Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

‘’ Struktur Atom dan sistim periodik ‘’

O
L
E
H

MASRAN SYAMSURI
Kelas:10 mipa 1
Mapel: kimia
Asal sekolah: SMA 1 DAMPAL SELATAN

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
1|Pag e
makalah ini dengan baik dan benar.serta tepat pada waktunya.dalam
Makalah ini kami akan membahas tentang ‘’ STRUKTUR ATOM DAN
SISTIM PERIODIK ‘’
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh karena itu,kami
mengucapkan Terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak
yang telah membantuh dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini.oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang dapat membantu kami.kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.Akhir kata semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….iii
2|Pag e
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………4
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. STRUKTUR ATOM …………………………………………….5

B. SISTEM PERIODIK UNSUR …………………………………..13

BAB III PENUTUP …………………………………………………….16


A. KESIMPULAN

B. DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3|Pag e
A. LATAR BELAKANG

MAKALAH STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK.Sejalan dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas
dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan
selalu mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun
alam secara keseluruhan. Dengan hal tersebut sejarah perkembangan
yang diangkat lewat latar belakang ini adalah sejarah perkembangan
system periodik unsur mulai dari pengelompokkan unsur – unsur yang
sederhana hingga pengelompokkan yang secara modern. Sistem priodik
merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan
sifatnya. Pengelompokkan unsur mengalami sejarah perkembangan, sifat
logam, non logam, hukum-hukum, golongan, peride, dan sifat-sifat unsur
dalam system periodik modern.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka penyususn dapat


merumuskan beberapa hal yang menjadi masalah sebagai berikut :
1. menjelaskan pengertian stuktur atom
2. Menjelaskan sistem periodik unsur
3. pengelompokan unsur-unsur berdasarkan hukum-hukum

C. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :


1. Untuk memperoleh gambaran tentang pandangan konsep kimia yang
khususnya menyangkut sistem periodik Unsur.
2. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia
terutama yang berkaitan dengan system periodik Unsur.
3. Agar mampu menjelaskan dan memahami tentang sistem periodik unsur

4|Pag e
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRUKTUR ATOM

Teori Kuantum Max Planck


ax Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori
kuantum. Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat
memancarkan atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu.
Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat dipancarkan atau diserap
oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik
disebut . Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum)
berbanding lurus dengan frekuensi cahaya.
Dengan usunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada
gambar 1.1. Elektrode negatif (katode) yang ditempatkan dalam tabung
vakum terbuat dari suatu logam murni, misalnya sesium. Cahaya dengan
energi yang cukup dapat menyebabkan elektron terlempar dari
permukaan logam.

Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton


yang energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya
rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan
tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam.
Jika frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi
yang cukup untuk melepaskan elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini
menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung
pada frekuensinya dengan:

= tetapan Planck (6,626 × 10–34 J dt)


= kecepatan cahaya dalam vakum (3 × 108 m det–1)
λ = panjang gelombang (m)

Teori Atom Bohr


teori Rutherford selanjutnya diperbaiki oleh Niels Bohr, Pendekatan yang
dilakukan Bohr adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel
dan dapat bersifat sebagai gelombang.
5|Pag e
Hasil ini telah mengantarkan Bohr untuk mengembangkan model atom
yang dinyatakan bahwa :
1. Atom tersusun atas inti bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif.
2. Elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu dan stasioner (tetap),
dengan tingkat energi tertentu.
3. Eelektron pada orbit tertentu dapat berpindah lebih tinggi dengan
menyerap energi. Sebaliknya, elektron dapat berpindah dari orbit yang
lebih tinggi ke yang rendah dengan melepaskan energi.
4. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat
energi terendah (disebut tingkat dasar = ground state).
Teori atom yang diajukan oleh Bohr, hanya dapat menjelaskan hubungan
antara energi dengan elektron untuk atom hidrogen, namun belum
memuaskan untuk atom yang lebih besar.

Hipotesis Louis de Broglie


Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat
berada dalam suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel,
kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan
sifat-sifat seperti gelombang (James E Brady, 1990). Argumen de Broglie
menghasilkan hal sebagai berikut.
Einstein : = 2
Max Planck :sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel
diperoleh:
ë = panjang gelombang (m)
= massa partikel (kg)
_ = kecepatan partikel (m/s)
= tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule s)
Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat
gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya
sinar–X. Sebagai akibat dari dualisme sifat elektron sebagai materi dan
sebagai gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak
dapat dibenarkan. Gelombang tidak bergerak menurut suatu garis,
melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.

Teori Mekanika Kuantum


6|Pag e
Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan
positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam
suatu lintasan. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain
dengan menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron
atom itu tidak berkurang.
Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelamahan teori atom Bohr
tentang garis-garis terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya
dan memperbaiki model atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron
dari yang berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi orbital dengan
bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.
BILANGAN KUANTUM
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan
kuantum utama (n), bilangan kuantum Azimut (I), bilangan kuantum
magnetic (m) dan bilangan kuantum spin (s).
A.Pengertian Bilangan Kuantum

1.Bilangan Kuantum Utama (n)


Lambang dari bilangan kuantum utama adalah “n” (en kecil). Bilangan
kuantum utama menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang
dinyatakan dalam bilangan bulat positif. Nilai bilangan itu di mulai dari 1,
2, 3 dampai ke-n.
Masih ingatkah Anda dengan jenis-jenis kulit atom berdasarkan
konfigurasi elektron yang telah dibahas di kelas X (Modul Kim. X.03).
Jenis-jenis kulit atom berdasarkan konfigurasi elektron tersebut adalah K,
L, M dan N.

2. Bilangan Kuantum Azimut (l)


Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada
dan bentuk orbital, serta menentukan besarnya momentum sudut elektron
terhadap inti.
Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai
bilangan kuantum utama (n). Nilai bilangan kuantum azimut dari 0
sampai dengan (n – 1). Bila n = 1, maka hanya ada satu.

3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya
elektron pada subkulit tertentu dan arah momentum sudut elektron
terhadap inti. Sehingga nilai bilangan kuantum magnetik berhubungan
7|Pag e
dengan bilangan kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik
antara – l sampai + l.

4. Bilangan Kuantum Spin (s)


Lambang bilangan kuantum spin adalah s yang menyatakan arah rotasi
elektron pada porosnya. Ada dua kemungkinan arah rotasi yaitu searah
jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Hal ini seperti berputarnya
gasing atau mata uang logam
Begitulah elektron yang berotasi, bila searah jarum jam maka memiliki
nilai s=+½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke atas.
Sebaliknya untuk elektron yang berotasi berlawanan arah jarum jam maka
memiliki nilai s = -½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke
bawah.
Dari uraian arah rotasi maka kiata dapat mengetahui bahwa dalam satu
orbital atau kotak maksimum memiliki 2 elektron.

Bentuk dan Orientasi Orbital


Energi dan bentuk orbital diturunkan dari persamaan gelombang (ϕ = psi),
sedangkan besaran pangkat dua (ϕ2) dari persamaan gelombang
menyatakan rapatan muatan atau peluang menemukan elektron pada
suatu titik dan jarak tertentu dari inti. Bentuk orbital tergantung pada
bilangan kuantum azimuth (l), artinya orbital dengan bilangan kuantum
azimuth yang sama akan mempunyai bentuk yang sama. Orbital 1 , 2 ,
dan 3 akan mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau tingkat
energinya berbeda.

1. Orbital

Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital 1 .


Gambar berikut menunjukkan tiga cara pemaparan orbital 1 . Gambar
menunjukkan bahwa rapatan muatan maksimum adalah pada titik-titik di
sekitar (dekat) inti. Rapatan berkurang secara eksponen dengan
bertambahnya jarak dari inti. Pola bercak-bercak. Secara teori peluang,
untuk menemui elektron tidak pernah mencapai nol. Oleh karena itu tidak
mungkin menggambarkan suatu orbital secara lengkap. Biasanya gambar
orbital dibatasi, sehingga mencakup bagian terbesar (katakanlah 90%)
peluang menemukan elektron. Gambar (c) adalah orbital 1 dengan
kontur 90%. Dalam teori atom modern, didefinisikan sebagai
8|Pag e
jarak dari inti hingga daerah dengan peluang terbesar menemukan
elektron pada orbital terluar. Bentuk dan orientasi orbital 2 diberikan
pada gambar. Sama dengan orbital 1 , rapatan muatan terbesar adalah
pada titik-titik sekitar inti. Rapatan menurun sampai mencapai nol pada
jarak tertentu dari inti. Daerah tanpa peluang menemukan elektron ini
disebut . Selanjutnya, rapatan muatan elektron meningkat kembali
sampai mencapai maksimum, kemudian secara bertahap menurun
mendekati nol pada jarak yang lebih jauh. Peluang terbesar menemukan
elektron pada orbital 2 adalah pada awan lapisan kedua. Sedangkan
untuk orbital 3 juga mempunyai pola yang mirip dengan orbital 2 , tetapi
dengan 2 simpul. Kontur 90% dari orbital 3 ditunjukkan pada gambar (b),
di mana peluang untuk menemukan elektron pada orbital 3 adalah pada
awan lapisan ketiga.
Orbital 1s, 2s, 3s Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and
Change, Martin S. Silberberg. 2000.

2. Orbital p
Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti, meningkat
hingga mencapai maksimum di kedua sisi, kemudian menurun mendekati
nol seiring dengan bertambahnya jarak dari inti. Setiap subkulit ( = 1)
terdiri dari tiga orbital yang setara sesuai dengan tiga harga m untuk = 1,
yaitu -1, 0, dan +1. Masing-masing diberi nama , , dan sesuai
dengan orientasinya dalam ruang. Kontur yang disederhanakan dari
ketiga orbital 2 diberikan pada gambar (c). Distribusi rapatan muatan
elektron pada orbital 3 ditunjukkan pada gambar (b). Sedangkan kontur
orbital 3 dapat juga digambarkan seperti gambar (a) (seperti balon
terpilin), tetapi ukurannya relatif lebih besar.
Orbital px, py, pz Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of
Matter and Change, Martin S. Silberberg. 2000

3. Orbital d dan f

Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital , mulai terdapat pada


kulit ketiga (n = 3). Setiap subkulit terdiri atas lima orbital sesuai dengan
lima harga untuk l = 2, yaitu = –2, –1, 0, +1, dan +2. Kelima
orbital itu diberi nama sesuai dengan orientasinya, sebagai 2– 2 , ,
, , dan 2 . Kontur dari kelima orbital 3 diberikan pada gambar
berikut. Walaupun orbital 2 mempunyai bentuk yang berbeda dari
empat orbital d lainnya, tetapi energi dari kelima orbital itu setara.

9|Pag e
Orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk dipaparkan, tetapi hal itu
tidaklah merupakan masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7
orbital, sesuai dengan 7 harga m untuk l = 3.
Seluruh orbital d
Salah satu dari tujuh orbital 4 f, yaitu orbital f xyz

Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron dari atom


Hubungan antara orbital dengan tabel periodik
1)
Hidrogen hanya memiliki satu elektron pada orbital 1s, kita dapat
menuliskannya dengan 1s1 dan helium memiliki dua elektron pada orbital
1s sehingga dapat dituliskan dengan 1s2

Sekarang kita masuk ke level kedua, yaitu periode kedua. Elektron litium
memenuhi orbital 2s karena orbital ini memiliki energi yang lebih rendah
daripada orbital 2p. Litium memiliki konfigurasi elektron 1s22s1. Berilium
memiliki elektron kedua pada level yang sama – 1s22s2.
Sekarang kita mulai mengisi level 2p. Pada level ini seluruhnya memiliki
energi yang sama, sehingga elektron akan menempati tiap orbital satu
persatu.
B 1s22s22px1
C 1s22s22px12py 1
N 1s22s22px12py 12pz1
Elektron selanjutnya akan membentuk sebuah pasangan dengan elektron
tunggal yang sebelumnya menempati orbital.
O 1s22s22px22p y12pz1
F 1s22s22px22py 22pz1
Ne 1s22s22px22py 22pz2
Seluruh variasi orbital p dapat dituliskan secara
bertumpuk. Sebagai contoh, flor dapat ditulis sebagai 1s22s22p5, dan
neon sebagai 1s22s22p6.

10 | P a g e
Penulisan ini biasa dilakukan jika elektron berada dalam kulit dalam. Jika
elektron berada dalam keadaan berikatan (di mana elektron berada di luar
atom), terkadang ditulis dalam cara singkat, terkadang dengan cara
penuh.
Sebagai contoh, walaupun kita belum membahas konfigurasi elektron dari
klor, kita dapat menuliskannya sebagai 1s22s22p63s23px23p y23pz1.

Perhatikan bahwa elektron-elektron pada orbital 2p bertumpuk satu sama


lain sementara orbital 3p dituliskan secara penuh. Sesungguhnya elektron-
elektron pada orbital 3p terlibat dalam pembentukan ikatan karena
berada pada kulit terluar dari atom, sementara elektron-elektron pada 2p
terbenam jauh di dalam atom dan hampir bisa dikatakan tidak berperan
sama sekali.

: Kita dapat menumpukkan elektron-elektron


terdalam dengan menggunakan, sebagai contoh, simbol [Ne]. Di dalam
konteks ini, [Ne] -dengan kata
lain 1s22s22px22py22p z2.
Berdasarkan cara di atas kita dapat menuliskan konfigurasi elektron klor
dengan [Ne]3s23px23py23pz1.

Mulai dari neon, seluruh orbital tingkat kedua telah dipenuhi elekton,
selanjutnya kita harus memulai dari natrium pada periode ketiga. Cara
pengisiannya sama dengan periode-periode sebelumnya, kecuali adalah
sekarang semuanya berlangsung pada periode ketiga.
Sebagai contoh :
cara singkat
Mg 1s22s22p63s2 [Ne]3s2
S 1s22s22p63s23px 23py13pz1 [Ne]3s23px23py13p z1
Ar 1s22s22p63s23px 23py23pz2 [Ne]3s23px23py23p z2

Sampai saat ini kita belum mengisi orbital tingkat 3 sampai penuh –
tingkat 3d belum kita gunakan. Tetapi kalau kita melihat kembali tingkat

11 | P a g e
energi orbital-orbital, kita dapat melihat bahwa setelah 3p energi orbital
terendah adalah 4s – oleh karena itu elektron mengisinya terlebih dahulu.
K 1s22s22p63s23p6 4s1
Ca 1s22s22p63s23p6 4s2
Bukti kuat tentang hal ini ialah bahwa elemen seperti natrium (
1s22s22p63s1 ) dan kalium ( 1s22s22p63s23p64s 1 ) memiliki sifat kimia
yang mirip.
Elektron terluar menentukan sifat dari suatu elemen. Sifat keduanya tidak
akan mirip bila konfigurasi elektron terluar dari kalium adalah 3d1.

Elemen-elemen pada golongan 1 dari tabel periodik memiliki konfigurasi


elektron terluar ns1 (dimana n merupakan nomor antara 2 sampai 7).
Seluruh elemen pada golongan 2 memiliki konfigurasi elektron terluar ns2.
Elemen-elemen di grup 1 dan 2 dideskripsikan sebagai elemen-elemen
blok s.
Elemen-elemen dari golongan 3 seterusnya hingga gas mulia memiliki
elektron terluar pada orbital p. Oleh karenanya, dideskripsikan dengan
elemen-elemen blok p.

Perhatikan bahwa orbital 4s memiliki energi lebih rendah dibandingkan


dengan orbital 3d sehingga orbital 4s terisi lebih dahulu. Setelah orbital
3d terisi, elektron selanjutnya akan mengisi orbital 4p.
Elemen-elemen pada blok d adalah elemen di mana elektron terakhir dari
orbitalnya berada pada orbital d. Periode pertama dari blok d terdiri dari
elemen dari skandium hingga seng, yang umumnya kita sebut dengan
elemen transisi atau logam transisi. Istilah “elemen transisi” dan “elemen
blok d” sebenarnya tidaklah memiliki arti yang sama, tetapi dalam perihal
ini tidaklah menjadi suatu masalah.
Elektron d hampir selalu dideskripsikan sebagai, sebagai contoh, d5 atau
d8 – dan bukan ditulis dalam orbital yang terpisah-pisah. Perhatikan
bahwa ada 5 orbital d, dan elektron akan menempati orbital sendiri sejauh
ia mungkin. Setelah 5 elektron menempati orbital sendiri-sendiri barulah
elektron selanjutnya berpasangan.
d5 berarti
d8 berarti Perhatikan bentuk pengisian orbital pada level 3, terutama pada
pengisian atom 3d setelah 4s.
12 | P a g e
Sc 1s22s22p63s23p6 3d14s2
Ti 1s22s22p63s23p6 3d24s2
V 1s22s22p63s23p6 3d34s2
Cr 1s22s22p63s23p6 3d54s1
Perhatikan bahwa kromium tidak mengikuti keteraturan yang berlaku.
Pada kromium elektron-elektron pada orbital 3d dan 4s ditempati oleh
satu elektron. Memang, mudah untuk diingat jikalau keteraturan ini tidak
berantakan – tapi sayangnya tidak !
Mn 1s22s22p63s23p6 3d54s2 (kembali ke keteraturan semula)
Fe 1s22s22p63s23p6 3d64s2
Co 1s22s22p63s23p6 3d74s2
Ni 1s22s22p63s23p6 3d84s2
Cu 1s22s22p63s23p6 3d104s1 (perhatikan!)
Zn 1s22s22p63s23p6 3d104s2

Pada elemen seng proses pengisian orbital d selesai.

Orbital selanjutnya adalah 4p, yang pengisiannya sama seperti 2p atau 3p.
Kita sekarang kembali ke elemen dari galium hingga kripton. Sebagai
contoh, Brom, memilki konfigurasi elektron
1s22s22p63s23p63d104s 24px24py24pz1.

Rangkuman
Menuliskan konfigurasi elektron dari hidrogen sampai kripton

• Gunakan tabel periodik untuk mendapatkan nomor atom yang


berarti banyaknya jumlah elektron.
• Isilah orbital-orbital dengan urutan 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p
sampai elektron-elektron selesai terisi. Cermatilah keteraturan pada
orbital 3d ! Isilah orbital p dan d dengan elektron tunggal sebisa
mungkin sebelum berpasangan.
• Ingat bahwa kromium dan tembaga memiliki konfigurasi elektron
yang tidak sesuai dengan keteraturan.

Sebagai contoh, berada pada golongan 7 dan oleh karenanya


memiliki 7 elektron terluar. Yodium berada pada periode 5 dan oleh
karenanya elekton mengisi pada orbital 5s dan 5p. Jadi, Yodium memiliki
konfigurasi elektron terluar 5s25px25py25pz 1.

13 | P a g e
Contoh yang kedua, , berada pada golongan 2 dan memiliki 2
elektron terluar. Barium berada pada periode keenam. Oleh karenanya,
Barium memilki konfigurasi elektron terluar 6s2.
Konfigurasi keseluruhannya adalah :
1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25p66s2.
Kita mungkin akan terjebak untuk mengisi orbital 5d10 tetapi ingatlah
bahwa orbital d selalu diisi setelah orbital s pada level selanjutnya terisi.
Sehingga orbital 5d diisi setelah 6s dan 3d diisi setelah 4s.

B. SISTEM PERIODIK UNSUR

Hubungan Sistem Periodik dengan Konfigurasi Elektron


Para ahli kimia pada abad ke-19 mengamati bahwa terdapat kemiripan
sifat yang berulang secara periodik (berkala) di antara unsur-unsur. Kita
telah mempelajari usaha pengelompokan unsur berdasarkan kesamaan
sifat, mulai dari Johann Wolfgang Dobereiner (1780 – 1849) pada tahun
1829 dengan kelompok-kelompok triad. Kemudian pada tahun
1865, John Alexander Reina Newlands (1838 – 1898) mengemukakan
pengulangan unsur-unsur secara oktaf, serta Julius Lothar Meyer (1830 –
1895) dan Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907) pada tahun 1869
secara terpisah berhasil menyusun unsur-unsur dalam sistem periodik,
yang kemudian disempurnakan dan diresmikan oleh IUPAC pada tahun
1933. Unsur-unsur yang jumlah kulitnya sama ditempatkan pada periode
(baris) yang sama.

Nomor periode = jumlah kulit


Unsur-unsur yang hanya mempunyai satu kulit terletak pada periode
pertama (baris paling atas). Unsur-unsur yang mempunyai dua kulit
terletak pada periode kedua (baris kedua), dan seterusnya.
Contoh:
• 5B : 1 2, 2 2, 2 1 periode 2
• 15P : 1 2, 2 2, 2 6, 3 2, 3 3 periode 3
• 25Mn : [ ], 3 5, 4 2 periode 4
• 35Br : [ ], 3 10, 4 2, 4 5 periode 4
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan nomor
periode suatu unsur dapat diambil dari nomor kulit paling besar. Dengan
berkembangnya pengetahuan tentang struktur atom, telah dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi
14 | P a g e
elektronnya, terutama oleh elektron valensi. Unsur-unsur yang
memiliki
. Dengan demikian, unsur-unsur yang
segolongan memiliki sifat-sifat kimia yang sama. Penentuan nomor
golongan tidaklah sesederhana seperti penentuan nomor periode.
Distribusi elektron-elektron terluar pada subkulit , , , dan sangatlah
menentukan sifat-sifat kimia suatu unsur.

Kegunaan Sistem Periodik


Sistem periodik dapat digunakan untuk memprediksi harga bilangan
oksidasi, yaitu:
1. Nomor golongan suatu unsur, baik unsur utama maupun unsur transisi,
menyatakan bilangan oksidasi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur
tersebut. Hal ini berlaku bagi unsur logam dan unsur non logam.
2. Bilangan oksidasi terendah yang dapat dicapai oleh suatu unsur bukan
logam adalah nomor golongan dikurangi delapan. Adapun bilangan
oksidasi terendah bagi unsur logam adalah nol. Hal ini disebabkan karena
unsur logam tidak mungkin mempunyai bilangan oksidasi negatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia,


mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan
hasil studinya mengenai spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan
teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini
pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom
dari Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr
mengemukakan bahwa apabila elektron dalam orbit atom menyerap
suatu kuantum energi, elektron akan meloncat keluar menuju orbit yang
lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum
energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom.
Model atom Bohr dikemukakan oleh Niels Bohr yang berusaha

15 | P a g e
menjelaskan kestabilan atom dan spektrum garis atom hidrogen yang
tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford.
Ada empat postulat yang digunakan untuk menutupi kelemahan model
atom Rutherford, antara lain :
1. Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu
lintas edar berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom, gerak elektron
tersebut dipengaruhi oleh gaya coulomb sesuai dengan kaidah mekanika
klasik.
2. Lintas edar elektron dalam hydrogen yang mantap hanyalah memiliki
harga momentum angular L yang merupakan kelipatan dari tetapan
Planck dibagi dengan 2π.
3. Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom
tidak memancarkan energi elektromagnetik, dalam hal ini energi totalnya
E tidak berubah.
4. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energi tinggi EU ke
keadaan energi lebih rendah EI, sebuah foton dengan energi hυ=EU-EI
diemisikan. Jika sebuah foton diserap, atom tersebut akan bertransisi ke
keadaan energi rendah ke keadaan energi tinggi.
Tetapi Model atom bohr tidak dapat menjelakan
pengamatan-pengamatan yang dilakukan pada atom yang lebih kompleks,
sehingga dikembangkanlah satu model struktur atom yang lebih rumit
dengan penalaran matematika tinggi yaitu model mekanika kuantum.
Model ini berdasarkan pada teori kuantum yang mengatakan bahwa
materi juga memiliki sifat-sifat yang sama seperti gelombang. Menurut
teori kuantum, letak dan momentum (kecepatan dan arah) suatu electron
pada satu waktu tidak mungkin diketahui secara pasti dan hal ini dikenal
dengan prinsip ketidakpastian. Jadi, para ilmuwan harus mengganti
lingkaran Bohr dengan orbital(kadang-kadangdisebut sebagai awan
electron) yaitu volume ruang yang kemungkinan besar terdapat satu
electron. Dengan kata lain, dalam hal ini istilah kepastian diganti dengan
kebolehjadian (proba

16 | P a g e
Pertanyaan: siapakah pememu atom?

Jawaban:
Secara ilmiah konsep atom dikembangkan John
Dalton pada awal abad ke – 19 sebagai sebutan
generik untuk zat yang paling dasar dari suatu
materi. Atom inilah penyusun dasar dari suatu
molekul, senyawa dan sejumlah materi kompleks.

kata-kata
Sekuat-kuat zat baru terbentuk lebih kuat bila
hubungan asmara menyatu

SALAM PENUTUP
Dari kalimat yang telah tertulis dan kita baca
bersama-sama, semoga apa yang telah saya
sampaikan menjadi bermanfaat bagi kita sekalian.
Sebagai penutup kata dari makalah saya ini, saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai