PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini sering kita
jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik,
belalang,dan lebah.Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu
pula sering juga disebut hexapoda.
Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat.Hewan ini
merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup
bebas dan ada yang sebagai parasit.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan
abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata
majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta
tidak memiliki anggota tubuh.
Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung
trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem
sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus. Perkembangan Insecta dibedakan menjadi
3:
Pertama Ametabola adalah perkembangan yang hanya berupa pertambahan ukuran
saja tanpa perubahan wujud.Contohnya kutu buku (lepisma saccharina)
Kedua Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna,
dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum
muncul, misalnya sayap.Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut.
Insecta muda disebut nimfa.Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa
(imago).Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus
sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta).
Ketiga Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan
perubahan wujud yang sanagt berbeda (sempurna).
Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa.Larvanya berbentuk ulat
tumbuhdan mengalami ekdisis beberapa kali.
Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk
pupa..Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi,
dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa.Selanjutnya, Insecta dewasa
keluar dari pupa.Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Berdasarkan sayap,Insecta dibedakan menjadi 2 sub-kelas :
Pertama Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0,5 cm
dan memiliki antena panjang.Umumnya berkembang secara ametabola.Contoh hewan kelas
ini adalah kutu buku.
Kedua Pterigota (bersayap), merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari
tonjolan luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota.Kelompok lain yang sayapnya berasal
dari tonjolan dalam dinding tubuh disebut Endopterigota.Eksopterigota dibedakan menjadi
beberapa ordo bedasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya :
Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit.Misalnya kecoa,
jangkrik, dan gansir.
Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang.Contohnya walang sangit
(Leptocorisa acuta) dan kutu busuk (Cymex rotundus).
Homoptera memiliki dua pasang yang sama panjang.Contohnya wereng coklat (Nilaparvata
lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus).
Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala.Contohnya capung (Pantala).
Endopterigota dibedakan menjadi :
Coleptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal.Misalnya
kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta diminica).
Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan sayap depan lebih besar
daripada sayap belakang.
Misalnya semut rangrang (Oecophylla saragillina), semut hitam (Monomorium sp.),
lebah madu (Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes).
Diptera hanya memiliki sepasang sayap.Misalnya nyamuk (Culex sp.), nyamuk malaria
(Anopheles sp), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat rumah (Musca domestica),
lalat buah (Drosophila melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina palpalis)
Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulut mengisap.Misalnya
kupu-kupu sutera (Bombyx mori) dan kupu-kupu elang (Acherontia atropos)
Insecta disebut juga serangga atau heksapoda.Heksapoda berasal dari kata heksa yang
artinya enam (6) dan kata podosyang berarti kaki.Insecta mempunyai ciri khas yaitu berkaki 6
(tiga pasang).Diperkirakan oleh para ahli zoologi, insecta mempunyai jumlah lebih dari
70.000 jenis.Insecta berhabitat hampir di seluruh bagian biosfer, kecuali di laut.
B. Ciri-Ciri Insecta
1. Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh insecta beruas-ruas, terdiri atas segmen kepala (cephalo), dada (toraks) dan perut
(abdomen).Kepala insecta terdiri atas satu segmen yang sebenarnya merupakan persatuan
dari enam segmen. Pada bagian kepala terdapat :
a) Sepasang mata faset (majemuk), yaitu mata yang memiliki beberapa ommatidia (mata
tunggal)
b) Sepasang antena/alat peraba.
Dada (toraks) terdiri dari tiga segmen, yaitu prototoraks, mesotoraks dan
metatoraks.Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas.Pada beberapa
insecta, di bagian kakinya terdapat keranjang serbuk sari.Pada umumnya insecta mempunyai
dua pasang sayap.
Bagian perut (abdomen) terdiri atas ± 11 ruas.Ruas belakang (bagian posterior) berfungsi
sebagai alat reproduksi.Pada beberapa insecta betina terdapat alat untuk melepaskan telur
yang disebut ovipositor serta kantung tempat menyimpan spermatozoid yang disebut
spermateka.Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.
Menurut tipe mulutnya, Insecta digolongkan menjadi empat (4) tipe mulut, yaitu :
1. mulut menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik dan berbagai macam belalang.
2. mulut menggigit dan menjilat, misalnya berbagai macam lebah.
3. mulut menusuk dan mengisap, misalnya nyamuk.
4. mulut mengisap, misalnya kupu-kupu
Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila),
dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium).
Pada serangga kecil, pernapasan dapat berjalan tanpa bantuan kontraksi otot.Namun
pada serangga yang berukuran besar, kontraksi otot diperlukan untuk menjaga suplai udara
masuk ke dalam tubuh. Otaot-otot tubuh yang berkontraksi akan membuat kantong udara
mengembang dan mengempis sehingga pertukaran udara dapat berjalan dengan lancar.
Ketika terbang, serangga membutuhkan O2 yang lebih banyak dibandingkan ketika istirahat,
otot-otot yang menggerakkan sayap juga akan membuat kantong udara mengembang dan
mengempis untuk menjamin ketersediaan udara saat serangga terbang.
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: saluran
ektodermal dan saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran
pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan
pencernaan serangga.
D.Klasifikasi Insecta
a. Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur
hidupnya Hemimetabola, serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh
dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
3. Odonata
4. Hemiptera
5. Homoptera
Beberapa uraian ordo-ordo tersebut satu persatu dan dimulai dari ordo
Archyptera/Isoptera.
Ciri-ciri ordoArchyptera:
Keterangan:
Pada rayap terjadi Polimorfisme, artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam-macam
bentuk dengan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni ini terjadi
pembagian tugas kerja, yaitu:
Ratu, yakni laron (rayap betina fertil). Biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah
bertelur.
Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil), tugasnya melestarikan keturunan.
Serdadu, rayap yang bertugas mempertahankan sarang dan koloni dari gangguan
hewan lain.
Pekerja, rayap yang bertugas memberi makan ratu dan raja, serta menjaga sarang dari
kerusakan. Sifat rayap pekerja dan rayap serdadu bersifat steril.
Contoh :
Contoh:
- Kumbang pengisap madu (Xylocopa) biasanya melubangi kayu pada bangunan rumah
a. Insecta terutama golongan kupu-kupu dan lebah sangat membantu para petani karena dapat
membantu proses penyerbukan pada bunga.
b. Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah madu (Apis mellifera).
c. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat menghasilkan
sutra (contoh: Bombix mori).
d. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat
menghasilkan sutra (contoh: Bombix mori).
a. Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti tikus, kolera dan disentri oleh lalat dan
kecoak.
c. Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan kutu busuk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Ciri-ciri umum pada insekta dapat dibedakan berdasarkan atas segmen kepala (cephalo), dada
(toraks) dan perut (abdomen).
Ø Sistem organ pada insekta terdiri dari : sistem pencernaan makanan, sistem pernafasan, sistem
saraf, sistem ekskresi, sistem peredaran darah dan sistem reproduksi.
Ø Peranan insekta dalam kehidupan sehari-hari ada yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://arianirini.blogspot.co.id/2014/06/makalah-biologi-filum-arthropoda.html
http://deachrestella888.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-arthropoda.html
http://mybyologimateri.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arthropoda.html
http://amelyaputeri.blogspot.co.id/2014/05/makalah-arthropoda.html
http://www.zonasiswa.com/2014/07/mengenal-phylum-arthropoda.html
Sumber : https://yuliyanti34567.blogspot.com/
igitan serangga atau insect bites umumnya merujuk pada reaksi hipersensitivitas dan
peradangan baik lokal maupun sistemik akibat gigitan atau kontak dengan serangga.
Penyebab kondisi ini adalah insecta yang termasuk dalam filum Arthropoda, yakni nyamuk,
lalat, kutu, tungau, lebah, dan tawon. Kondisi ini diyakini sangat sering terjadi pada populasi
umum, tetapi prevalensinya sulit diketahui secara pasti karena kebanyakan kejadian gigitan
serangga tidak dilaporkan.[1-4]
Penegakkan diagnosis gigitan serangga didasarkan pada riwayat gigitan serangga, adanya lesi
bekas gigitan serangga pada kulit, serta tanda dan gejala lokal maupun sistemik yang timbul
setelah mengalami gigitan serangga. Manifestasi klinis gigitan serangga sangat bervariasi,
mulai dari gejala lokal hingga gejala sistemik, termasuk anafilaksis. Adanya komplikasi berat
seperti syok anafilaksis, selulitis, dan neurotoksisitas perlu diwaspadai pada tiap kasus gigitan
serangga.[1,3]
Langkah awal penatalaksanaan gigitan serangga adalah memastikan ada tidaknya tanda
bahaya yang mengarah pada syok anafilaksis. Pasien dengan hemodinamik stabil hanya
memerlukan penanganan suportif dan simtomatik sesuai gejalanya. Pasien dengan syok
anafilaksis harus diberikan injeksi epinefrin sesegera mungkin.[1,3]
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kasus gigitan serangga bersifat self-limited, memiliki prognosis yang baik,
dan sangat jarang menimbulkan komplikasi serius. Terjadinya syok anafilaksis dalam 1 jam
pertama setelah gigitan dapat berakibat fatal. Namun, risiko kematian akibat anafilaksis
menurun dengan pemberian epinefrin segera. Gigitan serangga, khususnya nyamuk, juga
dapat dicegah dengan menggunakan pakaian pelindung, insect repellent, dan metode
pencegahan mekanis lainnya.[1,5]
Secara patofisiologi, gejala yang timbul akibat gigitan serangga diakibatkan oleh respons
inflamasi lokal dan sistemik yang terjadi. Reaksi hipersensitivitas dapat timbul dalam waktu
cepat atau lambat yang bermanifestasi secara ringan hingga berat.
Trauma mekanik akibat gigitan menyebabkan respons inflamasi lokal seperti nyeri dan
pembengkakan. Sebagian besar gigitan serangga hanya menyebabkan luka tusuk superfisial
pada kulit. Namun, perlukaan ini juga berpotensi menjadi jalur masuknya bakteri yang
menyebabkan infeksi sekunder.[1,2]
Sebagian besar keluhan yang timbul pada gigitan serangga disebabkan oleh respon imun
penderita terhadap injeksi saliva serangga. Saliva serangga mengandung beberapa komponen
biologis, seperti enzim lisosom, antikoagulan, vasodilator, imunomodulator, dan komponen
lain yang belum dapat diidentifikasi.
Saliva yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe
1 dan 4. Selain itu, saliva serangga juga menghambat sistem koagulasi, meningkatkan aliran
darah, dan menimbulkan efek anestesi pada lokasi gigitan.
Pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 (diperantarai IgE), terjadi aktivasi sel mast yang
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi, seperti histamin dan sitokin. Hal ini
menimbulkan keluhan gatal dan tanda inflamasi lain dalam waktu cepat. Reaksi
hipersensitivitas ini bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat, termasuk anafilaksis.
Sementara itu, pada reaksi hipersensitivitas tipe 4 (tidak diperantarai IgE) respons inflamasi
muncul lebih lambat atau disebut dengan delayed hypersensitivity reaction.[1-3,5]
Serangga dapat berperan sebagai vektor dalam transmisi beberapa penyakit. Berikut adalah
beberapa jenis serangga beserta penyakit yang dibawanya.
Nyamuk merupakan vektor dari penyakit malaria, demam dengue, virus Zika, atau yellow
fever
Kissing bugs merupakan vektor dari parasit Trypanosoma cruzi yang menyebabkan
Chagas Disease
Lalat dapat mentransmisikan penyakit leismaniasis, bartonellosis, dan tularemia[1,2]
ETIOLOGI
Etiologi gigitan serangga adalah hewan serangga itu sendiri. Oleh karena tidak semua
kejadian gigitan serangga disaksikan langsung oleh pasien dan tidak semua pasien dapat
mengidentifikasi jenis serangga yang menggigit, cukup sulit untuk mengetahui secara
spesifik serangga yang menyebabkan reaksi gigitan serangga. Lokasi lingkungan dan waktu
terjadinya gigitan mungkin dapat membantu mengidentifikasi jenis serangga.[3]
Insecta merupakan kelas hewan yang berada dalam filum Antropoda. Diperkirakan
bahwa terdapat sekitar 6–10 juta spesies serangga di dunia, dan insecta merupakan
kelas dalam kingdom Animalia yang memiliki variasi dan jumlah spesies terbanyak.
Seluruh jenis serangga dapat menjadi etiologi dari gigitan serangga.[1,2]
Faktor Risiko
Faktor risiko gigitan serangga berkaitan erat dengan kondisi dan paparan lingkungan.
Lingkungan Tempat Tinggal
Beberapa jenis serangga membutuhkan air untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
Penduduk yang bermukim di sekitar badan air atau lahan basah berisiko tinggi
mengalami gigitan serangga, terutama nyamuk. Tinggal di dekat hutan atau daerah
berumput juga merupakan faktor risiko gigitan serangga.[4,6]
Faktor Risiko Pekerjaan
Pekerjaan yang mengharuskan seseorang terpapar dengan hewan ternak atau hewan
peliharaan termasuk faktor risiko gigitan serangga, terutama tungau dan bedbugs.
Pekerjaan khusus seperti berkebun atau beternak lebah juga meningkatkan risiko
gigitan serangga.[2,4]
Faktor Kebersihan dan Perawatan Diri
Seorang tunawisma yang tinggal berpindah-pindah juga memiliki risiko mengalami
gigitan serangga yang lebih tinggi. Penderita gangguan jiwa, seperti schizophrenia,
juga lebih rentan mengalami gigitan serangga karena diasosiasikan dengan perawatan
diri yang kurang baik.[2]
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi gigitan serangga masih terbatas. Prevalensi sesungguhnya sulit ditentukan
secara pasti karena mayoritas kasus gigitan serangga dengan gejala ringan tidak terlaporkan.
Sebagian besar pasien yang mengalami gigitan serangga melakukan penanganan secara
mandiri dan tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.[3,6]
Global
Angka kejadian gigitan serangga tidak dapat diketahui secara pasti, karena kebanyakan kasus
hanya menimbulkan reaksi ringan dan tidak terlaporkan. Diperkirakan 56–94% populasi
dewasa di seluruh dunia setidaknya pernah mengalami gigitan serangga satu kali selama
hidupnya. Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–
8,9% populasi dewasa.[7,8]