Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Jika jumlah spesies merupakan kriteria, maka filum inilah yang dewasa ini
merupakan  yang terbesar. Lebih dari 765.000 spesies arthropoda yang berbeda telah
diidentifikasi. Jumlah ini adalah lebih besar daripada jumlah seluruh spesies laun yang ada.
Setiap tahun maasih juga ditemukan spesies arthropoda baru yang hidup diberbagai jenis
habitat. Air tawar, air laut, tanah dan dapat dikatakan hampir seluruh permukaan bumi penuh
dengan arthropoda. Hewan-hewan itu hampir merupakan satu-satunya jenis hewan yang
ditemukan di antariksa dan di lereng gunung-gunung yang penuh dengan salju dan batu-
batuan.
Filum arthropoda terdiri dari beberapa kelas yaitu  kelas arachnida, kelas crustasea,
kelas insekta, dsb. Pada makalah ini akan kami bahas tentang kelas insekta.
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa
berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam.
Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan
kebiasaannya.

B.  Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Apasajakah klasifikasi insekta?
2.      Bagimanakah sistem organ insekta?
3.      Apa ciri-ciri umum insekta?
4.      Bagaimana peranan insekta dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
            Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini sering kita
jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik,
belalang,dan lebah.Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu
pula sering juga disebut hexapoda.
Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat.Hewan ini
merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup
bebas dan ada yang sebagai parasit.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan
abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata
majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta
tidak memiliki anggota tubuh.
Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung
trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem
sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus. Perkembangan Insecta dibedakan menjadi
3:
Pertama Ametabola adalah perkembangan yang hanya berupa pertambahan ukuran
saja tanpa perubahan wujud.Contohnya kutu buku (lepisma saccharina)
Kedua Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna,
dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum
muncul, misalnya sayap.Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut.
Insecta muda disebut nimfa.Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa
(imago).Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus
sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta).
Ketiga Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan
perubahan wujud yang sanagt berbeda (sempurna).
Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa.Larvanya berbentuk ulat
tumbuhdan mengalami ekdisis beberapa kali.
Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk
pupa..Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi,
dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa.Selanjutnya, Insecta dewasa
keluar dari pupa.Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Berdasarkan sayap,Insecta dibedakan menjadi 2 sub-kelas :
Pertama Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0,5 cm
dan memiliki antena panjang.Umumnya berkembang secara ametabola.Contoh hewan kelas
ini adalah kutu buku.
Kedua Pterigota (bersayap), merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari
tonjolan luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota.Kelompok lain yang sayapnya berasal
dari tonjolan dalam dinding tubuh disebut Endopterigota.Eksopterigota dibedakan menjadi
beberapa ordo bedasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya :
  Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit.Misalnya kecoa,
jangkrik, dan gansir.
  Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang.Contohnya walang sangit
(Leptocorisa acuta) dan kutu busuk (Cymex rotundus).
  Homoptera memiliki dua pasang yang sama panjang.Contohnya wereng coklat (Nilaparvata
lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus).
  Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala.Contohnya capung (Pantala).
  Endopterigota dibedakan menjadi :
  Coleptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal.Misalnya
kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta diminica).
  Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan sayap depan lebih besar
daripada sayap belakang.
Misalnya semut rangrang (Oecophylla saragillina), semut hitam (Monomorium sp.),
lebah madu (Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes).
  Diptera hanya memiliki sepasang sayap.Misalnya nyamuk (Culex sp.), nyamuk malaria
(Anopheles sp), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat rumah (Musca domestica),
lalat buah (Drosophila melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina palpalis)
  Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulut mengisap.Misalnya
kupu-kupu sutera (Bombyx mori) dan kupu-kupu elang (Acherontia atropos)
Insecta disebut juga serangga atau heksapoda.Heksapoda berasal dari kata heksa yang
artinya enam (6) dan kata podosyang berarti kaki.Insecta mempunyai ciri khas yaitu berkaki 6
(tiga pasang).Diperkirakan oleh para ahli zoologi, insecta mempunyai jumlah lebih dari
70.000 jenis.Insecta berhabitat hampir di seluruh bagian biosfer, kecuali di laut.

B. Ciri-Ciri Insecta
1. Struktur dan Fungsi Tubuh

Tubuh insecta beruas-ruas, terdiri atas segmen kepala (cephalo), dada (toraks) dan perut
(abdomen).Kepala insecta terdiri atas satu segmen yang sebenarnya merupakan persatuan
dari enam segmen. Pada bagian kepala terdapat :
a)      Sepasang mata faset (majemuk), yaitu mata yang memiliki beberapa ommatidia (mata
tunggal)
b)      Sepasang antena/alat peraba.

c)      Tiga pasang alat mulut, yaitu :


         rahang muka

         rahang tengah

         rahang belakang

Dada (toraks) terdiri dari tiga segmen, yaitu prototoraks, mesotoraks dan
metatoraks.Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki yang beruas-ruas.Pada beberapa
insecta, di bagian kakinya terdapat keranjang serbuk sari.Pada umumnya insecta mempunyai
dua pasang sayap.

Bagian perut (abdomen) terdiri atas ± 11 ruas.Ruas belakang (bagian posterior) berfungsi
sebagai alat reproduksi.Pada beberapa insecta betina terdapat alat untuk melepaskan telur
yang disebut ovipositor serta kantung tempat menyimpan spermatozoid yang disebut
spermateka.Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.

Menurut tipe mulutnya, Insecta digolongkan menjadi empat (4) tipe mulut, yaitu :

1. mulut menggigit dan mengunyah, misalnya jangkrik dan berbagai macam belalang.
2. mulut menggigit dan menjilat, misalnya berbagai macam lebah.
3. mulut menusuk dan mengisap, misalnya nyamuk.
4. mulut mengisap, misalnya kupu-kupu

Tipe Mulut Insecta

Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila),
dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium).

Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya yakni:

1. kaki untuk menggali (anjing tanah)


2. kaki untuk meloncat (belalang)
3. kaki untuk berenang (kumbang air)
4. kaki untuk pengumpul serbuk sari
5. kaki untuk berjalan (kumbang tanah)
6. kaki untuk memegang (belalang sembah)

C. Sistem Organ Insecta

Sistem Organ Keterangan


Sistem pernapasan Organ pernapasan berupa trakea
berspirakel yang terletak di kanan-kiri
pada tiap ruas, sebagian larva bernapas
dengan insang trakea pada bagian
perutnya.
Sistem pencernaan makanan Sistem pencernaan makanan pada
beberapa jenis serangga terjadi di
mulut, kerongkongan, lambung depan,
lambung otot, lambung kelenjar, usus
dan anus (dubur). Makanan dicerna
secara mekanis di lambung otot dan
secara kimiawi di lambung kelenjar
Sistem peredaran darah Tipe sistem peredaran darahnya adalah
terbuka (lakunair), tidak mempunyai
pembuluh balik (vena). Darah tak
mengandung hemoglobin (Hb)
sehingga tidak mengangkut oksigen
atau karbondioksida tetapi hanya
berfungsi mengangkut makanan.
Sistem syaraf Sistem syarafnya disebut tangga tali
dengan penerima rangsangan berupa :a.
mata faset (majemuk)b. antenac. alat
pembuat suara (misalnya pada
Orthoptera dan Hemiptera) dan alat
pendengar.
d. alat yang menimbulkan cahaya
(kunang-kunang)
Sistem ekskresi Pengeluaran zat sisa melalui pembuluh
Malpighi.
Sistem reproduksi Insecta kadang-kadang mengalami
partenogenesis maupun paedogenesis.
Partenogenesis ialah perkembangan
embrio tanpa dibuahi oleh
spermatozoid, misalnya lebah.
Sedangkan paedogenesis ialah
partenogenesis yang berlangsung di
tubuh larva, misalnya Diptera.Dalam
perkembangan menuju dewasa, Insecta
mengalami perubahan bentuk luar dan
dalam dari fase telur ke tingkat dewasa
yang disebut metamorfosis.
Fertislisasinya internal, artinya
pembuahan sel telur pleh spermatozoid
berlangsung di dalam tubuh induk
betina.

Sistem Pernapasan Insecta

Pada serangga kecil, pernapasan dapat berjalan tanpa bantuan kontraksi otot.Namun
pada serangga yang berukuran besar, kontraksi otot diperlukan untuk menjaga suplai udara
masuk ke dalam tubuh. Otaot-otot tubuh yang berkontraksi akan membuat kantong udara
mengembang dan mengempis sehingga pertukaran udara dapat berjalan dengan lancar.
Ketika terbang, serangga membutuhkan O2 yang lebih banyak dibandingkan ketika istirahat,
otot-otot yang menggerakkan sayap juga akan membuat kantong udara mengembang dan
mengempis untuk menjamin ketersediaan udara saat serangga terbang. 

Sistem Pencernaan Insecta

Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: saluran

pencernaan depan (Stomodeum), saluran pencernaan tengah (Mesenteron), saluran

pencernaan belakang (Proktodeum).  Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari


turunan yang berbeda, saluran pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan

ektodermal dan saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran

pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan

menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan (penyesuaian-penyesuaian) diantara bentuk

pencernaan serangga.

D.Klasifikasi Insecta

Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami


metamorfosis.Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai
dewasa.Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis,
misal kutu buku (Episma saccharina).Berdasarkan ada atau tidaknya sayap, Insecta
dibedakan menjadi dua (2) subkelas, yaitu Apterygota (tak bersayap) dan Pterygota
(bersayap).

Berdasarkan metamorfosisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu:


Hemimetabola dan Holometabola.

a.       Hemimetabola

Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur
hidupnya Hemimetabola, serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:

1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh
dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.

Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:

1. Archyptera atau Isoptera


2. Orthoptera

3. Odonata

4.  Hemiptera

5. Homoptera

Sebagai contoh adalah daur hidup dari belalang.

Beberapa uraian ordo-ordo tersebut satu persatu dan dimulai dari ordo
Archyptera/Isoptera.

1. Ordo Archyptera atau Isoptera

Ciri-ciri ordoArchyptera:

 Metamorfosis tidak sempurna.


 Mempunyai satu pasang sayap yang hampir sama bentuknya. Kedua sayap tipis
seperti jaringan.
 Tipe mulut menggigit. Contoh: Reticulitermis flavipes (rayap atau anai-anai)

Keterangan:

Pada rayap terjadi Polimorfisme, artinya di dalam satu spesies terdapat bermacam-macam
bentuk dengan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam koloni ini terjadi
pembagian tugas kerja, yaitu:

 Ratu, yakni laron (rayap betina fertil). Biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah
bertelur.
 Raja, yaitu laron (rayap jantan fertil), tugasnya melestarikan keturunan.
 Serdadu, rayap yang bertugas mempertahankan sarang dan koloni dari gangguan
hewan lain.
 Pekerja, rayap yang bertugas memberi makan ratu dan raja, serta menjaga sarang dari
kerusakan. Sifat rayap pekerja dan rayap serdadu bersifat steril.

2. Ordo Orthoptera (serangga bersayap lurus)

Ciri-ciri ordo Orthoptera:


 Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina.
Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu
terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
 Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap
depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya.
 Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk
meletakkan telur.
 Tipe mulutnya menggigit.

Contoh :

 Belalang (Dissostura sp)


 Belalang ranting (Bactrocoderma aculiferum)
 Belalang sembah (Stagmomantis sp)
 Kecoak (Blatta orientalis)
 Gangsir tanah (Gryllotalpa sp)
 Jangkrik (Gryllus sp)

3.         Ordo Hymenoptera (bersayap selaput)

Ciri-ciri ordo Hymenoptera:

-          Mempunyai dua pasang sayap, tipis seperti selaput.

-          Tipe mulut menggigit.

Contoh:

-          Lebah madu (Apis mellifera)

-          Kumbang pengisap madu (Xylocopa) biasanya melubangi kayu pada bangunan rumah

E.Peranan Insecta dalam Kehidupan Manusia


Seperti halnya hewan-hewan invertebrata lainnya, insecta pun ada yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan, diantaranya adalah:
1.Insecta yang menguntungkan

a. Insecta terutama golongan kupu-kupu dan lebah sangat membantu para petani karena dapat
membantu proses penyerbukan pada bunga.
b. Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah madu (Apis mellifera).

c. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat menghasilkan
sutra (contoh: Bombix mori).

d. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat
menghasilkan sutra (contoh: Bombix mori).

e. Merupakan mata rantai makanan yang amat penting bagi kehidupan.

2.Beberapa insecta yang merugikan antara lain

a. Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti tikus, kolera dan disentri oleh lalat dan
kecoak.

b. Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata lugens (wereng) menyebabkan


penyakit virus tungro, belalang (walang sangit) yang mengisap cairan biji padi muda
sehingga tanaman padi menjadi puso.

c. Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan kutu busuk.
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Ø Berdasarkan metamorfosisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola


dan Holometabola. Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:
Archyptera atau Isoptera, Orthoptera, Odonata, Hemiptera, Homoptera.

Ø  Ciri-ciri umum pada insekta dapat dibedakan berdasarkan atas segmen kepala (cephalo), dada
(toraks) dan perut (abdomen).

Ø  Sistem organ pada insekta terdiri dari : sistem pencernaan makanan, sistem pernafasan, sistem
saraf, sistem ekskresi, sistem peredaran darah dan sistem reproduksi.

Ø  Peranan insekta dalam kehidupan sehari-hari ada yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://arianirini.blogspot.co.id/2014/06/makalah-biologi-filum-arthropoda.html
http://deachrestella888.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-arthropoda.html
http://mybyologimateri.blogspot.co.id/2015/05/makalah-arthropoda.html
http://amelyaputeri.blogspot.co.id/2014/05/makalah-arthropoda.html
http://www.zonasiswa.com/2014/07/mengenal-phylum-arthropoda.html

Sumber : https://yuliyanti34567.blogspot.com/

igitan serangga atau insect bites umumnya merujuk pada reaksi hipersensitivitas dan
peradangan baik lokal maupun sistemik akibat gigitan atau kontak dengan serangga.
Penyebab kondisi ini adalah insecta yang termasuk dalam filum Arthropoda, yakni nyamuk,
lalat, kutu, tungau, lebah, dan tawon. Kondisi ini diyakini sangat sering terjadi pada populasi
umum, tetapi prevalensinya sulit diketahui secara pasti karena kebanyakan kejadian gigitan
serangga tidak dilaporkan.[1-4]

Penegakkan diagnosis gigitan serangga didasarkan pada riwayat gigitan serangga, adanya lesi
bekas gigitan serangga pada kulit, serta tanda dan gejala lokal maupun sistemik yang timbul
setelah mengalami gigitan serangga. Manifestasi klinis gigitan serangga sangat bervariasi,
mulai dari gejala lokal hingga gejala sistemik, termasuk anafilaksis. Adanya komplikasi berat
seperti syok anafilaksis, selulitis, dan neurotoksisitas perlu diwaspadai pada tiap kasus gigitan
serangga.[1,3]

Langkah awal penatalaksanaan gigitan serangga adalah memastikan ada tidaknya tanda
bahaya yang mengarah pada syok anafilaksis. Pasien dengan hemodinamik stabil hanya
memerlukan penanganan suportif dan simtomatik sesuai gejalanya. Pasien dengan syok
anafilaksis harus diberikan injeksi epinefrin sesegera mungkin.[1,3]

PATOFISIOLOGI

Sebagian besar kasus gigitan serangga bersifat self-limited, memiliki prognosis yang baik,
dan sangat jarang menimbulkan komplikasi serius. Terjadinya syok anafilaksis dalam 1 jam
pertama setelah gigitan dapat berakibat fatal. Namun, risiko kematian akibat anafilaksis
menurun dengan pemberian epinefrin segera. Gigitan serangga, khususnya nyamuk, juga
dapat dicegah dengan menggunakan pakaian pelindung, insect repellent, dan metode
pencegahan mekanis lainnya.[1,5]

Secara patofisiologi, gejala yang timbul akibat gigitan serangga diakibatkan oleh respons
inflamasi lokal dan sistemik yang terjadi. Reaksi hipersensitivitas dapat timbul dalam waktu
cepat atau lambat yang bermanifestasi secara ringan hingga berat.

Trauma Mekanis pada Area Gigitan

Trauma mekanik akibat gigitan menyebabkan respons inflamasi lokal seperti nyeri dan
pembengkakan. Sebagian besar gigitan serangga hanya menyebabkan luka tusuk superfisial
pada kulit. Namun, perlukaan ini juga berpotensi menjadi jalur masuknya bakteri yang
menyebabkan infeksi sekunder.[1,2]

Respons Inflamasi dan Reaksi Anafilaksis Akibat Kandungan Saliva Serangga

Sebagian besar keluhan yang timbul pada gigitan serangga disebabkan oleh respon imun
penderita terhadap injeksi saliva serangga. Saliva serangga mengandung beberapa komponen
biologis, seperti enzim lisosom, antikoagulan, vasodilator, imunomodulator, dan komponen
lain yang belum dapat diidentifikasi.

Saliva yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe
1 dan 4. Selain itu, saliva serangga juga menghambat sistem koagulasi, meningkatkan aliran
darah, dan menimbulkan efek anestesi pada lokasi gigitan.

Pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 (diperantarai IgE), terjadi aktivasi sel mast yang
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi, seperti histamin dan sitokin. Hal ini
menimbulkan keluhan gatal dan tanda inflamasi lain dalam waktu cepat. Reaksi
hipersensitivitas ini bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat, termasuk anafilaksis.
Sementara itu, pada reaksi hipersensitivitas tipe 4 (tidak diperantarai IgE) respons inflamasi
muncul lebih lambat atau disebut dengan delayed hypersensitivity reaction.[1-3,5]

Serangga sebagai Vektor Penyakit Lainnya

Serangga dapat berperan sebagai vektor dalam transmisi beberapa penyakit. Berikut adalah
beberapa jenis serangga beserta penyakit yang dibawanya.

 Kutu (ticks) merupakan vektor dari penyakit Lyme

Nyamuk merupakan vektor dari penyakit malaria, demam dengue, virus Zika, atau yellow
fever

 Kissing bugs merupakan vektor dari parasit Trypanosoma cruzi yang menyebabkan
Chagas Disease
 Lalat dapat mentransmisikan penyakit leismaniasis, bartonellosis, dan tularemia[1,2]

ETIOLOGI

Etiologi gigitan serangga adalah hewan serangga itu sendiri. Oleh karena tidak semua
kejadian gigitan serangga disaksikan langsung oleh pasien dan tidak semua pasien dapat
mengidentifikasi jenis serangga yang menggigit, cukup sulit untuk mengetahui secara
spesifik serangga yang menyebabkan reaksi gigitan serangga. Lokasi lingkungan dan waktu
terjadinya gigitan mungkin dapat membantu mengidentifikasi jenis serangga.[3]

 Insecta merupakan kelas hewan yang berada dalam filum Antropoda. Diperkirakan
bahwa terdapat sekitar 6–10 juta spesies serangga di dunia, dan insecta merupakan
kelas dalam kingdom Animalia yang memiliki variasi dan jumlah spesies terbanyak.
Seluruh jenis serangga dapat menjadi etiologi dari gigitan serangga.[1,2]
 Faktor Risiko
 Faktor risiko gigitan serangga berkaitan erat dengan kondisi dan paparan lingkungan.
 Lingkungan Tempat Tinggal
 Beberapa jenis serangga membutuhkan air untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
Penduduk yang bermukim di sekitar badan air atau lahan basah berisiko tinggi
mengalami gigitan serangga, terutama nyamuk. Tinggal di dekat hutan atau daerah
berumput juga merupakan faktor risiko gigitan serangga.[4,6]
 Faktor Risiko Pekerjaan
 Pekerjaan yang mengharuskan seseorang terpapar dengan hewan ternak atau hewan
peliharaan termasuk faktor risiko gigitan serangga, terutama tungau dan bedbugs.
Pekerjaan khusus seperti berkebun atau beternak lebah juga meningkatkan risiko
gigitan serangga.[2,4]
 Faktor Kebersihan dan Perawatan Diri
 Seorang tunawisma yang tinggal berpindah-pindah juga memiliki risiko mengalami
gigitan serangga yang lebih tinggi. Penderita gangguan jiwa, seperti schizophrenia,
juga lebih rentan mengalami gigitan serangga karena diasosiasikan dengan perawatan
diri yang kurang baik.[2]

EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi gigitan serangga masih terbatas. Prevalensi sesungguhnya sulit ditentukan
secara pasti karena mayoritas kasus gigitan serangga dengan gejala ringan tidak terlaporkan.
Sebagian besar pasien yang mengalami gigitan serangga melakukan penanganan secara
mandiri dan tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.[3,6]

Global

Angka kejadian gigitan serangga tidak dapat diketahui secara pasti, karena kebanyakan kasus
hanya menimbulkan reaksi ringan dan tidak terlaporkan. Diperkirakan 56–94% populasi
dewasa di seluruh dunia setidaknya pernah mengalami gigitan serangga satu kali selama
hidupnya. Reaksi alergi sistemik diperkirakan terjadi pada 0,15–0,8% populasi anak dan 0,3–
8,9% populasi dewasa.[7,8]

Anda mungkin juga menyukai