Pemegang Saham Minoritas Cukup Dilindungi Di Indonesia Dan Praktik Di BUMN Indonesia Telah Hampir Memenuhi Praktik Terbaik Berikut
Pemegang Saham Minoritas Cukup Dilindungi Di Indonesia Dan Praktik Di BUMN Indonesia Telah Hampir Memenuhi Praktik Terbaik Berikut
Meskipun BUMN diberi mandat untuk mempertimbangkan hak pemangku kepentingan dalam
operasionalnya, namun belum ada tata kelola yang jelas tentang bagaimana mengelola hubungan
industrial selama privatisasi.
Praktik terbaik
Stakeholder adalah pihak yang berkepentingan dengan Negara karena hubungan hukumnya
dengan Negara. BUMN harus menghormati hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan / atau perjanjian yang dibuat oleh BUMN dengan karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur dan masyarakat sekitar BUMN terkait, dan pemangku kepentingan
lainnya. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap para pemangku kepentingan khususnya dalam
konteks GCG kepada karyawan berdasarkan ras, agama, golongan dan jenis kelamin.
Mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan karyawan diatur secara khusus dalam UU
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003. UU ini mengatur sejumlah prinsip penting yang
mengedepankan kerjasama yang saling menguntungkan antara BUMN dengan karyawannya.
Pedoman OECD dan kode KNKG telah menunjukkan beberapa langkah yang harus
dipertimbangkan oleh negara dan BUMN untuk mengelola hubungan pemangku kepentingan
seperti memberikan laporan tentang hubungan BUMN dengan pemangku kepentingan,
mengembangkan etika hubungan pemangku kepentingan dan menghormati hak-hak pemangku
kepentingan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain meliputi:
1. Pemerintah, entitas koordinator atau kepemilikan, dan BUMN sendiri harus mengakui dan
menghormati hak pemangku kepentingan yang ditetapkan oleh UU atau melalui kesepakatan
bersama, dan mengacu pada Prinsip Tata Kelola Perusahaan OECD dalam hal ini.
2. BUMN besar atau terdaftar, serta BUMN yang mengejar tujuan kebijakan publik yang
penting, harus melaporkan hubungan pemangku kepentingan.
3. Dewan BUMN harus diminta untuk mengembangkan, melaksanakan dan mengkomunikasikan
program kepatuhan untuk kode etik internal yang harus didasarkan pada norma negara, sesuai
dengan komitmen internasional dan berlaku untuk perusahaan dan anak perusahaannya.