Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ringkasan artikel penelitian

Anak berkebutuhan khusus

Autisme

DOSEN PEMBIMBING

SOFIANA NURCHAYATI, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH

sakdiah nasution

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah, ilmu, kesehatan, dan
kesempatan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri KEPERAWTAN
ANAK tentang artikel " anak berkebutuhan khusus ". salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada
Nabi Agung Muhammad SAW yang telah berjuang merubah kegelapan zaman menuju cahaya kebenaran
yang menjunjung nilai-nilai harkat dan martabat menuju insan berperadaban.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ......,............................................................................................................................................
..............................i

DAFTAR ISI……………………………………………...............................................................................................
……………………..ii

BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................................................
..........iii

1. Latar
Belakang..........................................................................................................................................................
......iv

BAB II TINJAUAN
TEORI.......................................................................................................................................................v

BAB VI
PENUTUP ........................................................................................................................................................
.........vi

A.
Kesimpulan.....................................................................................................................................................
.............vii

B.
Saran ..............................................................................................................................................................
...............viii

DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................................................................
...ix

LAMPIRAN ......................................................................................................................................................
...................x
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalamikelainan atau ketunaan dalam segi fisik,
emosional, mental dan sosial. Mereka biasanya mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan
belajar, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, dan hambatan
pendengaran. Hal ini bisa terjadi karena adanya gangguan di otak yaitu adanya cedera atau kerusakan,
dan karena adanya kelainan perkembangan, gangguan keseimbangan biokimiawi atau gangguan aktifitas
saraf dalam otak (Anggraini, 2013).Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah autis. Autis
adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan
dalam perkembanganaktivitas motorik, gangguan sensori, sosial, komunikasi dan emosi (Ambarwati,
2015). Autis terjadi pada 5 dari 10.000 kelahiran dengan jumlah jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan jenis kelamin perempuan. Pada jenis kelamin perempuan yang mengalaminya maka
kondisinya akan lebih parah dibandingkan laki-laki (Wiyani, 2016). Gejala-gejala yang jelas tampak pada
anak autis yaitu anak menolak menatap mata, llebih senang bermain sendiri serta tidak responsif
terhadap suara, berbicara tidak jelas.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Anak Berkebutuhan Khusus

1. Definisi anak berkebutuahan khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus (ABK) diartikan sebagai individu-individu yang mempunyai karakteristik yang
berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih
khusus anak berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang berlaku di
masyarakat. Sehingga mengalami kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan (Bachri,2010). Kekhususan yang mereka miliki menjadikan ABK memerlukan
pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi dalam diri mereka secara sempurna
(Hallan dan Kauffman 1986, dalam Hadis, 2006). Heward (2003) mendefinisikan ABK sebagai anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidak mampuan mental, emosi , atau fisik. Definisi tentang anak becara signifikan berbeda dalam
beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis,
kognitif, atau sosial terlambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara
maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan
emosional, juga anak-anak berbakat dengan inteligensi tinggi termasuk kedalam kategori anak
berkebutuhan khusus karena memerlukan penanganan dari tenaga profesional terlatih.

2. Etiologi anak berkebutuhan khususMenurut Irwanto, Kasim, dan Rahmi (2010), secara garis besar
faktor penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa terjadinya dapat dikelompokkan
dalam 3 macam, yaitu :
a.Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi pada pra kelahiran (sebelum lahir), yaitu
masa anak masih berada dalam kandungan telah diketahui mengalami kelainan dan ketunaan. Kelainan
yang terjadi pada masa prenatal, berdasarkan periodisasinya dapat terjadi pada periode embrio, periode
janin muda, dan periode aktini (sebuah protein yang penting dalam mempertahankan bentuk sel dan
bertindak bersama-sama dengan mioin untuk menghasilkan gerakan sel) (Arkandha, 2006). Antara lain:
Gangguan Genetika (Kelainan Kromosom, Transformasi); Infeksi Kehamilan; Usia Ibu Hamil (high risk
group); Keracunan Saat Hamil; Pengguguran; dan Lahir Prematur.

b.Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi selama proses kelahiran. Yang dimasud disini
adalah anak mengalami kelainan pada saat proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak
dilahirkan, antara lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat, posisi bayi tidak normal,
analgesik (penghilang nyeri) dan anesthesia (keadaan narkosis), kelainan ganda atau karena kesehatan
bayi yang kurang baik. Proses kelahiran lama (Anoxia), prematur, kekurangan oksigen; Kelahiran dengan
alat bantu (Vacum); Kehamilan terlalu lama: > 40 minggu.

c.Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi setelah proses kelahiran yaitu masa dimana
kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa
sebab kelainan setelah anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/ virus); Kekurangan zat makanan
(gizi, nutrisi); kecelakaan; dan keracunan.

HASIL PENELITIAN

Autis adalah sindrom yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang.Anak-anak penyandang autis
sering kali dianggap tidak waras, gila, dan berbahaya. Sungguh suatu pemahaman yang sangat tragis dan
menakutkan.Dengan persepsi masyarakat yang sedemikian rupa, maka perkembangan dan keberadaan
anak autis menjadi tidak diperhatikan. Jangankan untuk sekolah, untuk berinteraksi saja anak autis
sering tidak mendapatkan tempat.3Secara neutorologis, anak autis adalah anak yang mengalami
hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Hambatan
perkembangan itulah yang menjadikan anak autis memiliki perlakuan yang berbeda dengan anak-anak
biasanya. Pada beberapa bentuk perilaku anak autis memiliki kecenderungan yang ekstrem. Dalam hal
akademik juga sering ditemukan anak-anak yang memiliki kecenderungan spesifik dan melebihi
kemampuan anak-anak seusianya. Sekalipun demikian, raa-rata anak autis tidak memiliki kemampuan di
segala bidang.
KESIMPULAN

A.KESIMPULAN

Sebagai tahap akhir penulisan skripsi ini, peneliti memberikan suatukesimpulan untuk menjawab
permasalahan pokok yang telah di rumuskan sebelumnya. Dari uraian pembahasan pada bab
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Penderita autis pada umumnya mengalami gangguan dalam bidang komunikasi, interaksisosial dan
prilaku yang membutuhkan penanganan khusus yang berbedadengan anak normal maupun anak
keterbelakangan mental. Hal ini dimaksud kanuntuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
agar proses sosialisasi anak dengan lingkungan berjalan baik dan anak bisa tumbuh mandiri.

2. Dari berbagai bentuk sosialisasi yang diberikan kepada anak autis, hasil penelitianmenunjukan bahwa
terapi merupakan penunjang perkembangan baik di bidangakademik maupun prilaku anak autis. Jika
anak sudah mengalami berbagai kemajuandibidang terapi maka anak dapat melanjutkan kesekolah
reguler dengan di dampingiguru pendamping.

3. Peran orang tua dan guru dalam proses sosialisasi anak autis di sekolah maupun dilingkungan
masyarakat adalah mengajarkan anak tentang hidup mandiri tidak berantung kepada orang lain. Dalam
mengajarkan anak autis berbagai bentukketerampilan dan pengetahuan dengan cara memberikan
pembelajaran secara visualsebanyak mungkin.Tingkat keberhasilan guru dan terapis dapat di lihat dari
proses sosialisasi dapat di ukur jika anak sudah paham akademik dasar dan anak autis sudah dapat
memahami instruksi baik verbal maupun non verbal serta anak sudah dapatmengontrol keadaan emosi
mereka.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

TOPIK

Gambaran penerimaan ibu terhadap anaknya yang autis.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui gambaraan penerimaan ibu terhadap anaknya yang autis dilihat dari cirri-ciri penerimaan.
Tujuan Khusus

1. Sejak usia berapa, anak ibu menderita autis?

2. bagaimana hubungan anak ibu yang autis dengan saudara kandungnya dan ayahnya?

3. Bagaimana perasaan ibu sebagai orangtua melihat anak anda didiagnosa mengidap autis?

4. kapan ibu menyadari bahwa anak ibu menderita autis?

5. Ketika anak anda telah di diagnosa mengidap autis, apa yang anda lakukan?

6. Terapi apa saja yang ibu berikan kepada anak ibu yang menderita autis?

7. Apakah setelah terapi anak ibu yang autis mempunyai kemajuan sebelum diterapi?

8. Relasi ibu dengan orangtua, saudara kandung, suami?

9. Bagaimana perilaku anaknya yang autis?

Ciri-ciri orang yang menerima orang lain juga dijelaskan oleh Sheerer (dalam Cronbach, 1963) sebagai
berikut:

A. Individu mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi persoalan. Hurlock (1996)
menambahkan bahwa individu yang dapat menerima dirinya dan individu yang memiliki percaya diri
dan lebih memusatkan perhatian kepada keberhasilan akan kemampuan dirinya menyelesaikan
masalah.

- Sejauh mana ibu yakin mampu menghadapi beban itu?

-Bagaimana ibu menghadapi masalah tersebut?

-Apa yang ibu lakukan untuk menghadapi masa depan anak ibu yang autis?

- bagaimana cara untuk mewujudkan masa depan anak ibu yang autis?

- bagaiman perasaan ibu ketika ibu yakin menjalani kehidupan bersama anak ibu yang autis?

- mengapa demikan?

B. Individu menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain.
Individu ini mempunyai keyakinan bahwa ia dapat berarti atau berguna bagi orang lain dan tidak
memiliki rasa rendah diri karena merasa sama dengan orang lain yang masing masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
- Bagaimana perasaan ibu terhadap anak ibu yang autis? Jelaskan!

- bagaimana pandangan ibu terhadap penilaian orang lain terhadap anak ibu yang autis? Mengapa
demikian!

- Hal apa saja yang ibu banggakan dari anak ibu yang autis?

- mengapa demikian?

C. seberapa berharganya anak ibu yang autis bagi ibu? 3 Individu tidak menganggap dirinya aneh atau
abnormal dan tidak ada harapan ditolak orang lain. Ini berarti individu tersebut tidak merasa sebagai
orang yang menyimpang dan berbeda dengan orang lain, sehingga mampu menyesuikan dirinya
dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan ditolak oleh orang lain

- Bagaimana ibu memperlakukan / mengasuh anak ibu yang autis selama ini ?

- Bagaimana lingkungan sekitar memperlakukan dan menilai anak ibu yang autis?

- Bagaimana perasaan ibu ketika anak ibu diterima oleh orang lain?

- harapan apa saja yang ibu inginkan untuk anak ibu yang autis?

D. Individu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri. Artinya, individu ini lebih
mempunyai orientasi keluar dirinya sehingga mampu menuntun langkahnya untuk dapat
bersosialisasi dan menolong sesamanya tanpa melihat atau mengutamakan dirinya sendiri.

- Apa yang ibu lakukan pada saat ibu mengetahui anak ibu menderita autis?

- Bagaimana perasaan ibu mempunyai anak yang autis?

- Apa saja yang ibu lakukan untuk mengatasi pergaulan?

- informasi apa saja yang ibu dapatkan untuk kesembuhan anak ibu yang autis?

- Apakah ibu mempunyai suatu kelompok untuk mencari informasi tentang autis?

- Bagaimana perasaan ibu ketika ibu memperhatikan orang lain yang juga mempunya anak autis juga?

- Usaha apa saja yang ibu lakukan untuk menyembuhkan anak ibu?

E. Individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Berarti individu memiliki
keberanian untuk menghadapi dan menyelesaikan segala resiko yang timbul akibat perilakunya.

- Bagaimana perasaan ibu ketika ibu menyalahin aturan yang seharusnya ibu lakukan ?

- Apa yang harus ibu lakukan?

- Kendala apa saja yang ibu hadapi ketika anak ibu yang autis bertemu dengan teman sebayanya yang
normal?
- Apa yang harus ibu lakukan?

- Hal apa saja yang membuat ibu tetap bersama dengan anak ibu yang autis?

F. Individu dapat menerima pujian atau celaan secara objektif. Sifat ini tampak dari perilaku individu
yang mau menerima pujian, saran dan kritikan dari orang lain untuk pengembangan kepribadiannya
lebih lanjut.

- Bagaimana perasaan ibu bila ada orang lain memberikan pujian kepada ibu? Jelaskan!

- Bagaimana perasaan ibu jika anak ibu yang autis dicela oleh orang lain? Jelaskan!

- Apa yang ibu lakukan terhadap orang tersebut?

- mengapa demikiann?

G. Individu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari
kelebihannya. Hurlock (1996) menambahkan bahwa individu yang memiliki sifat ini memandang diri
mereka apa adanya dan bukan seperti yang diinginkan. Sikap realistik merupakan sesuatu yang
penting bagi pribadi yang sehat. Individu juga dapat mengkompensasikan keterbatasannya dengan
memperbaiki dan meningkatkan karakter dirinya yang dianggap kuat, sehingga pengelolaan potensi
dan keterbatasan dirinya dapat berjalan dengan baik tanpa harus melarikan diri dari kenyataan yang
ada.

- Bagaimana perasaan ibu melihat keterbatasan anak ibu yang autis? jelaskan!

- Dengan keterbatasan yang ada pada anak ibu, apa saja yang terpikirkan oleh ibu?

- Dari keterbatasan yang ada , apakah kelebihan yang ibu lihat dari anak ibu yang autis?

- Bagaimana perasaan ibu pada saat itu?

PENUTUPAN

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas ,maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan sosialisasi yang lebih luas mengenai autis ke semua
kalangan masyarakat, sehingga tidak lagi ada kesalahpahaman apa itu autis dan bagaimana menangani
penderita autis serta dapatmengurangi jumlah penderita autis yang semakin meningkat.Selain itu
diharapkan agar pemerintah lebih memeperhatikan anak-anak berkebutuhan khusus dengancara
mendirikan fasilitas fasilitas penunjang perkembangan sehingga dapat dijangkau oleh kalangan
manapun.

2. Meningkatnya jumlah anak autis di Indonesia, seharusnya semakin membuka mata bagi masyarakat
agar tidak memandang sebelah mata anak-anak yangmengalami gangguan autis.

Daftar pustaka

http://etheses.uin-malang.ac.id/7516/1/10140054.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/1484/6/11410112_Bab_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai