Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MATA KULIAH :

DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :
ADI JOKO DWIARSO
CANDRA SAPUTRA
LILI SAFRIANI 1814201144
RAHUL FAJRI

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILME KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa, karena atas pengetahuan nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas kelompok“Gambaran Kebijakan Program Penanggulangan Penyakit
Hiv Aids “ dengan baik. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan
Komunitas, melalui penulisan tugas ini penyusun dapat banyak mengenal tentang ‘’ Gambaran
Kebijakan Program Penanggulangan Penyakit Hiv Aids’’ Kelompok menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan tugas ini , karena itu kritik dan saran untuk perbaikan dan
penyempurnaan tulisan ini sangat diperlukan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Penulis

Kelompok
Bab I
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu bentuk hak asasi manusia yang di wujudkan elalui perlindungan
hukum dan kebijakan pemerintah dengan upaya pemberian fasilitas pelayanan kesehatan
kepada seluruh lapisan masyarakat.
Penyakit menular seksual terus menerus menjadi ancaman penduduk di dunia.
Pemberantasan penyakit menular yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan
menjadi perhatian setiap Negara. Salah satu penyakit menular yang menjadi focus perhatian
adalah HIV dan AIDS, yang merupakan jenis penyakit menular seksual akibat perilaku
hubungan seksual ( PHS) yang berisiko.
Epidemic hiv dan aids adalah sebuah fakta yang sekarang sedang dihadapi disemua daerah-
daerah diindonesia. Epidemic dari hiv dan aids masih dinamis dan turbulence sehingga jalur
penyebarannya masih belum diramalkan. Hiv dan aids merupakan permasalahan ekstrim
yang secara mudah berpindah sehingga secara geografis dan sosial tidak tetap hingga saat ini,
kemudahan berpindah tempat atau berubah arah merupakan gambaran global dari epidemic
hiv/aids ini.
1.2. Tujuan
Diketahuinya gambaran pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
(P2-HIV dan AIDS)
1.3. Rumusan masalah
BAB II
GAMBARAN PROGRAM
Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Program P2-HIV dan AIDS merupakan program yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV
dan menanggulangi dampak negatif HIV/AID di tempat kerja. Pelaksanaan program P2-HIV dan
AIDS di tempat kerja diharapkan dapat menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat
kerja dari risiko yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS.
1. Program pencegahan
Program pencegahan termasuk ke dalam pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama yang dilakukan untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Budiarto dan Anggraeni, 2002). Adapun
program pencegahan yang dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
yaitu :
- Sosialisasi brosur dan kebijakan hiv dan aids pada pekerja
- Sosialisasi hiv dan aids pada para pekerja
- Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal
- Pembagian Brosur kepada Stake Holder
- Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada Pekerja
2. Program penangulangan
- Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan serta Testing dan Konseling kepada
Pekerja dengan HIV/AIDS
- Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Pekerja dengan HIV/AIDS
- Melakukan Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS
BAB III
PEMBAHASAN HASIL

Dikutip Dari Program Penilitian . Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
1. Program pencegahan
Program pencegahan termasuk ke dalam pencegahan primer atau pencegahan tingkat
pertama yang dilakukan untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Budiarto dan Anggraeni, 2002). Adapun program
pencegahan yang dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu :
a. Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS kepada Pekerja
Sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS merupakan kegiatan mensosialisasikan
brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS kepada pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill. Tujuan disosialisasikanya brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS
kepada seluruh pekerja adalah agar seluruh pekerja mengetahui bahwa perusahaan
memiliki brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS di tempat kerja. Sesuai dengan
Kep.68/MEN/IV/2004 dan Kep.20/DJPPK/VI/2005, menyebutkan bahwa kebijakan
harus dikomunikasikan baik dengan penyebarluasan informasi, maupun
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Kebijakan P2-HIV dan AIDS yang
dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu sebagai berikut :
1) Perusahaan mendukung kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi tentang
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS bagi karyawan, dan masyarakat
sekitar perusahaan dan setiap pekerja berhak untuk memperoleh informasi yang benar
tentang HIV/AIDS guna melindungi dirinya terhadap penularan penyakit.
2) Sebagai upaya untuk mendukung upaya tersebut perusahaan menetapkan sistem yang
mengatur mengenai pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
3) Perusahaan tidak mensyaratkan pemeriksaan kesehatan berupa tes HIV/AIDS baik
bagi kepentingan seleksi karyawan maupun promosi.
4) Perusahaan akan melindungi kerahasiaan setiap pekerja (ODHA), kecuali bila ia
membolehkan untuk diketahui statusnya oleh orang lain. Hal ini untuk mencegah
stigmatisasi, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia.
5) Perusahaan membentuk tim khusus HIV/AIDS dari kepengurusan P2K3 di
perusahaan P2K3 di perusahaan sebagai pelaksana program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
6) Perusahaan berkomitmen untuk terus-menerus mengevaluasi upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sesuai dengan peraturan pemerintah dan
persyaratan lainnya yang relevan

b. Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pekerja


Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS merupakan kegiatan mensosialisasikan materi
mengenai HIV/AIDS kepada pekerja. Sosialisasi atau pelatihan merupakan cara perusahaan
dalam mengembangkan skill dan knowledge bagi pekerjanya (Pitra, 2013). Pendidikan yang
diberikan dalam pelatihan meliputi upaya P2-HIV dan AIDS di tempat kerja. Sesuai dengan
Kep.68/MEN/IV/2004 dan Kep.20/DJPPK/VI/2005, menyebutkan bahwa pengusaha harus
melaksanakan pendidikan bagi pekerja secara berkesinambungan. Tujuan dilaksanakannya
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pekerja adalah untuk memberikan edukasi dan
pengetahuan kepada pekerja khususnya terkait materi HIV/AIDS yang disampaikan.
Bila dibandingkan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005, materi yang disampaikan pada
saat sosialisasi HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill masih
belum sesuai. Materi yang disampaikan saat pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai (Pitra, 2013).

c. Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal


Sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal merupakan kegiatan mensosialisasikan
materi mengenai HIV/AIDS kepada pihak eksternal di luar perusahaan atau dengan kata
lain masyarakat. Pihak eksternal yang menjadi sasaran sosialisasi diantaranya pelajar, anak
karyawan di mess IKPP, Posyandu, sekolah, tempat ibadah, lokalisasi, dll. Kegiatan ini
merupakan salah satu bentuk CSR perusahaan kepada masyarakat. CSR merupakan bentuk
kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan
berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional (Said, 2015).
Tujuan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal
adalah untuk memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pihak eksternal khususnya
terkait materi HIV/AIDS. Perusahaan dapat mendidik pekerja mereka sendiri,
perusahaan, dan lembaga lainnya, serta masyarakat umum dengan berbagi pengalaman
dan praktek (Better Work Indonesia, 2012b). Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 hanya
membahas mengenai materi minimal yang harus disampaikan kepada pekerja. Adapun
kegiatan P2-HIV dan AIDS pada masyarakat di luar perusahaan atau tempat kerja tidak
terdapat aturan secara khusus.

d. Pembagian Brosur kepada Stake Holder


Pembagian brosur kepada stake holder merupakan kegiatan membagikan brosur
HIV/AIDS disertai dengan penjelasan singkat tentang isi brosur kepada stake holder di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Stake holder merupakan orang, kelompok,
atau organisasi yang berada di luar kendali yang berkecimpung di dalam proyek (Thomsett,
2006). Stake holder meliputi pihak yang berkepentingan yang dapat berasal dari internal
maupun eksternal perusahaan. Pembagian brosur kepada stake holder bertujuan agar stake
holder mengetahui bahwa perusahaan mempunyai brosur mengenai HIV/AIDS. Selain itu,
brosur dijadikan sebagai media untuk memberikan edukasi kepada stake holder mengenai
HIV/AIDS.

e. Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada Pekerja


Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada pekerja yang ada di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. VCT merupakan tes yang dilakukan untuk
mengetahui status HIV seseorang. Dalam VCT dilakukan suatu pembinaan dua arah atau
dialog yang berlangsung tidak terputus antara konselor dan kliennya (Nursalam dan
Kurniawati, 2007). Setelah dilakukan konseling, dilanjutkan dengan pengambilan darah
guna mengetahui dan memastikan apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV atau tidak.
VCT sangat penting untuk dilaksanakan kepada pekerja. VCT merupakan salah satu
strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan
HIV/AIDS berkelanjutan (Depkes, 2008).
Tujuan dilaksanakannya kegiatan VCT kepada pekerja adalah untuk memfasilitasi
pekerja yang ingin mengetahui status HIV-nya dan untuk melakukan skrining terhadap
pekerja dengan HIV/AIDS. Tujuan tersebut telah sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005
yang menyebutkan bahwa tes HIV tidak boleh digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja serta untuk tujuan asuransi. Tes ini bersifat sukarela atau dengan kata lain
hanya dilakukan kepada pekerja dengan keinginan sendiri untuk mengikuti tes HIV
tersebut. Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan bahwa tes HIV hanya
dapat dilakukan terhadap pekerja atas dasar sukarela.

2. Program Penanggulangan
Program penanggulangan termasuk ke dalam pencegahan sekunder dan tersier yang
dilakukan untuk menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan (Budiarto dan Anggraeni, 2002). Adapun program
penanggulangan yang dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu :

a. Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan serta Testing dan Konseling


kepada Pekerja dengan HIV/AIDS
Memberikan Informasi tentang layanan pengobatan serta testing dan konseling
HIV/AIDS merupakan kegiatan pemberian informasi berupa list informasi mengenai layanan
pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS kepada pekerja dengan HIV/AIDS.
Occupational Health Officer akan memberikan alamat dimana pekerja bisa mendapatkan
layanan pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS, mengingat tidak semua rumah
sakit atau Puskesmas dapat melakukan VCT. Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang
menyebutkan bahwa cakupan pendidikan yang harus disampaikan kepada pekerja yaitu
informasi tentang layanan pengobatan IMS serta testing dan konseling sukarela HIV/AIDS
melalui Dinas Kesehatan dan pengobatan HIV/AIDS melalui rujukan rumah sakit.
Pengobatan dan dukungan yang tepat dapat membuat pekerja dengan HIV/AIDS dapat terus
bekerja serta menjalani kehidupan yang berkualitas dan produktif (Better Work Indonesia,
2012b).
Kegiatan ini bertujuan agar pekerja dengan HIV/AIDS dapat mengetahui informasi
dimana mereka bisa mendapatkan layanan pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS.
Pekerja secara pribadi dapat mengakses layanan pengobatan serta testing dan konseling di
luar perusahaan. Namun, kegiatan pemberian informasi tentang layanan pengobatan serta
testing dan konseling HIV/AIDS kepada penderita belum dilakukan karena kegiatan ini akan
dilaksanakan jika di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill memiliki pekerja
dengan HIV/AIDS. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill sampai dengan tahun
2015 diketahui belum ada pekerja yang berstatus positif HIV/AIDS.

b. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Pekerja dengan HIV/AIDS


Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja dengan HIV/AIDS merupakan
kegiatan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) khusus bagi pekerja dengan HIV/AIDS untuk
menghindari penularan HIV kepada pekerja lainnya. Menurut Permenaker Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, Alat Pelindung Diri (APD) merupakan
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Dalam Pedoman bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS tahun 2005
menyebutkan bahwa alat pelindung diri yang harus disediakan untuk pencegahan terhadap
pajanan darah atau cairan tubuh yaitu :
1) Berbagai perban tidak berpori dan kedap air untuk pekerja dengan kulit yang lecet atau terluka.
2) Berbagai sarung tangan dengan berbagai ukuran, steril dan non-steril, termasuk lateks berat,
vinil, kulit kedap air, dan bahan-nahan tahan tusukan lainnya.
3) Pelindung pernafasan yang tepat, termasuk masker.
4) Celemek plastik, gaun kedap air, pelindung mata, masker tahan cairan, overal dan overboot.

c. Melakukan Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS


Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS merupakan kegiatan rehabilitasi yang
dilakukan dengan cara merotasi pekerja dengan HIV/AIDS. Rotasi pekerjaan merupakan
perpindahan pekerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam satu unit kerja pada suatu
perusahaan (Ralona, 2006). Pekerja dengan HIV/AIDS akan dipindahkan dari pekerjaan dengan
tingkat risiko tinggi kepada pekerjaan dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Tujuan
dilakukannya rotasi pekerjaan adalah sebagai upaya fitness to work pada pekerja dengan
HIV/AIDS yang memiliki kebutuhan khusus agar beban kerja dan risiko pekerjaanya sesuai
dengan kondisi pekerja tersebut. Selain itu, dengan melakukan rotasi kerja dapat melindungi
pekerja lain dari kemungkinan tertular HIV/AIDS.

Setelah mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, program P2-HIV dan AIDS


digambarkan dengan menggunakan pendekatan sistem melalui komponen Input, Proses, Output
(IPO) yang saling berkaitan dalam pelaksanaanya. Gambaran program diperoleh berdasarkan
data-data yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara dengan pemegang program P2-HIV dan AIDS, sedangkan data sekunder diperoleh
dari dokumen prosedur, kebijakan, PKB, rekapan kuesioner, rekapitulasi hasil kegiatan program,
dan proposal anggaran kegiatan P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tangerang
Mill. Berikut adalah gambaran program P2-HIV dan AIDS dengan menggunakan pendekatan
komponen IPO.

1. Input
Komponen input dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS mencakup seluruh sumber daya
(resources), sarana, dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program
tersebut. Komponen input meliputi 6M+T yang terdiri dari Man, Money, Method, Market,
Material, Machine, dan Time. Adapun komponen input dalam program P2-HIV dan AIDS
adalah sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia (Man)
b. Pendanaan (money)
c. Metode (method)
d. Sasaran
e. Sarana atau bahan
f. Perlengkapan atau fasilitas
g. Waktu pelaksanaan
2. Proses
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan
langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai (Hilabi, 2007). Pelaksanaan
sebuah program akan diawali dengan perencanaan. Perencanaan yang baik, akan menghasilkan
pelaksanaan dan dampak yang baik pula. Dalam perencanaan, akan dilakukan pemilihan
sekumpulan kegiatan dan pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana, dan oleh siapa (Bastian, 2007). Dalam perencanaan akan menjawab pertanyaan
5W dan 1H (Hilabi, 2007). Pertanyaan 5W dan 1H terdiri dari What, Why, Where, When, Who
dan How.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan cara begaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara
para anggota sehingga tujuan dapat tercapai (Herujito, 2001). Definisi lain menyebutkan
bahwa pengorganisasian yaitu sebagai cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan
di antara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapkan melaksanakan fungsi penting
untuk membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan
yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri (Umar, 2003).

c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan upaya untuk menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif (Sukwiaty dkk., 2009). Program P2-HIV dan AIDS telah
dilaksanakan dari tahun 2011 sampai sekarang. Pada tahun 2011 – 2013 program berjalan
meskipun belum memiliki prosedur dan kebijakan khusus P2-HIV dan AIDS. OHS Unit terus
berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan program tersebut hingga pada tahun 2013
perusahaan telah memiliki kebijakan dan prosedur P2-HIV dan AIDS.
Program P2-HIV dan AIDS telah mendapatkan dukungan penuh dari manajemen PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa
kendala yang turut menghambat pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS. Kendala tersebut
diantaranya pekerja yang tidak mau atau takut mengikuti VCT, pekerja yang tidak hadir saat
sosialisasi HIV/AIDS, dsb. Meskipun demikian, OHS Unit terus berupaya untuk
mengoptimalkan pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik lagi.

d. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yang
ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi untuk penyempurnaan program itu selanjutnya (Kemendikbud, 2013).
Pengawasan terhadap pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS dilakukan pada kegiatan yang
sedang dilaksanakan dengan cara memperoleh informasi secara regular untuk mengetahui apakah
kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana dan ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan dilakukan agar kendala dan dampak pelaksanaan program dapat diketahui
(Kemendikbud, 2013).
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja
program untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program
(Kemendikbud, 2013). Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui komponen program mana yang
berhasil atau tidak berhasil serta sebagai cara untuk koreksi atau perbaikan yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan menentukan arah kebijakan program di masa mendatang.

3. Output
Komponen output meliputi tujuan atau hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program P2-
HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Pelaksanaan suatu program
tentunya memiliki tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Sebelum menjelaskan hasil pelaksanaan
program, terlebih dahulu dijelaskan hasil pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalam program.
a. Program Pencegahan

Gambaran Aspek Budaya


Budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal) (Noorkasiani dkk., 2009). Budaya adalah nilai – nilai, sikap kepercayaan, dan perilaku yang
dipunyai sekelompok orang atau organisasi (Heni, 2011). Dengan kata lain, budaya terbentuk atas
pemahaman dan nilai – nilai yang dianut bersama oleh sekelompok orang atau organisasi. Nilai –
nilai atau pemahaman bersama yang dianut akan mengakar menjadi budaya yang akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak.
Dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja, konsep budaya juga dikenal dengan istilah budaya
sehat dan selamat (safety and health culture). Budaya sehat dan selamat menggambarkan suatu
perilaku yang mencerminkan perilaku aman dan sehat oleh setiap anggotanya. Kondisi tersebut dapat
tercapai apabila setiap pekerja berperilaku kerja yang menghindarkan diri mereka dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, setiap usaha kesehatan dan keselamatan kerja tidak lain
merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja
(Rahman, 2014). Budaya keselamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya
organisasi. Budaya keselamatan diciptakan oleh seluruh elemen organisasi mulai dari level
pengambil kebijakan, manajer, hingga level pekerja.
Di dunia kerja, aspek budaya dalam pelaksanaan program menggambarkan suatu
pemahaman, sikap, atau nilai-nilai bersama yang dipahami oleh pekerja dalam pelaksanaan suatu
program di tempat kerja. Salah satu program dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
program kesehatan kerja. Program kesehatan kerja menunjukkan kondisi pekerja yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Rahman,
2014).
Menurut Geller (2001) dalam teori yang disebut dengan “The Safety Triad”, budaya aman
dipengaruhi oleh tiga domain utama yang saling berhubungan satu sama lain. Tiga domain utama
tersebut terdiri dari faktor lingkungan (environment), manusia (person), dan perilaku (behaviour).
Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut yaitu sebagai berikut (Geller, 2001) :
1. Faktor lingkungan (environment), meliputi peralatan, perlengkapan, mesin, penempatan fisik,
prosedur, standar, dan temperatur.
2. Faktor manusia (person), meliputi sikap, pengetahuan, kemampuan, keyakinan, dan kepribadian
pekerja.
3. Faktor perilaku (behaviour), meliputi persetujuan, pelatihan, pengenalan, komunikasi, kepedulian,
dan praktek kerja yang aman dan praktek di tempat kerja yang berisiko.
Alternatif Solusi Pemecahan Masalah
Pada hasil analisis akar masalah telah didapatkan beberapa akar masalah. Kemudian
ditentukan alternatif solusi pemecahan akar masalah. Adapun beberapa alternatif solusi pemecahan
akar masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akar masalah dijabarkan sebagai berikut :
1. Menambahkan materi terkait VCT di dalam materi sosialisasi dan brosur HIV/AIDS.
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan untuk mengetahui perilaku berisiko terhadap
HIV/AIDS pada pekerja diketahui bahwa masih terdapat pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill yang memiliki perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS. Dari hasil konsultasi
pekerja kepada Occupational Health Officer juga menyebutkan bahwa beberapa pekerja pernah
melakukan perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS. Pekerja tersebut merasa malu jika nantinya
ketahuan bahwa dirinya saat ini berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko terhadap
HIV/AIDS.
Selain itu, diketahui bahwa kurangnya pengetahuan pekerja mengenai manfaat dan
pentingnya VCT menyebabkan pekerja tidak mengikuti VCT. Kurangnya pengetahuan tersebut
disebabkan oleh tidak adanya materi tentang VCT di dalam materi sosialisasi HIV/AIDS. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan pekerja tentang manfaat
VCT. Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menambahkan
materi terkait VCT di dalam materi sosialisasi dan brosur HIV/AIDS.
Selama ini di dalam materi sosialisasi belum menjelaskan terkait VCT di dalamnya. Di dalam
Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa salah satu cakupan materi yang harus disampaikan
dalam kegiatan pendidikan yaitu materi mengenai testing dan konseling HIV/AIDS. Materi
sosialisasi HIV/AIDS harus memasukkan prinsip-prinsip VCT, dimana salah satu prinsip VCT
adalah saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas. Kemudian dalam pedoman
pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS juga menyebutkan bahwa layanan harus bersifat
profesional, menghargai hak dan martabat semua klien dengan menjaga kerahasiaan semua
informasi dan semua informasi tertulis disimpan dalam tempat yang tidak dapat diakses.
2. Bagian Job Training menggilir pekerja agar seluruh pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS.
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS merupakan salah satu penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan merupakan kegiatan bimbingan dan/atau masukan dalam mentransfer suatu
pengetahuan dan/atau keterampilan agar orang yang diberi penyuluhan mampu menggunakannya
(Herman, 2007). Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif
berperan serta dalam upaya kesehatan.

3. Seksi General Affair membuat kebijakan yang mewajibkan pekerja mengikuti kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS.
Mentransfer informasi mengenai manfaat dan pentingnya mengikuti VCT dapat terlaksana
jika pekerja mengikuti sosialisasi HIV/AIDS. Selama ini banyak pekerja yang tidak mau
mengikuti kegiatan sosialisasi meskipun itu penting untuk dirinya. Perlu dibuat kebijakan yang
mewajibkan pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS, sehingga pekerja bisa
memperoleh pengetahuan mengenai manfaat dan pentingnya mengikuti VCT. Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mendasari dan membentuk perilaku seseorang (Utari, 2010).
Partisipasi pekerja dalam mengikuti kegiatan VCT dapat ditingkatkan, jika seluruh pekerja
memahami manfaat dan pentingnya VCT bagi dirinya.
4. Bagian Job Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak dan media sosial pada
setiap seksi.
Salah satu penyebab mengapa pekerja tidak mengikuti kegiatan VCT adalah karena
pengumuman VCT tidak tersebar merata kepada seluruh pekerja. Pengumuman adalah
pemberitahuan atau informasi yang disampaikan kepada orang banyak (umum) (Wiyanto dkk.,
2005). Kegiatan VCT biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
Pengumuman kegiatan sosialisasi dan VCT diberitahukan oleh Occupational Health Officer
melalui email kepada bagian Job Training di setiap seksi. Namun, pengumuman sosialisasi
tersebut tidak diteruskan atau dicetak kepada seluruh pekerja, sehingga informasi tidak sampai
kepada pekerja. Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi akar masalah tersebut adalah
dengan bagian Job Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak dan media sosial
pada setiap seksi.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

- Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) merupakan


salah satu program kesehatan kerja yang bertujuan untuk mencegah penularan HIV dan
menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS pada pekerja.

Anda mungkin juga menyukai