Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknik Mesin 7

21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

PERANCANGAN TURBIN MIKROHIDRO TIPE PROPELER VANES KAPASITAS


1000 WATT

M. Dwi Trisno 1), Muhammad Firdausi 2), Dahmir Dahlan 3)


Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri – ISTN 1,2)
Jl. Moh. Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta 12640 1,2)
Phone: 0062-21-7270092, Fax: 0062-21-7866954 1,2)
Program Studi Magister Teknik Industri, Sekolah Pascasarjana – ISTN 3)
Jl. PLN Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta 12760 3)
Phone: 0062-21-79195268, Fax: 0062-31-8417659 3)
e-mail; m.dwitris@yahoo.co.id 1), mmfirdausi@yahoo.com 2), dddkamang@yahoo.com 3)

ABSTRAK

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah terpencil yang memiliki sumber daya air yang cukup dan
terjaga kontinuitasnya telah dirancang Turbin Air Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang dapat
menghasilkan daya 1000 Watt. Jenis turbin yang dipilih adalah turbin air propeler untuk head yang rendah.
Turbin beroperasi pada tekanan reaksi, dimana energi potensial air diubah menjadi energi kinetik melalui sudu
pengarah (vanes) untuk mendorong sudu-sudu depan turbin. Turbin jenis ini memiliki umur pakai yang tahan
lama, murah investasinya, murah biaya operasinya, mudah dibongkar pasang, tidak merusak lingkungan dan
bebas limbah. Turbin dirancang berdasarkan data hasil survey lapangan di Desa Palasari, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat, yaitu; Head (H)=1,5 m; Debit air (Q)=0,1 m3/s; Putaran turbin (rencana) (n)=750 rpm;
Effisiensi turbin (rencana )(ƞt)=68%; Massa jenis air (ρ)=997.8 kg/m3. Dari hasil perhitungan, didapat
spesifikasi rancangan turbin propeler-vanes (poros vertikal) sebagai berikut : Tinggi air jatuh (H) = 1,5 m; Debit
air (Q) = 0,l m3/s; Effisiensi turbin (rencana) (ƞt) = 68%; Daya (N) = 1,01456 kW; Putaran (n) = 750 rpm;
Kecepatan spesifik (ns) = 547 rpm; Diameter luar sudu jalan (DL) = 0,235 m; Diameter naaf (Dn) = 0,100 m;
Tinggi sudu pengarah (B) = 0,082 m; Jumlah sudu jalan = 6 buah; Jumlah sudu pengarah (Z1) = 9 buah

Kata kunci: turbin propeler, head, debit, daya turbin, sudu jalan, sudu pengarah

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya tinggi 2.1. Pemilihan jenis turbin
dari perluasan jaringan listrik, menjadikan pembangkit
Untuk pemilihan jenis turbin dapat terlihat pada Gambar
mikrohidro sebagai alternatif. Ini karena skema mikrohidro
1, dimana turbin dapat dipilih sesuai besar debit dan headnya
yang mandiri dapat menghemat biaya. Dalam perkem- (sebelah kiri bawah), sedangkan Tabel 1 klasifikasi turbin
bangannya pembangkit mikrohidro dapat didisain dan berdasarkan jenis runner dan head-pressure nya.
dibangun oleh SDM lokal dan organisasi yang lebih kecil
dengan mengikuti peraturan yang lebih longgar dan meng- Tabel 1. Klasifikasi jenis turbin
gunakan teknologi lokal.
Turbin Head Pressure
Secaa teknis, pembangkit mikrohidro memiliki tiga kom-
Runner High Medium Low
ponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator.
 Pelton
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari  Crossflow
 Turgo
ketinggian tertentu menuju instalasi pembangkitan. instalasi Impulse  Turgo  Crossflow
 Multi-Jet
tersebut air akan menumbuk sudu turbin, dimana energi air  Multi-Jet Pelton
Pelton
tersebut diubah menjadi energi mekanik berupa berputarnya
 Francis
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian  Propeller
Reaksi  Pump-As-
ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling.  Kaplan
Dari generator akan dihaslikan energi listrik yang akan Turbine
masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke Sumber: Micro-Hydro Desiqn Manual, IT Penerbitan, 1993
rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).
Dari data diatas jenis turbin yang dipilih adalah Turbin air
Tujuan penelitian adalah untuk merancang dan membuat propeller dipakai untuk head yang rendah. Turbin air
mesin turbin pembangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH) propeller digolongkan menjadi 2 menurut konstruksi bilah
yang dapat menghasilkan daya 1.000 Watt. Mesin mampu rotornya, yaitu:
dibawa dan dipindahkan dengan mudah, mampu diinstal • Turbin Air Propeller dengan bilah sudu tetap
dengan mudah, mudah dioperasikan, dengan perawatan yang • Turbin Air Kaplan dengan bilah rotor yang dapat digerakan
minimal. secara otomatis dan hidrolik.

D-16
Seminar Nasional Teknik Mesin 7
21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

Turbin yang akan dirancang dalam penelitian ini masih


dalam katagori tipe propeller yang ditunjukan Tabel 1.
Turbin air propeller beroperasi pada tekanan reaksi,
dimana energi potensial yang ada dirubah dahulu melalui
sudu pengarah (vanes) menjadi energi kinetik dalam bentuk
semburan air berkecepatan tinggi yang mendorong sudu-
sudu depan turbin. Disamping itu jenis turbin ini memiliki
umur pakai yang tahan lama, murah biaya operasinya, Gambar 3. Pengukuran debit dengan teknik bendungan [1]
murah investasinya, mudah dibongkar pasang, dan tidak
merusak lingkungan serta bebas limbah. 2.3. Menentukan rancangan dasar dimensi utama
turbin.
Dasar perancangan dimensi utama disesuaikan dengan
data-data yang didapat hasil survey dan perhitungan sebagai
berikut:
 Head, H = 1,5 m
 Debit air, Q = 0,1 m3/s
 Putaran turbin (rencana), n = 750 rpm
 Effisiensi turbin (rencana), ήt = 68%
 Massa jenis air (airsungai), ρ = 997.8 kg/m3
 Gravitasi, g = 9,81 m/det2

2.4. Perhitungan Dimensi Turbin Air


2.4.1. Dasar perhitungan turbin air
Untuk merancang suatu turbin air pada suatu lokasi
tertentu, diperlukan data-data lokasi minimal sebagai
berikut:
 Head
 Debit air
Gambar 1. Grafik pemilihan jenis turbin [4] dan selanjutnya perhitungan dasarnya dimulai dari:
a. Menghitung daya turbin, N
generator N = [Q x H x ήt x ρ)/75] (HP) (2)
Turbin b. Menghitung putaran spesifik turbin, berdasarkan satuan
debit, nq
poros n Q
nq  (rpm) (3)
H 3/ 4
c. Menghitung putaran spesifik turbin, berdasarkan satuan
daya, ns
sudu pengarah
n N
ns  (rpm) (4)
propeler H 5/ 4
Berdasarkan Gambar 4, jika harga nq didapat, maka
Head dapat diketahui dan dipilih jumlah sudu jalan, dan harga
kecepatan spesifik tangensialnya.

Draft tube

Gambar 2. Diagram skematik turbin air

2.2. Pengukuran debit dan tinggi jatuh air

Pada instalasi yang sudah terpasang, dan disesuaikan


kondisi aktual di lapangan, pengukuran debit aliran yang
praktis dan mungkin dilaksanakan adalah dengan teknik
bendungan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Dengan metoda tersebut, menurut [1] besarnya debit
aliran Q dapat didekati dengan hubungan:
Q = 1,84 LH3/2 (m3/s) (1) Gambar 4. Grafik untuk menentukan dimensi sudu.

D-17
Seminar Nasional Teknik Mesin 7
21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

d. Kecepatan tangensial sudu turbin, U1 s. Sudut air keluar turbin, 2


U1 = U*1. √(2.g .H) (m/s) (5)
e. Kecepatan tagensial pada poros naaf turbin, Un  2 = arc tan(C2/U1) (20)
Un = U*n . √(2.g .H) (m/s) (6) t. Perencanaan Sudu Pengarah
f. Kecepatan tangensial pada sudu bagian tengah turbin.  Jumlah Sudu Pengarah, Z1
UT= (Un+U1)/2 (m/s) (7) Menurut [7] jumlah sudu pengarah dapat dihitung
g. Diameter luar sudu, DL dengan rumus sebagai berikut :
60 .U1 Z1 = 0,25 ( DL )0.5 + ( 4 ÷ 6 ) (21)
DL = (m) (8)  Jarak Tusuk, t'
 .n Menurut [7] jarak tusuk dapat dihitung dengan rumus
h. Diameter naaf pada sudu jalan, Dn sebagai berikut :
Dn = 0.425. DL (m) (9) t’ =(DL/Z1). 3,14 (22)
i. Diameter bagian tengah sudu jalan, DT  Kecepatan meridian pada sisi keluar, Cm'
DT = (DL + Dn )/2 (m) (10) Menurut [7] kecepatan meridian sisi keluar dapat
j. Diamter luar sudu pengarah. (1,2*DL). dihitung dengan rumus sebagai berikut
DLsp =1,2 * DL (m) (11) Cm' = Q/(3,14.DL . υ) ( m/det ) (23)
k. Tinggi sudu pengarah.  Sudut Keluar Sudu Pengarah, ά'
Bo = Q/(DL. π . Cm pengarah . τo) (m) (12) Menurut [7] sudut keluar sudu pengarah dapat
l. Kecepatan meridian dalam kondisi actual. dihitung dengan rumus sebagai berikut :
C2m = C2 = Q/A (m3/s) (13) Tan ά'= (cm’/Cu’) (24)
m. Effisiensi turbin, ŋt Cu’= Cu1 .(Re/R1e)
ηt . g. H = U1 (Cu1-Cu2), Cu2 = 0  Jari-jari Kelengkungan Sudu Pengarah (Ps)
ηt = N/(H.Q.g. ρ) % (14) Menurut [7] jari-jari kelengkungan sudu pengarah
n. Kecepatan masuk/keluar air arak tegak lurus, Cu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Cu = (ηt. g. H)/U (m/s) (15) Ps = ko DI (25)
o. Kecepatan mutlak/absolut air keluar sudu berdasarkan u. Tempat air jatuh pada sudut pengarah
segitiga kecepatan. Hle = C1² / 2g (m) (26)
C1 = √((C2)2 + (Cu)2) (m/s) (16) v. Tinggi jatuh air pada roda jalan
Hla = ( W2² - W1² ) / 2g (m) (27)
w. Tinggi air jatuh dalam pipa isap
Hs = C22m / 2g (m) (28)
x. Jumlah energi pada tinggi jatuh bagian tengah roda jalan
Hx = Hle + Hla + Hs (m) (29)
y. Tinggi tekanan rendah dalam pipa
HT = H – Hx (m) (30)
z. Gaya Tangensial (F)
F = D .π .B .Cm .ρ (Wμ2–Wμ1) (kg m/s²); (N) (31)
aa. Gaya Geser Axial ( S )
S = (ρ/2) . (W2² - W1²) . Dm . π . B. (N) (32)

2.4.2. Perhitungan Poros

a. Daya Rencana, Pd
Menurut [10] daya yang direncanakan dapat dihitung
Gambar 5. Sketsa segitiga kecepatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pd = fc . P (kW) (33)
Pada Gambar 5 diatas, bagan segitigan kecepatan dapat di- b. Torsi Rencana, T
buat profil sudu jalan, dimana daerah leher poros terdapat Menurut [10] torsi rencana dapat dihitung dengan
sudut  1 dan  2 yang besar kelengkungannya adalah le- menggunakan rumus sebagai berikut:
T = 9,74 x l05 x pd/n (kg/mm) (34)
bih besar daripada pertambahan jarak keluarnya. Makin
keluar bentuk profil makin menjadi ramping. Semua sudut c. Tegangan Geser Pada Poros yang diijinkan,  a
untuk sudu bentuknya dipilin. Menurut [ 10 ] tegangan geser poros yang diijinkan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
p. Kecepatan relatif air masuk b
W1 = √((U1)2 – (C1)2) (m/s) (17) a 
q. Kecepatan relatif air keluar. sf1 xsf 2 (35)
W2 = √((U1)2 + (C2)2) (m/s) (18) d. Diameter Poros, ds
r. Sudut air masuk turbin,  1 Diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan
 1 = arc tan(C1/W1) (19)
rumus sebagai berikut:
ds = [(5,1/σa) x Kt xCb xT](1/3) (36)

D-18
Seminar Nasional Teknik Mesin 7
21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

3. HASIL PERHITUNGAN DAN RANCANGAN Tabel 2. Hasil perhitungan rancangan turbin (lanjutan)
Jumlah energi yang jatuh pada
3.1. Data Hasil Perhitungan m 2.250565736
bagian roda jalan (Hx)
Tinggi tekanan rendah dalam -
Berdasarkan hasil perancangan dimensi utama mesin m
pipa (HT) 0.750565736
Turbine Tipe Propeller-Vanes, didapat data-data sebagai Gaya tangensial (F) N 338.9443969
data desain berikut: Gaya geser axial (S) N 476.4992094
 Head, H = 1,5 (m)
 Debit air, Q = 0,1( m3/s) Setelah menghitung dimensi utama, kemudian dihitung
 utaran turbin (rencana), n = 750 (rpm) dimensi sudu/propeller, seperti yang tersaji dalam Tabel 3.
Dengan mengacu pada tinjau pustaka dan data hasil
survei, maka dapat dihitung dan didesain turbin air type Tabel 3. Hasil analisis dari segitiga kecepatan
propeler vanes, dengan hasil seperti yang disajikan pada
Tabel 2. Diameter Diameter Diameter
Item Satuan Naaf Tengah Luar
Tabel 2. Hasil perhitungan rancangan turbin (Dn) (Dt) (Dl)
Diameter mm 100 211 235
Item Satuan Hasil
Daya turbin HP 1.357008 U m/det 4.0687 6.6456 9.2224
Torsi kg.mm 1314.676588 C1 m/det 3.761378 3.203251 3.023295
nq rpm 174.9817756 W1 m/det 1.55126 5.8225918 8.7127716
ns rpm 526.3060878 Cm m/det 2.81604 2.81604 2.81604
V air (2.g.h)^1/2 m/s 5.424942396 Cu m/det 2.493569 1.526675 1.100104
A area m2 0.018433375 W2 m/det 4.948177 7.217581 9.642758
Dsaluran mm 153.23 ≈ 254 B1 O
67.62215 28.83165 19.14626
Dporos propeler mm 9.74 ≈ 25 B2 O
34.7055 22.9764 16.9885
W berat kg 1.069135776 t mm 52.26028 110.6688 122.9654
O
Sudut puntir /meter 2.36807E-07
L mm 106.3303 110.8629 123.0121
n kritis rpm 15739.61943
Kec. U*1 m/det 1.7
Kec. U*n m/det 0.75 3.2. Rancangan turbin
Kec. Cm pengarah m/det 0.46
Kecepatan spesifik C m/det 5.424942396 Dari data hasil perhitungan pada Tabel 2 dan Tabel 3 ke-
U1 (luar) m/det 9.222402073 mudian dibuat rancangan turbin seperti ditunjukkan pada
Un (naaf) m/det 4.068706797 Gambar 7 sampai dengan Gambar 12.
Cm kecepatan meridian m/det 2.495473502
U (tengah) m/det 6.645554435
Cu1 m/det 1.505698298
Faktor penyempitan pada
0.55
penampang sudu
Diameter sudu jalan
Diameter Luar Sudu jalan (DL) m 0.234965658
Diametr tengah m 0.211469092
Diameter Naaf (0,4- 0,65) DL m 0.099860405
Diameter rata2 (Dm) m 0.167413031
Lebar sudut (B) m 0.067552627
Casing bagian luar
Diameter luar sudu pengarah (1,2D1) m 0.281958789
Tinggi sudu Pengarah (Bo) m 0.082294169
Kecepatan C2 kondisi aktual m/det 2.816040208
Eff= N/(g.H.ro.Q) 68.95%
Perencanaan sudu pengarah
Jumlah sudu pengarah (Z1) - 9.19 ≈ 9
Jarak tusuk (t') m 0.096255657
ko 1
Kecepatan meridian sisi luar (Cm') m/s 0.142673185
Sudut keluar sudu pengarah (alfa) o 0.093726572
Jari-jari kelengkungan sudu
m 0.234965658
pengarah (p)
Tempat tinggi air jatuhsudut
m 0.721099257
pengarah.(Hle)
Tinggi air jatuh pada roda jalan (Hla) m 1.125282868
Tinggi air jatuh dalam pipa hisap
m 0.404183611
(Hs) Gambar 6. Turbin propeller-vanes

D-19
Seminar Nasional Teknik Mesin 7
21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

Gambar 11. Generator


Gambar 7. Rumah turbin
4. KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan diatas, didapat spesifikasi turbin


yang dirancang sebagai berikut :
 Type= Propeller poros vertikal
 Tinggi air jatuh, H = 1,5 (m)
 Debit air, Q = 0,l (m3/s)
 Effisiensi turbin (rencana), qt = 68 %
 Massa jenis air (air sungai ), ρ = 997.8 (kg/m')
 Daya , N = 1,36 HP = 1,01456 (kW)
 Putaran, n = 750 (rpm)
 Kesepatan spesifik, ns = 547( rpm)
 Diameter luar sudu jalan, DL = 0,235 (m)
Gambar 8. Sudu pengarah  Diameter naaf, Dn = 0,100 (m)
 Tinggi sudu pengarah, B = 0,082 m
 Jumlah sudu jalan = 6 buah
 Jumlah sudu pengarah, Z1 = 9 buah

DAFTAR PUSTAKA

[1] Victor L. Streeter, E. Benjamin Wylie, dan Arko


Prijono, Mekanika Fluida, Edisi Delapan, Jilid 2,
Erlangga, 1991.
[2] Celso Penche, Laymans’s Handbook on How to
Develop a Small Hydro Site, U. Politécnica de Madrid,
Second Edition, European Commision, June 1998.
[3] Arismunandar, Wiranto, Penggerak Mula Turbin,
ITB, Bandung 1980.
[4] http://www.ccitonline.com/mekanikal/img/wiki_up/image/
Gambar 9. Dudukan bantalan generator TGS%20Subhan/Tbl1.jpg
[5] Nechleba, Miroslav, Hydraulics Turbines Their
Design and Equipment, Artia Paragua, Chzecko-
slovakia, 1957.
[6] Dietzel, Fritz, Sriono, Dakso, Turbin, Pompa dan
Kompresor, Erlangga., Jakarta, 1993.
[7] Sularso., Kiyokatsu Suga., Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1991.

Nomenklatur

A = π/4*√((DL)2 – (Dn)2) (m2).


B lebar sudut = (DL/2 – DN/2) ( m )
BO tinggi sudu antar
Gambar 10. Dudukan sudu jalan C1 kecepatan masuk absolute air (m/s)

D-20
Seminar Nasional Teknik Mesin 7
21 Juni 2012, Surabaya, Indonesia

C2 kecepatan keluar absolute air (m/s) L lebar bendung (m)


C2m kecepatan spesifik meridian (m/s) N daya turbin (kW)
Cb faktor koreksi untuk momen lentur = (1,2-2,3) n putaran turbin (rpm).
Cm pengarah = kecepatan spesifik meridian pengarah nq putaran spesifik turbin persatuan debit
= 0,46 (m/s). ns putaran spesifik turbin persatuan daya.
Cm' kecepatan meridian pada sisi keluar ήt effisiensi turbin rencana
Cu kecepatan masuk/keluar air arak tegak lurus ήt effisiensi turbin aktual
Cu1 kecepatan masuk air arak tegak lurus (Cu1) Ps jari-jari kelengkungan sudu pengarah
Cu1 kecepatan masuk/keluar air tegak lurus Pd daya rencanakan (kW)
Cμ1 = (W2μ – W1μ) ( m/s ) Q debit air (m3/s).
D = Dm = diameter rata-rata = ( DL – DN )/2 (m) S gaya geser axial (N)
DL diameter luar sudu jalan ( m ) t' jarak tusuk
DLSP diameter luar sudu pengarah turbin (m) U1 kecepatan tagensial pada sudu turbin. (m/s).
DT diameter bagian tengah sudu jalan. (m) U*1 kecepatan spesifik tangensial sudu turbin =1,7
Dn diameter naaf sudu turbin = (0,40 – 0,65) (m). Un kecepatan tagensial pada poros naaf turbin (m/s).
Dm diameter rata-rata (m) U*n kecepatan spesifik tangensial poros naaf turbin
F gaya tangensial = 0,75
fc faktor koreksi = (0,8-1,2) UT kecepatan tagensial pada sudu bagian tengah turbin
g gravitasi = 9,81 (m/det2) Wn kecepatan relatif air masuk (m/s).
H head/tinggi jatuh air (m). Z1 jumlah sudu pengarah
Hla tinggi jatuh air pada roda jalan (m) ά' Sudut Keluar Sudu Pengarah
Hle tempat air jatuh pada sudut pengarah (m) ρ masa jenis air = 997.8 (kg/m3)
Hs tinggi air jatuh dalam pipa isap (m) τo factor penyempitan pada penampang sudu. = 0,55
HT tinggi tekanan rendah dalam pipa b kekuatan tarik bahan
Hx jumlah energi pada tinggi jatuh bagian tengah roda
jalan sf1 adalah factor koreksi kesalahan puntir = 6
Kt faktor koreksi untuk momen puntir = ( 1,3 - 3,0) sf 2 adalah factor koreksi untuk alur pasak = (1,2 - 3)
ko merupakan angka perkalian yang letaknya dari 1,).
υ koefisien batas ( 0.94÷ 0.98 ), menurut [7]
Menurut [ 7 ]

D-21

Anda mungkin juga menyukai