydrogen pada
cincin aromatis dengan jalan
membentuk suatu karbokation yang
terstabilkan oleh resonansi.
9. Substitusi Elektrofil/SE2: substitusi
pada senyawa aromatis yang memiliki
gugus pengaktivasi sehingga tidak
dibutuhkan katalis dan gugus baru yang
menggantikan atom hydrogen tidak
dapat sembarangan menentukan
posisi(dengan 3 jenis posisi:
orto,meta,para)
10. Reaksi Eliminasi : dua substituent
dipisahkan dari suatu molekul baik
dalam mekanisme satu atau dua tahap.
11. Reaksi Adisi : reaksi yang pada
akhirnya akan menghasilkan produk
dengan suatu tambahan gugus atau
substituen tanpa adanya gugus pergi
yang diusir seperti reaksi substitusi dan
terjadi pada senyawa senuyawa tidak
jenuh(memiliki ikatan rangkap dua dan
tiga). Electron-elektron phi pada ikatan
rangkap inilah yang dapat meyerang
elektrofil seperti H+.
12. Aturan Markovnikov : apabila suatu
senyawa alkena yang tidak simetris
mengalami reaksi adisi, maka H+ dari
HX akan membentuk ikatan dengan
atom karbon yang telah terikat lebih
banyak atom hidrogen, sehingga
nukleofil akan menyerang pada posisi
karbon yang mengikat lebih sedikit atom
hidrogen.
13. Anti Markovnikov: terjadi pada reaksi
yang mengandung suatu peroksida atau
oksigen. Mekanisme yang terjadi adalah
mekanisme reaksi radikal/terbentuk
radikal yang cenderung masuk pada
posisi karbon yang telah terikat pada
atom hidrogen yang lebih banyak karena
radikal atom karbon tersebut lebih stabil
yang selanjutnya radikal atom karbon
ini akan bertabrakan dengan asam
halida lainnya dan membentuk suatu
alkil halida.
14. Reaksi hidrasi alkena : Reaksi asam
sulfat dalam air untuk menghasilkan
suatu alkohol.
15. Reaksi oksidasi : reaksi yang disertai
dengan adanya pelepasan elektron oleh
suatu atom
16. Reaksi reduksi : diidentifikasi dengan
adanya penerimaan elektron pada suatu
atom
17. Tes Baeyer: uji atas keberadaan ikatan
rangkap dari senyawa-senyawa tak
jenuh pada suatu larutan dengan
menggunakan larutan permanganat
dingin dengan indikator perubahan
warna ungu dari kalium permanganat
menjadi endapan cokelat MnO2.
18. Reaksi hidrogenasi katalitik
alkena/alkuna: merupakan suatu
reaksi reduksi terhadap senyawa
berikatan π (senyawa yang memiliki
ikatan rangkap).
19. Oksidasi alcohol: proses oksidasi yang
terjadinya bergantung pada jenis
alkohol(gugus hidroksi yang terikat pada
atom C) dan zat pengoksidanya.

KB 3. Biomolekul dan Polimer


1. Karbohidrat : suatu polihidroksi aldehid
atau polihidroksi keton.
2. Penggolongan karbohidrat
berdasarkan monomer : monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida
3. Penggolongan monosakarida
berdasarkan gugus fungsi : Aldosa dan
Ketosa

4. Monosakarida : karbohidrat paling


sederhana dengan rumus CH2O
5. Penggolongan monosakarida
berdasarkan jumlah atom karbon
penyusunnya : Triosa, Tetrosa, Pentosa,
Heksosa, dan Heptosa
6. Proyeksi Fischer: rumus proyeksi pada
senyawa karbohidrat yang dapat
menyebabkan terjadinya pemutaran
cahaya terpolarisasi yang disebabkan
adanya atom C asimetris. Arah putar
bidang cahayanya menjadi 2 jenis, yaitu
memutar ke kiri (L) dan kanan(D).
7. Proyeksi Haworth: rumus proyeksi
karena melihat struktur melingkar atau
hemiasetal yang erat hubungannya
dengan posisi OH pada arah
bawah/kanan(α) dan ke kiri/atas(β).
8. Piranosa : struktur cincin yang terdiri
dari 6 atom yang terbentuk karena ada
reaksi gugus fungsi hidroksil alkoholik
pada atom C-5 dengan aldehid pada
atom C-1
9. Furanosa: struktur cincin yang terdiri
dari 5 atom dimana terbentuk karena
reaksi gugus fungsi hidroksil alkoholik
pada atom C-5 dengan aldehid pada
atom C-2.
10. Oligosakarida : gabungan dari molekul-
molekul monosakarida yang jumlahnya
antara 2 sampai dengan 8 molekul
monosakarida, dapat berupa disakarida,
trisakarida, dan lainnya.
11. Ikatan glikosida: ikatan yang terbentuk
dari eliminasi air antara gugus hidroksil
dari suatu monosakarida berbentuk
siklik dengan gugus hidroksil senyawa
yang lain.
12. Polisakarida struktural : polisakarida
yang berfungsi untuk penyokong dinding
sel tanaman
13. Polisakarida nutrient : polisakarida
yang berfungsi sebagai sumber makanan
bagi makhluk hidup.
14. Homopolisakarida : polisakarida yang
disusun oleh monomer yang sama.
15. Heteropolisakarida : polisakarida yang
disusun oleh monomer yang berbeda.
16. Reaksi Identifikasi Karbohidrat : Uji
Molisch, Uji Fehling, Uji Benedict, Uji
Tollens, Uji Iodin.
17. Uji molisch: mereaksikan reagen
molisch/α-naftol yang terlarut dalam
etanol dengan hasil dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat/klorida
yang berupa aldehid, jika positif akan
muncul cincin merah ungu di tengah-
tengah larutan.
18. Uji Fehling: Pengujian secara kualitatif
berdasarkan keberadaan gugus aldehid
atau keton bebas(gula tereduksi) dan
menghasilkan CuO ygang berwarna
kuning/merah bata.
19. Uji benedict: uji keberadaan gula
pereduksi dengan cara mereaksikan
larutan benedict. Jika postif, maka akan
dihasilkan endapan berwarna merah
bata yang diakibatkan reaksi dari ion
logam tembaga (II) direduksi menjadi
tembaga (I).
20. Uji Tollens: uji untuk identifikasi
karbohidrat golongan aldosa dan ketosa.
Jika positif akan terbentuk endapan
cermin perak.
21. Uji Iodin: uji untuk identifikasi adanya
amilum, selulosa, dan glikogen dalam
sampel dengan cara menetesi sampel
dengan reagen iodin. Jika positif akan
dihasilkan warna biru ungu(amilum),
merah kecokelatan(glikogen), dan merah
anggur(dekstrin).
22. Asam Amino : unit penyusun protein
yan gugs aminonya terikat pada
kedudukan atom C-α.
23. Stereoisomer : senyawa yang
mempunyai rumus molekul sama, tetapi
berbeda pada penataan ruangnya
24. Asam amino esensial : asam amino
yang sangat dibutuhkan oleh manusia
dan tidak dapat diproduksi di dalam
tubuh manusia
25. Asam amino non esensial : asam amino
yang dapat dihasilkan oleh manusia.
26. Reaksi Identifikasi Asam Amino :
Reaksi Ninhidrin, Reaksi Sanger, Reaksi
Dansil Klorida, Reaksi Edman, Reaksi
Basa Schiff, Reaksi dengan Gugus R
27. Protein : polimer yang disusun oleh
minimal 20 macam asam amino
28. Protein globular: protein yang
berbentuk bola/globular dan berasal
dari rantai-rantai polipeptida yang
berlipat rapat dan larut dalam air, basa,
asam, dan garam.
29. Protein serat: protein yang berbentuk
serat dan tidak larut dalam air.
30. Sifat fisika protein: protein memiliki
daya serap air yang sangat besar,
sehingga bila ditambahkan garam,
protein mammpu mengikat air/salting
out.
31. Sifat kimia protein: amfoter,denaturasi,
presipitasi, dan hidrolisis.
32. Struktur protein: protein primer,
sekunder, tersier, dan kuartener.
33. Struktur helix: konformasi protein yang
berbentuk spiral karena ikatan hidrogen
dalam satu rantai polipeptida.
34. Reaksi Identifikasi Protein : Uji Biuret,
Uji xantoprotein, Uji Ninhidrin, Uji
Millonnase, Uji Belerang
35. Polimer : makromolekul yang terdiri
atas unit struktural (monomer)
36. Polimer Alami : polimer yang telah
tersedia di alam
37. Polimer Sintesis : polimer yang
dihasilkan dari reaksi polimerisasi yang
dibuat di pabrik
38. Polimerisasi : reaksi pembentukan
polimer dari monomer-monomernya
39. Polimerisasi Adisi : penambahan satu
monomer ke monomer lain untuk
membentuk polimer rantai panjang.
40. Polimer Kondensasi : proses
pembentukan polimer melalui
penggabungan molekul-molekul kecil
melalui reaksi yang melibatkan gugus
fungsi, dengan atau tanpa diikuti
lepasnya molekul kecil

KB 4. Penerapan Kimia dalam Industri


dan Lingkungan
1. Biofuel : bahan bakar yang berasal dari
bahan-bahan organik dengan kelebihan
menghasilkan lebih sedikit gas rumah
kaca dan memiliki kemurnian yang
cukup tinggi seperti bahan bakar
petroleum
2. Strategi produksi biofuel: menanam
tanaman yang mengandung gula/pati-
polisakarida, fermentasi ragi untuk
memproduksi etil alkohol, dan menanam
tanaman yang kadar minyak
sayur/nabatinya tinggi.
3. Bio-etanol : etanol yang diproduksi dari
tumbuhan, terutama berbahan jagung.
4. Biodiesel : senyawa organik yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar diesel
yang dihasilkan dari minyak nabati,
lemak hewani atau minyak bekas.
5. Biogas : campuran gas yang dapat
dibakar yang terbentuk dari dekomposisi
senyawa organik oleh bakteri anaerob
dan banyak mengandung metana dan
karbondioksida.
6. Pembentukan Biogas : Hidrolisis,
Acidogenesis, dan Methanogenesis
7. Hidrolisis : molekul berantai panjang
dipotong menjadi unit yang lebih pendek
pada kondisi anaerob
8. Saponifikasi : proses pembuatan sabun
9. Fermentasi alkohol: proses glikolisis
glukosa menjadi piruvat.
10. Pembuatan Nata de Coco: terbuat dari
selulosa bakteri yang dihasilkan oleh
Acetobacter xylinum.
11. Metalurgi : ilmu dan teknologi
mengekstrak logam-logam dari bijihnya
atau senyawa amalgamnya serta
persiapan untuk aspek kegunaannya
12. Proses metalurgi : pyrometalurgi,
hydrometalurgi, dan elektrometalurgi
13. Pyrometalurgi : prosedur pengolahan
logam menggunakan suhu tinggi yaitu:
kalsinasi, pembakaran, dan pelelehan.
14. Hydrometalurgi : proses ekstraksi
logam dari bijihnya dengan
menggunakan reaksi air/penyepuhan
15. Elektrometalurgi : proses pengolahan
logam terutama untuk logam-logam aktif
pada medium lelehan garam non-air.
2 Daftar materi yang sulit KB 1
dipahami di modul ini Hibridisasi orbital SP2 dan SP

KB 2
1. Reaksi eliminasi unimolekuler (E1) dan
bimolekuler (E2)
2. Reaksi Substitusi SN1 dan SN2

KB 3
Pembentukan konformasi helix dan beta-
pleated sheet

KB 4
Glikolisis pada fermentasi alkohol.
3 Daftar materi yang sering KB 1
mengalami miskonsepsi 1. Senyawa organik hanya berasal dari
makhluk hidup
2. Senyawa yang mengandung karbon
adalah senyawa organik

KB 2
Hasil reaksi oksidasi dan reduksi senyawa
alkena
KB 3
Mekanisme radikal pada polimerisasi adisi

KB 4
Hujan asam.

Anda mungkin juga menyukai